TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Komunikasi
1. Definisi Komunikasi
Banyak ahli berpendapat dalam mendefinisikan komunikasi.
Tappen (1995) mendefinisikan komunikasi adalah pertukaran pikiran,
perasaan, pendapat dan pemberian nasehat yang terjadi antara dua orang
atau lebih yang bekerja bersama.
Menurut Potter dan Perry (2005) komunikasi adalah sebuah proses
yang kompleks dan melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan lingkungan
sekitarnya.
Forsdale (1981) ahli komunikasi dan pendidikan menjelaskan
bahwa Communication is the process by which a system is established,
maintened and altered by means of shared signals that operate according
to rules
2. Elemen Komunikasi
Menurut Potter & Perry (2005) ada 6 elemen dari komunikasi, yaitu :
a. Referen
Referen disebut juga sebagai stimulus yang memotivasi seseorang
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Referen dapat berupa
pengalaman, objek, emosi, tindakan atau ide.
b. Pengirim
Pengirim disebut juga encoder, merupakan orang yang memberikan
pesan.
c. Pesan
Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh
pengirim. Pesan dapat berupa symbol bahasa verbal dan non verbal
(misalnya kata-kata yang diucapkan, ekspresi wajah atau gerakan
tubuh).
d. Saluran
Respons
Respons mengungkapkan apakah makna dari pesan yang telah
dikirim tersampaikan. Tujuan dari komunikasi bukan hanya untuk
meyakinkan bahwa pesan telah tersampaikan dengan akurat. Respons
verbal dan nonverbal dari penerima mengirimkan respons kepada
pengirim
3. Bentuk Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang kompleks. Model atau
bentuk-bentuk dari komunikasi antara lain :
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal dilakukan dengan kata-kata dan berbicara.
Tujuan dari komunikasi verbal adalah assertiveness. Assertiveness
berarti suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan bagi
individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung,
jujur dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan
lawan bicara (Suarli dan Bachtiar 2010).
Menurut Tribowo (2013) beberapa hal yang harus diperhatikan
perawat dalam berkomunikasi secara verbal adalah :
1) Masalah teknik : apakah komunikasi tersebut akurat dalam
mengirimkan symbol, ide ataupun pesan yang akan
disampaikan.
2) Masalah semantik : Seberapa
mengirimkan pesan yang dimaksud.
tepat
efektif
simbol
yang
dalam
diterima
3)
Komunikasi terapeutik terdiri atas 4 fase yaitu, fase pra interaksi, fase
orientasi, fase bekerja dan fase terminasi. Dalam setiap fase terdapat tugas
dan kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat, antara lain :
a. Fase Prainteraksi
Sebelum melakukan interaksi, idealnya seorang perawat harus
mengetahui informasi klien. Informasi tersbut dapat berupa riwayat
keperawatan atau medis, atau berdiskusi dengan perawat lainnya
yang juga merawat klien. selama tahap ini perawat berpikir
mengenai persoalan yang mungkin timbul ketika berinteraksi dengan
klien, misalnya sebelum memasuki hubungan dengan klien muda
yang mengalami kanker, perawat memperhitungkan bagaimana klien
menyesuaikan diri dan kapan mungkin kematian didiskusikan.
Fase prainteraksi adalah waktu dimana klien merencanakan
pendekatan kepada klien. langkah akhir dalam prainteraksi adalah
untuk menentukan lokasi dan menetapkan kapan pertemuan dengan
klien dilakukan untuk pertama kalinya. Lingkungan yang nyaman,
dan menarik akan mempercepat interaksi interpersonal.
b. Fase Orientasi
Fase orientasi dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk
pertama kalinya. Fase ini akan menentukan bagaimana hubungan
antara perawat-pasien ke depannya. Selama pertemuan pertama,
kedua belah pihak secara akrab saling mengkaji. Perawat dan pasien
membuat kesimpulan dari penilaian atas performance masingmasing. Komunikasi terapeutik akan menjadi lebih efektif apabila
perawat tulus, penuh empati dan perhatian.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan perawat selama proses
orientasi :
1) Pengujian
Klien seringkali menguji perawat selama fase orientasi. Hal
ini disebabkan oleh kesulitan klien dalam memahami
kebutuhan
untuk
membantu,
ketakutan
untuk
mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya dan
kecemasan yang lebih besar daripada keinginan untuk
berubah. Klien mungkin akan menjadi diam dan menghindari
untuk berkomunikasi. Perawat harus sadar terhadap ketakutan
klien dan harus menunjukkan rasa percaya diri dan
berkompeten, bersikap terbuka dan ingin tahu masalah klien
dan menunjukkan keinginan untuk membantu.
2) Membangun Kepercayaan
c. Fase Bekerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik, dimana pada tahap ini perawat bersama dengan klien
mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh klien. Teknik
komunikasi yang sering digunakan peraawat antara lain
mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, memfokuskan
dan menyimpulkan.
d. Fase Terminasi
Selama tahap orientasi, perawat mengatakan kepada klien kapan
akan mengakhiri interaksi. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengakhiri tugas pada unit tertentu, atau saat klien akan pulang.
Pada tahap ini klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali
proses keperawatan yang dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk
melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik perawat
menggunakan konsep kehilangan.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, terbagi 2
yaitu :
1) Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan.
2) Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan
proses keperawatan secara menyeluruh. Tugas perawat pada
fase ini adalah :
a) Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah
dilakukan. Perawat meminta klien tentang apa yang
telah didiskusikan atau respon objektif setelah
tindakan dilakukan.
b) Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan
bagaimana perasaan klien mengenai hal yang
didiskusikan atau tindakan yang sudah dilakukan.
c) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya,
meliputi topic, waktu dan tempat pertemuan.
Perbedaan antara terminasi akhir yaitu mencakup
keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi.