Anda di halaman 1dari 12

Hubungan antara Asupan Sayuran Tinggi Serat dan Faktor Lainnya dengan Kejadian

Hipertensi pada Pasien Puskesmas Tanjung Duren Selatan


Usia 25-65 Tahun Periode Februari 2016
Ratna Setia Wati1, Alice Pratiwi1, Laurensius Raven K1
1

Program Studi Profesi Dokter Universitas Kristen Krida Wacana

Alatam korespondensi :
PSPD FK UKRIDA Jln. Terusan Arjuna No. 6, Kebun Jeruk, Jakarta Barat.
Telepon : 021-5694-2061; email : kotaksuratnanaa@gmail.com

Abstrak
Salah satu penyebab utama penyakit kardiovaskuler adalah hipertensi atau kenaikan tekanan darah.
Hipertensi sudah berdampak pada 1 miliar orang di dunia, yang berakibat pada serangan jantung dan
stroke. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26.5%. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan sayuran tinggi serat dan faktor lainnya dengan
kejadian hipertensi pada pasien puskesmas Tanjung Duren Selatan usia 25-65 tahun periode Februari
2016. Faktor-faktor lain yang diteliti antara lain usia, IMT, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan
riwayat keluarga terkait dengan kejadian hipertensi. Desain penelitian yang digunakan adalah studi
desktriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan yaitu non
probability sampling berupa consecutive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner,
sphygmomanometer, timbangan berat badan dewasa, dan microtoise. Analisis yang digunakan adalah uji
Chi Square dan uji Fisher Exact Test dengan taraf signifikansi 5% dengan tingkat kepercayaan 95%
menggunakan program SPSS v16. Uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara usia
dengan kejadian hipertensi ( p= 0.000).
Kata kunci: hipertensi, asupan sayuran, tinggi serat, usia 25-65 tahun

Abstract
One of the main cause of cardiovascular disease is hypertension or increased blood pressure.
Hypertension has affected 1 billion people in the world, that caused heart attack and stroke. Based on
RISKESDAS 2013, the prevalence of hypertension in Indonesia is 26.5%. This study aims to see if there is
any correlation between high fiber intake and other factors related to hypertension between 25 to 65
years old patients in Puskesmas Tanjung Duren Selatan, February 2016. Other factors that we studied
are age, body mass index, smoking habit, physical activity, and family history related to hypertension.
This study used observational study with cross-sectional approached. The technique used in this study is
non probability sampling method using consecutive sampling. The instruments used in this study are
questionnaire, sphygmomanometer, weight scale, and microtoise. The analysis used are Pearson ChiSquare Test and Fisher Exact Test with significance level of 5 % and confidence level of 95% using SPSS
v.16. Statistical analysis showed significant relationship between age and hypertension (p=0.000).
Key words : Hypertension, vegatables intake, high fiber, age 25-65 years

Pendahuluan
Salah satu penyebab utama penyakit
kardiovaskuler

adalah

hipertensi

atau

dan

faktor

lainnya

dengan

kejadian

hipertensi pada pasien puskesmas Tanjung

kenaikan tekanan darah. Hipertensi sudah

Duren

berdampak pada 1 miliar orang di dunia,

responden

yang berakibat pada serangan jantung dan

metode sampling non-probability sampling

stroke. Berdasarkan data WHO tahun 2013,

menggunakan consecutive sampling dan

pada tahun 2008 sebanyak 40% orang

dilakukan pada tanggal 9 Februari sampai 3

dewasa

terdiagnosis

Maret 2016. Sebagai variable independen

hipertensi. Angka ini meningkat tinggi dari

adalah sayuran tinggi serat, kebiasaan

600 juta orang di tahun 1980 menjadi 1

merokok, riwayat hipertensi pada keluarga,

miliar di tahun 2008.1 Menurut hasil

usia, IMT dan aktivitas fisik dan variable

Riskesdas

prevalensi

dependen adalah tekanan darah. Kriteria

hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 %. 2

inklusi ialah 1) semua pasien puskesmas

Sebuah studi terbaru dari Lattimer dan Haub

Tanjung Duren Selatan usia 25 65 tahun

di Amerika pada tahun 2010 menemukan

periode 24 Februari sampai 26 Februari

data menarik yang menggambarkan bahwa

2016; 2) pasien bersedia menjadi responden.

