Akibat dari perubahan iklim dapat dirasakan di seluruh dunia mulai dari meningkatnya
kehebatan dan frekuensi badai, cepatnya pencairan gletser, kerugian panen, naiknya
permukaan laut, dan hal lainnya.
Negara bagian Kalifornia di Amerika Serikat telah mengalami sendiri penderitaan dari
pemanasan global seperti musim kemarau, gelombang panas, hingga pengurangan
jumlah salju di pegunungan Sierra Nevada.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berperingkat teratas di negara bagian itu
dengan 61 Nobel Sastrawannya, Universitas Berkeley, Kalifornia adalah sumber dari
ilmuwan-ilmuwan, peneliti-peneliti, dan profesor-profesor papan atas yang meneliti dan
berbicara tentang dampak dari perubahan iklim dunia.
Hari ini, Supreme Master Television menyajikan sebuah wawancara dengan Dr. Kirk
Smith, seorang profesor dari Kesehatan Lingkungan Dunia di Universitas Berkeley AS.
Universitas ini juga menjadi almamaternya dimana dia menerima gelar sarjana, master,
dan doktor.
Dr. Smith menjabat sebagai Ketua Badan Amal Maxwell untuk Pelayanan Kesehatan
Masyarakat di Universitas Kalifornia, Berkeley.
Dia juga seorang pendiri dan koordinator kampus dari perluasan Program Master di
bidang Kesehatan,Lingkungan, dan Pembangunan.
Penelitian kerjanya terpusat pada persoalan lingkungan dan kesehatan di negara
berkembang, dan itu terkait dengan kerusakan kesehatan dan perubahan iklim - polusi
udara, termasuk proyek-proyek lapangan yang sedang berjalan di India, China, Nepal,
dan Guatemala.
Ia membantu sejumlah dewan penasihat ilmiah nasional dan internasional termasuk
Perencanaan Tindakan Dunia untuk Pneumonia, Penilaian Energi Dunia, dan Pedoman
Kualitas Udara WHO.
Ia juga menjadi dewan redaksi sejumlah jurnal internasional dan telah menerbitkan
lebih dari 250 artikel ilmiah dan 7 buku.
Pada tahun 1997, Dr. Smith terpilih sebagai anggota dari Akademi Ilmiah Nasional
Amerika Serikat, satu tanda jasa tertinggi yang dianugerahkan kepada ilmuwanilmuwan Amerika Serikat.
Juga, kita harusnya jangan hanya mengisi sistem kita dengan bahan bakar bersih, tapi kita juga
harus mengisi diri kita dengan sumber energi terbaik yang paling bersih dan efisien. Bahan bakar
terbaik kita adalah makanan vegan, makanan vegan organik yang menyelamatkan hidup. Itu
berguna bagi iklim secara fisik dan juga menimbulkan atmosfer penuh kebaikan di sekitar kita.
http://www.theatlantic.com/life/archive/2011/09/health-and-climate-change-7-ways-you-arebeing-harmed/245607/
Berita Tambahan
Living PlanIT yang berbasis di Swiss, yang mengembangkan apa yang ia katakan akan menjadi
wilayah kota terhijau di Portugal, mengumumkan pada tanggal 11 November 2011 bahwa ia
bermitra dengan perusahaan elektronik Jepang Hitachi untuk pembuatan sistem energi bersih
yang lengkap guna mengelola infrastruktur, teknologi, dan bangunan di kota tersebut.
http://www.businessgreen.com/bg/news/2124385/hitachi-links-worlds-greenest-city
http://ajw.asahi.com/article/economy/press_releases/AJ2011111117187
Sebagai bagian dari inisiatif multi-nasional yang disponsori oleh British Council, karya dari 26
fotografer profesional dan amatir di Turki telah dipilih untuk dipamerkan di seluruh negara
sampai dengan Maret 2012, untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak perubahan iklim,
dan mendorong orang-orang pada tindakan memulihkan Bumi.
http://www.treehugger.com/culture/turkish-photographers-capture-climate-change.html
http://www.crowdsourcing.org/document/turkish-photographers-capture-climate-change/8173
Dengan meningkatnya temperatur yang menyebabkan kehidupan liar di Inggris memperlihatkan
perilaku musim semi dan musim panas di pertengahan November 2011, para ahli meteorologi
menyatakan bahwa sepertinya ini akan menjadi bulan terpanas di negara tersebut, dalam
pencatatan sejarah negara itu selama 353 tahun.
http://www.telegraph.co.uk/topics/weather/8887016/November-on-course-for-being-warmestsince-records-began.html,
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2060977/UK-weather-Britain-basks-sunny-weekendmild-weather-temperatures-hit-18C.html
Laporan Kajian Keempat (FAR) yang diluncurkan IPCC tahun 2007 menyimpulkan bahwa
dampak perubahan iklim terhadap kesehatan termasuk:
Semakin sering dan intens nya gelombang panas yang dapat menyebabkan kematian
Bertambahnya jumlah orang yang tewas, terkena penyakit ataupun luka akibat banjir, petir,
kebakaran dan kekeringan
Bertambahnya penyakit pernafasan dan kematian yang berhubungan dengan pencemaran ozon di
tingkat tanah
Perubahan perilaku vektor yang menyebabkan penyakit infeksius
Bertambahnya kasus malnutrisi dan kelainan termasuk yang berhubungan dengan pertumbuhan
dan perkembangan anak
Dampak langsung dari perubahan iklim terhadap kesehatan manusia dapat termanifestasi dalam
bentuk: stress akibat perubahan variabel iklim, kelainan panas, perubahan respon kekebalan dan
katarak. Dampak tidak langsungnya berupa bertambahnya penyakit yang dibawa oleh nyamuk
karena perubahan praktik pertanian, bertambahnya kejadian kekurangan gizi yang menyebabkan
bertambahnya frekuensi tuberculosis (TBC), campak dan pes, bertambahnya penyakit yang
dibawa oleh vektor yang disebabkan kondisi sanitasi yang buruk dan betambahnya penyakit yang
dibawa oleh air yang disebabkan dari bertambahnya frekuensi dan magnitude dari banjir dan
kekeringan (KLH, 1994). Laporan yang sama juga memprediksi kenaikan angka kejadian
malaria, DBD dan diare di masa mendatang. Dari tahun 1989 hingga 2070, kejadian malaria
akan meningkat sebanyak 18% dan DBD akan bertambah 4 kali lipat.
