UNIVERSITAS ANDALAS
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing I
Pembimbing II
NIP. 195301181974092001
NIP. 197605302003122001
PERNYATAAN PENGESAHAN
DATA MAHASISWA:
Nama Lengkap
: 1110332030
Tanggal Lahir
: 8 Agustus 1993
Tahun Masuk
: 2011
Peminatan
Nama Pembimbing I
Nama Pembimbing II
Nama Penguji I
Nama Penguji II
JUDUL PENELITIAN:
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN ATASAN, MOTIVASI, DAN DISIPLIN KERJA
DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG
Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan akademik dan
administrasi untuk mengikuti ujian usulan penelitian skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas.
Padang, 6 Januari 2015
Menyetujui,
Dekan FKM UNAND
Mengesahkan,
Ketua Prodi IKM
: 1110332030
Tanggal Lahir
: 8 Agustus 1993
Tahun Masuk
: 2011
Peminatan
Nama Pembimbing I
Nama Pembimbing II
Nama Penguji I
Nama Penguji II
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan usulan
skripsi saya yang berjudul:
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN ATASAN, MOTIVASI, DAN DISIPLIN KERJA
DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Padang, 6 Januari 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Usulan Penelitian
Skripsi yang berjudul Hubungan Kepemimpinan Atasan, Motivasi, dan Disiplin
Kerja dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
Dalam penyusunan usulan penelitian skripsi ini, peneliti banyak mendapat
bantuan, bimbingan, dorongan, dan petunjuk dari berbagai pihak, untuk itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Yth. Bapak Dr. H. Werry Darta Taifur, S.E, M.A selaku Rektor
Universitas Andalas.
2. Yth. Ibu Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, Ph.D, SpGK selaku
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
3. Yth. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat sekaligus pembimbing akademik.
4. Yth. Ibu Isniati, SKM, MPH dan Yth. Ibu dr. Adila Kasni Astiena, MARS
selaku dosen pembimbing
bimbingan, semangat, dan amal kebaikan yang telah diberikan dijadikan amal shaleh
dan diridhoi Allah SWT. Amin.
Peneliti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional...................................................................................37
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
1. IRJ
2. MBO
: Management by Objective
3. RSUP
4. SDM
5. Unand
: Universitas Andalas
BAB 1 : PENDAHULUAN
seberapa jauh karyawan telah mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan
organisasi kepadanya (penilaian relatif kinerja karyawan saat ini dan masa lalu
terhadap standar kinerja setiap karyawan).(3)
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja diantaranya adalah gaya
kepemimpinan, motivasi, dan disiplin kerja. Kepemimpinan (leading) merupakan
kemampuan yang dipunyai seseorang untuk memengaruhi orang lain agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Kepemimpinan yang dilihat sebagai
kedudukan merupakan suatu kompleks dari hak dan kewajiban yang dapat dimiliki
oleh seseorang atau badan, tetapi kepemimpinan yang dilihat sebagai suatu proses
merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau badan yang menimbulkan
aktivitas dari bawahan. Kepemimpinan memberikan indikasi bahwa bagaimana
manajer mengarahkan dan memengaruhi bawahan, bagaimana cara agar orang lain
melakukan tugas yang esensial. Adanya suasana yang tepat, manajer membantu
bawahannya untuk bekerja sebaik-baiknya.(4)
Motivasi, istilah ini juga disebut dengan kebutuhan (needs), keinginan (want),
dorongan (drive), atau impuls. Motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian
proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. Elemen yang terkandung dalam
motivasi meliputi unsur membangkikan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan
intensitas, bersifat terus-menerus dan adanya tujuan. Motivasi bersifat jangka
panjang. Inspirasi lebih lanjut diberikan kepada bawahan yang penuh motivasi
dengan memercayai bawahan untuk bekerja berdasarkan inisiatif sendiri dan
mendorong bawahan menerima tanggung jawab seluruh pekerjaan. Individu yang
penuh motivasi penting untuk memasok organisasi dengan inisiatif baru yang
sangat penting dalam dunia yang penuh kompetisi.(5, 6)
2011, sebanyak 232. 165 jiwa pada tahun 2012, dan sebanyak 232.165 jiwa tahun
2013. (9-11)
Hasil penelitian Leny Evanita (2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh
positif antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan secara signifikan. Hasil
penelitian Agung Setiawan (2013) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kanjuruhan Malang yang menyatakan bahwa motivasi karyawan mempunyai
pengaruh signifikan dan berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja karyawan.