serat dalam makanan menurunkan risiko

Kriteria eksklusi ialah 1) pasien puskesmas

kejadian hipertensi sebesar 17%-35%.3

dengan hipertensi yang mengkonsumsi obat

usia

25

di

tahun

Penelitian

tahun

2013

kami

bertujuan

Selatan

yang

yang

melibatkan

dipilih

106

menggunakan

anti hipertensi; 2) pasien puskesmas dengan

mengetahui hubungan antara asupan sayuran

penyakit

penyerta

tinggi serat dan faktor-faktor lainnya dengan

hipertensi seperti penyakit ginjal, hipertensi

kejadian hipertensi pada pasien puskesmas

vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer,

Tanjung Duren Selatan.

sindrom

Cushing,

yang

mencetuskan

feokromositoma

dan

hipertensi gestasional yang diketahui dari


rekam medis.

Metode
Desain penelitian yang digunakan
adalah studi deskriptif analitik dengan
pendekatan

cross-sectional

terhadap

hubungan antara asupan sayuran tinggi serat

Diagnosis
berdasarkan
menggunakan

hipertensi

pengukuran

ditegakkan

tekanan

darah

sphymomanometer

dan

didapatkan tekanan sistolik 140 mmHg


dan

tekanan

diastolic

90

mmHg.4

Kuesioner digunakan sebagai instrument

Usia

ialah

lama

waktu

hidup

untuk mengambil data asupan sayuran tinggi

seseorang sejak ia dilahirkan hingga survey

serat, kebiasaan merokok, riwayat hipertensi

dilakukan. Dibagi menjadi dewasa awal usia

pada keluarga dan aktivitas fisik.

KTP

25 35 tahun; dewasa akhir 36 45 tahun;

untuk

lansia awal 46 55 tahun; dan lansia akhir

digunakan

sebagai

instrument

mengambil data usia, sedangkan timbangan


berat

badan

digunakan

dewasa

sebagai

dan
alat

microtoise
ukur

untuk

mengetahui IMT responden.


Yang

dikatakan

56 65 tahun.7
Aktivitas fisik ialah suatu bentuk
aktivitas

(jalan,

jogging,

berenang,

bersepeda, basket, tenis, sepak bola, bulu

asupan

sayuran

tangkis

dan

aktivitas

rumah

tangga)

berserat yang cukup apabila responden

responden yang diukur melalui banyaknya

mengkonsumsi sayuran A (jagung, gandum,

frekuensi

dan

lamanya

kacang kedelei, terong, brokoli, kacang

dilakukan

oleh

responden

polong,

minggu).

kacang

mede,

kacang

merah,

Dikatakan

(durasi

yang

dalam

cukup

satu

apabila

kecipir) dengan jumlah 4 mangkok atau

responden melakukan aktivitas fisik minimal

sayuran B (bayam, tomat, timun, wortel,

sebanyak 5 kali dalam seminggu selama

daun singkong, kentang, sawi, buncis, daun

minmal 30 menit tiap sekali aktivitas.4

papaya, kangkung) dengan jumlah 10


mangkok.5
Perokok adalah responden

yang

merokok setiap hari minimal 1 batang rokok


untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama
hidupnya tanpa memperhatikan masih atau
tidaknya
dilakukan.

merokok

sampai

survey

ini

Riwayat

rasio antara berat terhadap tinggi badan yang


digunakan sebagai indikator status gizi
orang dewasa. Dikategorikan kurus apabila
IMT responden < 18,4; normal apabila hasil
pengukuran IMT responden 18,5 25,0;
gemuk apabila hasil pengukuran IMT
responden 25,1.7

keluarga

ialah

faktor

keturunan adanya riwayat hipertensi dalam


keluarga yaitu kakek, nenek, orang tua dan
saudara kandung.4

Index Massa Tubuh (IMT) ialah

Hasil
Dari penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tanjung Duren Selatan pada
tanggal 24 26 Februari 2016, didapatkan

sampel sebanyak 106 orang berusia 25 65

tahun. Hasil penelitian ini kami sajikan


dalam table sebagai berikut :

Tabel 1. Sebaran Hipertensi pada Pasien Puskesmas Tanjung Duren Selatan Usia 25 65 Tahun
Periode Februari 2016.
Variabel

Frekuensi

Presentase (%)

26
80

24.5
75.5

Hipertensi
Hipertensi
Tidak Hipertensi

Tabel 2. Sebaran Asupan Makanan Tinggi Serat, Kebiasaan Merokok Riwayat Keluarga, Usia,
IMT dan Aktifitas Fisik pada Pasien Puskesmas Tanjung Duren Selatan Usia 25 65 Tahun
Periode Februari 2016.
Variable

Frekuensi

Persentase(%)

Kurang

98

92.5

Cukup

7.5

Perokok

22

79.2

Bukan Perokok

84

20.8

Ada

53

50

Tidak ada

53

50

Dewasa Awal

52

49.1

Dewasa Akhir

23

21.7

Lansia Awal

14

13.2

Lansia Akhir

17

16

Kurus

5.7

Normal

59

55.7

Gemuk

41

38.7

84

79.2

Serat

Kebiasaan Merokok

Riwayat Keluarga

Usia

IMT

Aktivitas Fisik
Kurang

Cukup

22

20.8

Tabel 3. Analisis Bivariat dari Sebaran Asupan Makanan Tinggi Serat, Kebiasaan Merokok
Riwayat Keluarga, Usia, IMT dan Aktifitas Fisik yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien Puskesmas Tanjung Duren Selatan Usia 25 65 Tahun Periode Februari 2016
Variable

Hipertensi
Hipertens
i

Total

Uji

Nilai p

H0

Fisher

0.195

Gagal
ditolak

Chi square

0.954

Gagal
ditolak

Chi square

0.821

Gagal
ditolak

Chi square

0.000

Ditolak

Chi square

0.503

Gagal
ditolak

Chi square

1.000

Gagal
ditolak

Tidak
Hipert
ensi

Serat
Kurang

26

72

98

Cukup

Kebiasaan
Merokok
Perokok

16

22

Bukan Perokok

20

64

84

Riwayat
Keluarga
Ada

14

39

53

Tidak ada

12

41

53

Usia
Dewasa Awal

48

52

Dewasa Akhir

17

23

Lansia Awal

14

Lansia Akhir

17

IMT
Kurus Normal

14

51

65

Gemuk

12

29

41

Aktivitas Fisik
Kurang

21

63

84

Cukup

17

22

Pembahasan
Hubungan antara asupan serat dengan
kejadian

hipertensi

berdasarkan

tabel,

kejadian hipertensi. Hal ini sesuai dengan


penelitian Sihombing yang mengatakan

digabung, dan diuji menggunakan Fisher

adanya

hubungan

antara

Exact Test didapatkan nilai p =0.195 ( p

kejadian hipertensi.9

usia

dengan

>0.05 ) yang berarti H0 gagal ditolak, tidak

Pada usia lanjut , lipid diproses menjadi

ada hubungan antara asupan makanan tinggi

serat elastin, dan mereka menarik ion

serat dengan kejadian hipertensi.

kalsium yang memprovokasi

Hal ini bertolak belakang dengan

elastisitas

dan

degradasi

hilangnya

serat

elastin.

penelitian Saputri yang mengatakan adanya

Endapan kalsium di dinding pembuluh darah

hubungan

dengan

menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

hipertensi.8 Perbedaan ini dapat disebabkan

Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu.

karena kuesioner yang digunakan pada

Hal ini dapat memacu peningkatan tekanan

penelitian ini hanya menanyakan regularitas

darah.

dan jenis asupan sayuran saja. Kecukupan

bertambahnya

serat sendiri tidak hanya didapat dari

integritas sel-sel endothelial, dinding arteri

sayuran melainkan bisa dari buah-buahan

mengeras

dan

sehingga

antara

asupan

kecukupan

serat

serat

yang

dapat

memperngaruhi tekanan darah sendiri tidak


hanya dinilai dari jenis sayuran yang
responden

makan,

tetapi

lama

waktu

Selain

dan

itu,
usia,

deiring
terjadi

menjadi

tekanan

dengan
perubahan

semakin

darah

kaku

semakin

meningkat.10
Pada penelitian ini didapatkan pasien
dengan kategori kurus yang menderita

responden mengkonsumsi sumber serat

hipertensi sebanyak

tersebut.

