Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK 5
Ni Ayu Sukerti
(1313031004)
(1313031034)
(1313031066)
(1313031071)
A. JUDUL
Penentuan Tegangan Permukaan dengan Metode Du-Nouy
B. TUJUAN
1. Menentukan tegangan permukaan cairan/gas dan cairan/cairan.
2. Memperhatikan efek surface active agent terhadap (tegangan permukaan).
C. DASAR TEORI
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida)
yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat
cair cenderung untuk menegang sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Sebagai contoh, akan ditinjau cairan
yang berada di dalam sebuah wadah seperti berikut.
tegangan permukaan (surface tension) suatu cairan, yaitu jumlah energi yang dibutuhkan
untuk menarik atau memperluas permukaan sebesar satu satuan luas (Chang, 2003).
Dalam hal ini, energi yang paling terendah (paling stabil) untuk sejumlah volume cairan
adalah bila luas permukaannya paling minimum. Pada keadaan ini molekul permukaan
dengan energi tinggi paling sedikit jumlahnya. Disamping itu, semua cairan akan berusaha
memperkecil luas permukaannya. Sifat cenderung untuk memperkecil permukaan inilah yang
mungkin dalam laboratorium. Dimana besarnya tegangan permukaan cairan tergantung dari
kekuatan gaya tarik antar molekul-molekulnya. Bila gaya tarik besar, maka tegangan
permukaannya juga besar (Brady, 1999).
Sebagai contoh yaitu tetes air cenderung berbentuk seperti balon (yang merupakan
gambaran luas minimum sebuah volum) dengan zat cair berada di tengahnya. Hal yang sama
juga terjadi pada jarum baja yang memiliki rapat massa lebih besar dari air tetapi jarum dapat
mengambang di permukaan zat cair. Fenomena ini terjadi karena selaput zat cair dalam
kondisi tegang, tegangan fluida ini bekerja paralel terhadap permukaan dan timbul dari
adanya gaya tarik menarik antara molekulnya. Apabila tegangan permukaan suatu cairan
hendak diukur, maka perlu dipilih metode yang sesuai, pengukuran tegangan permukaan atau
tegangan antar muka dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (Sukarjo, 1989):
1
diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan
mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang berada pada
permukaan cairan berbentuk lapisan monomolekuler yang disebut dengan molekul surfaktan
(Bird, 1986).
Efek permukaan dapat dinyatakan dalam bahasa fungsi Helmholt dan Gibbs. Hubungan
antara fungsi-fungsi ini dan luas permukaan adalah kerja yang diperlukan untuk mengubah
sejumlah tertentu luas ini dan luas permukaan adalah kerja yang diperlukan untuk mengubah
sejumlah tertentu luas ini dan kenyataan bahwa pada kondisi berbeda dA dan dG sama
dengan kerja yang dilakukan dalam mengubah energi sistem. Kerja yang dilakukan dalam
mengubah sangat kecil d luas permukaan suatu sampel sebanding dengan d (dw = do).
Koefisien disebut dengan tegangan permukaan (erg/cm2 atau J/m2). Pada volume dan
temperatur tetap, kerja pembentukan permukaan dapat dikenali dengan perubahan fungsi
Helmholtz (Atkins, 1993) yang dinyatakan dengan dA = d. Karena fungsi Helmholtz
berkurang (d < 0), maka secara alamiah permukaan cenderung untuk menyusut atau
mengkerut dan menyebabkan permukaan cairan seakan-akan menjadi tegang (Sukardjo,
1989). Jadi, tegangan muka adalah gaya (dyne) yang bekerja sepanjang 1 cm pada permukaan
zat cair. Besarnya gaya ke bawah akibat tegangan permukaan diukur dengan rumus berikut
ini.
F = 4R
dimana merupakan tegangan muka; nilai adalah sebesar 3,14; R adalah jari-jari cincin;
dan F adalah gaya untuk memisahkan permukaan cairan. Pada saat cincin lepas, dapat
dituliskan persamaan:
F1 = F2
F1 = 4R
F
4 R
dari sistem ideal dan mempengaruhi harga tegangan permukaan yang diperoleh, sehingga
diperlukan faktor koreksi yang berkisar antara 0,751,02.
