Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Dasar - dasar Ilmu Tanah :

Struktur Tanah
ACARA IV
STRUKTUR TANAH
ABSTRAKSI
Praktikum acara IV yang berjudul Struktur Tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Senin tanggal 10 Maret 2014 .
Struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan kemampuan tanah untuk menunjang
pertumbuhan tanaman. Tujuan dari praktikum adalah untuk menetapkan kerapatan masa tanah (Berat
Volume) atau BV, menetapkan kerapatan butir tanah (Berat Jenis) atau BJ, dan menetapkan porositas total
tanah (n). Struktur tanah digunakan untuk menggambarkan tingkat kesarangan atau kelonggaran
antarpartikel. Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara
langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman
pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang
padat. Metode yang digunakan dalam penentuan penentuan struktur tanah adaah metode penentuan
kuantitatif cara lilin dan piknometer. Pada praktikum dilakukan pengukuran terhadap kerapatan masa
tanah (BV). Semakin tinggi nilai BV maka semakin mampat suatu tanah dan sebaliknya, semakin rendah
nilai BV maka semakin longgar partikel tanah. Namun dari hasil percobaan didapatkan BV tertinggi Ultisol
sebesar 2,17 g/cm, BJ tertinggi pada Ultisol sebesar 2,25 g/cm 3, dan porositas tertinggi pada Vertisol sebesar
31,34%. Hasil ini menunjukkan bahwa Ultisol memiliki tekstur yang paling rendah dan mempunyai agregat
pejal,lalu vertisol mempunyai pori banyak.
Kata kunci : struktur tanah, berat volume (BV) tanah, berat jenis (BJ) tanah, porositas tanah

PENGANTAR
Tanah merupakan materi yang melapisi seluruh daratan di bumi yang terdiri dari bahan organic
dan anorganik. Tanah dipengaruhi oleh proses gabungan anasir alami yaitu bahan induk, iklim,
topografi, dan organism yang bekerja pada waktu tertentu. Pengaruh tersebut mengakibatkan
kenampakan dan sifat-sifat tanah bdi daerah tertentu berbeda dengan daerah lain. Dengan kata
lain, oleh karena intensitas factor-faktor pembentuk tanah antar daerah satu dengan yang lain
berbeda maka tanah yang terbentuk juga berbeda. Hal ini mempengaruhi perbedaan tekstur tanah
di suatu daerah. Tanah memiliki 3 fraksi penyusun yaitu debu, lempung, dan pasir. Ketiga fraksi
tersebut proporsi dan komposisinya antara jenis tanah satu dengan yang lain berbeda-beda.
Dengan kata lain fraksi yang dominan pada suatu tanah tertentu akan merupakan cirri dari jenis
tanah tertentu. Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk menetapkan tekstur tanah secara
kualitatif dalam keadaan basah.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi
karena butir-butir pasir, debu dan lempung terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan
organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk,
ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda. Tanah yang dikatakan
tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas,
misalnya tanah pasir) atau yang saling melekat menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan
disebut massive atau pejal ( Anonim, 2011).
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel partikel tanah seperti
pasir, debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang

belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut ped. Struktur yang dapat
memodifikasi pengaruh tekstur tanah dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia
unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan air (Madjid, 2009).
Tanah dengan struktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur unsur hara lebih
mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat
sehingga tidak dapat bersinggungan dengan rapat, akibatnya pori pori tanah banyak terbentuk.
Disamping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak sehingga pori pori tanah tidak mudah
tertutup (English et al, 2005).
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam
kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan perubahan akar. Struktur
lapisan dipengaruhi oleh praktis dan dimana aerasi dan draenase membatasi pertumbuhan
tanaman. System pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan
hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Kohnke, 2005).
Pada lahan rawa atau gurun, struktur tanah kurang atau tidak terbentuk, karena butiran
tanah bersifat tunggal atau tidak terikat satu sama lain. Berbagai jenis struktur tanah antara lain
berupa gumpalan atau remah. Struktur tanah pada berbagai lapisan tanah bisa berbeda.
Kegiatan-kegiatan petani berupa pembajakan, pemupukan, dan pengolahan tanah dapat
mengubah struktur tanah asli (Saxton, 2006).

