Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KINERJA ARESTER UNTUK PROTEKSI

GI 70 KV SUKAMERINDU DARI SURJA PETIR


MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

Oleh :

NIKO SUHENDRA
G1D013016

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap daerah di permukaan bumi ini memiliki iklim yang berbeda antara
satu kawasan dengan kawasan yang lain. Di antara iklim yang ada, terdapat
negara yang beriklim tropis dan iklim subtropis dengan karakteristik masing
masing. Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan tingkat
curah hujan yang cukup tinggi. Sehingga tidak heran bahwa Indonesia
memiliki kemungkinan yang cukup tinggi untuk terjadinya sambaran petir.
Petir adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di saat
langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat
kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh. Sambaran
petir biasanya menyerang bangunan bangunan maupun tiang tiang yang
menjulang tinggi.
Sambaran petir yang mengenai sistem tenaga listrik akan menimbulkan
tegangan lebih baik sambaran secara langsung maupun tidak langsung.
Tegangan lebih ini akan membahayakan peralatan apabila dibiarkan mengalir
pada sistem dan tersalurkan ke beban. Salah satu contohnya adalah apabila
petir menyambar Gardu Induk. Gardu Induk sendiri mempunyai peralatan
yang sangat penting dan mahal yaitu transformator sehingga harus dipasang
proteksi untuk meminimalisir gangguan. Peralatan proteksi yang dibutuhkan
adalah arrester. Pemasangan arrester bertujuan untuk meningkatkan upaya
perlindungan terhadap tegangan lebih akibat sambaran petir. Arester petir
memiliki kemampuan mengamankan peralatan listrik dari gangguan surja
petir. Surja petir itu sendiri merupakan tegangan lebih yang disebabkan oleh
petir.
Kinerja dari arrester terutama pada tegangan tinggi sangat penting dalam
perlindungan dan kontinuitas kerja sistem. Karena jika tidak ada arrester,
maka peralatan sistem tenaga listrik akan mengalami kerusakan akibat

terjadinya ganguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal. Dengan
demikian alat pengaman harus dapat menahan tegangan sistem agar
kontinuitas pelayanan ke pusat beban tidak terganggu hingga waktu yang
tidak terbatas, dan harus dapat mengalirkan arus lebih dengan tidak merusak
alat pengaman dan peralatan jaringan yang lain. Walaupun peralatan sistem
sudah diproteksi dengan pentanahan arrester, namun kenyataannya masih
terjadi kerusakan pada peralatan sistem. Salah satu penyebabnya adalah
kurangnya perencanaan sistem isolasi yang cukup tahan terhadap tegangan
lebih dan koodinasi dari alat-alat pengaman.
Salah satu penelitian yang penting adalah dengan menganalisis kinerja
arester untuk proteksi GI 70 kV Sukamerindu dari Surja petir menggunakan
software PSCAD.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut.
1. Berapakah rating tegangan untuk arrester tegangan tinggi 70 kV?
2. Bagaimanakah kinerja arrester pada berbagai nilai amplitudo petir
berdasarkan simulasi bentuk gelombang 1.2/50 s dengan PSCAD?
3. Bagaimanakah proses kinerja jenis arrester yang digunakan pada GI 70 kV
Sukamerindu?
4. Bagaimana karakteristik arrester dengan menggunakan software PSCAD?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Simulasi dikerjakan dengan software PSCAD
2. Arrester yang digunakan adalah arrester pada tegangan tinggi 70 kV
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui rating tegangan untuk arrester tegangan tinggi 70 kV.
2. Menganalisis kinerja arrester pada berbagai nilai amplitudo petir
berdasarkan simulasi bentuk gelombang 1.2/50 s dengan PSCAD.
3. Menganalisis kinerja jenis arrester yang digunakan pada GI 70 kV
Sukamerindu.
4. Mensimulasikan karakteristik arester petir tegangan tinggi pada berbagai
kondisi

transien

dengan

menggunakan

software

PSCAD

membandingkan hasil yang didapat dengan standar yang ada.

