Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permasalahan air minum di suatu daerah perkotaan dapat ditinjau dari dua sisi
yaitu menyangkut tentang ketersediaan air maupun kebutuhan air. Ketersediaan air di
suatu daerah terutama yang menyangkut tentang kuantitas tentunya merupakan gejala
alam yang keadaannya sudah tetentu untuk suatu daerah tertentu, sedang yang
menyangkut tentang kualitas dapat merupakan gejala alam namun dapat juga
dipengaruhi oleh kegiatan manusia.
Permasalahan air minum mungkin diakibatkan oleh beberapa faktor seperti
ketersediaan air baku yang jumlahnya terbatas, air baku yang memiliki kualitas rendah
ataupun prasarana yang tersedia tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan yang
diperlukan (Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013).
1.2. Uraian Ringkas Sistem Penyediaan Air Minum
Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum yang dilakukan melalui sistem
jaringan perpipaan terdiri atas beberapa unit penyusun yaitu unit air baku, unit produksi,
unit distribusi, unit pelayanan dan unit bangunan penunjang (www.sanitasi.org).
1.2.1. Unit Air Baku
Unit air baku merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air
baku. Air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan
air

minum

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan

(www.sanitasi.org).
A. Kualitas dan Kuantitas Sumber Air Baku
Dalam perencanaan dan pembangunan sistem pengembangan air
minum perlu memperhatikan kuantitas dan kualitas dari sumber air baku
yang akan digunakan. Kuantitas dan kualitas tergantung dari jenis mata air
yang tersedia dan terbagi dalam empat kelompok yaitu a.siklus hidrologi, b.
Air permukaan, c. Air tanah, d. Air hujan.

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

a. Siklus Hidrologi
Keberadaan air di bumi mengalami proses setiap saat. Kondisi
siklus ini akan mempengaruhi jumlah air dari sumber sumber yang
ada. Proses siklus hidrologi yang terjadi di bumi yaitu pada saat siang
hari dimana matahari memancarkan panasnya ke bumi terjadi
penguapan diberbagai tempat seperti dari air sungai, danau, pohon dan
sebagainya. Uap air yang terbentuk akan berkumpul dan membentuk
awan, yang pada saatnya akan menjadi air hujan yang akan jatuh ke
permukaan bumi. Air hujan yang jatuh sebagian akan diserap oleh
permukaan tanah dan terkumpul di lapisan berbatuan yang disebut
dengan aquifer akan muncul berupa mata air atau diambil sebagai air
tanah dengan menggunakan pompa maupun muncul ke permukaan tanah
akibat tekanan air tanah yang cukup tinggi.
Aliran air permukaan akan mengisi sumber sumber air baku
lainnya seperti danau, kolam, sungai dan laut.
Perkiraan komposisi jumlah air di bumi dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Jenis Air

Air yang ada di udara


Air permukaan:
Air laut
Air danau
Air sungai
Air dari lapisan es
Air tanah
Total

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

Volume
(1000 km3)

Persentase dari
total

13

0.001

1.320.000
228
2
29.000
107.770
1.360.000

97.2
0.0017
0.00015
2.13
0.79
100

b. Air Permukaan
Berkenaan dengan penggunaan pada sistem penyediaan air bersih,
sumber air permukaan terbagi dalam beberapa jenis yaitu air danau,
pond, situ, kolam dan air sungai.
Kuantitas air permukaan
Kuantitas air permukaan sangat tergantung pada jumlah curah hujan
yang terjadi, biasanya pada musim kering jumlah air permukaan
berkurang dibandingkan dengan musim hujan.

Kualitas air permukaan


Karena keberadaan air permukaan bersifat terbuka dan dipengaruhi
ole kondisi yang mengalir maka kualitas air permukaan biasanya
keruh (NTU tinggi).

