PENDAHULUAN
harus
diikuti
dengan
peningkatan
derajat
kesehatan.
Menurut
penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga, kondisi rumah dan kondisi
lingkungan pemukiman (Depkes RI, 2007).
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk
memelihara lingkungannya dari pencemaran tinja. Pembuangan tinja yang
memenuhi persyaratan saniter sebagian belum terlaksana sesuai dengan apa yang
diharapkan terutama bagi masyarakat yang tingkat ekonominya rendah, sehingga
biaya untuk membangun jamban keluarga menjadi hambatan. Faktor pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan yang masih rendah juga berpengaruh pada
kepemilikan jamban keluarga. Di samping itu, faktor-faktor yang berpengaruh
adalah budaya, kondisi lingkungan dan kebiasaan masyarakat yang membuang
tinja sembarangan (Udin Djabu dkk, 1991).
Pembuangan tinja manusia yang tidak saniter dapat berdampak negatif
bagi kesehatan lingkungan maupun kesehatan manusia. Bagi kesehatan
lingkungan pembuangan tinja yang tidak saniter dapat mencemari tanah dan
sumber-sumber penyediaan air tanah (sumur). Sedangkan bagi kesehatan manusia,
pembuangan tinja yang tidak saniter dapat menjadi sumber penularan penyakit
(Udin Djabu dkk, 1991).
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak
di bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena
diare setiap tahunnya. Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi
terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi
WHO tahun 2007 dimana kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan
akses masyarakat terhadap sanitasi dasar (Depkes RI, 2007).
tempat.
Mengetahui karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, status
ekonomi, tingkat pengetahuan, dan sikap terhadap perilaku BABS.
Lampung
Selatan
khususnya
Puskesmas
Penengahan
dalam
dapat
meningkatkan
kebersihan