dan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Petir

Petir merupakan hasil pemisahan muatan listrik secara alami di dalam


awan badai, proses pelepasan muatan ini akan berupa kilat cahaya dan suara
gemuruh yang biasa disebut petir. Petir lebih sering terjadi antara pusat
muatan satu dengan pusat muatan lainnya di dalam awan, sedangkan antara
pusat muatan di dalam awan dengan pusat muatan di permukaan bumi jarang
terjadi [1].
Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas
bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban
udara dan adanya gerakan udara keatas (up draft). Kelembaban udara timbul
oleh pengaruh sinar matahari yang kemudian akan menyebabkan penguapan
air dan uap air tersebut akan naik karena gerakan up draft. Proses up draft
yang terjadi terus menerus akan membentuk awan bermuatan seperti gambar
2.1. ditunjukkan ilustrasi sambaran petir dari awan ke bumi [2].

Gambar 2.1. Sambaran Petir dari Awan ke Bumi


Setelah timbul awan bermuatan, selanjutnya kristal-kristal es yang terdapat
pada awan bermuatan tersebut saat terkena angin akan mengalami gesekan
sehingga muatan pada kristal es tidak menjadi netral seperti sebelumnya,
maka pada awan tersebut terdapat muatan positif (+) dan negative (-). Muatan
positif pada awan berkumpul dibagian atas awan, sedangkan muatan negatif
berada dibagian bawah awan. Permukaan bumi dianggap memiliki muatan
positif sehingga muatan-muatan negatif yang berada di awan akan tertarik
menuju muatan positif yang berada di bumi. Saat terjadi proses pengaliran
muatan dari awan ke bumi ini yang kemudian disebut sebagai petir [2].
Sambaran petir terdiri dari beberapa macam jenis :
1. Sambaran langsung terjadi saat petir menyambar secara langsung peralatan
dalam gardu induk. Sambaran langsung menyebabkan tegangan lebih
(overvoltage) yang sangat tinggi.

2. Sambaran induksi terjadi saat sambaran petir ke tanah yang dekat dengan
peralatan sehingga timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan di
tempat terjadinya sambaran.
3. Sambaran dekat adalah gelombang berjalan yang datang menuju gardu
induk dimana hanya berjarak beberapa kilometer dari titik sambaran ke
gardu induk.
2.2 Tegangan Lebih Surja Petir
Tegangan lebih merupakan tegangan yang melewati batas rating dasar
peralatan atau BIL peralatan serta hanya dapat ditahan oleh sistem pada
waktu yang terbatas. Tegangan lebih akibat petir disebut sebagai tegangan
lebih luar atau natural overvoltage karena petir adalah peristiwa alamiah yang
tidak dapat dikendalikan oleh manusia.
Saat terjadi sambaran petir pada sebuah saluran transmisi maka akan
timbul kenaikan tegangan pada jaringan dan tegangan lebih surja kemudian
akan merambat ke ujung jaringan seperti ditunjukkan pada gambar 2.2.
dibawah ini [3].

Gambar 2.2.Tegangan Surja akibat Sambaran Petir


Surja petir merupakan tegangan lebih disebabkan oleh petir. Pada saat gardu
induk mengalami tegangan lebih akibat surja petir, maka isolasi peralatan
gardu akan mengalami kerusakan. Sehingga diperlukan peralatan pelindung
agar tegangan surja yang tiba di gardu induk tidak melebihi kekuatan isolasi
pada peralatan gardu [5].
Tegangan lebih dari sambaran petir yang timbul tinggi sekali, sehingga
hampir tidak mungkin mengisolasikan peralatan sistem terhadap tegangan
tersebut. Karena itu untuk pengamanan terhadap sambaran petir dipakailah
kawat tanah tahanan tanah yang serendah mungkin yang tidak boleh lebih

dari 5 ohm. Serta digunakan arrester untuk melindungi gardu induk dari
gelombang

merambat.

Peralatan-peralatan

sistem

harus

mempunyai

ketahanan isolasi yang cukup, sesuai dengan sistem pengamanannya [8].