dilakukan penyederhanaan sel, di mana sel

Hubungan antara usia dengan kejadian


hipertensi

berdasarkan

digabungkan,dan

kategori kurus yang menderita hipertensi


disatukan dengan kategori normal.

menggunakan

Hubungan antara IMT dengan kejadian

Likelihood Ratio mendapatkan hasil p

hipertensi berdasarkan tabel, digabung, dan

=0.000 ( p > 0.05), dimana H0 ditolak,

diuji menggunakan uji Chi Square dengan

adanya

Continuity Correction, didapatkan nilai p

hubungan

diuji

tabel,

0 orang sehingga

antara

usia

dengan

=0.503 ( p >0.05 ) yang berarti H0 gagal

Hubungan

antara

aktivitas

fisik

ditolak, tidak ada hubungan bermakna

dengan kejadian hipertensi berdasarkan

antara IMT dengan kejadian hipertensi.

tabel, digabung, dan diuji menggunakan uji

Hal ini berbeda dengan penelitian Anggara

Chi Square dengan Continuity Correction

dan Prayitno yang mengatakan adanya

didapatkan p = 1.0 ( p >0.05), sehingga H0

hubungan antara IMT dengan hipertensi.7

gagal ditolak, tidak adanya hubungan

Perbedaan ini dapat disebabkan karena

antara aktivitas fisik dengan kejadian

jumlah sampel penelitian ini terlalu sedikit,

hipertensi.

sehingga tidak banyak prevalensi hipertensi

dengan penelitian Anggara dan Prayitno

yang terambil.

yang mengatakan adanya hubungan antara

Hubungan

antara

kebiasaan

merokok

aktivitas

Hal

ini

fisik

bertolak

belakang

hipertensi.7

dengan

dengan kejadian hipertensi berdasarkan

Perbedaan ini dapat disebabkan karena

tabel, digabung, dan diuji menggunakan uji

peneliti hanya mengelompokkan aktivitas

Chi Square dengan Continuity Correction

fisik berdasarkan aktivitas olahraga (jalan,

didapatkan p = 0.954 (p >0.05 ), dimana H0

jogging, berenang, bersepeda, basket, tenis,

gagal ditolak, tidak adanya hubungan

sepak

antara

kebiasaan

bola,

bulu

tangkis)

sedangkan

merokok

kejadian

kecukupan aktivitas fisik responden tidak

bertolak

belakang

hanya dinilai dari aktivitas olahraga saja

dengan hasil uji chi-square dari penelitian

melainkan bisa dari aktivitas rumah tangga

Setyanda,

yang biasa responden kerjakan.

hipertensi.

Hal

ini

Sulastri,

dan

Lestari

menunjukkan adanya hubungan bermakna

Hubungan antara riwayat keluarga

antara kebiasaan merokok dengan kejadian

dengan kejadian hipertensi berdasarkan

hipertensi (p=0,003).11 Perbedaan ini dapat

tabel, digabung, dan diuji menggunakan uji

disebabkan karena penelitian ini hanya

Chi Square dengan Continuity Correction

meneliti status merokoknya saja sedangkan

didapatkan p = 0.824 ( p >0.05), sehingga

efek merokok terhadap hipertensi tidak

H0 gagal ditolak, tidak ada hubungan

hanya dipengaruhi dari status merokok

antara riwayat hipertensi keluarga dengan

tetapi juga dipengaruhi faktor lain seperti

kejadian

lamanya merokok dan jumlah rokok per

belakang dengan penelitian Anggraini et al

harinya.

yang mengatakan adanya hubungan antara


riwayat

hipertensi.

hipertensi

Hal

ini

keluarga

bertolak

dengan

kejadian hipertensi.12 Perbedaan ini dapat

[online]. 2010. Available from :

disebabkan

www.mdpi.com/journal/nutrients. 7

karena

jumlah

sampel

penelitian ini terlalu sedikit, sehingga tidak


banyak prevalensi hipertensi yang terambil.

