Anda di halaman 1dari 8

1 devinisi, 2 raja2, 3 berdiri, kejayaan, keruntuhan, bukti, bukti, kesimpulan

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa,
tepatnya dengan pusat di daerah Bogor pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Kerajaan Tarumanegara sendiri
memiliki wilayah kekuasaan yang cukup luas, yaitu mencakup hampir seluruh wilayah Jawa Barat, Banten, dan
Jakarta sekarang. Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu tertua di Pulau Jawa dan di
Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi
kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Sejarah Kerajaan Tarumanegara


RAJA-RAJA DI KERAJAAN TARUMANEGARA
Tarumanegara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja
Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri,
yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana
menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan
Tarumanegara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanegara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih
menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan
Tarumanegara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk
berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanegara.
Raja-raja Tarumanegara :
1. Jayasingawarman 358-382
2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628

9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman 639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669
SUMBER-SUMBER SEJARAH
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar
negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di
Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam
Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah
kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara lain:
Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya
sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan
sebagian masih animisme.
Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To- lo-mo yang terletak di
sebelah selatan.
Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusaan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya
sama dengan Tarumanegara.
Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek
kehidupan tentang kerajaan Tarumanegara.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasast-prasati
tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman
menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan
Cirebon.
PRASASTI-PRASASTI KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Prasasti Ciaruteun
Salinan gambar prasasti Ciaruteun dari buku The Sunda Kingdom of West Java From Tarumanagara to Pakuan
Pajajaran with the Royal Center of Bogor.
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane
Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke
dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta
sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.
Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:
Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).
Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan
sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap

sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat


2. Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30
km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat
gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.
3. Prasasti Kebonkopi
Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari
prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu
gajah tunggangan dewa Wisnu.
4. Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping
tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
5. Prasasti Pasir awi
Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca.
6. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan
Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat
berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian
raja Purnawarman.
7. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu di Museum Nasional. Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara.
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan
prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut.
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati.
Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya
menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga
diartikan sebagai kali Bekasi.
Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang
disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor
sapi yang dihadiahkan raja.
KEHIDUPAN KERAJAAN TARUMANEGARA
KEHIDUPAN POLITIK
Berdasarkan tulisan-tulisan yang terdapat pada prasasti diketahui bahwa raja yang pernah memerintah di
tarumanegara hanyalah raja purnawarman. Raja purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil
meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti tugu yang menyatakan raja purnawarman
telah memerintah untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena pembuatan
kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.

KEHIDUPAN SOSIAL
Kehidupan social kerajaan tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja purnawarman yang
terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja purnawarman juga sangat
memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban
yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
KEHIDUPAN EKONOMI
Prasasti tugu menyatakan bahwavraja purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan
sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena
dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan
antardaerah di kerajaan tarumanegara denagn dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya.
Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan tarumanegara sudah berjalan teratur.
KEHIDUPAN BUDAYA
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti
kebesaran kerjaan tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat pada saat itu sudah
tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah
berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan tarumanegara.
RUNTUHNYA KERAJAAN TARUMANEGARA
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh pada sekitar abad ke-7 Masehi. Hal ini didasarkan pada fakta
bahwa setelah abad ke-7, berita mengenai kerajaan ini tidak pernah terdengar lagi baik dari sumber dalam
negeri maupun luar negeri . Para ahli berpendapat bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar
disebabkan karena adanya tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah.

