Jati cina atau Cassia angustifolia Vahl merupakan tanaman yang tumbuh subur di daerah
tropis. Daun jati cina digunakan dalam pengobatan sejak dulu sebagai pencahar dan mengandung
bahan turunan antrakuinon dan glukosida. Dalam dunia kedokteran, daun jati cina memiliki efek
katarsis sehingga sangat berguna untuk digunakan pada pengobatan konstipasi (Tripathy, 1999).
Cassia angustifolia Vahl memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Cassia
Spesies : Cassia angustifolia Vahl.
dalam upaya penyembuhan konstipasi akut (Munin & Hanani, 2011). Rein9antron yang
terkandung dalam daun senna adalah metabolit yang diproduksi oleh bakteri di usus besar,
sehingga membuat daun jati cina memiliki khasiat sebagai laksatif stimulan
Flavonoid yang sudah diketahui dari tanaman ini adalah kaemferol, kaempterin dan
isorhamnetin. Jati cina juga mengandung beta sitosterol (0,33%). Daun jati cina sering dikenal
sebagai zat pencahar. Jati cina amemiliki asam katartika, emodin, dan asam krisofanat
(Dalimartha, 2005).
Kegunaan:
Daun jati cina digunakan sebagai pengobatan sebagai antifungi dan antibakteri, konstipasi,
demam, edema, penyakit kulit, dan antiobesitas dengan bekerja sebagai laksansia. Daun jati cina
juga diketahui dapat berfungsi sebagai laksatif stimulan yang dapat meningkatkan aktivitas
saluran pencernaan dan dapat menyebabkan pergerakan usus (Anonim, 2002).
Khasiat:
1. Menurunkan kadar kolestrol untuk mengatasi obesitas
Efek farmakologi dan mekanisme :
Pada dasarnya, anthracenedione atau anthraquinone berfungsi sebagai laksatif untuk mengobati
konstipasi akut. Senosida akan mempercepat gerakan hasil pencernaan di usus sehingga
menaikkan volume hasil pencernaan dan meningkatkan gerakan peristaltik usus terutama di
bagian kolon kiri dan sigmoid. Dengan menghambat aktivitas sodium-potasium adenosine
triphosphatase di enterosit, sodium, klorida dan air yang terabsorpsi oleh usus menjadi sedikit
sehingga feses menjadi lembek. Peningkatan motilitas usus juga akan memperpendek durasi
makanan di usus. Hasilnya, usus akan mengabsorpsi nutrisi lebih sedikit dari makanan. Nutrisi
tersebut termasuk diantaranya protein, lipid, karbohidrat, kolesterol, LDL, dan trigliserida. Maka
dari itu, anthracenedione dapat menurunkan kadar kolesterol dan kadar trigliserida
serta
mempertahankan berat badan. Hal inilah yang mendasari digunakannya daun teh jati cina
sebagai obat alternatif untuk mengatasi obesitas.
Gejala umum : dapat terjadi ketika seseorang terlalu banyak mengonsumsi daun teh jati cina
adalah nyeri epigastrik, diare hebat, hingga akhirnya kehilangan banyak cairan dan elektrolit
terutama kalium dan potasium yang menyebabkan kerja jantung terganggu
2. daun jati cina sebagai pelangsing (melangsingkan tubuh)
Kandungan senyawa aktif dalam daun jati cina seperti tanin membantu mengurangi
Penyerapan senyawa seperti lemak dalam H saluran cerna. Tanin dapat menyerap lemak atau
karbohidrat dari makanan yang masuk sebabnya jati cina berperan untuk menurunkan berat
badan. Dengan mengkonsumsi ramuan jati cina secara teratur, berat badan bisa dijaga tetap
stabil. Karena keberadaannya sebagai penghambat, maka tidak tertutup kemungkinan berat
badan kembali naik jika konsumsi jati cina dihentikan.Herbal yang berkhasiat pelangsing
biasanya memiliki efek diuretik dan pencahar. Jika dikonsumsi tanpa aturan dan takaran yang
benar akan mengakibatkan dehidrasi, karena hilangnya elektrolit ( kalium dan natrium).
Pemakaian jati cina perlu perhatian khusus terutama pada penderita yang memiliki gangguan
jantung dan ginjal.
3. Membersihkan darah kotor.
4. Membuang racun tubuh karena mengandung antioksidan tinggi.
5. Mengecilkan perut
6. Peluntur lemak dalam tubuh bagi penderita Obesitas.
Dosis dan Kemanan:
12 gram irisan daun kering dilarutkan dalam 150 ml air panas lalu di minum. Untuk
konstipasi diminum saat malam hari sebelum tidur atau pagi hari. Dosis harian ratarata sebagai
laksatif 1030 mg hidroksiantrakinon
Fraksi antrakinon dan musilago dari ekstrak air daun jati cina dosis 2100 mg/kg BB sudah
memperlihatkan efek laksatif pada mencit putih jantan galur Balb/C (Mardiyaningsih, 2011).
