Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

Boros adalah suatu sikap yang sangat dilarang dalam Islam karena hal tersebut akan
banyak menimbulkan tidak seimbangan keuangan seseorang muslim. Gaya hidup boros
sering terlihat dalam masyarakat zaman sekarang. Walaupun sering terlihat pada orang
mewah ekonominya, namun tidak sedikit boros juga terdapat pada orang ekonomi sedang
atau bahkan ekonomi rendah penghasilannya. Boros adalah sifat kecenderungan pada
manusia yang menggunakan hartanya secara tidak terencana tanpa memperhatikan orang
sekitarnya. Boros itu kawan dekat mewah. Yang dimaksud dengan kemewahan adalah
menenggelamkan diri dalam kenikmatan dan bermegah-megah.1 Oleh karena itu sedapat
mungkin seorang muslim menghindari kemewahan. Salah satu cara menghindari kemewahan
adalah tidak terlalu sering (kalau bisa tidak berhubungan sama sekali) dengan orang-orang
yang mewah. Jika sering berkawan (khusus orang Aceh sering minum kopi, berkolega, sering
mengadakan diskusi, berpergian dengan mereka yang bergaya mewah) akan menular sifat
boros tersebut. Sifat ini sangat cepat menular sebagaimana menular penyakit jasmani.
Selanjutnya salah satu gejala yang dapat menimbulkan gejolak sosial adalah adanya
sebagian orang dengan cenderung bertindak boros tanpa melihat kehidupan orang lain di
sekitarnya. Penggunaan harta2 oleh pemiliknya yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan
terjadinya kecemburuan-kecemburuan sosial, bahkan terkadang dapat menimbulkan gejolakgejolak yang berkepanjangan. Jikaini terjadi maka harta yang tadinya berfungsi sebagai
sarana membahagiakan pemilkinya berubah menjadi malapetaka dan terkadang
mencelakakan dirinya.
Berikutnya, pemborosan terdiri dari boros harta pribadi, perusahaan, masyarakat atau
negara. Sifat boros adalah mengeskploitasikan uang atau sumber-sumber alam secara
berlebihan dan tidak memperhatikan kelestrarian lingkungan (ekologi). Oleh karena itu Islam
sangat melarang pemborosan, sebagaimana digambarkan dalam ayat-ayat berikut ini.

Artinya:Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. (QS. Al-isra: 26)

Artinya: Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan
itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Al-isra: 27).
Kedua ayat di atas memberikan pengertian bahwa penggunaan harta tidak boleh
melebih-lebihkan, hidup mewah, karena hal tersebut ia saudara syaitan, mendatangkan murka
Allah SWT dan serta menimbulkan kecemburuan dalam kehidupan. Oleh karena itu boros
yang dikaji dalam tulisan ini menjangkau penakaran dan pemahaman kehidupan muslim
untuk menjauhinya sesuai dengan al-Qur`an. Pemahaman tentang boros menjadi penting
karena ia adalah sifat dibenci oleh syara`.
Disamping itu, sebagain orang juga menamakan pembahasan ini dengan nama Fiqh
Boros. Fiqh boros adalah Ilmu yang mempelajari tata kehidupan manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidunpnya dalam mencapai ridha Allah SWT.3 Ekonomi Islam dalam
mempelajarinya ada 3 domain yang mencakup, yaitu; Domain tata kehidupan, pemenuhan
kebutuhan dan mencapai ridha Allah SWT.4 Dengan demikian yang ingin dicapai oleh
penakaran dan pemahaman boros pada hakikatnya adalah cara mendapatkan rezeki dan
penggunaannya untuk mengabdi kepada Allah SWT dengan jalan yang diridhai syara`.