Hasil penelitian Zuhriana, Nurhayani, dan Balqis (2012) di Unit Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Bula Kabupaten Seram Bagian Timur yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja perawat
dan hubungan kedua variabel tersebut berada dalam kategori sedang, yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi kedisiplinan perawat maka semakin tinggi pula
kinerjanya.(12)
Oleh sebab itu, peneliti melihat pentingnya kepemimpinan atasan, motivasi,
dan disiplin kerja dalam meningkatkan kinerja perawat di IRJ RSUP Dr. M. Djamil
Padang maka peneliti tertarik mengambil judul Hubungan Kepemimpinan Atasan,
Motivasi, dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Jalan RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana hubungan kepemimpinan
atasan, motivasi, dan disiplin kerja dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Jalan
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan kepemimpinan atasan, motivasi, dan disiplin kerja
dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
dalam rangka
pengembangan
ilmu
pengetahuan
kesehatan
RSUP Dr. M.Djamil Padang yang terdiri dari variabel independen (kepemimpinan
atasan, motivasi, dan disiplin kerja) dan variabel dependen (kinerja perawat).
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
(dalam
buku
Merry
Dandian
Panji)
intern
dan
ekstern.
Faktor
intern
yang
mempengaruhi
kinerja
Sementara itu, pada tingkat organisasi terjadi apabila tujuan organisasi tidak
dapat dicapai, misalnya keinginan mendapatkan keuntungan dalam jumlah tertentu
tidak dapat dipenuhi. Demikian pula apabila organisasi tidak mampu memberikan
pelayanan yang diminta pelanggan. Peran seorang manajer didalam memimpin
bawahannya, peran seorang team leader dalam menggerakkan kerja sama anggota
tim, dan peran seorang pemimpin dalam mengarahkan dan menggerakkan sumber
daya manusia dalam organisasi untuk mencapai tujuan, sangat menentukan bagi
pencapaian kinerja dan terjadinya kesenjangan kinerja.(5)
2.1.3 Indikator Kinerja
Indikator kinerja atau performance indicators kadang-kadang dipergunakan
secara bergantian dengan ukuran kinerja (performance measures), tetapi banyak pula
yang membedakannya. Pengukuran kinerja berkaitan dengan hasil yang didapat
dikuantitatifkan dan mengusahakan data setelah kejadian. Indikator kinerja dipakai
untuk aktivitas yang hanya dapat ditetapkan secara lebih kualitatif atas dasar perilaku
yang dapat diamati. Indikator kinerja juga mneganjurkan sudut pandang prospektif
(harapan ke depan) daripada retrospektif (melihat ke belakang). Hal ini menunjukkan
jalan pada aspek kinerja yang perlu diobservasi.
Terdapat tujuh indikator kinerja. Dua di antaranya mempunyai peran sangat
penting, yaitu tujuan dan motif. Kinerja ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai
dan untuk melakukannya diperlukan motif. Tanpa dorongan motif untuk mencapai
tujuan, kinerja tidak akan berjalan, sehingga tujuan dan motif menjadi indikator
utama dari kinerja. Kinerja juga memerlukan adanya dukungan sarana, kompetensi,
peluang, standar, dan umpan balik. Kaitan di antara ketujuh indikator tersebut
dijelaskan oleh Hersey, Blanchard, dan Johnson dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari oleh
seorang individu atau organisasi untuk dicapai. Pengertian tersebut
mengandung makna bahwa tujuan bukanlah merupakan persyaratan, juga
bukan merupakan sebuah keinginan. Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang
lebih baik yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Tujuan menunjukkan
arah kemana kinerja harus dilakukan. Tujuan juga memerlukan kinerja
individu, kelompok, dan organisasi untuk mencapai tujuan itu sendiri.
2. Standar
Standar mempunyai arti penting karena memberitahukan kapan suatu tujuan
dapat diselesaikan. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang
diinginkan dapat dicapai. Standar menjawab pertanyaan kapan diketahuinya
bahwa kita sukses atau gagal. Kinerja seseorang dapat dikatakan berhasil
apabila mampu mencapai standar yang ditentukan atau disepakati bersama
antara atasan dan bawahan.
