Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat merupakan komponen yang penting kehidupan sehari-hari maupun
dalam pelayanan kesehatan masyarakat, karena diperlukan dalam sebagian besar
upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit,
obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat juga dapat menyembuhkan
penyakit.
Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
apabila penggunaannya tidak tepat. Pengetahuan dan penggunaan mengenai obat
secara tepat perlu diketahui agar penggunaan obat dapat menghasilkan efek yang
diinginkan dan untuk mencegah efek samping maupun komplikasi dari
penggunaan obat.
1.2 Rumusan Masalah
farmakokinetik
dan
farmakodinamik
dari
eugenol,
indikasi
dan
kontraindikasi
dari
eugenol,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pulpitis Ireversibel
pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi, sikap berbaring yang
menyebabkan bendungan pada pembuluh darah. (Ingle, 2008)
Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat
datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas, dilukiskan oleh
pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah
parah, bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus. Terkadang menyebar ke gigi di
dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bawah belakang .Cepat atau lambat jika tidak
ditangani pulpitis ireversibel akan menjadi nekrosis. (Ingle, 2008)
2.1.4. Perawatan Pulpitis Ireversibel
1. Pulp Capping
Pulp Capping dibagi menjadi :
1) Direct Pulp Capping
Istilah ini digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas sisa
dentin karies. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi
kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai
dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin tanpa membuka kamar
pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc okside eugenol atau
dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di dasar kavitas. Apabila
pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karies diharapkan jaringan pulpa akan
bereaksi secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin
sekunder. Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari
inflamasi. Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi.
Apabila hal ini terjadi maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp
capping atau tindakan yang lebih radikal lagi yaitu amputasi pulpa (pulpotomi).
(Ingle, 2008)
Indikasi direct pulp capping apabila pulpa belum terinfeksi contohnya dalam
kesalah pengeboran. Direct pulp capping juga baik dilakukan pada anak-anak
(decidui) dan dewasa muda (permanen).
Kontra indikasi direct pulp capping apabila terjadi perforasi besar. Pada anak
muda potensi daya tahannya masih besar dan ruang pulpa masih lebar. Pulp
capping untuk merangsang pembentukan dentin sekunder.
yang telah
Dapat diselesaikan dalam waktu singkat satu atau dua kali kunjungan.
Pengambilan
pulpa
hanya
di
bagian
korona
hal
ini
menguntungkan karena pengambilan pulpa di bagian radikular sukar,
(3)
(4)
1.
Pulpotomi Vital
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan
(1)
Indikasi
1. Gigi tetap muda dengan akar yang belum terbentuk sempurna
2. Gigi sulung dengan karies yang mengekspos pulpa yang menunjukkan
3.
4.
5.
6.
(2)
Kontraindikasi
1. Gigi tidak dapat direstorasi
10
3.
2.
11
Amputasi mortal adalah amputasi pulpa bagian mahkota dari gigi yang
non vital dan memberikan medikamen / pasta antiseptik untuk mengawetkan dan
tetap dalam keadaan aseptik. Obat yang dipakai yaitu formokresol dan CHKM.
(Ingle, 2008)
1. Teknik non vital pulpotomi
1) Kunjungan pertama
(1) Ro-foto daerah kerja.
(2) Atap pulpa / ruang pulpa dibuka.
(3) Isi ruang pulpa dibersihkan dengan ekskavator atau bur bulat
yang besar sejauh mungkin dalam saluran akar.
(4) Ruang pulpa diirigasi dengan H2O2 3% dan NaOCl 5%
kemudian keringkan dengan kapas.
(5) Formokresol yang telah diencerkan atau CHKM diletakkan
dengan kapas kecil ke dalam ruang pulpa kemudian ditambal
sementara.
2) Kunjungan kedua (setelah 2 10 hari)
(1) Gigi diperiksa apakah ada rasa sakit atau tanda tanda infeksi.
(2) Tumpatan sementara dibuka dan kavitas dibersihkan dan
keringkan.
(3) Pasta dari ZnO dengan formokresol dan eugenol (1:1)
diletakkan dalam kamar pulpa, dilakukan penekanan agar pasta
dapat sejauh mungkin masuk dalam saluran akar.
(4) Kemudian di atasnya, diletakkan semen fosfat dan tutup
dengan tambalan tetap.
4.
Devitalisasi
Devitalisasi merupakan pengembalian jaringan pulpa yang terdapat dalam
pulp chamber dengan menyisakan jaringan pulpa di saluran akar dalam keadaan
steril dan nonvital dengan obat-obatan mumifikasi. (Ingle, 2008)
(1) Indikasi:
12
13
setiap pasien harus dianggap berpotensi menular dan standard precautions harus
diterapkan bagi semua pasien. Secara keseluruhan tujuan dari program
pengendalian infeksi adalah untuk mengurangi jumlah mikroorganisme patogen
ke tingkat di mana mekanisme pertahanan normal pasien dapat mencegah infeksi,
untuk memutus siklus infeksi dan menghilangkan kontaminasi silang, untuk
menangani setiap pasien dan instrumen yang mampu menularkan penyakit
menular, dan untuk melindungi pasien dan petugas kesehatan dari infeksi dan
konsekuensinya. Penggunaan yang tepat dari barrier techniques (sarung tangan,
masker, gaun, pelindung mata, karet dam), sterilisasi, desinfeksi, dan antisepsis
yang tepat dapat menyelesaikan tujuan ini. (Yagiela, 2011)
Sterilisasi adalah tujuan akhir dari setiap protokol kontrol infeksi karena
sterilisasi merupakan pembunuhan segala bentuk mikroorganisme. Untuk
membasmi virus yang resistan dan bakteri endospora secara efektif membutuhkan
14
aplikasi panas tinggi atau bahan kimia atau keduanya dalam waktu yang cukup.
Alat yang paling banyak digunakan untuk mencapai tujuan ini di tempat praktek
dokter gigi adalah unit sterilisasi panas kering, uap, dan uap kimia. Dalam dunia
kedokteran dan industri, sterilisasi termasuk etilen oksida dan formaldehid gas,
radiasi ultraviolet dan gamma, dan filtrasi. (Yagiela, 2011)
Disinfeksi adalah aplikasi bahan kimia untuk menghancurkan sebagian
besar organisme patogen pada permukaan benda mati. Antisepsis adalah
penggunaan bahan kimia untuk menghancurkan atau menghambat organisme
patogen pada kulit atau jaringan hidup. Perbedaan antara desinfeksi dan antisepsis
mungkin tampak sedikit, tapi mengarah pada berbagai perbedaan dalam produk
yang digunakan dan peraturan produk. Desinfektan berada di bawah otoritas dari
U.S. Environmental Protection Agency dan tunduk pada aturan lembaga untuk
demonstrasi efektivitas dan penggunaannya di tempat kerja. Antiseptik, karena
mereka dimaksudkan untuk aplikasi pada jaringan hidup, berada di bawah
peraturan dari US Food and Drug Administration (FDA) mengenai efektivitas dan
penggunaan klinisnya. (Yagiela, 2011)
Banyak permukaan area perawatan dapat terkontaminasi dengan air liur,
darah, dan zat yang berpotensi menular lainnya selama dilakukannya perawatan.
Penggunaan rutin dari desinfektan kimia dan perlengkapan yang sekali pakai
secara historis lebih tepat dalam kasus tertentu karena tidak mungkin dan tidak
perlu untuk mensterilisasi semua barang atau permukaan yang terkontaminasi.
Langkah ini terutama berlaku dalam kedokteran gigi, di mana banyak instrumen
dan permukaan lingkungan yang terkontaminasi dengan air liur dan darah selama
prosedur perawatan. Organisme yang terkandung dalam fluida ini termasuk
15
3.
liur, dahak),
produk harus murah, tidak berbau, efektif pada suhu kamar, tidak korosif,
tidak berwarna, tidak beracun untuk manusia, dan memerlukan waktu
paparan yang singkat.
16
yang ditujukan untuk mencuci tangan dapat kurang selektif daripada yang
digunakan sebagai obat kumur karena epitel keratin pada kulit memberikan
tingkat perlindungan dari antiseptik yang lebih besar daripada epitel oral.
(Yagiela, 2011)
Berbagai antiseptik dan desinfektan dapat diklasifikasikan menurut
mekanisme aksi dari agen yang mendenaturasi protein, agen yang menyebabkan
gangguan osmotik sel, dan agen yang mengganggu proses metabolisme tertentu.
Agen yang menyebabkan denaturasi protein atau gangguan osmotik cenderung
untuk membunuh organisme dan digambarkan sebagai bakterisida, virucidal, atau
fungisida di alam. Gangguan proses metabolik tertentu biasanya mempengaruhi
pertumbuhan dan reproduksi sel tanpa membunuh sel, menyebabkan efek
bakteriostatik, virustatik, atau fungistatik. (Yagiela, 2011)
17
Tabel 2.1. Aktivitas antimikroba dari beberapa antiseptik dan desinfektan (Sumber
: Yagiela, 2011)
Tabel 2. 3. Kegunaan lain dari antiseptik dan desinfektan (Sumber : Yagiela, 2011)
2.2.1.
1. Povidone Iodine
1) Definisi
Povidon Iodine adalah suatu iodofor dari pembentukan kompleks
antara
iodium
dengan
polivinilpirolidon
(Gunawan,
2007).
18
IV (1995) larutan povidon iodine mengandung tidak kurang dari 85% dan
tidak lebih dari 120% Iodum dari jumlah yang tertera pada etiket, serta
dapat mengandung sedikit etanol. Kandungan etanol (jika ada) antara 90%
dan 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Tinctura iodium merupakan salah satu antiseptik kulit tertua yang
pernah digunakan, tetapi mempunyai efek samping yang dapat mengiritasi
kulit dan memiliki insiden alergi yang cukup tinggi. Penggunaan iodium
mulai populer kembali pada dasawarsa terakhir, dengan dibuktikannya
bahwa iodium dapat mengikat komponen polivinilpirolidin untuk
mendapat aksi antibakteri yang baik. Kompleks iodofor yang terbentuk
memiliki frekuensi reaksi alergi dari tinctura iodium yang rendah,
sehingga apabila lapisan iodofor tetap dibiarkan pada kulit, pengeluaran
iodium yang lambat tetap berlangsung untuk beberapa jam (Sabiston,
1995).