Pembacaan skala pada tensiometer menghasilkan tegangan permukaan nyata dan tegangan
permukaan nyata antara dua cairan. Untuk mendapatkan tegangan permukaan yang
sebenarnya, dipergunakan rumus:
=SxF
Keterangan:
= tegangan permukaan sebenarnya
S = tegangan permukaan nyata
F = faktor koreksi
Faktor koreksi F tergantung pada ukuran diameter cincin logam, ukuran diameter
logam yang dipergunakan, tegangan permukaan nyata, tegangan permukaan nyata antara dua
cairan, serta massa jenis dari kedua fasa. Hubungan faktor di atas dapat dinyatakan dalam
berbagai bentuk, salah satu dari bentuk tersebut dapat digunakan untuk membuat kurva faktor
koreksi:
( F a) 2
F 0.725
4b
S
x
K
2
D-d
(R )
0.01452
1.679r
0.04534
2
R
C (D d )
Keterangan:
F = faktor koreksi
R = jari-jari cincin logam (cm)
r = jari-jari logam pembuat cincin (cm)
S = tegangan permukaan nyata (dyne per cm)
D = berat jenis cairan yang di bawah (gram/cm-3)
d = berat jenis cairan yang di atas
K = 0.04534 1.679 r/R
C = keliling cincin logam (cm)
a = 0.725
b = 0.0009075
Suhu (oC)
0
20
25
60
80
100
20
20
20
-193
-247
-269
20
20
20
20
Tegangan Permukaan
(mN/m = dyne/cm)
75,60
72,80
72,20
66,20
62,60
58,90
25,00
32,00
465,00
15,70
5,15
0,12
23,70
22,30
63,10
28,90
Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak
bumi. Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut (Lohat, 2009):
1
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan
kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.
Additives adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik
Minyak dan air tidak saling melarutkan sehingga jika ditambahkan deterjen seolah-
olah minyak dan air akan melarut, dimana deterjen akan mengemulsi atau mengsuspensi
bahan organik dalam air. Hal ini dapat mengakibatkan tegangan permukaan pada larutan
tersebut menurun.
D. ALAT DAN BAHAN
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum
No.
1
2
3
4
5
6
Nama Bahan
Aquades
Detergen
Detergen
Detergen
Minyak goreng
Kloroform murni
Konsentrasi
0,05 %
0,10 %
0,15 %
-
Jumlah
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Ukuran
100 mL
50 mL
100 mL
-
Jumlah
1 set
1 buah
5 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
Nama Alat
Tensiometer Du-Nouy
Cawan Petri
Gelas kimia
Batang pengaduk
Spatula
Kaca arloji
Gelas ukur
Labu ukur
Pipet tetes
Termometer
Prosedur Kerja
Hasil Pengamatan
Penentuan Tegangan Permukaan Larutan Murni/Udara
Merangkai alat tensiometer seperti Rangkaian alat tensiometer seperti pada
gambar berikut.
Cincin
pada
tensiometer
memiliki
petri.
pada
tensiometer
kemudian
dicatat.
dilakukan
berulang-ulang
diamati,
Pengamatan
untuk
permukaan aquades
Dilakukan
tiga
kali
pengulangan
Dilakukan
tiga
kali
pengulangan
Dilakukan
pengukuran
tiga
kali
dan
pengulangan
diperoleh
hasil
sebagai berikut.
Suhu minyak = 28oC
Skala awal tensiometer = 0 mN/m
Skala pengulangan 1 = 18,0 mN/m
Skala pengulangan 2 = 14,1 mN/m
Skala pengulangan 3 = 15,3 mN/m
B
1
g; dan 0,15 g.
Setelah
ditimbang,
detergen
yang
massanya
tersebut dilarutkan dengan aquades 100 mL. Larutan yang terbentuk adalah
hingga volumenya 100 mL sehingga bening dan terdapat busa.
diperoleh larutan detergen dengan tiga
konsentrasi yang berbeda yaitu 0,05%;
0,10%; 0,15%.
Masing-masing
detergen
larutan
0,10%; 0,15%.
Larutan detergen dengan konsentrasi
penguap.
Dilakukan
pengukuran
sebagai berikut.
Skala
pada
tensiometer
kemudian
dicatat.
dilakukan
berulang-ulang
diamati,
Pengamatan
tiga
dan
kali
pengulangan
diperoleh
hasil
untuk
tiga
dan
kali
pengulangan
diperoleh
hasil
sebagai berikut.
Suhu detergen 0,10 % = 29 oC
Skala awal tensiometer = 0 mN/m
Skala pengulangan 1 = 38,3 mN/m
Skala pengulangan 2 = 40,0 mN/m
tiga
dan
kali
pengulangan
diperoleh
hasil
sebagai berikut.
Suhu detergen 0,05 % = 28,5oC
Skala awal tensiometer = 0 mN/m
Skala pengulangan 1 = 16,8 mN/m
Skala pengulangan 2 = 12,7 mN/m
Skala pengulangan 3 = 17,2 mN/m
C
1
cawan petri.