3. Umpan balik
Tujuan, standar, dan umpan balik bersifat saling terkait. Umpan balik
melaporkan kemajuan, baik kualitas maupun kuantitas, dalam mencapai
tujuan yang didefiniskan oleh standar. Umpan balik terutama penting ketika
mempertimbangkan real goals atau tujuan sebenarnya. Tujuan yang dapat
diterima oleh pekerja adalah tujuan yang bermakna dan berharga. Umpan
balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk menguku kemajuan
kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Umpan balik dapat digunakan
untuk dilakukannya evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat
dilakukan perbaikan kinerja.
4. Alat atau sarana
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
membantu menyelesaikan tujun dengan sukses. Alat atau sarana merupakan
faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Apabila tidak ada alat atau sarana,
10
tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat
diselesaikan sebagaimana seharusnya.
5. Kompetensi
Kompetensi merupakan persyaratan utama dalam kinerja. Kompetensi
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalankan
pekerjaan yang diberikan dengan baik. Orang harus melakukan lebih dari
sekedar belajar tentang sesuatu, orang harus dapat melakukan pekerjaan
dengan baik. Kompetensi memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang
berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
6. Motif
Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu. Manajer memotivasi kepada karyawan dengan insentif berupa uang,
memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar
terjangkau, meminta umpan balik, memberikan kebebasan melakukan
pekerjaan termasuk waktu melakukan pekerjaan, menyediakan sumber daya
yang
diperlukan
dan
menghapuskan
tindakan
yang
mengakibatkan
disintensif.
7. Peluang
Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi
kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbang pada adanya kekurangan
kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan
untuk memenuhi syarat. Tugas mendapatkan prioritas lebih tinggi, mendapat
perhatian lebih banyak, dan mengambil waktu yang tersedia. Jika pekerja
dihindari karena supervisor tidak percaya terhadap kualitas atau kepuasan
konsumen, mereka secara efektif akan dihambat dari kemampuan memenuhi
syarat untuk berprestasi.(5)
2.1.4 Perbaikan Kinerja
Perbaikan kinerja perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk dapat mencapai
hasil seperti yang diharapkan di masa depan. Langkah yang tepat diperlukan dalam
11
dan
pimpinan
organisasi
perlu
mempunyai
kemampuan
mengembangkan hubungan baik dengan orang lain dan menangani situasi secara
efektif. Memaksimalkan kinerja akan membantu mengenal isyarat yang memberi
wawasan tentang bagaimana perasaan diantara atasan dan bawahan, serta
mengembangkan cara mendekati situasi sehingga mencapai standar tinggi. Manajer
dan pimpinan organisasi harus mengembangkan pemikiran mengenai bagaimana
memperbaiki kinerja organisasi, memperbaiki kinerja dan membantu bawahan untuk
memperbaiki diri.
2.1.4.1 Memperbaiki Kinerja Organisasi
Memperbaiki kinerja organisasi, manajer dan pimpinan perlu mengetahui
keterampilan utama apa yang diperlukan, meningkatkan rasa percaya diri, dapat
menentukan tujuan dan sasaran yang jelas, serta dapat mengelola fleksibilitas pribadi
bawahan.
1. Mengetahui keterampilan yang diperlukan
Globalisasi dan teknologi komunikasi yang semakin baik telah
meningkatkan tekanan pada bisnis dan pada gilirannya menekan kinerja sumber
daya manusia. Faktor penting yang diperlukan untuk memaksimalkan kinerja
adalah dengan memperbaiki bagaimana kita mengelola diri sendiri dan hubungan
kerja dengan orang lain sehingga diperlukan keterampilan tersendiri yang perlu
dipelajari.
12
13
keterampilan
tersebut
secara
reguler,
sehingga
dapat
memaksimalkan kinerja.
4. Mengelola flesibilitas pribadi
Hasil pekerjaan ditentukan oleh cara bagaimana kita mengelola diri secara
internal. Pencapaian kinerja yang baik diperlukan meningkatkan kepedulian
terhadap perubahan yang dapat dilakukan pada bagaimana mendekati situasi
dengan maksud mengembangkan fleksibilitas dalam diri.
2.1.4.2 Memperbaiki Kinerja Sendiri
Apabila memfokus pada kinerja sendiri, maka akan melihat perbaikan dalam
hasilnya. Pencapaian hasil yang maksimal perlu diketahui bagaimana cara belajar,
mampu
mengelola
emosi,
bersedia
meng-coach
diri
sendiri,
mampu
persetujuan
terbaik,
mendeteksi
dan
mencegah
masalah,
proses asuhan keperawatan kepada pasien sesuai standar praktik keperawatan yang
disepakati menurut kebijakan rumah sakit khususnya bidang keperawatan. Standar
praktik keperawatan dimaksudkan sebagai acuan harapan minimal dalam
memberikan asuhan keperawatan yang aman, efekftif, dan etis.