Masa Kejayaan Tarumanagara


Masa keeamasan Tarumanagara disebut-sebut terjadi pada jaman Purnawarman, bergelar Sri Maharaja
Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhima prakarma Suryamaha purusa Jagatpati. Pembangun Tarumanagara. Ia
disebut juga narendraddhvaja buthena (panji segala raja), atau sering disebut Maharaja Purnawarman, berkuasa

pada tahun 317 Saka (395 M), meningal pada 356 Saka (434 M), dipusarakan di Citarum, sehingga disebut juga Sang
Lumah ing Tarumadi.
Kemasyhuran Tarumanagara diabadikan didalam Prasasti jaman Purnawaraman, tentang dibangunnya pelabuhan
dan beberapa sungai sebagai sarana per-ekonomian ; pada masa Purnawarman, Tarumanagara menaklukan raja-raja
kecil di Jawa Barat yang belum mau tunduk.
Prasasti-prasasti tersebut juga menjelaskan tentang raja tarumanagara ; menggali kali gomati sepanjang 6122 busur ;
wilayahnya meliputi Bogor dan Pandeglang, bahkan pada perkembangan berikutnya, Tarumanagara mampu
melebarkan sayap kekuasaan nya. Perluasan daerah Tarumanagara dilakukan melalui jalan perang maupun jalan
damai, berakibat wilayah Tarumanagara menjadi jauh lebih luas dibandingkan ketika masih dipimpin Rajadirajaguru
dan Raja Resi.
Pada jaman ini pula, masalah hubungan diplomatic ditingkat. Sehingga wajar jika Pustaka Nusantara menyebutkan
kekuasaan Purnawarman membawahi 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di
daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (Purbolinggo) di Jawa Tengah. Sehingga memang secara
tradisional Cipamali (Kali Brebes) dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam. Hal
yang sama dapat ditenggarai dari masa Manarah dan Sanjaya di Galuh.
Membangun Wilayah
Kisah Purnawarman secara terperinci diuraikan didalam Pustaka Pararatvan I Bhumi Jawadwipa. Langkah pertama
yang dilakukannya, ia memindah kan ibukota kerajaan kesebelah utara ibukota lama, ditepi kali Gomati, dikenal
dengan sebutan Jaya singapura. Kota tersebut didirikan Jayasingawarman, kakeknya. Kemudian diberi nama
Sundapura (kota Sunda). Iapun mendirikan pelabuhan ditepi pantai pada tahun 398 sampai 399 M. Pelabuhan ini
menjadi sangat ramai oleh kapal Tarumanagara.
Raja Tarumanagara pada masa Purnawarman sangat memperhatikan pemeliharaan aliran sungai. Tercatatat
beberapa sungai yang diperbaikinya :
....Pada tahun 410 M ia memperbaiki kali Gangga hingga sungai Cisuba, terletak di daerah Cirebon, termasuk
wilayah kekuasaan kerajaan Indraprahasta.
...Pada tahun 334 Saka (412 M) memperindah alur kali Cupu yang terletak di kerajaan Cupunagara yang mengalir
hingga istana raja.
...Tahun 335 Saka (413 M) Purnawarman memerintahkan membangun kali Sarasah atau kali Manukrawa
(Cimanuk).
...Tahun 339 Saka (417 M), memperbaiki alur kali Gomati dan Candrabaga, yang sebelumnya pernah dilakukan oleh
Rajadirajaguru, kakeknya.
...Tahun 341 Saka (419), memperdalam kali Citarum yang merupakan Sungai terbesar di Wilayah kerajaan
Tarumanagara.
Proses dan hasil pembangunan beberapa sungai diatas menghasilkan beberapa implikasi, yakni dapat memperteguh
daerah-daerah yang dibangun sebagai daerah kekuasaan Tarumanagara. Kedua, karena sungai pada saat itu sebagai
sarana perkenomian yang penting, maka pembangunan tersebut membangkitkan perekonomian pertanian dan
perdagangan.
Politik dan Keamanan
Sejak pra Aki Tirem wilayah pantai barat pulau jawa tak lekang dari gangguan para perompak, bahkan keberadaan
Salakanagara tak lepas pula dari perlunya penduduk Kota Perak mempertahankan diri dari gangguan para perompak.
Disinilah sebenarnya Dewawarman I berkenalan dengan masyarakat Yawadwipa dan dari thema ini pula masyarakat
Jawa Barat bersentuhan dengan kebudayaan India.
Konon kabar ketika masa Salakanagara, pemberantas an perompak dianggap sulit, bahkan menurut cerita rakyat,
ketujuh putra Dewawarman yang terakhir terbunuh dilaut ketika menghalau para perompak. ParaIndia. perompak
yang paling ganas berasal dari laut Cina Selatan, sehingga Sang Dewawarman menganggap perlu untuk membuka
jalur diplomatik dengan Cina dan Gangguan para perompak dialami juga ketika jaman Purnawarman, bahkan
wilayah laut jawa sebelah utara, barat dan timur telah dikuasai perompak. Semua kapal diganggu atau dirampas,
yang terakhir para perompak berhasil menyandera dan membunuh seorang menteri kerajaan Tarumanagara dan
para pengikutnya.

Untuk menghancurkan para perompak, Sang Purnawarman langsung memimpin pasukan Tarumanagara. Kontak
senjata pertama terjadi diwilayah Ujung Kulon. Para perampok tersebut dibunuh dan dibuang kelaut. Sedemikian
marahnya Purnawarman. Sejak peristiwa itu daerah tersebut menjadi aman, karena Purnawarman menghukum mati
setiap perompak yang tertangkap.
Untuk meneguhkan hubungan diplomatik, banyak anggota kerajaan yang menikah dengan keluarga raja lain.
Purnawarman memiliki permaisuri dari raja bawahannya, disamping istri-istri lainnya dari Sumatra, Bakulapura,
Jawa Timur dan beberapa daerah lainnya.
Dari permaisuri ini kemudian lahir sepasang putra dan putri. Putra Purnawarman bernama diberinama
Wisnuwarman, kelak menggantikan kedudukannya sebagai raja Tarumanagara. Sedangkan adiknya dinikahi oleh
seorang raja di Sumatera. Konon dikemudian hari di Sumatera terdapat raja besar yang bernama Sri Jayanasa, dari
kerajaan Sriwijaya (pada saat itu masih dibawah kerajaan Melayu), ia adalah keturunan Purnawarman.
Pemberontakan Cakrawarman
Pada saat Purnawarman meninggal Tarumanagara membawahi 46 raja-raja kecil. Sungguh kekuasaan yang besar dan
perlu raja yang mampu dan kuat untuk melanjutkan kekuasaan ini. Ia kemudian digantikan oleh putranya, yakni
Wisnuwarman, dinobatkan tahun 356 Saka (434 M), Ia memerinta selama 21 tahun.
Wisnuwarman meneruskan kebijakan ayahnya, namun ia jauh lebih bijaksana dibandingkan Purnawarman yang
dianggap bertangan besi. Untuk menjaga eksistensi Tarumanagara, penobatan ini diberitahukan keesegenap Negara
sahabat dan bawahannya.
Pada awal pemerintahan Wisnuwarman sudah beberapa kali mengalami upaya pembunuhan. Hingga kemudian
diketahui, bahwa actor intellectual upaya pembunuhan itu adalah Cakrawarman, pamannya sendiri, adik
Purnawarman.
Cakrawarman dimasa Purnawarman menjabat sebagai panglima angkatan perang. Ia sangat setia mendampingi
kakaknya dalam upaya melebarkan sayap kekuasaan Tarumanagara. Ia dianggap orang kedua di Tarumanagara.
Sepeninggal Purnawarman Ia diharapkan para pengikutnya untuk menggantikan Purnawarman.
Upaya makar sebenarnya tidak akan pernah terjadi jika Cakrawarman tidak berambisi dan yakin terhadap
kepemimpinan Wisnuwarman yang mampu melanjutkan kekuasaan Purnawarman. Keraguannya sangat beralasan,
mengingat Cakrawarman tidak bertabiat seperti ayahnya, yang tegas dan tanpa kompromi terhadap lawan-lawannya.
Namun patut diakui, sejak masa Wisnuwarman keadilan dan kemakmuran Tarumanagara bisa dapat tercapai.
Upaya makar yang dilakukan pula oleh para pejabat istana yang setia kepada Cakrawarman, seperti Sang Dewaraja
(wakil panglima angkatan perang), Sang Hastabahu (kepala bayangkara), Kuda Sindu (wakil panglima angkatan
laut), serta pejabat angkatan perang dan para pejabat kerajaan-kerajaan bawahan Tarumanagara.
Cakrawarman akhirnya terbunuh dalam suatu pertempuran di sebelah selatan Indraprahasta, tidak jauh dari Sungai
Cimanuk. Ia terbunuh oleh pasukan Bhayangkara Indraprahasta, kerajaan dibawah Tarumanagara yang setia kepada
Wisnuwarman. Sejak peristiwa tersebut, pasukan bhayangkara Tarumanagara selalu dipercayakan kepada orangorang Indraprahasta. Kepercayaan demikian berlangsung hingga pada peristiwa Galuh, ketika terjadi pemberontakan
Purbasora terhadap Sena. Negara Indrapahasta yang dibangun Resi Sentanu itu dibumi hanguskan oleh Sanjaya.
Peristiwa pengancuran Indraprahasta oleh Sanhaya diabadikan dalam Nusantara III/2, sebagai berikut :
*
* Ikang rajya Indraprahasta wus sirna dening Rahyang Sanjaya mapan kasoran yuddha nira. Rajya Indraprahasta
kebehan nira kaprajaya sapinasuk kadatwan syuhdrawa pinaka tan hana rajya manih i mandala Carbon Ghirang.
Wadyanbala, sang pameget, nanawidhakara janapada, manguri, sang pinadika, meh sakweh ira pejah nirawaceca.
Kawalya pirang siki lumayu humot ring wana, giri, iwah, luputa sakeng satrwikang tan hana karunya budhi pinaka
satwakura.