Cincin
kemudian
dalam
campuran
perbatasan
dengan
antara
aquades.
ke
dimasukkan
pada
bagian
lapisan
minyak
Skala
pada
Dilakukan
pengukuran
tiga
dan
kali
pengulangan
diperoleh
hasil
sebagai berikut.
Suhu aquades-minyak = 28 oC
D
1
cawan petri.
adalah kloroform.
2
Cincin
dimasukkan
campuran
antara
pada
lapisan
aquades.
Skala
bagian
ke
perbatasan
kloroform
pada
dalam
dengan
Dilakukan
pengukuran
tiga
dan
kali
pengulangan
diperoleh
hasil
sebagai berikut.
tensiometer
dilakukan
berulang-ulang
untuk
E
1
larutan
yang
berwarna
kuning keruh.
Setelah didiamkan campuran aquades-
beberapa saat.
minyak-detergen
Selanjutnya,
campuran
tadi
0,15
gram
tetap
pengulangan
pengukuran
sebagai berikut.
dilakukan
berulang-ulang
untuk
dan
diperoleh
hasil
F
1
dan
terbentuk
larutan
yang
Selanjutnya,
campuran
tadi
pengukuran
sebagai berikut.
dalam
campuran.
Skala
pada
dan
diperoleh
hasil
Bahan
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Aquades
Kloroform
Minyak
Deterjen 0,05 %
Deterjen 0,10 %
Deterjen 0,15 %
Aqaudes-Minyak
Aqaudes-Kloroform
Aquades-minyak-detergen
Aquades-kloroform-detergen
Suhu
Skala
(oC)
(Awal - akhir)
29
29
28
29
29
28,5
28
29,5
29
28
mN
0-20,80
0-10,10
0-15,80
0-45,03
0-40,13
0-15,57
0-43,60
0-55,00
0-51,56
0-31,38
Gaya (F)
mN
20,80
10,10
15,80
45,03
40,13
15,57
43,60
55,00
51,56
31,38
Analisis Data
Tegangan permukaan nyata dapat dihitung dengan persamaan tanpa faktor koreksi
sebagai berikut.
Tanpa Faktor Koreksi
F = 4R .
4 R
4 R 4 3,14 0,925 cm
4 3,14 0,925 10 2 m
11,6 10 2 m 0,116m
a) Cairan Murni/Udara
Aquades/Udara (F = 20,8 mN)
20,8 10 3 N
F
4R
0,116 m
20,8x 10 -3 kg.m
0,116m
s 2 179,3 10 3 kg
s2
179,3 gram
s2
10,1 10 3 N
F
4R
0,116 m
87,07 10 3 kg.m
0,116 m
s 2 750,6 10 3 kg
s2
750,6 gram
s2
15,8 10 3 N
F
4R
0,116 m
15,8 10 3 kg.m
0,116 m
s 2 136,2 10 3 kg
s2
136,2 gram
s2
b) Larutan Detergen
Detergen 0,05% (F = 45,03 mN)
45,0310 3 N
F
4R
0,116 m
45,03 10 3 kg.m
0,116 m
s 2 388,2 10 3 kg
s2
388,2 gram
s2
F
40,13 10 3 N
4R
0,116 m
40,13 10 3 kg.m
0,116m
s 2 345,9 10 3 kg
s2
345,9 gram
s2
15,57 10 3 N
F
4R
0,116 m
15,57 10 3 kg.m
0,116m
s 2 134,2 10 3 kg
134,2 gram
s2
Campuran
Aquades-Minyak (F = 43,6 mN)
4 R
43,6 10 3 N
0,116 m
43,6 10 3 kg.m
0,116m
s 2 375,9 10 3 kg
375,9 gram
s2
55,0 10 3 N
4 R
0,116 m
55,0 10 3 kg.m
0,116 m
s 2 474,110 3 kg
s2
474,1 gram
51,56 10 3 N
4 R
0,116m
51,56 10 3 Kg.m
0,116 m
s 2 444,5 10 -3 Kg
s 2
s2
(F = 51,56 mN)
444,5 gram
s 2
31,38 10 3 N
4 R
0,116m
31,38 10 3 kg.m
0,116 m
s 2 270,5 10 3 kg
s2
270,5 gram
s2
Campuran
-
Air-Kloroform
D (kloroform)
= 1,47 g/mL
d (air)
= 1 g/mL
S
= 7,96 x 10-3 N/m = 7,96 dyne/cm
0,01452 S
1,679 r
F 0,725
0,04534
2
R
C (D d )
0,01452 (7,96 dyne/cm)
1,679 (1,35 x 10 -8 cm)
0,725
0,04534
0,925cm
(5,809 cm) 2 (1,47 1 ) g/cm 3
0,725
0,1156 dyne/cm
0,04553 2,450 x 10 -8
3
15,859 g/cm
0,955
=S x F
= 7,96 dyne/cm x 0,955
= 7,6018 dyne/cm
-
Air-Minyak
D (air) = 1 g/mL
d (minyak) = 0,911 g/mL
S
= 9,29 x 10-3 N/m = 9,29 dyne/cm
F 0,725
0,01452 S
1,679 r
0,04534
2
R
C (D d )
0,725
0
,
04534
0,925 cm
(5,809 cm) 2 (1 0,911) g/cm 3
0,725
0,1348908 dyne/cm
0,04553 2,45 x 10 -8
3
3,00325 g/cm
1,0257
=S x F
= 9,29 dyne/cm x 1,0257