Standar praktik keperawatan dijabarkan oleh PPNI mencakup 5 tahapan
dalam proses asuhan keperawatan meliputi:
2.1.5.1 Standar I
Pengkajian keperawatan, yaitu perawat mengumpulkan data tentang status
kesehatan
klien
secara
sistematis,
menyeluruh,
akurat,
singkat,
dan
17
2.2 Kepemimpinan
2.2.1 Definisi Kepemimpinan
Definisi tentang kepemimpinan bervariasi. Definisi kepemimpinan secara
luas meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Selain itu juga memengaruhi interpretasi mengenai
peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk
mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan
dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi.(14)
Menurut Tampubolon, kepemimpinan merupakan perilaku dan strategi,
sebagai hasil dari falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang sering diterapkan
seorang pemimpin ketika mencoba memengaruhi kinerja bawahannya. Ada beberapa
faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas,
dan bujukan.(14)
Kepemimpinan
juga
dikatakan
sebagai
proses
mengarahkan
dan
18
organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusankeputusan dan kebijakan pemimpin.
Menurut Hadari Nawawi, kedua dimensi tersebut, secara operasional, dapat
dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1.
Fungsi instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), kapan (waktu memulai,
melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan
perintah), yang bertujuan agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
2.
3.
4.
5.
Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus
mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi
yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya bersama secara maksimal.
Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan
melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.(16)
dasar
dalam
mengklasifikasikan
tipe
kepemimpinan.
Gaya
sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi,
mendorong kegiatan (moves), dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah
mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.
Kebutuhan tersebut timbul akibat adanya berbagai hubungan. Kebutuhan
dapat berwujud fisik biologis serta sosial ekonomis, akan tetapi, yang lebih penting
adalah seperti adanya kebutuhan (needs) yang bersifat sosial psikis, misalnya
penghargaan, pengakuan, keselamatan, pelindungan, keamanan, dan jaminan sosial.
Secara singkat motivasi dapat diartikan sebagai bagian integral dan komunikasi
dalam rangka proses pembinaan, pengembangan, dan pengarahan sumber daya
manusia. Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen penting dan sangat
menentukan dalam komunikasi maka hal yang berhubungan dengan konsepsi
motivasi diperhatikan dari pelaku yang berkepentingan untuk keberhasilan
perusahaan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.
Secara singkat di satu pihak secara pasif, motivasi tampak sebagai kebutuhan
sekaligus sebagai pendorong yang dapat menggerakkan semua potensi, baik
karyawan maupun sumber daya lainnya. Dilain pihak dari segi aktif, motivasi tampak
sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan daya dan potensi karyawan agar
secara produktif berhasil mencapai tujuan.
2.3.2 Bentuk Motivasi
Dalam praktik, hampir setiap perusahaan menganut caranya sendiri yang
kurang lebih tradisional dalam mendesain motivasi. Perbedaan yang terdapat antara
satu perusahaan dengan perusahaan lain dalam pemberian motivasi hampir selalu
terletak dalam gaya, selera, atau tekanan, dan bukan dalam jenisnya. Pada umumnya
bentuk motivasi yang sering dianut oleh perusahaan meliputi empat elemen utama,
yaitu kompensasi bentuk uang, pengarahan dan pengendalian, penetapan pola kerja
yang efektif, dan kebajikan.
23
uang.
Penggunaan
uang
sebagai
stimulus
berkembang
sebagai
24
dan kurang efektif. Teknik ini antara lain pengayaan pekerjaan (menyesuaikan
tuntutan pekerjaan dengan kemampuan seseorang), manajemen partisipatif
(menggunakan berbagai cara untuk melibatkan pekerjaan dalam pengambilan
keputusan/decision making yang memengaruhi pekerjaan mereka), serta usaha untuk
mengalihkan perhatian para pekerja dari sarana yang lebih fantastis.