Kontinyuitas
Kontinyuitas air permukaan pada dasarnya dapat diandalakan yaitu
memiliki kapaasitas relatif stabil karena air yang ditampung besifat
renewable yaitu berasal dari air hujan dan daerah tangkapan.

c. Air Tanah
Air tanah berasal dari lapisan aquifer yang terdapat di dalam
tanah. Keberadaan air di lapisan aquifer berasal dari air hujan yang
meresap ke dalam tanah. Penggunaan air tanah bagi kebutuhan sistem
penyediaan air minum tidak dianjurkan karena dapat merusak
lingkungan.
Kuantitas air tanah
Kuantitas air tanah, khususnya saat ini, sudah sangat terbatas
terutama akibat pemakaian yang melebihi volume yang tersedia

Kualitas air tanah


Air tanah biasanya memiliki kualitas yang jernih karena telah
melewati lapisan tanah tertentu yang berfungsi sebagai saringan,
namun pada wilayah tertentu dapat ion Fe yang besar sehingga
menimbulkan warna kuning dan bau. Banyak juga sumber air tanah
memiliki kandungan CO2 agresif yang dapat mengakibatkan
terjadinya proses pembentukan karat pada logam.

Kontinyuitas air tanah


Ketersediaan yang stabil dari air tanah sangat tidak dapat diandalkan
karena volume yang ada sudah sangat terbatas. Khususnya pada

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

sumber air tanah yang berasal dari cekungan aquifer dimana air yang
ada terbentuk dari waktu yang lama sebelumnya dan tidak bersifat
renewable.
d. Air Hujan
Air hujan juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum
di beberapa tempat, karena pada daerah tersebut tidak memiliki sumber
air permukaan atau air tanah.
Kuantitas air hujan
Secara kuantitas, air hujan tidak dapat diandalkan sebagai sumber air
sistem penyediaan air minum, keberadaan air hujan hanya banyak
pada musim hujan, dan sulit didapatkan pada musim kemarau.

Kualitas air hujan


Sepanjang tidak mengalami kontaminasi dari luar, kualitas air hujan
sangat baik yaitu jernih, bebas bakteri dan tidak mengandung
mineral yang dapat mengganggu kesehatan manusia.

Kontinyuitas air hujan


Air hujan tidak memiliki kontinyuitas yang tetap karena tergantung
pada musim hujan.

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

B. Bangunan Pengambilan Air Baku.


jenis jenis bangunan pengambilan air baku yaitu :
a. Intake
Intake adalah jenis bangunan pengambilan air baku yang
bersumber dari air permukaan yaitu danau, situ, kolam dan
sungai.Perencanaan bangunan intake harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut :
1)

Bangunan intake harus dapat menjamin penyaluran air baku


dari sumbernya ke sistem penyediaan air minum setiap saat, baik
pada tinggi permukaan air di sumber air baku dalam keadaan

maksimum maupun minimum.


2)
Bangunan intake harus dapat mencegah masuknya sampah dan
kotoran lainnya yang dapat mengganggu bekerjanya pompa
3)

penyedot air baku.


Lokasi bangunan intake harus dipilih sedemikian rupa sehingga
dapat menghindari bertumpuknya lumpur yang dibawa oleh aliran
sungai pada muka intake yang dapat menyumbat aliran air masuk ke

4)

dalam intake.
Bangunan intake harus ditempatkan pada lokasi dengan kondisi
tanah yang stabil dan diperkuat dengan pondasi pancang sehingga
dapat aman terhadap kemungkinan longsor maupun amblas.

b. Sumur Bor Air Tanah Dalam ( Deep Well)


Sumur bor air tanah dalam adalah bangunan pengambilan sumber
air baku yang berasal dari air tanah dalam yang berada di lapisan aquifer
di bawah tanah, pada umumnya kedalaman sumur bor antara 60 m
hingga 200 m, tergantung dari kedalaman keberadaan lapisan aquifer di
dalam tanah. Hal hal yang perlu diperhatikan :
1) Penentuan lokasi sumur bor harus memperhatikan besarnya
kuantitas dan kualitas yang bisa didapatkan dari sumber air tanah
dalam yang akan diambil.
2) Penentuan besarnya diameter casing harus memperhatikan besarnya
diameter pompa submersible yang akan digunakan.
3) Panjang strainer harus cukup sesuai dengan ketebalan lapisan
aquifer.
Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

