Anda di halaman 1dari 7

SISTEM PROTEKSI MOTOR Posted by Muhammad Syahwil Alwi | Posted in Tugas Kuliah | Posted

on Minggu, Desember 12, 2010 I. Pendahuluan Rele Proteksi adalah susunan peralatan
pengaman yang dapat merasakan atau mengukur adanya gangguan atau ketidakstabilan sistem
yang kemudian secara otomatis dapat memberikan respon berupa sinyal untuk menggerakkan
sistem mekanisme pemutus tenaga untuk memisahkan sistem yang terganggu sehingga sistem
lainnya dapat beroperasi secara normal. Rele proteksi biasanya digunakan untuk mendeteksi
adanya gangguan pada sistem tenaga listrik terutama untuk : Memberikan tanda bahaya atau
membuka Circuit Breaker (CB) sehingga memisahkan sebagian dari sistem tersebut selama
terjadinya kondisi yang tidak normal. Memisahkan bagian sistem yang tidak normal sehingga
mencegah kesalahan yang berikutnya. Melepas tenaga apabila di anggap berbahaya bagi
peralatan-peralatan listrik seperti : generator,motor, trafo dan sebagainya. Proteksi terdiri
dari perangkat peralatan yang merupakan sistem yang terdiri dari komponen-komponen
berikut : Rele ; sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang
selanjutnyamemberi perintah trip kepada Pemutus Tenaga (PMT). Trafo arus dan trafo
tegangan ; sebagai alat yang mentransfer besaran listrikprimer dari sistem yang diamankan ke
Relai (besaran listrik sekunder). Pemutus tenaga ; untuk memisahkan bagian sistem yang
terganggu. Catu daya (Battery) AC dan DC ; sebagai sumber tenaga untuk bekerjanya relai,
peralatan bantu untuk triping. Pengawatan (wiring) yang terdiri dari sirkit sekunder (arus
dan/atau tegangan),sirkit triping dan sirkit peralatan bantu. Jika salah satu komponen saja
dari perangkat tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka proteksi tersebut akan gagal
bekerja. Jika proteksi bekerja sebagaimana mestinva, maka kerusakan yang parah akibat
operasi abnormal dapat di minimalkan. a. Elemen Pengindra; Elemen ini berfungsi untuk
merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan, frekuensi, dan sebagainya
tergantung relai yang dipergunakan. Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan
keadaannya, apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan
normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke elemen pembanding. b. Elemen
Pembanding; Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu
diterima oleh elemen oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada saat
keadaan normal dengan besaran arus kerja relai. c. Elemen Pengukur / Penentu; Elemen ini
berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepat pada besaran ukurnya dan akan segera
memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal. Transformator arus ( CT )
berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah keadaan yang diproteksi dalam
keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding sekaligus alat pengukur
adalah relai, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat pengindera dan
membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja relai. Apabila besaran tersebut tidak
setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya, maka kumparan Relai akan bekerja
menarik kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan memberikan perintah pada
kumparan penjatuh (trip-coil) untuk bekerja melepas PMT. Sebagai sumber energi/penggerak
adalah sumber arus searah atau baterai. I.
Fungsi dan Peranan Rele Proteksi Maksud dan
tujuan pemasangan Relai proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan
bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta sekaligus
mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar,
dengan cara : a.
Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang
dapat membahayakan peralatan atau sistem. b.
Melepaskan (memisahkan bagian sistem

yang terganggu atau yang mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga
kerusakan instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau
dibatas seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi. c.
Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya. d.
Memberikan pelayanan
keandalan dan mutu listrik yang terbaik kepada konsumen. e.
Mengamankan manusia
terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. Berkaitan dengan fungsi dan peranan rele
proteksi tersebut, maka suatu sistem proteksi yang baik harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu : 1.
Sensitif Suatu Relai proteksi bertugas mengamankan suatu alat
atau suatu bagian tertentu dari suatu sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang
termasuk dalam jangkauan pengamanannya. Relai proteksi mendetreksi adanya gangguan
yang terjadi di daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan
tersebut dengan rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan pemutus tenaga
(PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu, sedangkan bagian sistem yang sehat
dalam hal ini tidak boleh terbuka. 2.