[Kerajaan Indraprahasta itu telah musnah oleh Rahyang Sanjaya karena kalah perangnya. Seluruh Kerajaan
Indraprahasta ditundukan termasuk keratonya hancur lumat seakan-akan tidak ada lagi kerajaan didaerah Cirebon
Girang. Angkatan perang, pembesar kerajaan, seluruh golongan penduduk, penghuni istana, para terkemuka, hampir
seluruhnya binasa tanpa sisa. Hanya beberapa orang yang berhasil melarikan diri bersembunyi di hutan, gunung dan
sungai yang terluput dari musuh yang tidak mengenal belas kasihan seperti binatang buas].

Pemberian Otonomi
Kisah penumpasan pemberontakan Cakrawarman memberikan pelajaran terhadap pihak keraton dan raja-raja
dibawah Tarumanagara untuk tidak mengulang peristiwa yang sama. Keteguhan kekuasaan selanjutnya dirubah, dari
yang bersifat tangan besi dijaman Purnawarman menjadi perilaku adil dan bijaksana. Ia memperhatikan
kesejahteraan rakyat dan mengayomi raja-raja yang ada dibawah kekuasaannya.
Suri ketauladan Wisnuwarman digambarkan ketika menggagalkan upaya Kup Cakrawarman. Secara bijak ia
mengadili orang-orang suruhan Cakrawarman untuk memberitahukan actor intelectualnya. Ia memperlakukan
tersangka dengan baik dan secara cerdik dijanjikan tidak akan dihukum mati. Kemudian iapun mendapatkan
informasi tentang actor intellectual dimaksud.
Kebijaksanaan yang ia miliki dijadikan suri tauladan oleh generasi penerusnya, Indrawarman dan Candrawarman.
Sang Maharaja Indrawarman bergelar Sang Paramartha Sakti Maha Prabawa Lingga Triwikrama Buanatala.
Berkuasa selama 60 tahun, sejak 377 sampai dengan 437 Saka (455 515 M), sedangkan Indrawarman bergelar Sri
Maharaja Candrawarman bergelar Sang Hariwangsa Purusasakti Suralaga Wangenparamarta, berkuasa selama 20
tahun, sejak tahun 437 sampai dengan 457 saka (515 535 M).
Pada masa pemerintahannya memang banyak penduduk yang beragama Wisnu, namun tidak pernah terdengar
adanya benturan, Situasi keagamaan digambar-kan tidak ada yang saling curiga dan cemburu (tan hanekang irsya).
Peristiwa yang dapat dianggap monumental ketika menyerahkan pemerintahan raja-raja daerah kepada trah
turunanan masing-masing, atas dasar kesetiaan kepada raja Tarumanagara. Peristiwa ini terjadi pada 454 Saka (532
M).
Suatu hal yang perlu diteladani, pembagian atau penyerahan pengawasan pusat ke daerah masing-masing bukan
