V.PERENCANAANDAN
PENGENl)ALIAN
PRODUKSI (pRINSIP-PRINSIP
DASAR)
5.1.PENGANTAR
Secara umum perencanaan dan pengendalian produksi dirumuskan sebagai fungsi manajemen
yang mengatur dan mengendalikan rangkaian proses produksi untuk mencapai hasil optimal.
Kegiatannya berhubungan dengan aspek-aspek utama
dari kegiatan manajemen di mana
perencanaan merupakan mekanik dan pengendaliannya merupakan dinamikanya. Oleh karena itu
daya hasilnya (effectiveness) tergantung pada kegiatan team manajemennya. Perencanaan dan
pengendalian produksi sendiri tidak mampu menghasilkan apa-apa tanpa ada kegiatan
manajemen, karena itu perencanaan dan pengendalian hanyalah alat dari manajemen.
Dengan perencanaan dimaksudkan kegiatan yang mengkorelasikan dan mengorganisasi seluruh
kegiatan produksi dalam hubungannya dengan dasar waktu. Pengendalian merupakan kegiatan
yang menjamin bahwa maksud penggunaan sarana dilakukan secara nyata.
5.2. PRlNSIP-PRlNSIP DASAR
Fungsi perencanaan dan pengendalian dapat dikategorikan dalam tiga tingkat:
1. Kebijaksanaan perusahaan
2. Manajemen umum
3. P a b r i k
Dalam bab berikut hanya akan dibahas hal-hal yang menyangkut perencanaan dan pengendalian
dalam pabrik, tetapi beberapa hal dapat dicatat dari tingkat-tingkat tersebut, yaitu:
1. Kebijaksanaan dalam perencanaan dan pengendalian
Ini merupakan penggarisan kebijaksanaan umumnya, biasanya ditentukan oleh Dewan Komisaris
(Board Level) di mana ditentukan sasaran-sasaran perusahaan secara umum.
Rencana
kebijaksanaan biasanya mencakup periode 1 sampai 5 tahun. Pada tahap ini penting untuk
mengenali fungsi-fungsi yang terutama menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu: penjualan,
produksi dan pembelian.
Dalam industri di mana produksinya mempunyai pasaran yang cukup bersaing, fungsi penjualan
yang menentukan kebijaksanaan.
Bagi produk-produk yang seller's market maka produksi yang menentukan dan di dalam tokotoko atau industri pemintalan maka kebijaksanaan ditentukan oleh bagian pembelian.
Kebijaksanaan dalam perencanaan merupakan pengarah bagi persiapan anggaran penjualan dan
ini merupakan dasar bagi perencanaan selanjutnya.
2. Perencanaan dan pengendalian dalam Manajemen Umum
Dalam tingkat ini kebijaksanaan dalam rencana dikonversikan dalam pola kerja yang tidak
dibatasi oleh kebijaksanaan umum tetapi juga oleh batasan-batasan dari segi produksi dan
pengalaman.
Jika anggaran yang disusun bersama-sama dengan skedul selesai kemudian disampaikan pada
seluruh pelaksana-pelaksana yang bersangkutan dalam bentuk satu rencana.
Rencana ini
merupakan alat atau ukuran dengan mana kegiatan nyata diukur. Pada setiap penyimpangan yang
timbul perlu dilakukan perbaikan-perbaikan.
3. Perencanaan dan pengendalian tingkat pabrik
Tingkat ini dimulai dengan adanya penerimaan dan pe-sanan dan diakhiri dengan penyelesaian
pesanan ter-sebut.
5.3.0RGANISASINYA
Walaupun secara menyeluruh dalam semua tingkat manajemen pabrik tersangkut dalam
bertanggungjawab atas kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi, namun penting ada
seorang yang harus bertanggungjawab penuh.
Penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi harus ditunjukkan dengan jelas, sehingga tindakan
pengamanan selanjutnya dapat dilakukan.
C. Pengendalian
Kegiatan yang mencakup tindakan segera untuk membatasi kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Kegiatan ini dapat ditunjukkan dalam siklus atau proses berikut:
_- - -
:,?pc
Modifikasi atas
perencanaan
Melaksanakan
tindakan perbaikan
....
..
. ..
....
10. Siapkan rencana pabrik dan gunakan untuk mengevaluasi kemajuan. Di sini mandor
mempunyai tanggungjawab utama
11. Keluarkan instruksi pada operator dan ini menjadi tanggungjawab mandor untuk
melaksanakannya.
12. Catat kemajuan-kemajuan dan bandingkan dengan rencana.
13. Lakukan tindakan perbaikan kalau terjadi penyimpangan.
5.6. PENUTUP
Peranan perencanaan dan pengendalian produksi sangat penting artinya bagi tercapainya
keseimbangan kerja di dalam perusahaan.