Selektif Selektivitas dari relai proteksi adalah suatu
kualitas kecermatan pemilihan dalam mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari
suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang
terputus menjadi lebih kecil. Relai proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal
atau gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi
normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi diluar daerah pengamanannya. 3.
Cepat Makin cepat relai proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan akibat
gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh
gangguan. 4.
Andal Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relai
proteksi tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi relai proteksi
bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila relai gagal bekerja dapat
mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada peralatan yang diamankan atau
mengakibatkan bekerjanya relai lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang lebih
luas. .Untuk tetap menjaga keandalannya, maka relai proteksi harus dilakukan pengujian
secara periodik. 5.
Ekonomis Dengan biaya yang sekecilnya kecilnya diharapkan relai
proteks mempunyai kemampuan pengamanan yang sebesar besarnya. 6.
Sederhana
Perangkat relai proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana dan fleksibel. II.
Penyebab Terjadinya Kegagalan Proteksi Jika proteksi bekerja sebagaimana mestinya, maka
kerusakan yang parah akibat gangguan mestinya dapat dihindari/dicegah sama sekali, atau
kalau gangguan itu disebabkan karena sudah adanya kerusakan (insulation break down di
dalam peralatan), maka kerusakan itu dapat dibatasi sekecilnya. Proteksi yang benar harus
dapat bekerja cukup cepat, selektif dan andal sehingga kerusakan peralatan yang mungkin
timbul akibat busur gangguan atau pada bagian sistem/peralatan yang dilalalui arus gangguan
dapat dihindari dan kestabilan sistem dapat terjaga. Sebaliknya jika proteksi gagal bekerja
atau terlalu lambat bekerja, maka arus gangguan ini berlangsung lebih lama, sehingga panas
yang ditimbulkannya dapat mengakibatkan kebakaran yang hebat, kerusakan yang parah pada
peralatan instalasi dan ketidak stabilan sistem. Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi
dapat disebabkan antara lain oleh : Relainya telah rusak atau tidak konsisten
bekerjanya. Setelan (seting) Relainya tidak benar(kurang sensitif atau kurang cepat).
Baterainya lemah atau kegagalan sistem DC suply sehingga tidak mampu mengetripkan
PMT-nya. Hubungan kotak kurang baik pada sirkit tripping atau terputus. -

Kemacetan mekanisme tripping pada PMT-nya karena kotor, karat, patah atau meleset. Kegagalan PMT dalam memutuskan arus gangguan yang bisa disebabkan oleh arus gangguanya
terlalu besar melampaui kemampuan pemutusan (interupting capability), atau kemampuan
pemutusannya telah menurun, atau karena ada kerusakan. Kekurang sempurnaan
rangkaian sistem proteksi antara lain adanya hubungan kontak yang kurang baik. Kegagalan saluran komunikasi tele proteksi. Trafo arus terlalu jenuh. III.
Motor Listrik
Mesin-mesin listrik digunakan untuk mengubah suatu bentuk energi ke energi yang lain,
misalnya mesin yang mengubah energi mekanis ke energi listrik disebut generator, dan
sebalik-nya energi listrik menjadi energi mekanis disebut motor. Masing-masing mesin
mempunyai bagian yang diam dan bagian yang bergerak. Bagian yang bergerak dan diam
terdiri dari inti besi, dipisahkan oleh celah udara dan membentuk rangkaian magnetik dimana
fluksi dihasilkan oleh aliran arus melalui kumparan/belitan yang terletak di dalam kedua
bagian tersebut. Pada umumnya mesin-mesin penggerak yang digunakan di Industri
mempunyai daya keluaran lebih besar dari 1 HP dan menggunakan motor Induksi Tiga Fasa.
Adapun kelebihan dan kekurangan motor induksi bila dibandingkan dengan jenis motor
lainnya, adalah : Kelebihan Motor Induksi : Mempunyai konstruksi yang sederhana.
Relatif lebih murah harganya bila dibandingkan dengan jenis motor yang lainnya.
Menghasilkan putaran yang konstan. Mudah perawatannya. Untuk
pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai penggerak mula. Tidak
membutuhkan sikat-sikat, sehingga rugi gesekan bisa dikurangi. Kekurangan Motor Induksi :
Putarannya sulit diatur. Arus asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 s/d 6
kali arus nominal motor. A.