Povidone - Iodine bersifat Larut dalam air dan larutan etanol (95%)
P, praktis tidak larut dalam kloroform , dalam eter P, dalam
karbontetraklorida P, dalam aseton P dan dalam heksana P. Larutan
povidon iodum mempunyai pH antara 1,5 dan 6,5 (Depkes, 1979).
2) Farmakodinamik dan Farmakokinetik
Povidon-iodine berangsur-angsur melepaskan iodium yang akan
berkerja sebagai antiseptik yang berspektrum luas (Gunawan, 2007). Zat
aktif ini bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 g/ml dan bersifat
bakterisid pada kadar 960 g/ml. Mycobacterium tuberculosis bersifat
resisten terhadap bahan ini. Povidon iodine memiliki toksisitas rendah
pada jaringan, tetapi detergen dalam larutan pembersihnya dapat
19
iodine
yang
digunakan
semakin
mempercepat
fase
penyembuhan luka.
3) Indikasi
Povidone iodine merupakan agen antimikroba yang efektif dalam
desinfeksi dan pembersihan kulit baik pra- maupun pascaoperasi, dalam
penatalaksanaan luka traumatik yang kotor pada pasien rawat jalan dan
untuk mengurangi sepsis luka pada luka bakar (Morison, 2003).
Menurut Dr. Henny Lukmanto (1986) zat aktif povidon iodine mempunyai
indikasi sebagai berikut:
20
1. Mensuci hamakan kulit, selaput lendir (termasuk vagina) pada operasi dan
suntik.
2.
Membunuh
kuman
agar
mencegah
infeksi
dan
mempercepat
iodine
10%
untuk
mengobati
bermacam-macam
luka.
Povidon iodine 7,5% sebagai sabun cair antiseptik untuk mandi, gatalgatal di kulit, membersihkan kulit dan tangan sebelum melakukan
operasai, membersihkan kulit
yang akan dioperasi.
2. Povidon iodine 1% mempunyai indikasi untuk peradangan dan infeksi
mulut, tenggorokan, gigi, gusi lidah sariawan, pencegahan infeksi pada
pembedahan luka
dan pencabutan gigi. (ISFI, 2009)
4) Efek Samping
Povidon Iodine harus hati-hati bila digunakan pada permukaan kulit
rusak yang luas (misalnya luka bakar), karena iodium dapat diresorpsi dan
meningkatkan kadarnya dalam serum sehingga dapat menimbulkan
asidosis, neutropenia dan hipotirosis (Tjay dan Raharjadja, 2007).
21
Toksisitas dari povidon iodine dapat terjadi apabila zat ini masuk ke
traktus gastro intestinal yang menyebabkan korosif.
5) Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Povidon Iodine
2. Klorin dioksida
Klorin dioksida adalah disinfektan yang mempunyai kecepatan dan
efektifitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan klorin dalam
menginaktifkan
bakteri.
Klorin
dioksida
tidak
mengakibatkan
22
23
24
25
mangan dan besi, untuk menghilangkan rasa dan bau dan mengurangi
produk samping klorin desinfeksi terkait.
Untuk dioksida pengolahan air minum klorin dapat digunakan baik
sebagai disinfektan dan sebagai agen pengoksidasi. Hal ini dapat
digunakan untuk kedua oksidasi pra-dan pasca-langkah oksidasi. Dengan
menambahkan klorin dioksida dalam tahap pra-oksidasi pengobatan
permukaan air, pertumbuhan ganggang dan bakteri dapat dicegah pada
tahap berikut. Klor dioksida mengoksidasi partikel mengambang dan
membantu proses koagulasi dan penghilangan kekeruhan dari air.
Klorin dioksida adalah disinfektan yang kuat untuk bakteri dan virus.
Hasil sampingan, klorit (ClO2-), adalah agen bakterisida lemah. Dalam
dioksida air klor aktif sebagai biosida untuk setidaknya 48 jam,
kegiatannya probaly outranges bahwa klorin.
Klorin dioksida mencegah pertumbuhan bakteri dalam jaringan
distribusi air minum. Hal ini juga aktif terhadap pembentukan film bio di
jaringan distribusi. Film bio biasanya sulit untuk mengalahkan. Ini
membentuk
lapisan
pelindung
di
atas
mikroorganisme
patogen.
26
Kualitas air menentukan waktu kontak yang diperlukan. Untuk pascadesinfeksi, konsentrasi antara 0,2 dan 0,4 mg / L diterapkan. Konsentrasi
produk sampingan sisa klorit sangat rendah dan tidak ada risiko bagi
kesehatan manusia.
2) Keuntungan
Kepentingan dalam penggunaan klorin dioksida sebagai alternatif
atau tambahan klorin untuk disinfeksi air telah meningkat dalam beberapa
tahun terakhir. Klorin dioksida adalah disinfektan bakteri sangat efektif
dan bahkan lebih efektif daripada klorin untuk disinfeksi air yang
mengandung virus. Klorin dioksida telah kembali perhatian karena secara
efektif menonaktifkan klorin-tahan patogen Giardia dan Cryptosporidium.
Klorin dioksida menghilangkan dan mencegah Film bio.