4) Untuk mencegah terjadinya karat, penggunaan bahan stainless steel


pada strainer sangat dianjurkan.
5) Penggunaan gravel sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya
penyumbatan pada permukaan strainer.
c. Broncaptering ( Bangunan Penangkap Mata Air )
Broncaptering adalah bangunan untuk menangkap mata air yang
keluar

dari

sumbernya.

Pembangunan

broncaptering

harus

memperhatikan karakter lingkungan alam yang ada seperti struktur


batuan yang membentuk lapisan aquifer, elevasi keluarnya sumber air,
dan pemanfaatan air yang telah berlangsung sebelumnya. Pembangunan
broncaptering perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1) Elevasi muka air tertinggi pada bak penampung harus jauh lebih
rendah dari elevasi keluarnya air dari sumber mata air secara alami.
2) Bangunan broncaptering harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dapat menangkap aliran air dari sumber mata air yang
keluar secara menyebar.
3) Broncaptering harus dilengkapi dengan saluran pelimpah, sehingga
apabila jumlah aliran dari mata air lebih besar dari daya tamping
bangunan penangkap maka air dapat mengalir dengan bebas.
4) Pembangunan broncaptering harus memperhatikan aspek social
masyarakat setempat yaitu dengan menyediakan saluran outflow
yang dapat digunakan untuk pemakaian air oleh lingkungan dan
masyarakat setempat.

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

d. Penampungan Air Hujan ( PAH )


Komponen bangunan penampungan air hujan terdiri dari :
1)
2)
3)
4)

Bidang penampung ( biasanya memanfaatkan atap rumah ),


Bak pengumpul,
Talang air,
Kran pemanfaatan air.

Hal hal yang perlu diperhatikan :


1) Bak penampung memiliki volume setidaknya untuk mencukupi
kebutuhan air minum minimum selama satu bulan.
2) Untuk mencegah air hujan terkontaminasi oleh kotoran maka PAH
dapat dilengkapi dengan saringan pasir.
3) Air hujan yang akan digunakan untuk air minum harus dimasak
terlebih dahulu hingga mendidih agar dapat terbebas dari bakteri
pathogen.

C. Saluran Transmisi
Fungsi dari saluran transmisi adalah untuk membawa air baku dari
bangunan pengambilan air baku ke unit produksi, atau membawa air hasil
olahan unit produksi ke reservoir. Saluran transmisi terdiri atas dua jenis
aliran :
a. Saluran Transmisi untuk Aliran Bebas ( tidak bertekanan )
1) Open canals
Saluran transmisi open canals biasanya terbuat dari beton bertulang.
Potongan melintang saluran open canals berbentuk trapesium.
2) Aquaduct
Aquaduct adalah open canals yang disangggah oleh jembatan untuk
membawa aliran air yang tidak bertekanan melewati lembah atau
jurang.

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

3) Tunnels
Tunnels adalah saluran air berbentuk canal namun tertutup. Jenis
saluran air ini digunakan pada saat saluran open canals harus
menembus bukit.
b. Saluran Transmisi untuk Aliran Bertekanan
Saluran transmisi untuk aliran yang bertekanan biasanya menggunakan
saluran pipa.
(Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013)
1.2.2. Unit Produksi
Unit produksi merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan
untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi,
dan/atau biologi.
Unit produksi dapat terdiri dari :
a. Bangunan pengolahan dan perlengkapannya (Instalasi Pengolahan Air),
b. Desinfektan,
c. Bangunan penampungan air minum.
a. Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Salah satu bagian dari unit produksi adalah Instalasi Pengolahan Air
(IPA). Jenis IPA ada berbagai macam, pemilihannya biasanya sesuai dengan
kondisi kualitas air baku yang akan digunakan. Berikut ini akan diuraikan
jenis jenis IPA yang umum digunakan di Indonesia yaitu system saringan
pasir lambat (slow sand filter), system koagulasi flokulasi sedimentasi
filtrasi dan aerasi.
b. Disinfeksi
Disinfeksi adalah proses pengolahan air untuk mematikan orgenisme
di dalam air khususnya bakteri pathogen. Untuk mematikan bakteri
pathogen, cara disinfeksi yang banyak digunakan adalah :