Stator Pada dasarnya belitan stator motor induksi tiga fasa
sama dengan belitan motor sinkron. Konstruksi statornya belapis-lapis dan mempunyai alur
untuk melilitkan kumparan. Stator mempunyai tiga buah kumparan, ujung-ujung belitan
kumparan dihubungkan melalui terminal untuk memudahkan penyambungan dengan sumber
tegangan. Masing-masing kumparan stator mempunyai beberapa buah kutub, jumlah kutub ini
menen tukan kecepatan motor tersebut. Semakin banyak jumlah kutubnya maka putaran yang
terjadi semakin rendah. B.
Rotor Motor Induksi bila ditinjau dari rotornya terdiri atas dua
tipe yaitu rotor sangkar dan rotor lilit. Rotor Sangkar : Motor induksi jenis rotor sangkar lebih
banyak digunakan daripada jenis rotor lilit, sebab rotor sangkar mempunyai bentuk yang
sederhana. Belitan rotor terdiri atas batang-batang penghantar yang ditempatkan di dalam
alur rotor. Batang penghantar ini terbuat dari tembaga, alloy atau alumunium. Ujung-ujung
batang penghantar dihubung singkat oleh cincin penghubung singkat, sehingga berbentuk
sangkar burung. Motor induksi yang menggunakan rotor ini disebut Motor Induksi Rotor
Sangkar. Karena batang penghantar rotor yang telah dihubung singkat, maka tidak dibutuhkan
tahanan luar yang dihubungkan seri dengan rangkaian rotor pada saat awal berputar. Alur-alur
rotor biasanya tidak dihubungkan sejajar dengan sumbu (poros) tetapi sedikit miring. Rotor
Belitan : Rotor lilit terdiri atas belitan fasa banyak, belitan ini dimasukkan ke dalam alur-alur
initi rotor. Belitan ini sama dengan belitan stator, tetapi belitan selalu dihubungkan secara
bintang. Tiga buah ujung-ujung belitan dihubungkan ke terminal- terminal sikat/cincin seret
yang terletak pada poros rotor. Pada jenis rotor lilit kita dapat mengatur kecepatan motor
dengan cara mengatur tahanan belitan rotor tersebut. Pada keadaan kerja normal sikat
karbon yang berhubungan dengan cincin seret tadi dihubung singkat. Motor induksi rotor lilit
dikenal dengan sebutan Motor Induksi Slipring atau Motor Induksi Rotor Lilit. IV.
Gangguan

pada Motor Listrik Gangguan listrik adalah kejadian yang tidak diinginkan dan mengganggu
kerja alat listrik. Akibat gangguan, peralatan listrik tidak berfungsi dan sangat merugikan.
Bahkan gangguan yang luas dapat mengganggu keseluruhan kerja sistem produksi dan akan
merugikan perusahaan sekaligus pelanggan. Jenis gangguan listrik terjadi karena berbagai
penyebab, salah satunya kerusakan isolasi kabel. Jadi dari gambar di atas terlihat beberapa
gangguan yang mungkin saja terjadi yaitu; Pertama gangguan hubungsingkat antar phasa L1L2-L3. Kedua gangguan hubung-singkat Pemutus Daya. Ketiga gangguan hubung singkat antar
phasa setelah pemutus daya. Keempat hubungsingkat phasa dengan tanah. Kelima kerusakan
isolasi belitan stator motor, sebagai akibatnya terjadi tegangan sentuh jika badan alat
dipegang orang. Tipe-tipe gangguan elektrik dalam motor-motor adalah serupa dengan tipetipe gangguan elektrik dari generator-generator. Oleh karena itu, motor-motor secara umum
diproteksi dari gangguan-gangguan berikut: a.
Gangguan-gangguan stator. b.
Gangguan-gangguan rotor. c.
Beban lebih (Overload). d.
Tegangan-tegangan suplai
yang tidak seimbang termasuk mem-fasa tunggal (single phasing). e.
Tegangan kurang
(under voltage). f.
Starting fasa terbuka atau terbalik. g.
Kehilangan sinkronisme
(dalam kasus motor sinkron saja). V.