Disinfeksi dengan klorin dioksida tidak menyebabkan gangguan bau.
Ini menghancurkan fenol, yang dapat menyebabkan masalah bau dan rasa.
Klorin dioksida lebih efektif untuk menghilangkan besi dan mangan dari
klorin, terutama ketika ini ditemukan dalam zat yang kompleks.
Penggunaan klorin dioksida bukan klorin mencegah pembentukan
produk
sampingan
disinfeksi
berbahaya
terhalogenasi,
untuk
27
klorin
dioksida
mengurangi
resiko
kesehatan
pencemaran mikroba dalam air dan pada saat yang sama mengurangi
risiko polusi kimia dan produk sampingan. Klorin dioksida adalah
disinfektan lebih efektif daripada klorin, menyebabkan konsentrasi yang
dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme untuk menjadi jauh lebih
rendah. Waktu kontak yang diperlukan juga sangat rendah.
Bertentangan dengan klorin, klorin dioksida efektif pada pH antara 5
dan 10. Efisiensi meningkat pada pH tinggi, sedangkan bentuk aktif klorin
sangat dipengaruhi oleh pH. Dalam klorin dioksida keadaan normal tidak
menghidrolisis. Inilah sebabnya mengapa potensi oksidasi yang tinggi dan
kapasitas desinfeksi tidak dipengaruhi oleh pH. Suhu dan alkalinitas air
tidak mempengaruhi efisiensi. Pada konsentrasi yang diperlukan untuk
desinfeksi, klorin dioksida tidak korosif. Klorin dioksida lebih larut dalam
air dibandingkan klorin. Dalam beberapa tahun terakhir metode yang lebih
baik dan lebih aman untuk produksi klorin dioksida telah dikembangkan.
28
29
30
31
Tidak ada koloni bakteri yang terbentuk, kecuali mereka datang dalam
kontak dengan zat mutagenik yang mengubah materi genetik. Pengujian
menunjukkan bahwa kehadiran 5-15 mg / L ClO2 meningkatkan
mutagenity air. Sulit untuk membuktikan mutagenity klorin dioksida dan
produk sampingan klorin dioksida, karena zat ini biocides. Biocides
biasanya
menentukan mutagenity.
3. Povidone iodine
Povidone iodine adalah suatu iodofor suatu kompleks yodium
dengan
polivinil pirolidon.
sebagai
organic
dari
bahan
aktif
polivinil
pirulidon
dalam
perawatan
luka
namun
dapat
32
sensitisasinya hanya
1)
Indikasi
Infeksi kulit dan luka, terilisasi kulit sebelum pembedahan &
Efek Samping
33
Kemasan
Solution 10 % x 30 ml.
2.2.2. Aldehid
1.Sifat Biologi dan Reaktifitas
Aldehid merupakan komponen organik yang mengandung rangkaian
ikatan karbon. Kelompok fungsional ini memiliki struktur komponen RCHO, mengandung pusat karbonil (ikatan ganda karbon yang terikat
dengan oksigen) berikatan dengan hydrogen dan juga dengangrup R, yang
merupakan rantai alkil lainnya seperti yang terlihat pada gambar di bawah
ini.
34
35
aldophosphamide,
memberikan
efek
kepada
komponen
yang
paling
reaktif
dibandingkan
dengan
1) Glutaraldehid
36
4) Sediaan
Glutaraldehid dipasarakan sebagai larutan aqueous asam atau
basa 2% sampai 3.2%.
37
6) Efek Samping
2. Formaldehid
Formaldehid
(methanal,
CH2O)
merupakan
golongan
38
kerjanya
tetap
lebih
lambat
dibandingkan
glutarldehid.
2) Penggunaan Formaldehid
Larutan formaldehid digunakan sebagai larutan disinfektan atau
sterilan atau dikombinasikan dengan alat sterilisasi bertemperatur rendah.
Namun, oleh karena toksisitas dan sensitisitas yang ditimbulkan oleh
formaldehid tergolong tinggi, maka larutan formaldehid sudah sangat
jarang digunakan sekarang.
39
4) Kontraindikasi
penderita
yang
hipersensitif
terhadap
penggunaan
larutan
formaldehid.
5) Efek Samping
40
phenol
memiliki
keuntungan
dapat
mempertahankan
efek
41
antiseptic
hexachlorophene,
pencuci
tangan.
chlorhexidine
Yang
gluconate,
termasuk
dan
bisphenol
yaitu
parachlorometaxylenol.
42
lebih besar dari 0.1%, dengan laporan klinis menunjukkan akumulasi yang terjadi
pada jaringan kulit kepala bayi, absorpsi kutaneus, dan neurotoksisitas.
( Yagiela,2011)
Chlorhexidine gluconate (CHG) merupakan antiseptic yang paling banyak
digunakan dan merupakan derivat phenolic yang efektif digunakan untuk
kebersihan tangan, CHG adalah cationic bis-biguanide dengan aktifitas
antimicrobial yang didapat dari perlekatannya terhadap membrane sitoplasma
mikrobakterial, yang menghasilkan gangguan fungsi membrane. Selanjutnya
terjadi presipitasi dari konten intraselular yang akan mengakibatkan kematian sel.