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

1) Menggunakan kaporit yang mengandung chlorine,


2) Menggunakan ozon,
3) Menggunakan sinar ultra violet (UV).
c. Reservoir (Bangunan Penampungan Air Minum).
Fungsi utama dari reservoir pada sistem penyediaan air minum adalah
untuk menciptakan kondisi setimbang pada jumlah kapasitas produksi dari
unit produksi terhadap fluktuasi kebutuhan di jaringan distribusi.
Berdasarkan fungsinya reservoir terbagi atas beberapa jenis yaitu :
1) Reservoir aktif, yaitu berupa menara air. Reservoir jenis ini berfungsi
bukan hanya sebagai penampung air produksi sehingga menciptakan
kondisi setimbang dengan kebutuhan distribusi namun juga akan
mengalirkan air ke jaringan distribusi secara gravitasi.
2) Reservoir pasif, yaitu berupa ground reservoir. Reservoir jenis ini hanya
berfungsi sebagai penampung air produksi sehingga menciptakan kondisi
setimbang dengan kebutuhan distribusi. Sedangkan pengaliran ke
jaringan distribusi dilakukan dengan system pemompaan.
(Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013).
1.2.3. Unit Distribusi
Unit distribusi terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi,
bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi
wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran.
Kontinuitas sebagaimana dimaksud adalah kewajiban memberikan jaminan
pengaliran 24 jam per hari.
Jaringan perpipaan distribusi berfungsi untuk mengalirkan air dari unit
produksi ke pelanggan. Jaringan distribusi menggunakan pipa dengan aliran
yang bertekanan, dimana sepanjang perpipaannya dihubungkan dengan saluran
pelanggan. Jenis sambungan pelanggan dapat berupa Sambungan Rumah (SR),
sambungan Hidran Umum (HU) maupun sambungan untuk pelanggan usaha
komersial. Jalur pipa distribusi biasanya ditanam mengikuti jalur jalan yang ada.
Untuk melakukan perencanaan perpipaan jaringan distribusi, maka
beberapa data yang perlu yang disiapkan adalah sebagai berikut :

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

1) Peta wilayah pelayanan yang berisikan informasi mengenai jalur jalan, jenis
pemanfaatan jalan untuk perumahan, perkantoran, pasar maupun untuk
komersial, jarak antar lokasi dan kantor wilayah.
2) Kebutuhan air pada masing masing pelayanan, baik untuk domestic
maupun non-domestik.
3) Jenis pipa yang akan digunakan
4) Perhitungan kebutuhan kapasitas pelayanan.
Pada dasarnya ada dua jenis sistem jaringan perpipaan distribusi yaitu :
a. Sistem Cabang (branched)
Sistem branched atau cabang adalah sistem jaringan perpipaan
distribusi yang terbuka. Sistem ini biasanya digunakan pada wilayah
perdesaan dimana besar wilayah pelayanan tidak teralu luas. Perhitungan
hidrolis pada sistem branched ini cukup sederhana yaitu setiap jalur pipa
dihitung secara terpisah.
b. Sistem Loop
Jaringan perpipaan sistem loop biasanya digunakan di wilayah
perkotaan dimana besar wilayah pelayanannya sangat luas. Sistem loop juga
disebut sistem tertutup. Perhitungan sistem loop ini lebih sulit daripada
sistem branched karena perlu menghitung kesetimbangan aliran pada
masing-masing jalur pipa di jaringan loopnya. Keunggulan dari jaringan
perpipaan distribusi dengan sistem loop adalah dapat memberikan pelayanan
yang stabil baik dari segi jumlah air yang disalurkan maupun besar tekanan
ke seluruh wilayah pelayanan.
(Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013)