Pada keadaan tegangan jaringan normal, arrester berfungsi sebagai isolasi.
Namun, saat tiba surja petir pada arester, maka arester akan berubah menjadi
konduktor yang mengalirkan muatan surja petir tersebut ke tanah.
2.3 Arrester
Arrester atau biasa juga disebut Lightning Arrester adalah suatu alat
pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir (surge)
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya
ke tanah. Dipasang pada atau dekat peralatan yang dihubungkan dari fasa
konduktor ke tanah [5].
Sesuai dengan fungsinya itu maka arrester harus dapat menahan tegangan
sistem pada frekuensi 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat
melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan pada arrester itu
sendiri. Arrester berlaku sebagai jalan pintas di sekitar isolasi. Arrester
membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang nilainya tinggi pada peralatan.
Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh
tegangan lebih eksternal, arrester juga melindungi peralatan dari tegangan
lebih yang diakibatkan oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung.
Surja hubung merupakan suatu gangguan tegangan lebih yang muncul secara
internal yang disebabkan oleh lepas beban (karena gangguan alam) dan
fluktuasi beban. Selain itu arrester juga merupakan kunci dalam koordinasi
isolasi suatu sistem tenaga listrik. Bila surja hubung datang ke gardu induk
maka arrester akan bekerja melepaskan muatan listrik serta mengurangi
tegangan abnormal yang mengenai peralatan dalam gardu induk.
Lightning arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi
untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada
tegangan tertentu di atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada
tegangan operasi, dan perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi
arrester. Tingkat isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi

bahan transformator agar apabila sampai terjadi flashover, maka flashover


diharapkan terjadi pada arrester dan tidak pada transformator [6].
Pada tahanan katub, bila tegangan lebih telah berlalu dan tegangan
kembali ke nominal normal, maka nilai tahanan akan naik kembali sehingga
arus susulan dibatasi sebesar 50 A. Arus susulan ini akan dipadamkan oleh
sela api saat tegangan system mencapai nol pertama kali, sehingga alat ini
berfungsi sebagai penutup arus. Pada arrester modern, pemadaman arus
susulan dibantu dengan medan magnet.
Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator dan pada saat
timbul tegangan surja alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahananya
relatif rendah sehingga dapat mengalirkan arus yang tinggi ketanah.
Pada arrester terdapat beberapa bagian yang penting, sebagai berikut:
1. Elektroda
Elektroda-elektroda ini adalah terminal dari arrester yang dihubungkan
dengan bagian yang bertegangan dibagian atas, dan elektroda bawah
dihubungkan dengan tanah.
2. Sela Percikan (Spark Gap)
Apabila terjadi tegangan lebih oleh sambaran petir atau surja hubung pada
arrester yang terpasang, maka sela percikan (Spark Gap) akan terjadi
loncatan busur api. Pada beberapa tipe arrester busur api yang terjadi
tersebut ditiup keluar oleh tekanan gas yang ditimbulkan oleh tabung fiber
yang terbakar.
3. Tahanan Katup
Tahanan yang digunakan dalam arrester ini adalah suatu jenis aterial yang
sifat tahanannya akan berubah bila mendapatkan perubahan tegangan.
2.4 Prinsip Kerja Arrester
Arrester terdiri dari dua bagian yaitu sela api (spark gap) dan tahanan tak
linier atau tahanan kran (valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri,
batas atas dan batas bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh tegangan
maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Oleh karena
itu, sebenarnya arrester terdiri dari tiga unsur yaitu sela api, tahanan kran atau

tahanan katub dan sistem pengaturan atau pembagi tegangan (granding


system) [8].
2.5 Gardu Induk
Tegangan yang dibangkitkan dari generator terbatas dalam orde belasan
kilovolt, sedangkan transmisi membutuhkan tegangan dalam orde puluhan
sampai orde ratusan kilovolt, untuk menaikkan tegangan diperlukan
transformator daya step up. Tegangan transmisi dalam puluhan sampai
ratusan kilovolt, sedangkan konsumen membutuhkan sampai dua puluhan
kilovolt, sehingga di antara transmisi dan konsumen di butuhkan
transformator daya step down. Gambar 2.5. berikut ini memperlihatkan
arester yang terpasang pada gardu induk [8].