= 9,528 dyne/cm
Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran tegangan permukaan cairan dengan
menggunakan alat tensiometer. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan tegangan
permukaan cairan/gas dan cairan/cairan serta memperhatikan efek surface active
agent terhadap tegangan permukaan. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran
tegangan permukaan aquades/udara, minyak goreng/udara, kloroform/udara, larutan
detergen (konsentrasi 0,05%, 0,1% dan 0,15%), campuran aquades-minyak, campuran
aquades-kloroform, campuran aquades-minyak-detergen, serta campuran aquadeskloroform-detergen.
Pengukuran tegangan permukaan dilakukan dengan menuangkan cairan pada
wadah berupa cawan penguap, kemudian cincin aluminium dari alat tensiometer
dicelupkan ke permukaan cairan (pada pengukuran tegangan permukaan cairan/gas)
dan dicelupkan sampai batas antara dua lapisan cairan campuran (pada pengukuran
tegangan permukaan cairan/cairan). Pengukuran diulangi sebanyak tiga kali kemudian
dihitung rata-rata tegangan permukaan yang diperoleh berdasarkan pengukuran.
Adapun data hasil pengukuran tegangan permukaan disajikan dalam tabel berikut.
Berdasarkan percobaan pengukuran tegangan permukaan terhadap cairan
murni diperoleh tegangan permukaan aquades sebesar 179,83 g/s2 dimana gaya yang
diperlukan adalah sebesar 20,8 mN. Sedangkan tegangan permukaan cairan murni
kloroform adalah sebesar 750,6 g/s 2 dan gaya yang diperlukan untuk mengangkat
cincin sebesar 10,1 mN. Untuk tegangan permukaan minyak adalah 136,2 g/s 2 dengan
gaya yang diperlukan untuk mengangkat cincin sebesar 15,8mN.
Tegangan permukaan suatu cairan berbanding terbalik dengan luas permukaan
cairan, dapat diketahui luas permukaan aquades lebih kecil dibandingkan luas
permukaan kloroform dan minyak goreng. Kecilnya luas permukaan air disebabkan
kekuatan molekul satu dengan molekul lainnya. dengan kuatnya interaksi antara
molekul-molekul air menyebabkan luar permukan air lebih besar dari kloroform dan
minyak. Molekul air (H2O) merupakan molekul polar dengan atom O yang bersifat
elektronegatif dan mampu membentuk ikatan hidrogen dengan atom H dari molekul
air yang lain (ikatan antar molekul). Hal ini yang menyebabkan gaya tarik antar
molekul air sangat kuat sehingga luas permukaannya kecil. Sedangkan, molekul
kloroform dan minyak merupakan senyawa yang bersifat nonpolar. Sifat nonpolar
pada minyak disebabkan karena adanya rantai alkil yang panjang, dengan adanya
rantai alkil yang panjang menyebabkan interaksi molekul pada gugus karboksil
rendah, dengan mempunyai interaksi molekul lemah. dengan interaksi molekul lemah,
luas permukaan menjadi lebar dan mempunyai jarak yang jauh, dengan mempunyai
jarak yang jauh menyebabkan tegangan permukaan menjadi rendah. Begitu juga
dengan senyawa kloroform yang bersifat nonpolar. Tiga buah atom Cl yang terikat
pada atom C menyebabkan senyawa ini menjadi kurang polar. Dengan demikian, gaya
tarik antar molekulnya lebih lemah. Sehingga luas permukaan kloroform lebih besar
dan tegangan permukaanya menjadi lebih kecil.
Pengukuran selanjutnya yaitu pengukuran tegangan permukaan campuran.
Campuran pertama yang digunakan adalah larutan detergen. Dalam hal ini konsentrasi
larutan detergen yang digunakan bervariasi . Data ini dapat dilihat pada besarnya
tegangan permukaan larutan detergen 0,05% berdasarkan percobaan tegangan
permukaan sebesar 388,2 g/s2 dengan gaya yang diperlukan 45,03 mN, pada
konsentrasi 0,10% tegangan permukaan larutan sebesar 345,9 g/s2 dengan gaya yang
diperlukan sebesar 40,13 mN, pada konsentrasi 0,15 % tegangan permukaan larutan
detergen 134,2 g/s2 dengan gaya yang diperlukan 15,57 mN. semakin besar
konsentrasi deterjen, tegangan permukaan semakin kecil, luas pemukaan semakin
besar. Pada pengukuran tegangan permukaan larutan detergen, penambahan detergen
pada zat murni aquades dapat menurunkan tegangan permukaan zat tersebut. Hal ini
disebabkan dalam detergen terkandung surfaktan yang berfungsi sebagai emulsifier.
Emulsifier ini dapat meningkatkan kemampuan air (aquades) membasahi kotoran.
Jika di dalamnya terkandung surfaktan, maka bentuk butiran air murni (aquades) akan
berubah (menyebar). Penggunaan surfaktan memiliki banyak manfaat terutama
penggunaan detergen untuk membersihkan kotoran pakaian. Bila tegangan permukaan
air turun akibat penggunaan surfaktan, maka akan semakin mudah melarutkan
kotoran. Dalam hal ini, makin besar konsentrasi detergen dalam larutan maka
tegangan permukaan akan semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh semakin
tingginya konsentrasi surfaktan yang berfungsi sebagai emulsifier. Semakin banyak
emulsifier, maka semakin banyak gugus aktif yang berikatan dengan molekul air
sehingga gaya kohesi antar molekul air semakin berkurang. Akibat turunnya tegangan
permukaan inilah detergen digunakan untuk memisahkan kotoran yang menempel
pada pakaian.
Pengukuran selanjutnya dilakukan terhadap campuran antara kloroform
dengan air dan campuran antara air dengan minyak. Campuran kloroform dengan air
memerlukan gaya sebesar 55,0 mN dimana tegangan permukaannya sebesar 7,6018
dyne/cm (dengan faktor koreksi) atau 474,1 gram/s 2 (tanpa faktor koreksi) dan
campuran minyak dengan air
permukaannya yaitu 1,0257 dyne/cm (dengan faktor koreksi) dan 375,9 gram/s 2
(tanpa faktor koreksi). Jika dibandingkan dengan tegangan permukaan air murni
maka tegangan permukaan campuran zat-zat tersebut adalah lebih kecil daripada zat
murninya. hal yang menyebabkan hal tersebut terjadi karena minyak dan kloroform
dapat merusak ikatan air menjadi rusak, dengan rusaknya interaksi molekul air dapat
menyebabkan ikatan air lemah dengan campuran.. Sehingga luas permukaan
campuran air dengan kloroform dan air dengan minyak akan menjadi lebih besar dan
tegangan permukaan akan lebih kecil.
Pada percobaan ini juga dilakukan pengukuran tegangan permukaan campuran
air-kloroform, dan detergen serta campuran antara air, minyak dan detergen. Ketika
ditambahkan detergen, tegangan permukaan campuran menjadi semakin kecil, yaitu
campuran air-kloroform-detergen tegangan permukaannya turun menjadi 44,5 g/s 2
dan campuran air-minyak -detergen tegangan permukaannya turun menjadi 270,5
g/s2. Untuk campuran antara minyak dan air, ketika ditambahkan dengan detergen tegangan
permukaannya turun yang
surfaktan ini merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu
hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1 a. Tegangan permukaan cairan/gas antara lain:
-
H. DAFTAR PUSTAKA
Bird, T. 1986. Penuntun Praktikum Kimia Fisik untuk Universitas. Terjemahan Kwee Ie
Tjien. 1987. Experiments in Physical Chemistry. Jakarta: Gramedia
Brady, J. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid Satu. Alih bahasa
Sukmariah Maun, dkk. Jakarta: Binarupa Aksara.
Chang, R. 2003. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid Satu. Alih bahasa Muhamad Abdulkadir,
dkk. Jakarta: Erlangga.
Lohat, A. 2009. Tegangan Permukaan. Tersedia pada http://www.gurumuda.com/tegang
an-permukaan/. Diakses pada 30 April 2015.
Retug, N. & Sastrawidana, D. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja.
Suardana, I N., Retug, N., & Subagia, I W. 2002. Kimia Fisika II. Singaraja: IKIP Negeri
Singaraja
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta : Bina Aksara