Terdapat banyak sediaan yang berbeda dari CHG untuk pencuci tangan. Antiseptic
bentuk cairan atau detergen yang mengandung 0.5-0.75% CHG menunjukkan
efek antimicrobial yang lebih besar daripada sabun biasa (contohnya anionic
detergen). Kebanyakan fasilitas professional kesehatan menggunakan produk
yang mengandung 2-4% CHG untuk penggunaan yang lebih efektif.
( Yagiela,2011)
Spectrum antimicrobial dari CHG maksimal melawan bakteri gram positif,
dengan aktifitas yang kurang untuk melawan bakteri gram negatif dan fungi, juga
aktifitas yang minimal menawan M. tuberculosis. Efektifitas antivirus CHG in
vitro sangat lebih baik dalam melawan virus yang ber-envelope, seperti HSV, HIV,
dan influenza, dibandingkan dengan virus tanpa envelope (rotavirus, adenovirus,
enterovirus). Chlorhexidine juga merupakan agen virusidal yang efektid, dengan
aktifitas in vitro melawan HSV, CMV, influenza cirus, parainfluenza virus, dan
HBV dalam paparan selama 30 detik. Walaupun CHG antiseptic untuk tangan
43
44
spectrum luas karena lebih efektif dalam melawan bakteri gram positif, kurang
aktif melawan organisme gram negatif, dan berusaha memiliki beberapa efek
antifungal. ( Yagiela,2011)
Kegunaan pentingnya untuk pemerhati kesehatan yaitu kemampuan
PCMX untuk membunuh spesies Pseudomonas. Karena kemampuannya untuk
berpenetrasi pada permukaan epitel, PCMX merupakan alternative chlorhexidine
gluconate yang efektif dalam banyak pencuci tangan, dengan laporan potensian
sensitisasi alergi yang sedikit. ( Yagiela,2011)
Triclosan digunakan pada sabun antimicrobial dan ditemukan pada banyak
obat kumur dan pasta gigi sebagai agen antiplak. Antimicrobial bakteriostatik
ditambahkan pada sabun dan produk lain (contohnya pasta gigi) dengan
konsentrasi 0.2-2%. Aksi antimicrobial digunakan pada banyak sisi di sel bakteri.
Aksi tersebut termasuk mengganggu fungsi membrane sitoplasma dan sintesis
RNA, asam berlemak, dan protein dengan mengikatnya pada carrier protein
reduktase. Triclosan bersifat bakteriostatik dan fungistatik, dengan spectrum yang
luas dari aktivitas antimicrobial dan substantivitas. ( Yagiela,2011)
Efek toksis yang relative rendah untuk Pseudomonas aeruginosa
mengurangi penggunaan klinisnya, namun substantivitas epitel membuat triclosan
terdapat pada sabun tangan medis, antiperspirant, dan pasta gigi. Walaupun bahan
kimia ini termasuk banyak formulasi komersil, triclosan lebih kurang efektif
dibanding CHG, iodohhor, atau antiseptic berbasis alcohol dalam mereduksi
jumlah bakteri di tangan setelah mencuci tangan selama 1 menit. Keefisiensian
antimicrobial juga terganggu oleh perubahan pH, dan kehadiran surfaktan dan
45
emollient (obat yang melunakkan) pada jaringan epitel. Sebagai tambahan dari
aktivitas antimikrobialnya, triclosan juga memiliki efek antiinflamasi secara
langsung. Efek ini berasal dari penghambatan dari bagian histamine cascade.
( Yagiela,2011)
Sebagaimana
telah
disebutkan diawal,
Carbolic acid
merupakan
46
2.2.4. Alkohol
Mashita Dyah Chaerani - 160110130076
Alkohol, khususnya ethanol dan isopropanol, sudah digunakan bertahuntahun sebagai antimikroba dan carrier untuk antimikroba water-insoluble seperti
iodine dan fenol. Harga yang murah, vaporasi cepat, dan kurangnya residu
membuat alcohol sangat berguna untuk disinfeksi. Kemamupau alkohol untuk
mengendapkan protein mengurangi efektivitas antimikroba pada darah dan saliva.
Lapisan endapan protein mikroorganisme, melindungi mereka dari paparan
langsung alkohol. Ketidakefektifan alkohol terhadap beberapa spora bakteri,
virus, dan fungi mengurangi manfaat alkohsenol sebagai disinfektan untuk
permukaan atau instrument. (Yagiela. 2011)
Penggunaan isopropanol, ethanol, atau n-propanol dikombinasikan dengan
antimikroba lainnya
seperti chlorhexidine
tidak dapat
47
melepuh.
Sebagai disinfektan
digunakan
untuk
disinfeksi
air
dan
48
3)
4)
5)
6)
3.
Yagiela. 2011 )
Benzoyl Peroksida (Persol 2,5; jel 5%; krim 10%)
1)
Digunakan untuk jerawat.
2)
Secara bertahap melepas oksigen (dengan keberadaan air) yang
3)
4)
49
membran dan lipid. Agen anionik seperti sabun dan deterjen fosfat dodesil sulfat
tampaknya efektif terutama karena kemampuan membersihkan dan mengemulsi.