Pola kerja yang kurang sesuai dengan tindakan dan komposisi diakui sebagai
masalah yang berat. Hal ini bisa menjadi lebih negatif karena karyawan cenderung
muda dan berpendidikan lebih tinggi daripada dasawarsa sebelumnya yang
menganggap bahwa pekerjaan tradisional tidak didesain dengan baik. Penyesuaian
yang efektif dari pola kerja pada kebutuhan karywan yang meningkat tidak mungkin
terjadi, minimum pada ukuran yang besar, tanpa perubahan besar dalam budaya
intern perusahaan.
Perubahan yang demikian lamban sifatnya dan cenderung ketinggalan
dibelakang kebutuhan perubahan tersebut. Dalam jangka waktu yang cukup lama,
cenderung akan tampak suatu pola kerja yang tidak rata. Beberapa perusahaan
berhasil menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan mengadakan percobaan secara
tidak efektif, dan beberapa perusahaan lainnya berusaha untuk menentang atau
cenderung historis. Keuntungan ekonomi yang diperoleh perusahaan yang berhasil
menyesuaikan diri mungkin akan membuat perusahaan yang ketinggalan tersebut
menyadari kenyataan baru.(17)
2.3.3 Teori Motivasi
Proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin
direalisasikan dipandang sebagai kekuatan (power) yang menarik individu.
Tercapainya tujuan sekaligus dapat mengurangi kebutuhan yang belum dipenuhi.
Apabila seorang manajer harus meramalkan perilaku secara cukup teliti, perlu
mengetahui sesuatu mengenai tujuan bawahannya dan tindakan yang akan diambil
26
untuk mencapainya. Terdapat beberapa teori motivasi dan hasil peneleitian yang
berusaha mendeskripsikan hubungan antara perilaku dan hasilnya. John P. Campbell,
Marvin D. Dunnette, Edward E. Lawler III, dan Karl E. Weick (1970:340-356)
mengelompokkan teori motivasi menjadi teori kepuasan dan teori proses.
2.3.3.1 Teori Kepuasan
Teori kepuasan berorientasi pada faktor dalam diri individu yang
menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilaku. Pendukung
teori kepuasan adalah sebagai berikut:
1. Teori hierarki kebutuhan menurut Abraham H. Maslow
Maslow (1954) mengemukakan bahwa kebutuhan individu dapat disusun
dalam suatu hierarki. Hierarki kebutuhan yang paling tinggi adalah kebutuhan
fisiologis (physiological needs) karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang
paling kuat sampai kebutuhan tersebut terpuaskan. Sedangkan hierarki kebutuhan
yang paling rendah adalah kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)
(Hersey & Blanchard, 1980:30). Hierarki kebutuhan tersebut secara lengkap
meliputi lima hal berikut:
a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Kepuasan kebutuhan fisiologis biasanya dikaitkan dengan uang. Hal ini
berarti bahwa orang tidak tertarik pada uang semata, tetapi sebagia alat
yang dapat dipakai untuk memuaskan kebutuhan lain. Termasuk kebutuhan
fisiologis adalah makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan kesehatan.
b. Kebutuhan keselamatan atau keamanan (safety or security needs)
Kebutuhan keselamatan atau keamanan dapat timbul secara sadar atau
tidak sadar. Orientasi ketidaksadaran yang kuat kepada keamanan sering
dikembangkan sejak masa kanak-kanak. Termasuk kebutuhan ini adalah
kebebasan dan intimidasi baik kejadian atau lingkungan.
c. Kebutuhan sosial atau afiliasi (social or affiliation needs)
Kebutuhan ini adalah kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi, dan cinta.
d. Kebutuhan penghargaan atau rekognisi (esteems or recognation needs)
27
28
serangkaian
kondisi
ekstrinsik,
keadaan
pekerjaan
yang
menyebabkan rasa tidak puas diantara para bawahan apabila kondisi tersebut
tidak ada. Apabila kondisi tersebut ada, hal itu tidak perlu memotivasi bawahan.
Kondisi tersebut adalah faktor-faktor yang membuat individu merasa tidak puas
karena faktor-faktor tersebut diperlukan untuk mempertahankan hierarki yang
paling randah, yaitu tingkat tidak adanya ketidakpuasan.
Kedua, serangkaian kondisi intrinsik kepuasan pekerjaan yang apabila
terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat
sehingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik. Apabila kondisi
tersebut tidak ada, kondisi tersebut ternyata tidak menimbulkan rasa
ketiakpuasan yang berlebihan. Serangkaian faktor tersebut disebut satisfied.
3. Teori kebutuhan menurut David C. McClelland
Teori motivasi dari McClelland dihubungkan dengan konsep belajar (Gibson dkk,
1984), oleh karena itu, banyak kebutuhan diperoleh dari kebudayaan. Tiga
kebutuhan yang dikemukakan adalah:
1) Kebutuhan akan kinerja
2) Kebutuhan akan afiliasi
3) Kebutuhan akan kekuasaan
29
pendapat
mengenai
30
31
32
1. Pemberian peringatan
Karyawan yang melanggar disiplin kerja harus diberikan surat peringatan
pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian surat peringatan adalah agar
karyawan tersebut menyadari kesalahannya, disamping itu, surat peringatan
dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan penilaian kinerja/konduite
karyawan.
2. Pemberian sanksi harus segera
Karyawan yang melanggar disiplin kerja harus segera diberi sanksi yang
sesuai dengan aturan organisasi/perusahaan. Tujuannya agar karyawan yang
bersangkutan
memahami
sanksi
pelanggaran
yang
berlaku
dalam
33
1. Disiplin preventif
Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan karyawan
mengikuti dan mematuhi pedoman dan aturan kerja yang ditetapkan oleh
organisasi/perusahaan. Disiplin preventif bertujuan untuk mengggerakkan
dan mengarahkan agar karyawan bekerja berdisiplin. Cara preventif
dimaksudkan agar karyawan dapat memelihara dirinya terhadap peraturanperaturan organisasi.
2. Disiplin korektif
Disiplin korektif merupakan suatu upaya menggerakkan karyawan dalam
menyatukan suatu peraturan dan mengarahkannya agar tetap mematuhi
berbagai peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada organisasi.
Karyawan yang terbukti melanggar disiplin akan diberikan sanksi (hukuman)
yang bertujuan agar karyawan tersebut dapat memperbaiki diri dan mematuhi
aturan yang telah ditetapkan.(7)
34
Faktor yang
mempengaruhi kinerja:
- Disiplin kerja
- Motivasi
Variabel Individu:
a. Kemampuan dan
keterampilan
- Mental
- Fisik
b. Latar belakang
- Keluarga
- Tingkat sosial
- Pengalaman
c. Demografi
- Umur
- Etnis
- Jenis kelamin
Perilaku Individu
(Apa yang
dikerjakan)
Variabel Organisasi:
- Sumber daya
- Kepemimpinan
- Imbalan
- Struktur
- Desain pekerjaan
- Supervisi
- Kontrol
Psikologi:
- Persepsi
- Sikap
- Kepribadian
- Belajar
- Motivasi
Sumber: Dikembangkan dari: Yaslis Ilyas, Teori penelitian dan Penilaian Kinerja (2000)
dan Wexley dan Yukl(18, 19)
35
1. Kepemimpinan
2. Motivasi
3. Disiplin Kerja
Kinerja
36
Perbandingan hasil
kerja nyata karyawan
dengan standar kerja
yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.
Definisi
Operasional
Cara
Pengukuran
Kuesioner,
dengan
indikator:
1. Kualitas
2. Kuantit
as
Sk
al
a
Or
din
al
Hasil
Ukur
1.
2.
Kepemim
pinan
Sikap atasan
langsung baik Kepala
37
Kuesioner,
dengan
Or
din
1.
Kur
ang
baik
,
jika
jum
lah
skor
<
mea
n
Bai
k,
jika
jum
lah
skor
m
ean
Kur
ang
kombinasi dari
falsafah,
keterampilan, sifat,
dan sikap yang sering
diterapkan seorang
pemimpin ketika ia
mencoba
memengaruhi kinerja
bawahannya.
Bidang maupun
Kepala Ruangan IRJ
yang sering
diterapkan ketika
mempengaruhi
kinerja perawat IRJ.
indikator:
1. Sikap
2. Arahan
3. Dukung
an
al
2.
Motivasi
Disiplin
kerja
Faktor pendorong
perilaku perawat di
IRJ dalam bekerja.
Disiplin adalah
kepatuhan pada
aturan atau perintah
yang ditetapkan oleh
organisasi.
Perilaku yang
menunjukkan nilainilai kepatuhan
terhadap peraturan
perawat di IRJ.
Kuesioner,
dengan
indikator:
1.
Insentif
2.
Rasa
aman
3.
Penghar
gaan
Or
din
al
1.
2.
Kuesioner,
dengan
indikator:
1. Waktu
2. Ketaata
n pada
tugas
Or
din
al
1.
2.