Gambar 2.5. Arrester Gardu Induk


Semua perlengkapan yang terpasang di sisi sekunder dan primer ini harus
mampu

memikul

perlengkapannya

tegangan

yang

disebut

tinggi.
sebagai

Transformator
gardu

induk.

daya

beserta

Gambar

2.6.

menunjukkan sebuah gardu induk beserta peralatannya.

Gambar 2.6. Gardu Induk


Dilihat dari jenis transformator daya yang terpasang, gardu induk dibagi atas
gardu induk step up dan gardu induk step down. Gardu induk step up adalah

gardu induk penaik tegangan dimana tegangan yang dihasilkan dari


pembangkit kemudian dinaikkan menjadi tegangan yang lebih tinggi yang
kemudian akan disalurkan menuju saluran transmisi. Gardu induk step down
merupakan gardu induk penurun tegangan, dimana tegangan yang disalurkan
dari saluran transmisi akan diturunkan tegangannya kemudian akan
didistribusikan ke gardu distribusi. Gardu induk dapat juga dibagi atas lokasi
instalasinya, yaitu gardu induk pasangan dalam dimana setiap peralatan
tegangan tinggi terpasang di dalam dan gardu induk pasangan luar dimana
setiap peralatan tegangan tinggi terpasang di luar ruangan [8].
2.6 Jarak Maksimum Arrester dan Transformator
Terdapat beberapa metoda yang digunakan untuk menentukan jarak
maksimum yang diizinkan antara arrester dan transformator yang dilindungi,
salah satunya metoda pantulan berulang [1]. Pada gambar 2.7. menunjukkan
penempatan arrester dan transformator dengan jarak S.

Gambar 2.7. Arrester dan Transformator Sejarak S


Metoda pantulan berulang merupakan metoda pendekatan yang digunakan
untuk menentukan jarak maksimum arrester dan peralatan, dan untuk
menentukan panjang maksimum dari kabel penghubung peralatan dengan
saluran transmisi. Metode ini dapat digunakan untuk menghitung jarak aman
maksimum antara arrester dan transformator, sehingga dalam penempatan
arrester berada pada posisi yang tepat dan dapat melindungi peralatan, dalam
hal ini yaitu transformator. Berikut ini adalah persamaan untuk metoda
pantulan berulang :
Ep = Ea + 2 A S/v
Dimana :

Ea = tegangan percik arrester

(2.1)

Ep = tegangan pada jepitan transformator


A = de/dt = kecuraman gelombang datang, dan dianggap
konstan
S

= jarak antara arrester dan transformator

= kecepatan merambat gelombang

2.7 PSCAD
PSCAD/EMTDC merupakan suatu program interaktif untuk menganalisis
suatu besaran system daya listrik, misalnya pembagi tegangan, penyearah
setengah gelombang, penyearah gelombang penuh, auto transfomer using tap,
konverter (penaik tegangan, penurun tegangan dan penaik/penurun tegangan),
SVC (Static VAR Compensator), ASVC (Advanced SVC) atau biasa disebut
dengan STATCOM (Static Synchronous Compensator) secara simulasi
ataupun dengan interfacing. Untuk yang interfacing ini memerlukan program
tersendiri yang dinamakan RTDS (Real Time Digital Simulator) [4].
PSCAD (Power System Computer Aided Design), dikenal pula sebagai
EMTDC (Electromagnetic Transients including Direct Current) yang
merupakan bagian integral daripada PSCAD sebagai mesin simulasi untuk
interface grafis.
PSCAD (Power System Computer Aided Design) dibuat oleh the
Manitoba HVDC Research Centre - Canada R3T 2G5, ada yang under
UNIX oleh AT&T dan ada juga yang under X Window System oleh MIT
(Massachusetts Institute of Tecnology). Bahasa tingkat tinggi yang
digunakan adalah keluarga FORTRAN [4].
EMTDC (Electro Magnetic Transient DC) merupakan interaktif program
yang hasil keluaran akhirnya dapat dimonitor atau disimulasikan dalam
besaran listrik, yang hasilnya dapat diatur melalui simulasi juga yang berupa
kontak, slider, dial dan push-button. Sedangkan RTDS program interaktif
yang hasil keluarannya dapat diinterface kan ke peralatan (meter ukur) atau
plan yang dikontrol secara real time.
EMTDC menampilkan dan menyelesaikan persamaan differensial baik
untuk system elektromagnetik dan elektromekanik dalam domain waktu.
Hasil didapat dari kalkulasi berdasarkan standar waktu yang tetap, dan