Agen yang memproses aktivitas antimikroba spesifik hampir secara eksklusif
efektif terhadap bakteri gram positif saja. (Yagiella, 2011)
Agen kationik, seperti yang dicontohkan oleh senyawa quaternary
ammonium, digunakan selama bertahun-tahun sebagai larutan sterilisasi dingin.
Menyebutnya sebagai larutan sterilisasi adalah keliru karena mereka benar-benar
tidak efektif terhadap spora bakteri, basil tuberkulosis, banyak bakteri gram
negatif, jamur, dan virus. Bioburden, air keras, dan waktu mengurangi efektivitas
larutan ini bahkan terhadap bakteri gram positif. Sebagai hasil dari keterbatasan
ini, Council on Dental Therapeutics of the American Dental Association (ADA)
menghilangkan senyawa ini pada tahun 1978 sebagai desinfektan dari ADAs
Accepted Product List. Meskipun antimikroba ini memiliki kekurangan, berbagai
larutan disinfektan permukaan dan kain lap yang teserapi mengandung generasi
quaternary ammonium selanjutnya dipasarkan. Persiapan tersebut adalah agen
pembersih yang baik dan sering diformulasikan dengan agen antimikroba lain
yang berfungsi sebagai desinfektan spektrum luas primer. Cetylpyridinium
chloride, benzethonium chloride, dan agen kationik yang sama juga digunakan
dalam larutan obat kumur dan obat sakit tenggorokan. (Yagiella, 2011)
2.2.7.
Logam Berat
50
2.2.8.
51
Eugenol
Fitria Rahmah - 160110130077
2.3.1. Definisi
Menurut Mosbys Dental Dictionary, eugenol adalah senyawa allyl
guaiacol yang berasal dari minyak cengkeh. Digunakan bersama dengan zinc
oxide dalam bentuk pasta untuk tambalan sementara, basis restorasi, dan bahan
cetak. Eugenol juga digunakan sebagai antiseptik, terutama dalam terapi
pengeboran dan penambalan gigi, dan sebagai anodin (penghilang rasa nyeri).
52
53
Cresophene
54
55
2.4.5. Formula
Dexamethasone base
0,10 %
Thymol 5,00%
Paraclorophenol
30,00%
Camphor 64,90%
Tabel 2.4. Formula Cresophene
2.4.6. Indikasi
Disinfeksi saluran akar sebelum obturasi, dressing saluran akar yang
terinfeksi. (Kalchinov, 2009)
2.4.7. Penggunaan
Cresophen diaplikasikan sekali, paling banyak dua kali, untuk setiap
saluran dosis berkisar 50mg untuk 7 menit sebelum obturasi. (Kalchinov, 2009)
2.4.8. Pencegahan
Isi digunakan selama satu tahu setelah dibuka, botol ditaruh di tempat
yang sejuk dan kering. (Kalchinov, 2009)
2.4.9. Sediaan
Liquid pada botol kecil 13ml. (Kalchinov, 2009)
56
2.5
Sodium hypochlorite
Muhammad Arfianto Nur - 160110130069
Sodium hypochlorite biasanya diproduksi dengan mendidihkan gas khlor
dengan larutan sodium hydroxide (NaOH). Reaksi ini akan menghasilkan sodium
hypochlorite ( NaOCl), garam (NaCl) dan air ( H 2O). Reaksi adalah seperti
berikut. (Estrela, 2000 ; Clarkson, 1998)
Cl2+2NaOH
57
58
Gambar 2.4. Hasil desinfeksi saluran akar yang diukur pada awal kunjungan
kedua.
I. Diirigasi dengan sodium hypochlorite 0,5 %
II. Perawatan yang sama dengan I namun menggunakan Sodium
hypochlorite 5%.
III. Perawatan yang sama dengan I namun menggunakan sodium
hypochlorite 5% dan EDTA.
IV. Diirigasi dengan sodium hypochlorite diikuti dengan Dressing
Camporate Phenol atau paramonochlorphenol.
V. Perawatan yang sama dengan IV namun menggunakan kalsium
hidroksida sebagai dressing. (Spangberg, 2002)
2.5.3. Mekanisme kerja sodium hypochlorite
59
NaOCl + H2O
+
+
NaOH + HOCl + Na + OH + H +OCl
60
yang
menghambat
enzim-enzim
bakteri
dengan
membentuk
61
62
2. Segera irigasi pasien dengan normal saline untuk mengurangi iritasi jaringan
lunak.
4. Biarkan perdarahan tetap ada karena akan membantu mengeluarkan iritasi dari
jaringan.
3) Pencegahan
Langkah-langkah dibawah ini dapat membantu operator mencegah terjadinya
komplikasi akibat dari bahan irigasi sodium hypochlorite. (Mehidpour 2007)
63
3. Jarum untuk mengirigasi ditempatkan kurang 1mm 3mm dari panjang kerja.
4. Jarum diletakkan secara pasif dan tidak tertekan di dalam saluran akar.
5. Pergerakan jarum irigasi dapat keluar dan masuk dengan mudah ke dalam
saluran akar.
2. Hanya
menggunakan
air
demineralisasi
untuk
pengenceran
sodium
hypochlorite.
3. Menyimpan larutan di dalam botol kaca buram atau wadah yang dilapisi
polyethylene yang tertutup rapat.