Tugas Perencanaan dan pengendalian produksi
tidaklah mudah, walaupun demikian penyusunan perencanaan dan pengendalian produksi yang
baik berarti menyelesaikan sebagian dari tugas produksi.
Untuk mencapainya beberapa teknik lain dapat digunakan seperti Network Analysis (PERT,
CPM), teknik-teknik dalam Work Study, Statistic & Forecasting Method, Metode Pengendalian
Persediaan dan lain-lain,
Dengan menggunakan data yang dikumpulkan langsung dari pabrik (shop floor) dapat pula
mendukung penyusunan perencanaan dan pengendalian produksi menjadi lebih realistis.
Itu berarti bahwa perencanaan dan pengendalian produksi harus disusun secara fleksibel dan
berdasar fakta.
VI.PERENCANAAN
PRODUKSI
6.1.PENGANTAR
Konsep dari "perencanaan produksi" mungkin akan lebih mudah dirumuskan dan dimengerti
dengan mengubah terminologi tersebut menjadi kalimat bagaimana menyusun rencana untuk
bagian produksi. Hal itu jelas berhubungan dengan kebijaksanaanlpolicy, prosedure-prosedure
dan fasilitas- fasilitas untuk kegiatan produksi guna menghasilkan produk jadi di masa
mendatang. Rencana produksi sangat erat hubungannya dengan perencanaan kapasitas dan
penetapan macam serta kwantitas produk yang perIu dihasilkan. Dengan menyusun rencana
dimaksudkan untuk menjamin bahwa input yang berupa mesin-mesin dan bahan baku, tenaga
kerja, keterampilan, sistem pengendalian, dana dan berbagai macam persediaan, dapat tersedia di
mas a mendatang. Pada pokoknya perencanaan produksi merupakan alat untuk menjamin segala
sesuatunya dapat tersedia pada waktunya, agar target produksi dapat direalisasikan. Di lain pihak
faktor-faktor pembatas seperti harga, kwalitas, tanggal penyerahan tersedianya dana dan faktor
pembatas dari produk sendiri perlu juga diperhatikan.
Ini berarti bahwa perencanaan perIu
mempertimbangkan batasan-batasan yang ada dan sasaran yang harns dicapai.
6.2. RENCANA PRODUKSI
A. RENCANA
Rencana produksi harus didahului dengan perumusan sasaran yang dijabarkan dari tujuan
perusahaan yang berupa pemyataan atas nilai-nilai tertentu dari variabel output. Kebijaksanaan
(yang kemudian dirumuskan sesudah perumusan sasaran) memberikan pemyataan dari strategi
untuk mencapai sasaran tersebut. Dengan adanya sasaran dan strategi/kebijaksanaan, dapat
dikembangkan tingkat-tingkat perencanaan sebagai berikut:
perencanaan tingkat pabrik,
perencanaan tingkat proses dan perencanaan tingkat operasi.
Menjadi nyata bahwa perencanaan di bagian produksi tidak dapat terlepas dari rencana
perusahaan secara menyeluruh. Ini menjadi mutlak jika kita menerima kenyataan bahwa bagian
produksi merupakan subsistem dari total sistem perusahaan.
B. RENCANA PRODUKSI
Perencanaan produksi dapat dirumuskan sebagai tehnik untuk meramalkan dan menyusun lebih
dahulu seluruh langkah-langkah atau rangkaian kegiatan sedemikian rupa, sehingga dapat dijamin
DEN
I.
R 0 UTI
A H
~:
I
A
I
No.
Pengecoran
Bengkel mesin
Perakitan
2.
3.
4.
5.
CJ II
r-
KARTU ROUTE
'------'
1_-
~o.
.
c:Cl c:CJcCJ~
ODD
CJ
CJCl
,
I
'\...J
c:::JI:=J c::J
1.
2.
Operasi
Mesin
Membubut
Mengebor
Bubut
Bor
3.
4.
s.
Process department
1.
PROCESS ROUTE
II.
N G
6.
./
NGAH JAD-I
I
I
I
~-SISAj
BAHAN SETE-
Ii
MESIN
II'
Ik"
f-
RAK
KARTU
No.
1.
2
3.
4.
5.
I
I
OPERASIONIL
Elemen
I
!