Proteksi terhadap Gangguan pada Motor Listrik
A.
Proteksi Stator (Stator Protection) Hubung-singkat stator dapat terjadi baik salah satu
fasa ke tanah mapun antara fasa ke fasa. Proteksi dari gangguan-gangguan ini dilengkapi
dengan bantuan perlengkapan pengetripan arus lebih tipe cawan (pot), garis (dash) atau
termal yang memberikan suatu karakteristik waktu-arus terbalik dan biasanya menyediakan
pengetripan sesaat pada arus yang tinggi. Rele-rele arus lebih sesaat diperlengkapi untuk
motor-motor dengan rating yang lebih besar (biasanya lebih dari 50 HP).
Proteksi
gangguan fase disediakan oleh dua elemen rele sesaat setelan tinggi (high set); setelan
(setting) itu dipilih sedemikian sehingga tepat di atas arus starting maksimum. Proteksi
gangguan tanah untuk motor yang beroperasi pada sistim netral ditanahkan disediakan oleh
rele sesaat yang sederhana yang mempunyai setting kira-kira 30% dari arus beban penuh
motor di dalam rangkaian sisa dari tiga CTs. Operasi rele dalam kaitan dengan kejenuhan CT
selama arus starting yang tinggi pada permulaannya harus dihindarkan. Ini biasanya dicapai
dengan meningkatkan setting tegangan rele dengan menyisipkan suatu tahanan penstabil yang
seri dengannya. Rincian dari satu skema seperti itu berlaku untuk semua motor induksi yang
ditunjukkan di dalam Gambar (8). Ketika motor beroperasi pada rele gangguan tanah (Earth
Fault) sistim netral tak ditanahkan maka peralatan pergeseran netral harus dipakai. Selain itu
proteksi diferensial kadang-kadang disediakan pada motor-motor yang sangat besar dan
penting dalam hal sistem netral tidak ditanahkan. B.
Proteksi Rotor (Rotor Protection)
Bentuk apapun dari ketidak-seimbangan salah satu di dalam suplai tegangan atau di dalam
pola pembebanan akan menyebabkan arus-arus urutan negatif mengalir di dalam stator yang
akan menginduksikan arus-arus frekuensi tinggi di dalam rotor. Frekuensi arus-arus ini di
dalam rotor adalah (2-S) kali frekuensi nominal dari suplai. Pemanasan rotor karena
komponen urutan positif dari arus stator adalah sebanding dengan nilai tahanan dc sedangkan
pengaruh pemanasan pada belitan rotor dari komponen urutan negatif adalah sebanding
dengan (2-S)f atau kira-kira 100 Hz. Pengaruh pemanasan dari arus urutan fasa negatif adalah
lebih besar dari arus urutan fasa positif. Proteksi motor oleh karena itu harus
mempertimbangkan hal ini jika itu adalah untuk memutuskan secara benar apakah beban
motor itu dapat mewakili suatu tingkat yang diberikan dari ketidak-seimbangan tegangan

tanpa pemanasan lebih. Tipe-tipe proteksi yang diperlengkapi tegangan-tegangan tidak


seimbang akan dibahas sesudah itu. Pada mesin-mesin rotor belitan beberapa tingkat proteksi
terhadap gangguan-gangguan di dalam belitan rotor dapat diperoleh oleh rele arus lebih
sesaat yang mengukur arus stator. Selain itu karena rotor langsung terhubung dengan beban,
maka persoalan mekanik dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan pada motor tersebut.
Mislanya; kopel yang terlalu besar atau beruba-ubah maupun pengasutan atau pengereman
yang terlalu sering. C.
Proteksi Beban Lebih (Overload Protection) Keanekaragaman yang
luas dari tugas-tugas motor dan desain-desain motor membuatnya sangat sulit untuk
mencakup semua tipe dan rating motor dengan suatu kurva karakteristik yang diberikan.