64
2.5.6. Keuntungan
1. Hasil reaksi pengoksidaan sodium hypochlorite dapat melarutkan jaringan pulpa
dan predentin. (Mehdipour, 2007)
2.5.7. Kerugian
1. Dapat menyebabkan inflammasi akut yang diikuti dengan nekrosis jaringan
apabila sodium hypochlorite berkontak dengan jaringan lunak yang vital
kecuali epitelium yang berkeratinisasi tinggi. (Mehdipour, 2007; Clarkson,
1998)
65
sifat osmosis yang memicu cairan keluar dari sel. (Mehdipour, 2007; Clarkson,
1998)
66
2.6
2.6.1
1.
2.
Bahan Padat
Gutta-Percha
Ag-Point (Kon Perak)
Bentuk dan komposisinya yaitu bahan perak murni dengan bentuk ukuran
67
pengisian serta kerapatan apikal akibat udara yang terjebak, penyusutan bahan dan
kelarutan pasta oleh cairan jaringan/ cairan mulut. (Schmalz, 2003).
2.6.3. Semen Saluran Akar
Menurut Schmalz (2003), semen saluran akar menyempurnakan kebutuhan
akan penutupan yang rapat. Semen saluran akar harus digunakan dengan bahan
pengisi, apapun teknik dan bahan yang digunakan. Semen saluran akar berperan
dalam meningkatkan hasil pengisian yang baik dan dapat untuk mengisi
ketidakteraturan saluran akar.
Dibagi 5 kelompok:
1. Berbahan dasar seng oksida egenol
Contoh : Procosol, Tubli-Seal, Kerr, Roth.
2. Berbahan dasar resin
Contoh : AH 26, Diaket, Hydron.
3. Berbahan dasar gutta-percha
Contoh : Chloropercha, Euca Percha.
4. Berbahan adesif dentin
Contoh : Ionomer gelas, Polikarboksilat,
Kalsium
Phosphat,Komposit,
Cyanokrilat.
5. Bahan dengan tambahan obat
Desinfektan : Endomethasone, N2, SPAD
Kalsium Hidroksid : Calcibiotic, Seal apex.
2.7
Endomethason
Putri Ratnasari 160110130081
2.7.1. Definisi
Endomethasone merupakan salah satu bahan pengisi saluran akar sebagai
sealer, dari jenis zinc oxide dengan paraformaldehyde dan kortikosteroid.
Endomethasone merupakan salah satu bahan pengisi pada perawatan saluran akar
(endodontik). Endomethasone merupakan salah satu nama produk dari bahan
68
69
70
2.8
2.8.1
Definisi
Gutta-percha adalah bahan yang paling umum digunakan untuk pengisian
saluran akar. Silver dulunya digunakan, tetapi telah dilarang karena kualitas
sealing yang kurang baik, bahkan ketika digunakan bersamaan dengan sealer, dan
karena tingginya tingkat korosi yang dapat menyebabkan diskolorasi gigi dan
kerusakan
pada
jaringan
lokal.
Titanium
juga
dapat
digunakan
dan
Komposisi
Gutta-percha adalah produk alami yang mengandung eksudat koagulasi
murni dari pohon kayu mazer (Isonandra percha) dari Malay atau dari Amerika
71
Selatan. Dua bentuk gutta-percha yang relevan dengan produk dental adalah
form dan form. form digunakan pada gutta-percha secara umum, sedangkan
form digunakan untuk produk yang diinjeksi karena memiliki sifat flow yang
lebih baik (Schmalz, 2003).
Komposisi gutta-percha bervariasi tergantung pabrik yang memproduksi.
Sifat yang berbeda ditemukan di merk yang berbeda pula karena gutta-percha
adalah produk alami dengan berat molekul yang berbeda. Awalnya, cadmium (Cd)
digunakan untuk memberi warna kuning yang berfungsi saat proses removal.
Sediaan gutta-percha modern menggunakan pewarna lain dan tidak mengandung
Cd. Beberapa sediaan gutta-percha mengandung kalsium hidroksida atau
chlorhexidine, dengan tujuan meningkatkan aktivitas antibakteri dan menstimulasi
apical healing (Schmalz, 2003).
Sifat Fisik
72
Sifat Biologis
Tidak ada reaksi toksik sistemik yang pernah dilaporkan pada literatur.
injectable
liquefied
gutta-percha
atau
heat-mediated
73
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Tutorial 1
Seorang perempuan bernama Nn. Aby berusia 25 tahun datang ke RSGM
dengan keluhan gigi depan kanan atas patah karena terjatuh sejak 2 hari yang lalu.
Gigi terasa sakit berdenyut terus menerus hingga mengganggu aktivitasnya.
Pemeriksaan Intra Oral gigi 11 fraktur mahkota hingga pulpa tereksponasi.
Perkusi dan palpasi (+). Dokter gigi mendiagnosa pulpitis irreversible gigi 11 dan
melakukan perawatan saluran akar 1 x kunjungan dengan medikamen eugenol,
cresophene dan irigasi NaOCL 0.5 % kemudian saluran akar diisi dengan
menggunakan endomethason dan gutapercha point. Pasien dianjurkan dating
kembali 1 minggu kemudian untuk control .
3.1.1
3.1.2
1.
2.
3.