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

1.2.4. Unit Pelayanan


Unit pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran. Untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan
hidran umum harus dipasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin
keakurasiannya, meter air sebagaimana dimaksud di atas, wajib ditera secara
berkala oleh instansi yang berwenang (www.sanitasi.org).
a. Sambungan Rumah
Pipa dan perlengkapannya, dimulai dari titik penyadapan sampai meter air
berada pada perumahan.
b. Hidran/Kran
Pekerjaan perpipaan dan pemasangan meteran air berikut konstruksi sipil
yang diperlukan sesuai gambar rencana biasanya untuk keperluan umum.
c. Hidran Kebakaran
Suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk mengambil air
dari pipa air minum untuk keperluan pemadaman kebakaran atau pengurasan
pipa.
(Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013)

1.2.5. Unit Bangunan Penunjang


Bangunan penunjang dalam sistem penyediaan air minum terdiri dari:
a. Bak Pelepas Tekan
Ditempatkan pada titik titik tertentu pada pipa transmisi, yang mempunyai
beda tinggi antara 60 meter sampai 100 meter terhadap titik awal transmisi
tergantung jenis pipa yang digunakan. Dengan waktu detens (td) adalah 1 5
menit.

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

b. Booster Station
Bangunan ini berfungsi untuk menambah tekanan air dalam pipa
menggunakan sistem pempopaan, biasanya di tempatkan pada tempat
tempat dimana air dalam pipa kurang dari kriteria tekanan air minimum.
c. Jembatan Pipa
Bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang menyebrang sungai atau
saluran, biasanya jembatan pipa ini memakai struktu dari baja.
d. Aksesoris Pipa
Aksesoris pipa meliputi:
1) Gate Valve
Bangunan ini brfungsi untuk mengontrol aliran air dalam pipa, gate valve
dapat menutup dan membagi aliran ke bagian lainnya dalam pipa
distribusi.
2) Air Valve
Air valve berfungsi untuk melepaskan udara yang selalu ada dalam aliran
ketika ada akumulasi udara atau memasukkan udara ketika tekanan air
dalam pipa menjadi negatif sehingga air dalam pipa tidak mengalir.
Katup angin dipasang pada tiap bagian dari jalur pipa tertinggi dan
mempunyai tekanan lebih rendah dari 1 atm, karena udara cenderung
terakumulasi di tempat itu.
3) Check Valve
Bangunan check valve ini dipasang bila pengaliran diinginkan satu arah.
Biasanya check valve dipasang pada pipa tekanan antara pompa dan gate
valve.
4) Wash Out
Bangunan wash out biasanya dipasang pada titik mati atau titik terendah
(lembah) dari jalur pipa dan di tempat tempat sebelum jembatan untuk
mengeluarkan endapan atau lumpur yang terdapat di dalam pipa.
(Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013)
BAB II
STANDAR DAN KRITERIA PERENCANAAN
2.1. Landasan Hukum
Adapun beberapa landasan hukum dan peraturan yang

digunakan dalam hal

penyusunan sistem penyediaan air minum ini diantaranya:


1) Undang undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air
Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