suatu barang baru di tatar sunda. Hanya saja banyak ragam proses yang perlu dilalui. BIasanya perlu ada desakan,
tekanan dan permintaan agar pusat mau memberikan otonomi. Dalam peristiwa Tarumanagara justru sebaliknya,
pemberian otonomi kepada raja-raja dibawahnya dilakukan ketika Negara dalam keadaan yang stabil. Peristiwa ini
digambarkan didalam naskah Wangsakerta (Jawa dwipa Sarga 1) dan disebut adanya perubahan paradigma raja-raja
tarumanagara, dari tangan besi kearah pengendoran kekuasaan.
Tindakan monumental tersebut kemudian diabadikan dalam bentuk prasasti ketika jaman Raja Suryawarman, yang
ditemukan didaerah Pasir Muara (Cibungbulang). Isi prasasti tersebut sebagai berikut :
Ini sabdakalanda rakryan juru pangambat
wi kawihaji panyca pasagi marsa
Ndeca barpulihkan haji sundaIni tanda ucapan
rakyan juru pangambat (tahun) 458 pemerintahan
daerah dipulihkan kepada raja sunda.

Karakter Kepemimpinan
Dari kearifan masa lalu, saya melihat adanya penerapan leadership yang berbeda antara masa Purnawarman dengan
Wisnuwarman. Masa Purnawarman kepemimpinan Tarumanagara dijalan kan secara tangan besi. Ia tanpa ampun
menghukum setiap para pelanggar hokum dan penganggu ketertiban. Namun ia pun mampu menjaga hubungan
baiknya melalui jalur diplomatik dengan kerajaan lainnya. Bahkan masalah reward dan punishment sangat kentara
dijalankan. Hal ini dapat ditenggarai dari setiap selesainya membangun suatu daerah niscaya ia memberikan hadiah
kepada warga maupun brahmana.
Konsep lain dari kearifannya dapat pula ditenggarai dalam cara-cara Purnawarman menjaga hubungan baik dengan
para Brahmana, bahkan ia membangun tempat tempat suci seperti diwilayah Indraprahasta. Hubungan raja
brahmana demikian dapat mensinergikan antara masalah duniawi (raja) dan masalah akhirat (brahma).
Dalam cara-cara mempertahankan kejayaan tersebut di jaman Wisnuwarman dilakukan dengan cara yang benarbenar adil dan berani mendelagasikan pengawasan dan kebijakannya kepada raja-raja bawahan. Iapun memberikan
punishment yang seimbang dengan tingkat kesalahan para pelanggarnya. Hal ini terbukti pada cara-cara
memberikan hukuman terhadap para pemberontak. Namun tentunya, masalah kepercayaan (dipercayai dan dapat
memegang kepercayaan) merupakan factor analisa yang pentinga ia lakukan, sehingga tanpa perangpun Ia mampu
mempertahankan kejayaan Tarumanagara.(**)

Anda mungkin juga menyukai