Proteksi beban lebih dirancang sedemikian sehingga itu memenuhi sedekat mungkin kurva
pemanasan mayoritas motor. Karakteristik proteksi sebaiknya berada tepat di bawah kurva
pemanasan motor yang diproteksi. Proteksi itu sebaiknya lebih disukai mempunyai
karakteristik yang dapat diatur sehingga itu mungkin dipakai pada desain-desain motor yang
berbeda dan tugas-tugas yang berbeda. Proteksi itu mestinya tidak mengizinkan motor untuk
distart kembali setelah pengetripan selagi temperatur belitan masih tinggi sebagaimana ini
mungkin mempunyai konsekuensi-konsekuensi berbahaya. Agar menjadi usaha perlindungan
yang efektif, suatu proteksi ideal perlu oleh karena itu bukan hanya memenuhi karakteristik
pemanasan dari motor tetapi juga karakteristik pendinginannya. Itu harus pula dipastikan
bahwa rele harus tidak beroperasi di bawah arus-arus starting yang besar sampai 6 kali arus
beban penuh yang dapat bertahan selama beberapa detik, setengah menit atau bahkan lebih
panjang di dalam kasus-kasus pengecualian.
Ketika menghentikan motor tanpa
sengaja, suatu arus yang sama dengan aliran-aliran arus starting dan mengakibatkan
kerusakan serius jika itu berlaku untuk waktu yang lebih panjang dibandingkan waktu starting.
Karenanya, semakin dekat karakteristik relai beban lebih memenuhi kurva arus starting
semakin baik motor itu diproteksi dari kerusakan seperti itu. Instalasi motor listrik umumnya
dipasangkan pengaman khusus untuk mengamankan beban lebih yang mungkin terjadi.
Walaupun arus hubung singkat dan arus beban lebih menyebabkan naiknya arus melebihi arus
nominal motor, tetapi karakteristik ke dua arus tersebut sangat berbeda. Dengan demikian
pengaman yang digunakan tentunya akan berbeda, dimana arus hubung singkat diproteksi
dengan rele arus lebih (overcurrent rele) dan arus beban lebih diproteksi dengan thermal
overload rele / TOR. TOR dipasang secara seri dengan kontak utama kontaktor magnit. Pada
gambar bimetal dialiri arus utama. Jika terjadi arus lebih, maka bimetal akan membengkok
dan secara mekanis akan mendorong kontak bantu NC 95-96. Oleh karena dalam prakteknya
kontak bantu NC 95-96 disambung seri pada rangkaian koil kontaktor magnit, maka jika NC
lepas, koil kontaktor tidak ada arus, kontaktor magnit tidak aktif dan memutuskan kontak
utama. Nilai pengaman arus lebih ini bisa diset dengan mengatur jarak pendorong kontak.
Dalam prakteknya pada permukaan rele pengaman arus lebih terdapat bidang kecil yang
berbentuk lingkaran, yang tengahnya bisa diputar dengan obeng minus. Juga terdapat tombol
tekan untuk mereset. D.
Proteksi Ketidakseimbangan dan Memfasa Tunggal (Unbalance
And Single Phasing Protection) Suplai tiga fasa yang tidak seimbang menyebabkan arus urutan
negatif mengalir di dalam motor yang mungkin menyebabkan pemanasan lebih belitan mesin.
Beban-beban tidak seimbang atau pembukaan satu fasa yang kebetulan dari suplai (memfasa
tunggal) tergantung pada beban masih memelihara jalannya motor, meski kondisi seperti itu
juga menyebabkan arus urutan negatif mengalir di dalam motor. Sebagaimana ditunjukkan

sebelumnya untuk motor-motor terhubung bintang (star), proteksi beban lebih dan memfasa
tunggal yang lengkap dapat disediakan dengan pengepasan (fitting) dua elemen beban lebih.
Karakteristik dari elemen-elemen beban lebih adalah sedemikian sehingga motor itu diizinkan
berjalan dengan suplai pada hanya dua fasa hingga waktu sedemikian karena ada resiko
kerusakan termal. Untuk motor-motor terhubung delta, pengaturan seperti itu memberikan
proteksi yang memuaskan ketika motor itu sedang berjalan dengan lebih dari 70% dari beban
penuh. Untuk mendeteksi kondisi memfasa tunggal suatu skema yang lebih baik menyediakan
suatu rele keseimbangan fasa atau rele-rele bimetal. Kadang-kadang dengan proteksi termal
motor-motor yang lebih penting dan besar dengan thermistor-thermistor disediakan. Ketika
pemanasan yang berlebihan terjadi karena beban lebih atau memfasa tunggal, thermistorthermistor yang menempel di dalam stator menyebabkan pengetripan sebagai hasil perubahan
di dalam tahanan.