2) peraturan pemerintah Republik Indonesia nomer 42 tahun 2008 tentang


pengelolaan sumber daya air
3) PP No. 16 tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum
Berdasarkan PP No.16 tahun 2005 Perencanaan Teknis Prasarana dan Sarana Air
Minum ( Perencanaan Pengembangan SPAM ), dimana dalam PP No. 16 tahun
2005 ada beberapa tahapan yanng harus dilakukan yaitu:
1.
Penyusunan Rencana Induk
2.
Penyusunan Studi Kasus
3.
Penyusunan Perencanaann Teknis Spam
4) Permen PU No. 18 tahun 2007 tentang sistem pengembangan air minum
Berdasarkan permen PU No. 18 tahun 2007, pasal 21 ayat (1) : Perencanaan
Teknis Pengembangan SPAM adalah suatu rencana rinci pembangunan sistem
penyediaan air minum di suatu kota atau kawasan meliputi unit air baku, unit
produksi, unit distribusi, dan unit pelayanan.
(Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013)
2.2. Standar Kebutuhan Air
Untuk memenuhi kebutuhan air baku yang meliputi air bersih penduduk ( domestik
dan non domestik ) dan fasilitas umum, dengan maka terdapat faktor pertimbangan yang
dapat menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih.
Kebutuhan air minum suatu daerah perkotaan dianalisis berdasarkan beberapa
pertimbangan atau parameter yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Jumlah penduduk saat perencanaan sampai dengan akhir tahun perencanaan.
b. Target pelayanan yaitu rasio pelayanan air minnum yang diperhitungkan
berdasarkan jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan air minum sesuai
dengan anjuran pemerintah.
c. Jenis pelayanan dan satuan kebutuhan air yaitu:
1) Rumah tangga baik sambungan langsung maupun kran umum
2) Fasilitas sosial
3) Fasilitaas perdagangan
4) Kebutuhan industri
5) Kebutuhan khusus
d. Karakteristik kebutuhan air suatu daerah yang menggambarkan variasi kebutuhan
air harian yaitu kebutuhan air rata rata dan kebutuhan puncak.
e. Jumlah air yang hilang
Standar kebutuhan non domestik. sedangkan untuk konsumsi air non domestik
tambahan 15% - 20% dari jumlah kebutuhan air domestik sesuai dengan Permen PU no
18 tahun 2007.
2.2.1. Kebutuhan Air Domestik

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) yaitu pemakaian air untuk
aktivitas di lingkungan rumah tangga. penyediaan air baku untuk keperluaan
rumah tangga dihitung dengan berdasarkan:
1. Jumlah penduduk
2. Prosentase jumlah penduduk yang akan dilayani
3. Cara pelayanan air
4. Konsumsi pemakaian air (lt/org/hari)
Standar kebutuhan air domestik untuk konsumsi di daerah perkotaan adalah
120 150 l/orang/hari sesuai dengan Permen PU no 18 tahun 2007 sedangkan
untuk konsumsi air domestik di daerah pedesaan adalah 60 l/orang/hari sesuai
dengan Permen PU No. 18 tahun 2007.
A. Parameter Dalam Menentukan Tingkat Pelayanan Air Bersih
Beberapa parameter yang dipakai dalam menentukan tingkat
pelayanan air bersih untuk kebutuhan air domestik yang akan direncanakan
meliputi:
a. Konsumsi Pemakaian Air Bersih
Untuk konsumsi air bersih domestik ditentukan untuk sambungan rumah
(SR) sebesar 120 l/dt dan sambungan umum (SU) sebesar 30 l/dt.

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

b. Jumlah Jiwa per Sambungan


Jumlah jiwa persambungan rumah dihitung berdasarkan jumlah rata
rata untuk SR sebesar 5 jiwa/sambungan dan SU sebesar sebesar 100
jiwa/sambungan.
B. Penentuan Standar Kebutuhan Domestik
Konsumsi jaringan perpipaan domestik (KJDP) adalah air yang
terdistribusikan (Qd) oleh pengelola SPAM (dari hasil pengamatan diambil
m3/bln dan di jadikan m3/hari), dikurangi volume kebocoran (persentase
kebocoran 20% x Qd), dibagi dengan jumlah jiwa yang terlayani (Pt).
jadi dapat di simpulkan:
KJDP = (Qd (20% x Qd))/Pt, sehingga didapat kebutuhan air domestik
dalam m3/orang/hari dijadikan dalam l/orang/hari.
2.2.2