struktur program nya mewakili system control, baik dengan atau pun tanpa
adanya system elektromaknetik maupun elektromekanik [8].
Dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut tampilan awal dari pada PSCAD.

Gambar 2.8 Tampilan awal Master Libraries PSCAD

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan karakteristik arester petir
tegangan tinggi pada berbagai kondisi transien dan membandingkan hasil
yang didapat dengan standar yang ada. Metode yang digunakan adalah
dengan menggunakan software PSCAD.
3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2017 di GI 70 kV Sukamerindu


Kota Bengkulu untuk observasi, dilanjutkan dengan perhitungan dan analisis
menggunakan software PSCAD selama beberapa bulan di rumah.
3.1.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk penelitian antara lain :
a. Perangkat keras (hardware) yaitu laptop merek Toshiba yang digunakan
untuk menjalankan program PSCAD 4.2.
b. Perangkat lunak (software) yaitu program paket PSCAD 4.2 yang
digunakan untuk analisa lightning arrester.
3.1.3 Tahap Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data di GI 70 kV Sukamerindu
Kota Bengkulu. Data tersebut kemudian diolah untuk menghitung rating
tegangan arrester. Tahapan selanjutnya yaitu melakukan pemodelan sistem
dengan menggunakan software PSCAD dan melakukan analisa dan
pembahasan yang sesuai dengan hasil pengujian yang diperoleh. Selanjutnya
dengan mensimulasikannya dengan software PSCAD hingga mendapatkan
hasil yang sesuai dengan perhitungan. Data hasil simulasi diolah dan
dianalisa. Tahapan terakhir adalah dengan menyimpulkan hasil tahapantahapan sebelumnya.
3.2 Perancangan Sistem
Perancangan sistem sangat diperlukan dalam melakukan sebuah penelitian
untuk memudahkan dan melancarkan kerja dengan memberikan rancangan
kerja yang perlu dilaksanakan. Berikut ini adalah diagram alir dari pemodelan
sistem menggunakan software PSCAD.
Memahami Program
PSCAD

Mengumpulkan teori
mengenai topik yang
dibahas
Menjalankan analisis
model dan mengumpulkan
data yang diperoleh.

Tidak

Membandingkan data
dengan teori asal.

Ya
Simulasi

Gambar 3.1 Diagram Alir Pemodelan Sistem

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonym,2013. www.wikipedia.com


[2] Arismunandar, A. 1975, Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita,
Jakarta.
[3] Abduh, S. 2001, Teknik Tegangan Tinggi,Salemba Teknik, Jakarta.
[4] PSCAD version 4.2 for Windows XP32 ProSP2, XP64 Pro, Vista 32, Vista
64 UsersManual.
[5] Hill, Keith,Surge Arrester and Testing,Double Engineering Company
[6] Hutauruk, T.S. 1989, Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja,
Erlangga, Jakarta.
[7] Tobing, B.L. 2003, Peralatan Tegangan Tinggi, PT Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta.
[8] Winnipeg. 2008, Applications of PSCAD / EMTDC, Manitoba HVDC
Research Centre Inc, Canada.

Anda mungkin juga menyukai