METODOLOGI
Praktikum Struktur Tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada hari Senin, tanggal 10 Maret
2014. Dalam praktikum ini digunakan alat dan bahan sebagai berikut : tanah bongkah kering
udara, cawan pemanas lilin, lampus piritus, penumpu kaki tiga, tabung ukur, pipet ukur 10 ml,
dan termometer. Alat dan bahan tersebut digunakan dalam pengukuran kerapatan massa tanah
(BV). Sedangkan untuk mengukur kerapatan butir tanah (BJ), alat dan bahan yang digunakan
yaitu contoh tanah kering udara 2 mm, piknometer, timbangan, kawat pengaduk halus, dan
termometer.
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengukuran BV yaitu diambil satu contoh
tanah bongkah kering udara, kemudian dibuat menjadi bola dengan pisau atau kuku jari tangan
sedemikian rupa, sehinga dapat masuk ke dalam tabung ukur dengan longgar 1-1,5 cm. Lalu
permukaannya dibersihkan dari butir-butir tanah yang menempel secara hati-hati. Contoh tanah
bulat tersebut diikat dengan benang sehingga dapat digantung dan kemudian ditimbang sehingga
didapatkan nilai a gram. Di tempat lain, lilin dicairkan dalam cawan pemanas dan diukur
suhunya dengan termometer. Pada suhu 60-70C bongkah tanah dicelupkan kedalam lilin
beberapa detik ( 2-3 detik). Dipastikan lilin benar-benar menutupi permukaan bongkah. Setelah
dingin, bongkah tanah berlilin tersebut ditimbang sehingga didapatkan nilai b gram. Kemudian
tabung ukur diisi dengan aquadest sampai volume tertentu (p ml) dan bongkah tanah berlilin
dimasukkan perlahan-lahan (volume air aquadest akan naik dan didapatkan q ml). Jika volume
air tidak jelas, ditambahkan air melalui pipet ukur sebanyak r ml sampai tepat agar mudah
diamat. Bongkah tanah diangkat dan tabung ukur dibersihkan dan data yang telah didapatkan
dimasukkan ke dalam perhitungan. Kemudian, langkah pertama untuk mengukur BJ adalah
piknometer kosong yang telah bersih dan kering ditimbang dalam keadaan tersumbat (a gram).
Setelah itu, piknometer didisi dengan tanah kering udara 2mm sampai
volume
piknometer kemudian disumbat dan ditimbang (b gram). Kemudian, ditambahkan aquadest

sampai

volume piknometer dan diaduk dengan pengaduk kawat untuk menghilangkan

udara yang tersekap. Setelah itu, didiamkan selama 1 jam dan diukur suhu suspensinya (t 1C).
Kemudian, BJ suspensi dibaca pada tabel BJ (BJ1) yang ada di ruangan. Jika masih terdapat
udara yang tersekap, aduk-aduk kembali suspensi tersebut dengan kawat pengaduk. Jika tidak,
langsung ditambahkan aquadest sampai
leher piknometer dengan botol pancar dan jangan
sampai mengaduk tanah dalam suspensi. Lalu, dibersihkan dari busa yang terdapat disekitar leher
piknometer dengan menggunakan pengaduk kawat. Kemudian piknometer disumbat, dikeringkan
bagian luarnya dan ditimbang (c gram). Setelah itu, isi pikno dikeluarkan dan dibersihkan.
Setelah bersih, pikno kembali diisi dengan aquadest sampai penuh dan disumbat (amati aquadest
masuk dalam pipa kapiler). Setelah itu, permukaan luar pikno dikeringkan dan ditimbang (d
gram). Kemudian, suhu dalam pikno diukur ((t 2C) dan BJ suspensi dibaca pada tabel BJ (BJ2)
yang ada di ruangan. Data-data yang telah didapatkan kemudian dimasukkan ke dalam
perhitungan.
Perhitungan BV :
BV =
gr/cm3

BV =

Perhitungan BJ :
BJ =
gr/cm3

BJ =

Porositas Total Tanah (n) :


n=
n = [1-

] x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 4.1 Nilai Berat Jenis, Berat Volum dan Porositas Tanah Golongan A1
Jenis Tanah
BJ (gr/cm3) BV (gr/cm3)
n (%)
Alfisol
1,44
1,9
24
Entisol
1,6
2,14
25

Vertisol
Ultisol
Molisol

1,325
2,17
1,51

1,93
2,25
1.82

31,34
3,24
15,89

Contoh perhitungan nilai BV, BJ, dan n pada tanah Alfisol :


Perhitungan BV :
Jenis
BV
KL
a
b
p
q
r
Tanah
(gr/cm3)
Alfisol
7,566
2,578 2,947 30
32
0
1,44