FARMAKOLOGI KLINIK
Waktu aksi senna berkisar antara 8-10 jam, sehingga sebaiknya diminum pada waktu malam.
Senosida dapat menghilangkan keluhan konstipasi pasien (irritable bowel syndrome). Pada dosis
terapi tidak ditemukan adanya gangguan kebiasaan waktu defekasi; dapat melunakkan tinja dan
meningkatkan kecepatan transit makanan dalam kolon melalui peningkatan gerakan peristaltik.
Senosida sedikit diserap pada bagian atas saluran gastrointestinal.
Teh daun jati cina ini dalam bentuk kering sehingga perlu diseduh dengan air panas
terlebih dahulu apabila anda ingin kental tambahkan air panas 200 ml.
tambahkan air.
Tutup dan diamkan selama 15 menit. Kental atau tidaknya teh tergantung banyaknya
teh yang diseduh. Ambil saja 2 jumput teh dengan tangan atau 2 sendok makan.
Apabila anda ingin buang air seni lancar maka tambahkan 200ml lagi tidak usah
dengan air panas dengan catatan setelah seduhan 200 ml sebelumnya sudah
mengental baru.
Hasil-hasil Penelitian :
Chien et al (2010) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa daun teh jati cina
(Cassia angustifolia Vahl.). mengandung anthracenedione. Pada dasarnya, anthracenedione
atau anthraquinone berfungsi sebagai laksatif untuk mengobati konstipasi akut. Senosida akan
mempercepat gerakan hasil pencernaan di usus sehingga menaikkan volume hasil pencernaan
dan meningkatkan gerakan peristaltik usus terutama di bagian kolon kiri dan sigmoid. Dengan
menghambat aktivitas sodiumpotasium adenosine triphosphatase di enterosit, sodium, klorida
dan air yang terabsorpsi oleh usus menjadi sedikit sehingga feses menjadi lembek. Peningkatan
motilitas usus juga akan memperpendek durasi makanan di usus. Hasilnya, usus akan
mengabsorpsi nutrisi lebih sedikit dari makanan. Nutrisi tersebut termasuk diantaranya protein,
lipid, karbohidrat, kolesterol, LDL, dan trigliserida. Maka dari itu, anthracenedione dapat
menurunkan kadar kolesterol dan kadar trigliserida serta mempertahankan berat badan.
Adisakwattana, et al. 2011. Dengan judul "Extracts of Edible Plants Inhibit Pancreatic
Lipase, Cholesterol Esterase and Cholesterol Micellization, and Bind Bile Acids" melakukan
penelitian efektifitas dan kemampuan tumbuhan yang dapat dikonsumsi untuk menghambat
pencernaan lemak dan absorpsinya sebagai kemungkinan untuk mengobati hiperlipidemia dan
obesitas. 9 tumbuhan diselidiki kemampuan dalam menghambat lipase pankreas, aktifitas
kolesterol pankreas, kemampuan untuk menghambat misel kolesterol, dan kemampuan untuk
mengikat asam empedu. 9 tumbuhan tersebut adalah rumput beijing (Murdannia loriformis),
daun manis (Stevia rebaudiana), pennywort (Centella asiatica), safflower (Carthamus tinctorius),
ginkgo (Ginkgo biloba), kumis kucing (Orthosiphon aristatus), senna (Cassia angustifolia),
jiaogulan (Gynostemma pentaphyllum), mulberry (Morus alba). Kesamaan dengan penelitian
yan sekarang, peneliti samasama meneliti efek Cassia angustifolia pada tubuh dan efeknya pada
pencernaan lemak. Namun, pada penelitian terdahulu, objek penelitian tidak hanya terbatas
tanaman Cassia angustifolia saja, dan yang diukur adalah mekanisme kerja tanaman tersebut
seperti penghambatan pada beberapa enzim yang mencerna lemak, sedangkan pada penelitian
yang sekarang hanya akan mengukur berat badan dan kadar trigliserida plasma.
Daftar Pustaka :
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Penerbit ITB; Bandung.
Sastrohamidjojo. H, 1996, Sintesis Bahan Alam, Cetakan ke-1, Liberty, Yogyakarta.
Tyler, V.E., LYNN, R.B. and ROBBERS, J.E. 1988. Pharmacognosy. Lea and Febiger.
Philadelphia.
Tripathy, T, etc. 1999. Novel Flocculating Agent Based On Sodium Alginate and
Acrylamide,European Polymer Journal, p. 2057 2072.
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Depkes RI,
Jakarta.
Munin A., & Hanani E., 2011, Fitoterapi Dasar, Dian Rakyat, Jakarta.