Laporan WHO (2002) menyimpulkan bahwa perubahan iklim menyebabkan meningkatnya 2,4%
kasus diare dan 6% kasus malaria di dunia pada tahun 2000.
Kejadian El-Nino tahun 1997-1998 dapat dijadikan pengukur bagaimana kira-kira dampak bumi
yang semakin panas terhadap kesehatan public. Pada rentang waktu dua tahun tersebut, El Nino
dihubungkan dengan meningkatnya kejadian malaria dan demam berdarah dengue (DBD). Untuk
pertama kalinya, malaria telah menyebar ke daerah tinggi Irian Jaya dengan ketinggian 2103
meter pada tahun 1997. Pada tahun 2004, para peneliti menyimpulkan perilaku baru dari virus
yang menyebabkan dengue telah muncul . Saat itu angka kejadian DBD dilaporkan meningkat
dan menyebar dengan cepat dan memakan korban lebih banyak dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya.
Hubungan antara perubahan iklim dan penyakit serta masalah kesehatan masih belum diteliti
dengan sempurna. Namun sebagai peringatan dini akan situasi yang mungkin saja terjadi jika
pemanasan global terus berlangsung, meningkatknya kasus DBD di Indonesia sepanjang musim
hujan dapat saja disebabkan karena suhu bumi yang makin meningkat. Perubahan suhu dan curah
hujan dapat merangsang nyamuk untuk memperluas habitatnya. Hal ini akan menyebabkan
nyamuk berkembang biak lebih cepat dan menyebar, membuat penyebaran penyakit juga
menjadi lebih sering.
Pemanasan global ini menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi memiliki
dampak-dampak buruk bagi manusia, dampak itu antara lain:
1. Perubahan penyebaran curah hujan dan turunnya salju di sebagian besar
permukaan bumi sehingga mengakibatkan tanah menjadi tidak subur dan
tidak produktif.
2. Mencairnya bongkahan es di daerah kutub mengakibatkan permukaan laut
naik 2,4 KM pada tahun 2100 sehingga memungkinkan terjadinya banjir pada
kota-kota tepi pantai dan daerah industri.
3. Peningkatan penguapan
4. peningkatan badai tropis
Pedoman-Guidelines
Tentu semua orang tak ingin hal seperti di film The day after tomorrow terjadi Global warming
bukanlah sesuatu hal yang pasti terjadi, melainkan sesuatu hal yang masih akan terjadi.
Global warming masing bisa dikendalikan bahkan dihentikan apabila kita bekerja sama satu
sama lain.
Perubahan iklim merupakan sesuatu yang sulit untuk dihindari dan memberikan dampak terhadap berbagai segi
kehidupan. Dampak ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran
musim. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan
terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan
udang
serta
mengancam
kehidupan
masyarakat
pesisir
pantai.
Dampak Perubahan Iklim Regional
Pola musim mulai tidak beraturan sejak 1991 yang mengganggu swasembada pangan nasional hingga kini tergantung
import pangan. Pada musim kemarau cenderung kering dengan trend hujan makin turun salah satu dampak kebakaran
lahan dan hutan sering terjadi. Meningkatnya muka air danau khususnya danau Toba makin susut dan mungkin
danau/waduk lain di Indonesia, konsentrasi es di Puncak Jayawija Papua semakin berkurang dan munculnya kondisi cuaca
ekstrim yang sering yang menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah longsor di beberapa lokasi dalam beberapa
tahun terakhir. Beberapa kajian dari IPCC 4AR yang menyinggung Indonesia secara spesifik antara lain : Meningkatnya
hujan di kawasan utara dan menurunnya hujan di selatan (khatulistiwa). Kebakaran hutan dan lahan yang peluangnya
akan makin besar dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas El-Nino. Delta Sungai Mahakam masuk ke dalam peta
kawasan pantai yang rentan. (Murdiyarso, 2007).
terkena
bencana
banjir
dan
kekeringan
Tahun
Keterangan
Kebanjiran(ha)
Kekeringan(ha)
Puso(ha)
1987
El-Nino
***
430.170
***
1988
La-Nina
130.375
87.373
44.049
1989
Normal
96.540
36.143
15.290
1990
Normal
66.901
54.125
19.163
1991
El-Nino
38.006
867.997
198.054
Gambar
1992
Normal
50.360
42.409
16.882
1993
Normal
78.480
66.992
47.259
1994
El-Nino
132.975
544.422
194.025
1995
La-Nina
218.144
28.580
51.571
1996
Normal
107.385
59.560
50.649
1997
El-Nino
58.974
504.021
102.254
1.
Proyeksi
Perubahan
Produktivitas
Pertanian
di
Indonesia