Thermistor-thermistor cukup kecil untuk ditempelkan di dalam dan
dalam kontak langsung dengan motor dan belitan dan mereka mempunyai tanggapan termal
yang baik. Penggunaannya sebagai sensor-sensor temperatur, oleh karena itu menghapuskan
penundaan di dalam mentransfer panas ke elemen-elemen perasa yang sesungguhnya. Tiga
termistor koefisien termal negatif (NTC) ditempatkan pada bintik-bintik panas (hot spots) di
permukaan-permukaan dari ke tiga fasa belitan stator (satu pada masing-masing fasa) dan
secara elektris dihubungkan ke dalam rangkaian perasa temperatur. Sinyal dari rangkaian
perasa temperatur dicatu ke suatu switching amplifier yang menyebabkan suatu rele
beroperasi ketika sinyal-sinyal ini sama atau melebihi suatu tingkatan yang ditetapkan lebih
dulu. Suatu kontak normal-tertutup (N/C) dari rele ini dihubungkan di dalam rangkaian
kendali. Selama beban-beban normal sinyal dari sensor-sensor temperatur adalah di bawah
nilai yang ditetapkan lebih dulu dan rele tidak bekerja. Kontak N/C-nya memelihara rangkaian
kendali energized dan kontaktor tertutup. Ketika temperatur mencapai batas atas sinyal dari
rangkaian perasa temperatur menyebabkan satu keluaran di dalam amplifier dan rele
beroperasi untuk membuka kontaknya. Rangkaian kendali menjadi deenergized dan kontaktor
membuka untuk memutuskan motor dari suplai. E.
Proteksi Tegangan Kurang
(Undervoltage Relay) Pengoperasian motor pada tegangan kurang secara umum akan
menyebabkan arus lebih dan dengan demikian dapat diproteksi oleh peralatan beban lebih
atau peralatan peka temperatur. Bagaimanapun, suatu relay tegangan kurang elemen tunggal
yang terpisah yang diberi tenaga (energized) dengan fasa-tanah atau tegangan fasa-fasa dapat
disediakan untuk memproteksi terhadap jatuh tegangan tiga fasa atau suatu percobaan menstart dengan tegangan rendah pada semua fasa. Suatu penundaan waktu biasanya disatukan
untuk mencegah pengetripan oleh jatuh tegangan transien. F.
Proteksi Fasa Terbalik
(Reverse Phase Protection) Arah perputaran motor berubah jika urutan fasa diubah. Dalam
beberapa aplikasi motor tipe proteksi ini boleh menjadi suatu fitur penting dari proteksi
motor. Suatu cakram induksi, relay tegangan fasa banyak digunakan untuk memproteksi
motor-motor dari starting dengan satu fasa membuka atau dengan urutan fasa yang terbalik.
Hubungan-hubungan relay seperti itu ditunjukkan di dalam Gambar (13), torsinya adalah
sebanding dengan produk sinus dari kedua tegangan line-to-line. Relay itu tidak akan menutup
kontak-kontaknya dan karenanya motor itu tidak akan start kecuali jika semua ke-tiga fasa
ada dan di dalam urutan yang benar. G.
Kehilangan Sinkronisasi (Loss of Synchronism)
Suatu motor sinkron mungkin kehilangan sinkronisme (out of step) karena beban lebih yang
berat atau karena penurunan di dalam suplai tegangan. Kondisi seperti itu bisa dideteksi oleh

suatu relay yang bereaksi terhadap perubahan dalam faktor daya yang terjadi ketika ada pole
slipping. Tegangan antara dua fasa dibandingkan dengan arus di dalam fasa ketiga; suatu
relay armatur yang tertarik yang diberi tenaga dari suatu jembatan penyearah gelombang
penuh secara diferensial dihubungkan dan di dalam keadaan yang dioperasikan asalkan motor
itu di dalam sinkronisme (langkah). Suatu tahanan tak linier memproteksi penyearahpenyearah dan memperluas lingkungan operasi relay.
Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Anda mungkin juga menyukai