I
I
BAHAN DASAR
E. PENGENDALIAN
RENCANA PRODUKSI
Proses manajemen pada umumnya mencakup kegiatan yang terdiri atas proses-proses :
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Proses manajemen dalam bidang
produksi sebenamya berlangsung dengan melibatkan elemen-elemen:
proses fungsi dan
tingkatan manajemen dalam bagian tersebut. Sebagai salah satu contoh hubungan antara proses
rlnn
hln('YC'11
rln ...
vl1-
rl;,...,Il""",,'h.I'l1"l .....ll\
C"Iokl")on;
h..o.~;l.r...,+
Dengan pengendalian (kontrol) dimaksudkan suatu proses untuk mengusahakan agar setiap
kejadian sesuai dengan rencananya. Kegiatan tersebut mencakup hal-hal berikut :
1. Mencatat hasil yang dicapai.
2. Membandingkannya dengan rencana.
3. Menemukan sebab-sebab timbulnya penyimpangan antara rencana dan hasil yang dicapai.
4. Memberikan umpan balik pada yang berwenang untuk dapat diambil tindakan koreksi atau
penyesuaian. Adapun prosesnya akan dibahas pada baglan lain karena ada bermacam-macam
kegiatan yang memerlukan perlakuan tertentu dan menurut proses yang berbeda.
F. VARIASI DAN KOMPLEKSITAS
Perbedaan macam-macam jenis kegiatan produksi, perbedaan ukuran dan macam industri
mempunyai pengaruh pada proses penyusunan rencana produksi dan pengendaliannya.
Hal ini
menimbulkan variasi dan kompleksitas dari rencana produksi.
Bentuk perencanaan produksi yang sederhana dapat dimungkinkan jika ada kondisi :
1. Di mana hanya diproduksi produk tunggal dari beberapa macam komponen.
2. Kegiatan operasinya berulang (repetitive).
3. Kapasitas mesin tersedia dan tidak bervariasi.
4. Fleksibilitas untuk menghasilkan persediaan dan waktu pengiriman.
5. Arus prosesnya kontinu dan rangkaian operasinya tetap.
Bentuk yang sederhana tersebut dapat meningkat menjadi semakin komplek sampai tingkat
tertentu, j ika ada kondisi bahwa :
1.Produk yang dihasilkan terdiri dari bermacam-macam komponen atau subperakitan.
2.Jumlah macam kegiatan operasionilnya banyak dan berbeda-beda.
3.Kegiatan operasionilnya harus dilaksanakan menurut rangkaian tertentu atau ada perbedaan dari
satu pesanan dengan pesanan yang lain.
4.Kapasitas mesin sudah digunakan mendekati batas maksimumnya dan macam bahan-bahannya
mempengaruhi penggunaan kapasitas mesin.
5.Adajadwal pengiriman barang yang ketat waktunya.
6.Banyak pesanan tetapi jumlah per pesanan relatif sedikit.
7.Banyak pesanan khusus disamping pesanan produk standar,
8.Sering terjadi perubahan pesanan.
Selain itu ada variasi dari perencanaan produksi antara perusahaan yang menggunakan proses
secara berulang (repetitive) atau yang kontinu dengan perusahaan yang jenis produksinya
"intermittent" atau yang ber-bentuk "job-order".
Walaupun demikian prinsip-prinsip dasar
perencanaan dan pengendalian produksi tetap dapat diterapkan, hanya memerlukan metode
penerapan yang agak berbeda.
Perlu diketahui bahwa :
1. Job-order
: dimaksudkan kegiatan untuk memproduksi produk khusus dalam jumlah relative
kecil dan tidak diharapkan kembali diterima pesanan yang sarna. Biasanya produknya cukup
mahal dan waktu punya peranan penting dalam prosesnya. Perencanaan tingkat proses
bervariasi sesuai dengan macam produk yang dihasilkan.
2. Intermittent: dimaksudkan dengan memproduksi produk yang agak terstandarisir atas dasar
per batch tetapi jumlahnya terbatas. Batch dapat diulang, dan ini merupakan perbedaan
dengan job-order selainjumlah yang diproduksikan lebih tinggijuga.
3. Continuous production (Line production) : di sini bahan bergerak secara terus-menerus pada
tingkat kecepatan yang tetap, melalui rangkaian kegiatan tertentu. Menghasilkan jumlah yang
besar dengan macam produk yang kecil. Di sini peranan keseimbangan kapasitas merupakan
titik pusat perhatian.
6.3. PROSEDURE DAN FUNGSI PENGENDALIAN
PRODUKSI
PERENCANAAN
PRODUKSI
PESANAN
PELANGGAN
"/
/
\/
BAGIAN
PENJUALAN
I
i
J/
\/
BAG IAN
PEMBELIAN
\\
\/
'\
I .
\ \
\\ it
TEHNIK
\\\\
\ \
II
&
//
\/
BAGIAN
DESAIN
BAHAN BAKU
/ /j
//~
tl
PENGENDALIAN
PRODUKSI
\ ;
V
,
/
BAG IAN
PRODUKSI
1/
1\
PRODUK
JADI