4.
5.
3.1.3
3.1.4
Identitas Pasien
Nama
: Nn. Aby
Umur
: 25 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Terminologi
NaOCl
Medikamen Eugenol
Cresophene
Endometasone
Gutta percha point
Identifikasi Masalah
1. Gigi depan kanan atas patah
2. Gigi terasa sakit berdenyut terus menerus hingga mengganggu
aktivitas
Hipotesis
Pulpitis Irreversible gigi 11
74
75
3.1.5
Mekanisme
Gigi depan kanan atas patah
Pulpitis irreversible
Pengisian SA dengan
guttaperca + endomethasone
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis yang telah dilaukan,
diagnosis yang didapat untuk kasus Nn. Aby adalah pulpitis irreversible pada gigi
11 akibat terjadinya fraktur 1/2 mahkota pada gigi tersebut. Oleh karena itu, dokter
melakuka perawatan saluran akar untuk menangani masalah Nn. Aby.
Dalam perawatan saluran akar, diberikan medikamen eugenol yaitu bahan
antiseptic yang juga bersifat sedatif ( memberikan ketenangan dan mengurangi
rasa sakit). Eugenol banyak digunakan pada prosedur perawatan endodontic untuk
sterilisasi saluran akar. Eugenol merupakan antimikroba yang kurang baik tetapi
memiliki sifat analgesic yang cepat.
Selain eugenol, dokter juga memberikan cresophene. Cresophene
merupakan agen antimicrobial yang digunakan untuk perawatan saluran akar yang
terinfeksi. Cresophene memiliki aktivitas antibakteri terutama pada golongan
bakteri gram positif. Sedian cresophene memiliki sifat-sifat yang efektif dalam
disinfeksi kanal akar. Cresophene memiliki sifat iritan yang minimal dan
penelitian menunjukkan insidensi reaksi pada apikal gigi tergolong rendah.
Selanjutnya dilakukan irigasi dengan NaOCl 0.5 % dan pengisian saluran
akar menggunakan endomethasone dan gutta percha point. Para dokter gigi sering
menggunakan gutta percha sebagai pengisi saluran akar karena memiliki sifat
plastis sehingga gutta percha dapat beradaptasi dengan baik dengan dinding
saluran akar yang telah dipreparasi. Sedangkan Endomethasone adalah sealer
yang mengandung desinfektan berbahan dasar eugenol dan memiliki kandungan
76
77
DAFTAR PUSTAKA
78
and management. In: Cohen S, Burns RC, eds. Pathways of the pulp. 8
th
Dental
Indonesia
in
http://shop.cobradental.co.id/do/product/DE113/Eugenol2835 [Diakses 8
November 2015 13:30].
Chen Chung Wen, Kao Chia Tze, Tsui Hsien Huang. 2005. Comparison of The
Biocompatibility Between 2 Endodontic Filling Material for Primary
Teeth. Chin Dent J.
Cohen S, Hargreaves KM. 2006. Pathways of the Pulp, 9th ed. Mosby Elsevier, St.
Louis.
Estrela C, Estrela CRA, Barbin EL, Spano JCE, Marchesan MA, Pecora JD.
Mechanism of action of sodium hypochlorite. Braz Dent J 2002;13(2) :
113-7.
Farren ST, Sadoff Rs, Penna KJ. Sodium hypochlorite chemical burn. New York
State Dent J 2008; 74(1): 61-2.
79
Ganiswan,
Sulistia.
1995. Farmakologi
dan
Terapi.
Jakarta:
Fakultas
th
ed. Alih
80
Meechan, J. G. and R.A. Seymour. 2001. Drug dictionary for dentistry. England:
Oxford University Press.
Mehdipour O, Kleir DJ, Averbach RE. Anatomy of sodium hypochlorite accidents.
Compend Cont Educ Dent 2007; 28(10).
Mehra P, Clancy C, Wu J. Case report : Formation of a facial hematoma during
endodontic therapy. J Am Dent Assoc 2000; 131 : 67-71.
Mohan, Mandakini dkk. 2011. Pharmacological Agents in Dentistry: A Review
dalam Tripathi, K.D. (2008a). Essentials of pharmacology 6th Ed. New
Delhi:Jaypee, pp.857.
Mosby Dental Dictionary 2nd Edition. 2008. Elsevier Mosby.
Narlan Sumawinata. Jakarta : Hipokkrates
rstavik, D. 2005. Materials used for root canal obturation: technical, biological
and clinical testing. Blackwell Munksgaard: Endodontic Topics, 12, 25
38
Ramar K, Mungara J. 2010. Clinical and Radiographic Evaluation of
Pulpectomies Using Three Root Canal Filling Materials: An in-vivo study.
J Indian Soc Pedod Prev Dent.
Roberson TM, Heymann HO, Swift Jr EJ. 2006. Sturdevants Art and Science of
Operative Dentistry, 5th ed, Mosby Elsevier, St. Louis.
Saraf, Sanjay. 2006. Text Book of Oral Pathology. Jaypee Brothers: New Delhi.
Schmalz, Gotlfried. 2003. Textbook of Endodontology. Blackwell Publishing Ltd.
Septadont.
2011.
www.septodont.co.uk/products/endomethasone-n?
81
th