Kebutuhan Air untuk Non Domestik


Kebutuhan air non domestik yaitu pemakaian air di luar pemakaian untuk
rumah tangga. termasuk ke dalam kelompok kebutuhan air untuk keperluan non
domestik meliputi niaga, kesehatan, sosial, perkantoran, pendidikan dan
peibadatan. Standar kebutuhan kebutuhan air non domestik yaitu tambahan 15 %
dari kebutuhan air domestik sesuai dengan permen PU No. 18 tahun 2007 atau
sesuai dengan kebutuhan non domestik yang direncanakan.

2.3. Kriteria Perencanaan


2.3.1. Pemilahan Sumber Air Baku yang Memenuhi Syarat Kualitas dan
Kuantitas
Parameter untuk kualitas bisa mengacu pada Permenkes No.492 tahun
2010, sedangkan untuk parameter kuantitas adalah debit yang memenuhi
kebutuhan proyeksi 15 20 tahun yaitu dengan cara mengkaji neraca air dari
sumber air yang akan diambil untuk air baku penyediaan air minum.

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

2.3.2. Transmisi Air Baku dan Transimisi Air Olahan


Pada perencanaan menggunakan saluran tertutup dengan pipa kecuali air
baku boleh dengan saluran terbuka yang terlindungi.
Buatkan rencana jalur pipa transmisi kemudian plotkan pada peta rupa
bumi atau petacitra satelit, perkirakan panjang dan elevasinya, kemudian
perkirakan diameter pipa transmisi yang akan digunakan.
2.3.3. Sistem Pengolahan Air
Sistem pengolahan air terdiri dari dua yaitu:
a. Pengolahan lengkap yaitu pengolahan yang diperlukan untuk air baku yang
mempunyai turbidity (kekeruhan) antara 5 sampai 50 NTU (net turbidity
unit) dalam instalasi pengolahan air lengkap akan ditambahkan unsur unsur
kimia

untuk

penurun

kekeruhan,

pengontrol

Ph

air,

dan

suci

hama(desinfektan) misalkan Alum, PAC untuk penurun kadar kekeruhan,


soda ash untuk pengontrol Ph air.
b. Pengolahan parsial yaitu pengolahan untuk air baku dengan kekeruhan
kurang dari 5 NTU misal saringan pasir lambat tanpa pembubuhan kimia
kecuali desinfektan.
2.3.4. Pola Sistem Distribusi
Ada 2 pola sistem distribusi yaitu pola cabang dan pola cincin, dalam
penyusunan RI SPAM, SPAM perpipaan jaringan distribusi tidak perlu terlalu
rinci cukup mengasumsi biayanya saja, yaitu dengan mengalikan jumlah SR
yang akan dipasang dengan perkiraan harga pemasangan SR lengkap +100 m
pipa pelayanan atau 2,5 jt 3jt IDR tergantung harga suatu wilayah. Halini di
perlukan untuk memperkirakan biaya investasi untuk distribusi.
2.4. Periode Perencanaan
Periode perencanaan dalam sistem penyediaan air minum antara 15 20 tahun dan
dievaluasi setiap 5 tahun.

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

2.5. Daerah Pelayanan


Daerah pelayanan harus disesuaikan dengan arah pengembangan yang ada dalam
RT/RW serta memperhatikan daerah potensial, daerah yang tinggi kepadatan
penduduknya, daerah strategis (wisata, industri, perkantoran), daerah dengan penduduk
berpenghasilan rendah (MBR), daerah rawan air, serta kebijakan pemerintah kabupaten
dalam penyediaan air minum.
(Buku Ajar Sistem Penyediaan Air Minum, 2013)
.

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum

Anda mungkin juga menyukai