BV =
gr/cm3

BV =

gr/cm3

BV =

gr/cm3

BV =

gr/cm3

BV =

Perhitungan BJ :
Jenis
Tanah
Alfisol

KL
7,566

27,808 58,883

BJ1

94,05

72,252

0,994

BJ =

gr/cm3

BJ =

gr/cm3

BJ =

BJ =

gr/cm3

BJ
(gr/cm3)
0,995
1,9
BJ2

Porositas Total Tanah (n) :


n=

n = [1-

] x 100%

n = 24 %
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat
(butir) tanah dan ruang antaragregat. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori).
Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udaradan pori
berukuran kecil (mikropori) terisi air.
Sruktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari butiran-butiran atanah.
Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debudan liat terikat satu sama lain oleh perekat
seperti : bahan organic, oksida besi dll.. Secara awam istilah struktur tanah digunakan untuk
menggambarkan tingkat kesarangan antar partikel tanah. Bila suatu tanah mempunyai tingkat
ikatan partikel yang sarang, maka biasa disebut struktur longgar, dan jika sebaliknya maka
disebut struktur mampat.
Struktur tanah merupakan satu kesatuan dengan tekstur dan konsistensi tanah. Struktur
tanah juga merupakan interaksi dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.Beberapa faktor yang
mempengaruhi struktur tanah anatara lain yaitu :
1.
Bahan Induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah
serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam pembentukan agregat,
karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada permukaan butiran pasir dan setelah
dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat. Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap
agregasi, sedangakan kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.
2.
Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian.
Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan organik dan
organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.
3.
Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap. Akar
tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu dengan adanya
tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain itu celah-celah tersebut
dapat terbentuk dari air yang diserp oleh tnaman tesebut.
4.
Organisme tanah
Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu
berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkna tanaman.Secara tidak langsung
merombak sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan dikeluarlan lagi menjadi bahan
pengikat tanah.
5.
Waktu

Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu
berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
6.
Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan, pencairan.
Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan agregat tanah.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan terhadap nilai BV, BJ, dan n (%)
tanah yang terdiri dari tanah jenis Entisol, Alfisol, Ultisol, Molisol, dan Vertisol didapatkan
beberapa data sebagai representasi porositas total tanah yaitu sebagai berikut : BV Alfisol 1,9
g/cm3 ,BJ Alfisol 1,44 g/cm3 dan porositasnya 24%.BV Entisol 1,6 g/cm3 ,BJ Entisol 2,14
g/cm3 dan porositasnya 25,23 %.BV Vertisol 1,325 g/cm3,BJ Vertisol 1,93 dan porositasnya
31,4%.BV Ultisol 2,17 g/cm3,BJ Ultisol 2,25 g/cm3 dan porositasnya 3,24 %.BV Molisol 1,51
g/cm3,BJ Molisol 1,82 g/cm3 dan porositasnya 15 %. Dari data tersebut telihat bahwa nilai
porositas total tanah dari yang paling besar hingga terkecil secara berurut yaitu Vertisol, Entisol,
Alfisol, Molisol dan Ultisol.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa Vertisol memiliki nilai porositas lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lain.Padahal jika diamati dari segi tekstur tanah,Verisol termasuk ke
dalam tanah yang memiliki karakteristik Lempung (praktikum acara III) yang notabene
porositasnya rendah.Sedangkan tanah Entisol yang termasuk kedalam tanah bertekstur geluh
pasiran justru nilai porositasnya lebih rendah dibandingkan dengan Vertisol.
Pada percobaan yang dilakukan oleh praktikan lain yaitu Baroto dan Siradz pada 2006
menunjukan hasil bahwa Tanah Entisol memiliki porositas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang lain. BV Entisol 0.862 g/cm 3, BJ Entisol 2.483 g/cm3; BV Alfisol 1.401 g/cm3, BJ
Alfisol 1.984 g/cm3; BV Ultisol 1.382 g/cm3, BJ Ultisol 2.104 g/cm3; BV Mollisol 1.157 g/cm3,
BJ Mollisol 1.698 g/cm3; BV Vertisol 1.476 g/cm 3, BJ Vertisol 1.953 g/cm3 nilai BJ tertinggi
adalah Entisol, nilai BV tertinggi adalah ertisol. Untuk nilai porositas, Entisol 65.285%, Alfisol
29.385%, Ultisol 34.315%, Rendzina 31.861%, Vertisol 24.423%. Nilai porositas total tanah (n)
tertinggi adalah Entisol.
Pada dasarnya nilai porositas tanah yang terdiri dari sebagian besar lempung maka nilai
porositas tanah jenis ini yang kecil. Ketidaksesuaian data tersebut diantaranya dikarenakan oleh
hal-hal teknis seperti tanah yang digunakan terlalu kering atau terlalu basah dan ketidak rataan
bola tanah sehingga memungkinkan adanya cairan lilin yang masuk dan tidak maksimalnya
akurasi dalam percobaan.
Struktur tanah sangat penting untuk diketahui karena hal ini mempengaruhi beberapa
hal penting lain dalam pengolahan tanah. hal-hal tersebut dintaranya adalah pergerakan air,
ukuran, kemantapan agregat, konsistensi, erosi, dan porositas. Porositas atau jumlah ruang pori
yang terdapat didalam tanah merupakan salah satu faktor yang dipengaruhi oleh struktur tanah.
Semakin padat dan keras struktur tanah maka porositasnya semakin sedikit dan berkurang
sebaliknya, semakin remahnya struktur tanah maka porositsnya semakin banyak. Hal-hal tersebut
merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam pengolahan tanah dalam jangka
waktu yang lama.
Selain itu struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman yang tumbuh pada tanah
remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman yang tumbuh pada tanah
berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah
lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat

mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah
remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang
berpori, dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman yang tumbuh pada
tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya
karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan
mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak
berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu
faktor utama pembentuk agregat tanah. Maka dari itu sangat penting untuk meneliti keadaan
struktur yang ada pada tanah.
Dari segi pertanian, struktur tanah yang terbaik adalah struktur yang memberikan
hasiltanaman tertinggi. Mutu struktur dapat dinyatakan dalam porositas, agregasi,
permeabilitasdan kekohesifan. Faktor yang dipengaruhi struktur tanah adalah porositas, agregasi,
permeabilitas dan kekohesifan.
Dalam percobaan ini digunakan dua metode yaitu metode lilin dan metode
piknometer.Adapun metode lilin digunakan untuk mengetahui nilai kerapatan bongkah atau
volume tanah (BV),sedangkan metode piknometer digunakan untuk menentukan besarnya nilai
kerapatan partikel tanah (BJ).
Prinsip dari metode lilin adalah membuat selaput lilin secara sempurna di seluruh
bongkah kemudian menimbang dan menghitung volumenya,sehingga dapat diketahui nisbah
antara berat bongkah yang terselimuti lilin dengan volumenya. Kelebihan dari metode ini ialah
selain mudah dilakukan juga tidak memerlukan peralatan khusus. Kekurangannya yaitu harus
hati-hati saat pencelupan bola bongkah ke dalam lilin cair. Apabila suhu lilin cair terlalu panas,
lilin bisa masuk ke pori-pori tanah dan tidak boleh terlalu lama agar lapisan lilin yang terbentuk
tidak terlalu tebal.
Dalam penentuan nilai BV sebenarnya masih ada beberapa metode yang juga lazim
digunakan yaitu metode ring sampel dan metode air raksa.Metode ring sampel prinsip kerjanya
adalah mengetahui berat dan volume tanah dalam ring dengan cara mengetahui terlebih dahulu
tinggi dan diameter ring.Sedangkan merode air raksa digunakan untuk tanah tanah yang derajat
bongkahnya lemah,misalnya tanah gambut dan tanah pasiran.
Untuk metode piknometer dalam penentuan BJ,metode ini menggunakan alat yang
disebut piknometer. Piknometer ini diberi perlakuan diisi air saja kemudian ditimbang, diukur
suhu, dan dilihat BJ pada tabel, begitu juga pada
perlakuan tanah dan air. Kelebihan metode ini yaitu mudah, cepat, dan relatif akurat.

1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah :
Nilai kerapatan bongkah tanah (BV) :
Alfisol
= 1,9 g/cm3
Entisol
= 2,14 g/cm3
Vertisol = 1,93 g/cm3
Ultisol
= 2,25 g/cm3
Mollisol = 1,82 g/cm3
Nilai kerapatan partikel tanah (BJ) :
Alfisol
= 1,44 g/cm3
Entisol
= 1,6 g/cm3
Vertisol = 1,325 g/cm3

Ultisol
= 2,17 g/cm3
Mollisol = 1,51 g/cm3
Nilai porositas tanah (n) :
Alfisol
= 24 %
Entisol
= 25 %
Vertisol = 31,34 %
Ultisol
= 3,24 %
Mollisol = 15,89 %
Urutan tanah dengan BV tertinggi sampai terendah adalah Ultisol, Entisol, Vertisol, Alfisol, dan
Mollisol
5. Urutan tanah dengan BJ tertinggi sampai terendah adalah Ultisol, Entisol, Mollisol, Alfisol, dan
Vertisol.
6. Urutan tanah dengan n tertinggi sampai terendah adalah Vertisol, Entisol, Alfisol, Mollisol, dan
Ultisol.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. <http://www.silvikultur.com/TeksturdanStrukturTanah.html > Diakses tanggal 11 Maret
2014.
Baroto dan Siradz. 2006. Kandungan tanah dan air di daerah aliran sungai code. Jurnal Ilmu Tanah 6 :
110-111
K. E. Saxton and W.J. Rawls. 2006. Soil water characteristic estimates by texture and organic matter for
hydrologic solutions. Soil Science Society of America Journal 70: 1569-1578.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd.: Bombay.
Madjid, Abdul. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah Online Fakultas Pertanian: Yogyakarta.
N.B. English . 2005. The influence of soil texture and vegetation on soil moisture under rainout shelters
in a semi-desert grassland. Journal of Arid Environments 63: 324-343

http://denisaputra22.blogspot.com/2014/04/acara-iv-struktur-tanah-abstraksi.html

Anda mungkin juga menyukai