February 2016
4. Black HR, Elliott WJ. Hypertension
a companion to braunwalds heart

Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa

disease. 2nd edition. Philadelphia:

faktor risiko kejadian hipertensi di wilayah

Elsevier Saunders; 2012. p.3-4.


5. Dhingra D, Michael M, Rajput H,

kerja Puskesmas Tanjung Duren Selatan

Patil RT. Dietary fiber in foods: a

adalah usia. Adapun untuk variabel serat,

review. [online]. J Food Sci Technol

kebiasaan merokok, riwayat hipertensi pada

49 (3). P. 255-8. Available from :

keluarga,

fisik,

http://

tidak

www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/

bermakna terhadap kejadian hipertensi

PMC3614039/pdf/13197_2011_Arti

karena

cle_365.pdf. 12 Februaru 2016. 7

IMT

merupakan

dan

faktor

secara

aktivitas

risiko

statistik

yang
hasil

yang

didapatkan tidak bermakna.

February 2016.
6. Pusat
Data

dan

Informasi

Kementrian Kesehatan RI. Perilaku

Daftar Pustaka

merokok
1. World Health Organization. A global

[online].

masyarakat
2013.

indoneisa.

Available

from

brief on hypertension. Switzerland:

http://www.depkes.go.id/download.p

World Health Organization; 2013.

hp?

p.9-10.

file=download/pusdatin/infodatin/inf

2. Kementrian Kesehatan RI. Masalah


hipertensi di Indonesia. [online].
2012.

Available

from:

http://www.depkes.go.id/article/print
/1909/masalah-hipertensi-di3. Lattimer JM, Haub MD. Effect of
dietary fiber and its components on
health.

Nutrient

sedunia.pdf. 20 February 2016.


7. Anggara FHD, Prayitno N. Faktorfaktor yang berhubungan dengan
tekanan darah di puskesmas telaga
murni, cikarang barat tahun 2012.

indonesia.html. 12 February 2016.

metabolic

odatin-hari-tanpa-tembakau-

2.

[online]. 2012. Available from :


http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/arti

kel%204.%20vol%205%20no

Lopez-Farre

%201_feby.pdf. 17 Februari 2016.

mechanisms

8. Saputri DE. Hubungan stres dengan


hipertensi

pada

Indonesia

tahun

2010.

penduduk
2007.

Available

di

[online].
from

http://lib.ui.ac.id/file?

AJ.

New

and

associated

old
with

hypertension in the elderly. [online].


International

Journal

Hypertension.

Available

of
from

http://www.hindawi.com/journals/ijh
y/2012/150107/. 9 February 2016.
11. Setiandar YOG, Sulastri D, Lestari

file=digital/20307276-T%2031098-

Y.

Hubungan%20stres-full%20text.pdf.

kejadian hipertensi pada laki-laki

17 Februari 2016.

usia 35 65 tahun di kota padang.

9. Sihombing M. Hubungan perilaku


merokok,

konsumsi

Hubungan

merokok

dengan

Padang: Jurnal Kesehatan Andalas;

aktivitas

2015. h. 434-9.
12. Anggraini AD, Waren A, Situmorang

fisik dengan penyakit hipertensi pada

E, Asputra H, Siahaan SS. Faktor-

responden obes usia dewasa di

faktor yang berhubungan dengan

Indonesia.

kejadian hipertensi pada pasien yang

makanan/minuman,

dan

[online].

Majalah

Kedokteran Indonesia. 2010. Volum

berobat

60

puskesmas

Nomor:9.

Available

from:

dipoliklinik
bangkinang

dewasa
periode

http://indonesia.digitaljournals.org/in

januari sampai juni 2008. [online].

dex.php/idnmed/article/viewFile/737

2009.

/740. 9 February 2016.

https://yayanakhyar.files.wordpress.c

10. Mateos-Caceres PJ, Zamorano-Leon


JJ, Rodriguez-Sierra P, Macaya C,

Available

from

om/2009/02/files-of-drsmed-faktoryang-berhubungan-dengan-kejadianhipertensi.pdf. 17 Februari 2016.

Anda mungkin juga menyukai