Anda di halaman 1dari 38

1

OLAH GERAK BANGUNAN APUNG


(MO 091342 - 3 sks)
Oleh:

Prof.Dr. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc

PENTINGNYA ANALISIS
HIDRODINAMIKA / MOTION
Efisiensi operasi dan keselamatan bangunan

laut terapung atau lentur kapal-kapal niaga,


kapal-kapal militer, bangunan laut untuk
industri migas, kapal-kapal / BA pendukung
operasi lepas pantai
Efisiensi operasi: seakindliness
Keselamatan: seaworthiness
2

SISTEM STRUKTUR
STATIS vs DINAMIS
STATIS:
a) Beban konstan / tidak bersifat siklis (tidak fluktuatif terhadap
waktu) tidak ada pengaruh frekuensi
b) Kenaikan beban kenaikan respons linier (stress, momen, gayagaya internal)

DINAMIS:
a) Beban bersifat siklis pengaruh frekuensi dominan;
b) Bila frekuensi beban = frekuensi alami resonansi (magnfiikasi
respons);
c) kenaikan beban perubahan respons linier pada frekuensi yang
sama; tetapi non-linier pada frekuensi yang berbeda

SISTEM VS BEBAN
SISTEM

BEBAN

RESPONS

STATIS

STATIS

STATIS

STATIS

DINAMIS

STATIS

DINAMIS

STATIS

STATIS

DINAMIS

DINAMIS

DINAMIS

Catatan:
a) sistem statis mempunyai kekakuan tinggi
b) Struktur jacket sistem dinamis tetapi dapat berperilaku sebagai sistem
statis (quasi-statis) bila dikaitkan dengan frek alaminya yang berada di luar
frekuensi gelombang yang banyak terjadi

FREKUENSI & PERIODE


ALAMI
Frekuensi gerakan osilasi / getaran dari sistem

yang terjadi bila padanya diberikan simpangan


dan akan kembali pada posisi keseimbangannya (diam) setelah berosilasi dalam rentang
waktu tertentu

RAO = Response Amplitude Operator


adalah perbandingan antara amplitudo

RAO = r / e

frekuensi alami

respons

sub-critical

0.2

critical

1.0

(r) terhadap amplitudo eksitasi (e)

super-critical

2.0

n
Respons Struktur Dinamis:
Intensitas beban konstan, Frekuensi naik incremental
(mis. tinggi gelombang konstan tetapi frekuensi
divariasikan)

DYNAMIC EFFECTS (of Vessel /


Floating Structure Motions)

Slamming dampak: impact pressure pada struktur lokal di (bag


dasar) haluan, hull whipping (perilaku lambung fleksible seperti
gerak lecutan) beban transient (menambah beban momen
lengkung pada lambung)
Momen lengkung / defleksi akibat gelombang normal (hog @ sag)

Momen lengkung / defleksi akibat gelombang normal + slamming


(Pada saat yang bersamaan menerima beban transient getaran akibat slamming impact / hull whipping)

KECELAKAAN TANKER Prestige:


Patah di tengah lambung akibat kelelahan struktur dan gelombang
besar (kemungkinan slamming & hull whipping dan green water)

Tanker patah pada lambung tengahnya


(kemungkinan akibat beban gelombang ekstrem
bersamaan dengan slamming)

10

Cruise Liner patah pada lambung tengahnya


(kemungkinan akibat beban gelombang ekstrem
bersamaan dengan slamming)

11

DYNAMIC EFFECTS (of Vessel / Floating Structure


Motions)

Green water dampak: impact pressure pada struktur lokal di


(bag geladak) haluan, menambah beban momen lengkung pada
lambung, mempengaruhi perlengkapan dan sistem (yang sensitif
di geladak BA)
Momen lengkung / defleksi akibat gelombang normal (hog @ sag)

Momen lengkung / defleksi akibat gelombang normal + greenwater


(Pada saat yang bersamaan menerima beban transient getaran akibat slamming impact / hull whipping)

12

Greenwater pada Tanker akibat gelombang besar

13

Greenwater pada Kapal Barang akibat gelombang besar

14

Greenwater pada Cruise Liner akibat gelombang besar

15

DYNAMIC EFFECTS (of Vessel / Floating Structure


Motions)

Propeller racing gerakan yang berlebihan dapat mengakibatkan buritan


kapal/BA naik melampaui permukaan air/gelombang propeller berputar
di luar air putaran tak terkendali, sehingga ada fluktuasi beban pada
sistem propulsi (bantalan, gear box, mesin induk) kerusakan sistem
propulsi resiko pada sistem pengendalian

Propeller keluar dari permukaan air/gelombang

16

DYNAMIC EFFECTS (of Vessel / Floating Structure


Motions)

Added Resistance Kenaikan tahanan (akibat gerakan dan efek


radiasi) terhadap gerak maju kapal pada saat mengalami beban
gelombang 2nd-Order Motion pengaruh drifting (gaya seret)

17

GERAKAN BANG APUNG ORDE-1 DAN ORDE-2


(1ST- & 2nd-Order Motions)

Gerakan Orde-1: Gerakan yang mengikuti pola eksitasi yang ditimbulkan oleh
suatu gelombang tunggal (utamanya gerakan akan mempunyai frekuensi atau
periode yang sama dengan frekuensi atau periode gelombang).
Gerakan Orde-1: Gerakan frekuensi tinggi (periode pendek) dengan amplitudo kecil
(kurang lebih proporsional dengan amplitudo gelombang) gerakan cepat /
dinamis.
Gerakan Orde-1: Lebih penting memperhatikan mode gerakan vertikal (heave, roll,
pitch)
Gerakan Orde-2: Gerakan yang polanya akan ditentukan dari kombinasi sejumlah
gelombang (wave group)
Gerakan Orde-2: Gerakan frekuensi rendah (periode panjang) dengan amplitudo
besar (merupakan kelipatan ukuran panjang BA atau panjang penambatan)
gerakan lambat (slow drift / menyeret)
Gerakan Orde-2: Penting diperhatikan dalam analisis sistem tambat (mooring
system) timbulnya beban transient pada tali tambat
Gerakan Orde-2: Lebih penting memperhatikan mode gerakan horizontal (surge,
sway, yaw)
Pada kenyataan praktis di lapangan gerakan orde-1 dan orde-2 akan terjadi
bersamaan
18

a) 1st-Order Load

Periode Gelombang
Laut (Orde-1):
3 det ~ 18 det
Dist terbesar;
6 ~ 10 det (ganas)
4 ~ 8 det (menengah)
3 ~ 6 det (tenang)

b) 2nd-Order Load

Periode Orde-2:
> 100 det

Load

c) Combined 1st- and


2nd-Order Load

25

50

100

150

200

250

300

t (seconds)

19

GERAKAN RELATIF
(Relative Motion)
Gerakan Vertikal (Vertical Motion)

1.
z

+z

BA bergerak heave murni

+z

Zg

BA di air tenang

b
+z

+z

+
+z

+ z +

Zg

BA bergerak heave & pitch


Gambar 1 Gerakan Vertikal BA

20

Gerakan vertikal setiap titik sepanjang BA di atas gelombang

reguler

gerakan harmonik

Persamaan gerak vertikal CG:

Z = Za sin et

(1)

Persamaan gerak setiap titik yang berjarak dari CG :

Z = (Z)a sin et

(2)

Gerakan haluan (titik b) pada arah vertikal (vertical bow

motion)
lihat gbr. 1
Zb = Z + sin
~ Z +

(3)

bila diasumsikan kecil


21

Dimana :
Z = gerakan heave (m)
= gerakan pitch (rad)
Z(+) bila BA bergerak heave naik
(+) bila haluan BA berputar pitch haluan ke atas
Bila tiitik b terletak pada perpotongan antara haluan dan

garis air tenang maka :


Zb = 0 di katakan tidak ada gerakan haluan
Zb > 0 berarti titik b berada di atas garis air tenang
Zb < 0 berarti titik b berada di bawah garis air tenang

22

Persamaan gerak heave di gelombang reguler :

Z = Za cos (et + z)

(4)

z = sudut fase gerakan heave terhadap gerakan gelombang


Persamaan gerak pitch di gelombang reguler :

= a cos (et + )

(5)

= sudut fase gerakan pitch terhadap gerakan gelombang

23

Za

Sehingga gerakan haluan Zb dapat dituliskan (dengan subtitusi

pers. (4) & (5) ke pers. (3)) sbb :


Zb = Z +
= Za cos (et + z) + a cos (et + ) (6)
= (Zb)a cos (et + b)
dimana :
(Zb)a = amplitudo gerakan vertikal haluan

Zb a

Za2 a 2 2Z a acos z

(7)

b = sudut fase gerakan vertikal haluan terhadap


gerakan gelombang
b = arc tg b
24

Z a sin z a sin
tg b
Z a cos z a cos

(8)

b(2)
b(1)

Gerakan titik b di
gel reguler

Elevasi geombang 2

T1

Gel. tenang

t1

(t)
b

fb

Elevasi geombang 1
t2

Gambar 2. Pengaruh sudut fase gerakan haluan dengan


kemungkinan terjadinya terangkat atau terbenamnya haluan

25

0.5

- 0.5
t (detik)

10

15

20

T = 10 det w = 0.628 rad/det


T = 5 det w = 1.256 rad/det
T = 2.5 det w = 2.512 rad/det
T = 1 det w = 6.28 rad/det

25

30

35

40

se
seccc
3241 se
sec
sec
10
0 sec
95 sec
867 se
secc

= -118 deg

z = +72 deg

0.5

- 0.5
t (detik)

5
Wave (m)

10

15

20
Heave (m)

25

30

35

40

Pitch (deg)

secc
6789 se
sec
cc c
5010se
sese
4312 sec
secc
se

z = -90 deg

= +54 deg

0.5

- 0.5
t (detik)