38
baik
,
jika
jum
lah
skor
<m
edia
n
Bai
k,
jika
jum
lah
skor
med
ian
Ren
dah,
jika
jum
lah
skor
<
med
ian
Tin
ggi,
jika
jum
lah
skor
med
ian
Ren
dah,
jika
jum
lah
skor
<
med
ian
Tin
ggi,
jika
jum
lah
skor
med
ian
Keterangan:
SS
: Sangat Setuju
: Skor 5
: Setuju
: Skor 4
: Netral/Cukup
: Skor 3
TS
: Tidak Setuju
: Skor 2
STS
: Skor 1
39
(semua pertanyaan sudah ada jawabannya), jelas (jawaban pertanyaan dapat terbaca),
dan relevan (jawaban yang tertulis relevan dengan pertanyaan).(21)
3.6.2 Data Coding
Data coding merupakan kegiatan yang mengklasifikasikan data dan memberi
kode pada kuesioner. Data yang sudah diperiksa kemudian diberi kode untuk setiap
jawaban agar dapat dikonversikan dengan angka yang mudah dibaca oleh mesin
pengolah data seperti komputer.(22)
3.6.3 Data Entry
Data entry yaitu memasukkan data dalam komputer atau memasukkan kode
jawaban dilakukan untuk menghindarkan kesalahan dalam pemasukan data melalui
program komputer.
3.6.4 Data Cleaning
Data cleaning mencakup pembersihan data berupa pengecekan kembali data
yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak, dengan cara melihat masingmasing variabel apakah telah sesuai dengan yang telah diklasifikasikan peneliti.
3.6.5 Data Processing
Data processing meliputi pengolahan data menggunakan program komputer
dengan uji statistik yang sesuai dan juga merupakan kegiatan memproses data agar
dapat dianalisis. Proses data dilakukan dengan memindahkan data dari kuesioner ke
master tabel yang telah disiapkan.(23)
3.7 Analisa Data
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi pada
variabel yang diteliti. Hasil analisa univariat akan ditampilkan dalam bentuk tabel
dan narasi.
40
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Sabarguna BS. Business Plan Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
4.
5.
6.
7.
8.
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Profil RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014.
Padang: RSUP Dr. M. Djamil Padang; 2014.
9.
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Laporan Tahunan Tahun 2011 RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Padang: RSUP Dr. M. Djamil Padang; 2012.
10. RSUP Dr. M. Djamil Padang. Laporan Tahunan Tahun 2012 RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Padang: RSUP Dr. M. Djamil Padang; 2013.
11. RSUP Dr. M. Djamil Padang. Laporan Tahunan Tahun 2013 RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Padang: RSUP Dr. M. Djamil Padang; 2014.
12. Zuhriana. Faktor yang Berhubungan dengan kinrja Perawat di Unit Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bula Kabupaten Seram Bagian Timur.
Makassar: repository.unhas.ac.id; 2012 [cited 2014 20 Desember 2014].
41
13. Tika MP. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi
Aksara; 2006.
14. Wirawan. Teori Kepemimpinan. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & Uhamka
Press; 2003.
15. Rivai V. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers; 2011.
16. Jauhar ASdM. Pengantar Teori & Perilaku Organisasi. Jakarta: Prestasi Pustaka;
2013.
17. Siswanto. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara; 2012.
18. Syamelita M. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu
di Wilayah Kerja Puskesmas Polak Pisang Kecamatan Kelayang Kabupaten
Indragiri Hulu Tahun 2013 (Proposal). Padang: FKM Unand; 2013.
19. Wahyuningrum. Hubungan Kemampuan, Kepuasan, dan Disiplin Kerja dengan
Kinerja Pegawai di Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan (Tesis).
Semarang: http://eprints.undip.ac.id/17648/1/WAHYUNINGRUM.pdf; 2008
[cited 2015 5 Januari 2015].
20. Sastroasmoro S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung
Seto; 2011.
21. Hastono SP. Statistik Kesehatan. Jakarta: RajaGrafindo Persada; 2011.
22. Prasetyo B. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada; 2011.
23. Monariza S. Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu di
Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang Tahun
2013 (Skripsi). Padang: FKM Unand; 2013.
24. Santi ED. Hubungan Fungsi Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja dengan
Kepuasan Kerja Pegawai di Puskesmas Lubuk Gadang Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2013 (Skripsi). Padang: FKM Unand; 2013.
25. Soepono B. Statistik Terapan. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
42