OLEH:
Kelompok Tutorial II
Fasilitator
Ketua
: Rizky Ramadani
Sekretaris 1
Sekretaris 2
: Rafda Lonia
Satria Dharma Kamil
Liza Zulaini
Muhammad Fikri Alfarisy
Asmala Dewi
Febri Yulia sari
Mellsandi
Fitriya Revina Sari
Fauziah Adma
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan hidayahnya kami
dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini.
Shalawat beriring salam marilah kita sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari alam kebodohan sampai ke alam yang berilmu pengetahuan seperti
adanya sekarang ini.
Makalah ilmiah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
sebagai bahan kuliah.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
Para fasilitator
Semua bantuan yang kami terima baik secara lansung ataupun secara tidak lansung
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
kami menerima kritik dan saran pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan pada masa
yang akan datang.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat memberikan manfaat bagi
pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Padang, 26 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..................
DARTAR ISI........................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
TRIGGER ........
1
BAB II ISI.................
STEP 1. Clarify Unfamiliar Terms ...........
..
2
STEP 2.Define The Problems................................................
STEP 3.Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation .
3
STEP 4. Arrange Explanation Into a Tentative Solution....
STEP 5. Define Learning Objective .............
STEP 7. Share The Result or Explanation and Private Study ..
Anamnesa :
fisik
Luka: bakar pada wajah
Pemeriksaan
Lengan bawah kanan perut
Tampak kemerahan pada wajah dan tampak
luka
Lengan bawah kanan dari pergelangan
tangan sampai siku atau pada bagian volar
tanpak berwarna keputihan dan terdapat
bulae
Pada bagian perut bagian kanan atas dan
epigastrium tampak berwarna putih dengan
disertai bulae
Diagnosa kerja :
Luka bakar derajat II
iii. Area kuli yang terbakar akan melepuh, ulkus, nekrosis atau jaringan
parut tebal
iv. Mukosa bibir kering
v. Tanda-tanda inflamasi
b. Palpasi
i. Denyut nadi (frekuensi, kuat lemahnya)
ii. Suhu pada luka
c. Auskultasi
i. Auskultasi bunyi napas pada paru
ii. Auskultasi bising usus
3. Pemeriksaan penunjang
Menurut Schwartz (2000) dan Engram (2000), Kidd (2010) pemeriksaan diagnostik
pada penderita luka bakar meliputi :
a. Pemeriksaan laboratorium
i. Hitung darah lengkap, elektrolit dan profil biokimia standar perlu
diperoleh segera setelah pasien tiba di fasilitas perawatan
ii. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif
iii. Creatinin phosphokinase dan mioglobin urin (luka bakar akibat listrik)
iv. Analisis urin : menunjukkan mioglobin dan hemokromagen
menenandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas
b. Radiologi
i. Untuk mengetahui apakah ada kerusakan akibat luka bakar inhalasi
atau adanya trauma dan indikasi pemasangan intubasi
ii. Bronchoscopy untuk pasien dengan luka bakar inhalasi
4. Derajat luka bakar
a. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema
dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat
b. Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen
epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut, mislanya sel epitel basal,
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa
sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam dua sampai tiga minggu. Gejala
yang timbul adalah nyeri, gelembung, atau bula berisi cairan eksudat yang
keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meningkat.
c. Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin
subkutis, atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup
tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka ; biasanya diikuti
dengan terbentuknya eskar yang merupakan jaringan nekrosis akibat
denaturasi protein jaringan kulit. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
kesembuhan harus dilakukan skin grafting
5. Pembagian luka bakar
a. Luka bakar berat
i. Derajat II-III >20% pada pasien berusia dibawah 10 tahun atau diatas
50 tahun
ii. Derajat II-III >25% pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
iii. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki dan perineum
iv. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luka bakar
v. Lika bakar listrik tegangan tinggi
vi. Disertai taruma lainnya
vii. Pasien-pasien dengan risiko tinggi
b. Luka bakar sedang
i. Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10%
ii. Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia <10 tahun atau dewasa
>40 tahun dengan luka bakar derajat III kurang dari 10%
iii. Luka bakar dengan derajat III <10% pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki dan perineum
c. Luka bakar ringan
i. Luka bakar dengan luas <15% pada dewasa
ii. Luka bakar dengan luas <10% pada anak usia lanjut
iii. Luka bakar dengan luas <2% pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum)
6. Penatalaksanaan
Sesuai prosedur ATLS :
a. Bebaskan jalan nafas kemungkinan terjadi edema laring
b. Pemberian oksigen lembab 5L/menit
c. Resusitasi cairan sesuai formula Baxter-Parkland
i. Baxter : 4ml/kgBB/% luka bakar
ii. Parkland : % x BB x 4cc
iii. Cara pemberian : setengah dari jumlah cairan diberi dalam 8 jam
pertama, sisanya 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan
elektrolit yaitu RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberi
setengah cairan hari pertama
d. Monitoring tanda vital, diuresis dari waktu ke waktu
e. NGT bila diperlukan
f. Antibiotik spektrum luas
g. Analgetik
h. Penutupan defek dengan skin grafting
i. Perawatan luka dengan salep antitopikal, yaitu silver sulfadiazine mafenide
acetate. Diolesi tiapa 6-12 jam, dibersihkan dengan kas asteril. Jangan biarkan
kulit tanpa salep >2-3 menit untuk mencegah penguapan cairan dikulit
7. Komplikasi
a. Awal
i. Hiperkalemia (dari sitolisis pada luka bakar luas)
ii. Gagal ginjal akut (kombinasi dari hipovolemia. Sepsis, toksin jaringan)
iii. Infeksi (waspadai streptokokus)