5
Wave (m)

10

15

20
Heave (m)

25

30

35

40

Pitch (deg)

12 se
c
sese
se
ccc
90310sec
c
se
sec
84 se
cc
675 se

= +54 deg
z z = +36 deg
0.5

- 0.5
t (detik)

5
Wave (m)

10

15

20
Heave (m)

25

30

35

40

Pitch (deg)

2. Kecepatan Vertikal (Vertical Velocity)


Kecepatan gerak vertikal BA di atas gelombang
reguler
bersifat harmonik
Gerakan vertikal sembarang titik pada jarak dari
CG adalah seperti ditunjukkan dalam pers. (2)
Maka kecepatan vertikalnya adalah :
dZ
dt

e Z a cos e t

(9)

Dengan mempertimbangkan gerakan heave dan


pitch, maka amplitudo pers(9) menjadi :

2
a

Z a a cos z
.

(10)
30

Dimana
:
.

(Z)
. a = amplitudo kecepatan heave pada CG (m/det)
()a = amplitudo kecepatan pitch pada CG (rad/det)
e = frekuensi papasan (encountering frequency)
= w {1- (wV cos /g)}
w = frekuensi gelombang (rad/sec)
= sudut datang gelombang
gelombang haluan( head seas)
= 1800
gelombang buritan( following seas)
= 00
.
.
(11)
(Z)a = e Za atau (Z)a = e (Z)a
31

3. Percepatan Vertikal (Vertical

Acceleration)
Percepatan gerak vertikal setiap titik sepanjang
BA bersifat harmonik
Sehingga percepatan gerak vertikal di
gelombang
reguler dinyatakan :
..
..
(Z)a = e2 Za atau (Z)a = e2 (Z)a
(12)
Penyelesaian identik dengan kecepatan vertikal

32

4. Gerakan Relatif Haluan (Relative

Bow Motion)

G.

+ z + -

+ z +

zg

Gambar 3. Gerakan heave, pitch dan gelombang

Gerakan haluan
relatif pada t1 (Zbr1)

T
fb

b
t1

Gerakan haluan
relatif pada t2 (Zbr2)

t2

Gambar 3. Definisi gerakan haluan relatif (terhadap gelombang)

33

Gerakan haluan relatif (terhadap gelombang)


Persamaan gelombang reguler :

Z br

= a cos (kex-et) (13)


Dimana :
ke = angka gelombang efektif
ke = e2/g = 2/e
e= /cos
Elevasi permukaan air di haluan :
b = a cos (ke -et) (14)
Gerakan relatif setiap titik pada jarak dari CG adalah :
Zr= Z - (15)
Untuk gerakan relatif haluan :
Zbr= Z b- b
(16)
34

Subtitusi pers (6)& (14) ke pers (16) menghasilkan :

Zbr = (Zb)a cos(et+b)- a cos (ke -et)

(17)

= (Zb)a cos(et+b)- a cos (2 /e-et)untuk


gelombang haluan
Atau :
Zbr= (Z br)a cos(et+br)
(18)
dimana :

Zbr a Zb a2 a 2 2 Zb a a cos ke b
tan br

a sin(ke ) ( Zb )a sin b
a cos(ke ) ( Zb )a cos b

(19)
(20)
35

Haluan terangkat (bow emergence) didefinisikan


terjadi bilamana Zbr > T(T = sarat air)
slamming
Haluan terbenam (bow submergence) didefinisikan terjadi
bilamana Zbr <- fb(fb = free board)
green water/deck wetness

36

SOAL
Sebuah bangunan apung mempunyai ukuran utama dan hasil analisis gerak
dasar sbb :
L = 150 m (panjang)
= 80 m (jarak haluan ke CG)
T = 8 m (sarat air)
fb = 6.6 m (lambung timbul)
Vs = 20 knots (kecepatan maju)
Za = 1.7 m (amplitudo heave)
a = 0.15 rad (amplitudo pitch)
z = -400 (sudut fase heave)
= +150 (sudut fase pitch)
Berada di atas gelombang reguler :
w = 140 m (panjang gelombang)
= 1800 (gelombang haluan)
Hw = 6.6 m (tinggi gelombang)
37

a) Hitung (Zb)a , b dan berikan persamaan Zb


b) Gambar kurva siklus gerakan vertikal haluan (Zb) dan

elevasi gelombang di haluan (b) untuk sebanyak 2(dua)


siklus, dengan interval 0.1T.
c) Hitung (Zbr)a , br dan berikan pers Zbr
d) Apakah akan terjadi dasar haluan terangkat di atas dan
geladak haluan tenggelam di bawah gelombang ? Bila
terjadi, jelaskan pada saat t berapa/kapan?
Catatan:
Laporan ditulis tangan, kecuali untuk perhitungan tabulasi dan grafis
dilakukan dengan excel
38

Anda mungkin juga menyukai