Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
NAMA
: NI WAYAN PUTRI ADNYANI
NIM
: 1306305054
NO. ABSEN : 11
FIRMA (FA)
A. Pengertian Firma
1. Mutual Agency (saling mewakili), setiap anggota dalam menjalankan usaha firma
merupakan wakil dari anggota firma yang lain.
2. Limited Life (umur terbatas), firma yang didirikan oleh beberapa anggota memiliki
umur yang terbatas.
3. Unlimited Liability
(tanggung
jawab
terhadap
kewajiban
firma
tiak
terbatas), tanggung jawab atas hutang tidak terbatas pada kekayaan yang dimiliki
firma saja, tapi juga sampai harta milik pribadi para anggota firma.
4. Ownership of an Interest in a Partnership, bahwa kekayaan setiap anggota yang
sudah ditanamkan dalam firma merupakan kekayaan bersama dan tidak dapat
dipisahkan secara jelas. Masing-masing anggota adalah sebagai pemilik bersama
atas kekayaan Firma
5. Participating in Partnership Profit, laba atau rugi sebagai hasil operasi Firma
akan dibagikan kepada setiap anggota firma berdasarkan partisipasi para anggota
didalam firma.
C. Hukum Dasar Firma
Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris. Akta
Pendirian Firma harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan Firma yang bersangkutan. Setelah itu akta pendirian harus
diumumkan dalam Berita Negara atau Tambahan Berita Negara. Tetapi karena Firma bukan
merupakan badan hukum, maka akta pendirian Firma tidak memerlukan pengesahan dari
Departemen Kehakiman RI.
Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab UndangUndang
Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) S.1847-23. Hukum
mengenai Firma terdapat dalam bagian 2 dalam KUHD dengan judul Perseroan Firma Dan
Perseroan Dengan Cara meminjamkan Uang Atau Disebut Perseroan Komanditer yang
dimulai dari pasal 16 sampai 35 KUHD.
tanpa akta otentik. Ketiadaan akta otentik tidak bisa dijadikan argumen untuk merugikan
pihak ketiga. Ini menunjukkan bahwa akta otentik tidak menjadi syarat mutlak bagi
pendirian Firma, sehingga menurut hukum suatu Firma tanpa akta juga dapat berdiri. Akta
hanya diperlukan apabila terjadi suatu proses. Di sini kedudukan akta itu lain dari pada akta
dalam pendirian suatu PT. Pada PT, akta otentik merupakan salah satu syarat pengesahan
berdirinya PT, karena tanpa akta otentik PT dianggap tidak pernah ada. (Achmad Ichsan,
Hukum
Dagang:
Lambaga
Perserikatan,
Surat-surat
Berharga,
Aturan-aturan
(Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 22)
Setelah akta pendirian diabuat, akta tersebut kemudian didaftarkan ke Kepaniteraan
Pengadilan Negeri setempat. Baru setelah itu diumumkan dalam Berita Negara RI.
Disamping itu, untuk memulai berusaha sekutu pendiri harus mengantongi Surat Izin Usaha,
Surat Izin Tempat Berusaha dan Surat Izin berhubungan dengan UU Gangguan (Hinder
Ordonatie, S.1926/226) bila diperlukan. Kewajiban untuk mendaftarkan dan mengumumkan
itu suatu keharusan yang bersanksi, karena selama pendaftaran dan pengumuman belum
dilaksanakan, pihak ketiga. Sebenarnya, berdasarkan Pasal 26 dan Pasal 29 KUHD, dikenal
dua jenis Firma, yaitu:
a. Firma umum, yakni Firma yang didirikan tetapi tidak didaftarkan serta tidak
diumumkan. Firma ini menjalankan segala urusan, didirikan untuk jangka waktu tidak
terbatas, dan masing-masing pihak (sekutu) tanpa dikecualikan berhak bertindak
untuk dan atas nama Firma.
b. Firma khusus, yakni Firma yang didirikan, didaftarkan serta diumumkan, dan
memiliki sifat-sifat yang bertolak belakang dengan Firma umum seperti disebutkan di
atas.
Kedudukan akta pendirian (akta notaris) Firma merupakan alat pembuktian utama
terhadap pihak ketiga mengenai adanya persekutuan Firma itu. Namun demikian, ketiadaan
akta sebagaimana dimaksud di atas tidak dapat dijadikan alasan untuk lepas dari tanggung
jawab atau dengan maksud merugikan pihak ketiga. Dalam keadaan ini, pihak ketiga dapat
membuktikan adanya persekutuan Firma dengan segala macam alat pembuktian biasa, seperti
surat-surat, saksi dan lain-lain.
Tanggungjawab Sekutu Baru
Persekutuan Firma dimungkinkan menambah sekutu baru. Tetapi semua itu harus
berdasarkan persetujuan bulat semua sekutu lama (Pasal 1641 KUHPerdata). Sedapat
mungkin, ketentuan mengenai keluar-masuknya sekutu diatur dalam perjanjian pendirian
(akta otentik) Firma. Lain lagi halnya dengan sekutu pengganti, penggantian kedudukan
sekutu selama sekutu tersebut masih hidup, pada dasarnya tidak diperbolehkan, kecuali hal
itu diatur lain dalam perjanjian pendirian Firma.
Secara umum ada dua macam tanggung jawab sekutu-sekutu Firma, yaitu:
1. Tanggung jawab tidak terbatas, artinya apabila Firma bangkrut dan harta bendanya
tidak memadai untuk membayar utang-utang Firma, maka harta benda pribadi para
sekutu bisa disita untuk dilelang, dipakai untuk membayar utang-utang Firma. yang
di Firma (modal dan keuntungan) harus dibayarkan.
2. Tanggung jawab solider. Tanggung jawab ini khususnya terletak dalam hubungan
keuangan dengan pihak luar. Sekutu Firma bertanggung jawab penuh atas perjanjianperjanjian yang ditutup oleh rekannya untuk dan atas nama Firma.
E. Pendaftaran Firma
Dalam pasal 23 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang disebutkan :
Para persero Firma diharuskan untuk mendaftarkan akta pendirian di kepaniteraan
Pengadilan Negeri yang dalam daerah hukumnya Firma bertempat kedudukan.
Yang perlu didaftarkan adalah ikhtisar pendiraan Firma. Dalam pasal 29 Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang ditegaskan selama pendaftaran dan pengumuman belum
dilaksanakan, perseroan firma dianggap sebagai :
4
1. Perseraon Umum.
2. Didirikan untuk waktu tidak terbatas.
3. Seolah-olah tidak ada seorang persero pun yang dikecualikan dari hak bertindak
perbuatan hukum dan hak menandatangani untuk firma.
Masalah hubungan ekstern Firma dijelaskan dalam pasal 17 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang yang mengemukakan pada asanya berlaku pemberian kuasa timbal-balik
dalam arti setiap pesero adalah pengurus.
(Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 23)
f.
Cara Pembubarannya :
1. Dengan akta otentik (Notaris) supaya tidak ada yang dapat dituntut karena namanamanya jelas.
2. Di daftarkan ke Paniteraan Pengadilan Negri.
3. Diumumkan di Tambahan Berita Negara