Berikutnya, dalam rangka pemberdayaan ekonomi secara Islami maka dalam persfektif
ekonomi Islam, ekonomi kerakyatan dapat dikatakan suatu sistem pemberdayaan masyarakat
dalam mencukupkan kebutuhannya dengan caradari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat
menuju mardhatillah.5 Satu kewajiban seorang muslim adalah memberikan nafkah kepada
keluarga yang meliputi isteri, anak-anak dan orang yang menjadi tanggungannya lainya.6
Dengan usaha yang kita lakukannya, maka dapatlah dicapai keuntungan dan sejumlah laba,
yangdipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Jika kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi,
maka diharapkan ketenangan dan kenteraman jiwa dapat pula di capai. Suasana keamanan
jiwa dapat meningkatkan frekuensi ibadah manusia pada Khaliknya. Islam membenarkan
pengikutnya menikmati kebaikan dunia. Prinsip ini bertolak belakang dengan sistem
kerahiban (kepasturan) Kristen, manuiesme parsi, Sufisme brahma dan sistem lainnya yang
memandang kehidupannya dunia sisnis.7 Oleh karena itu dalam tulisan ini akan di bahasan
mengenai boros dengan penekanan atau pembatasannya kriteria-kriterianya saja, dengan
harapan akan ada suatu kriteria baku untuk memberikan penilaian pada seseorang boros atau
tidak dalam hidupnya menurut al-Qur`an.
Pengertian boros
Boros ada beberapa macam seperi boros makan, boros pakai dan boros beli. Menurut
sebagian orang, menghambur-hamburkan uang selalu berkaitan dengan sikap boros dalam
membelanjakan harta, yang lain berpendapat bahwa hal itu berkaitan dengan membelanjakan
uang yang haram. Pendapat terkuat adalah berkaitan dengan segala jenis pembelanjaan yang
tidak diizinkan oleh syara' untuk kepentingan agama ataupun kepentingan dunia. Sebab Allah
SWT menjadikan harta sebagai sarana untuk menegakkan kemaslahatan hamba Nya. Sikap
mubazir akan menghilangkan kemaslahatan, baik kemaslahatan pribadi ataupun orang lain.
Lain halnya jika uang atau harta dinafkahkan untuk kebaikan dan untuk memperolah pahala,
dengan tidak mengabaikan tanggungan yang lebih penting. Al-Quran melarang kita
membelanjakan harta dan menikmati kehidupan ini dengan boros. lebih dari itu, Allah SWT
sendiri tidak menyukai para pemboros. Sikap boros adalah sikap manusia melampaui batas
kewajaran sehingga al-Qur`an mencap orang-orang kafir sebagai melampaui batas.
Boros artinya berlebih-lebihan dalam pemakaian uang, barang, dan sebagainya,
(memboroskan) memakai (mengeluarkan) uang barang dan sebagainya secara berlebihlebihan, menghambur-hamburkan. Menurut Imam al-Mawardi, boros dan royal adalah sikap
seseorang yang melampaui batas kemurahan hati, maka ia disebut royal dan boros dan layak
dicela.
Ibnu Katsir telah menukilkan beberapa pendapat ulama telah menafsirkan ayat
Janganlah kamu menghamburkan harta secara boros, Ia mengatakan bahwa Ibnu Masud
mengatakan Tabzir atau boros adalah membelanjakan harta bukan untuk kebenaran. Hal
tersebut dikemukakan juga oleh Ibnu Abbas. Sedangkan Mujahid berkata Jika manusia
membelanjakan hartanya untuk kebenaran, maka hal itu bukanlah boros, tetapi jika ia
membelanjakan bukan untuk kebenaran meskipun hanya satu MUD (cupak-bons) maka ia
adalah pemboros. Sementara Qatadah berkata Boros atau Tabzir adalah membelanjakan
harta untuk maksiat kepada Allah SWT, bukan jalan kebenaran.12 Islam mengharamkan
berlebih-lebihan dan kemewahan karena bahayakemewahan di bidang ekonomi dan sosial
dalam hubungan dengan individu maupun dengan orang banyak adalah sama. Islam melarang
kemewahan karena:
1. Kemewahan menyebabkan adanya sifat-sifat foya-foya;
2. Kemewahan menyebabkan semakin adanya jurang antara sikaya dan simiskin. Dari sini
muncul dengki, dendam dan perpecahan yang membuka pintu lebar-lebar pertentangan antar
golongan dalam masyarakat;
3. Kemewahan menyebabkan pengeluaran harta untuk hal yang tidak berguna.

Islam menganggap orang banyak bertanggung jawab atas gejala kemewahan, sebab Ia
memandang kemewahan bukan sekedar aib (kejelekan) akhlak individu tetapi merupakan aib
(kejelekan) ssistem ekonomi dan sosial seluruh bangsa. Itulah orang banyak berkewajiban
menentukan ikatan-ikatan yang dapat menjamin tercegahnya kemewahan. Cara yang
terpenting adalah mendekatkan perbedaan antara diantar lapisan-lapisan bangsa sedapat
mungkin.
Boros itu meliputi 3 macam, diantaranya, boros makan, boros beli dan boros pakai.
Sikap boros yang berbahaya adalah merusak harta, meremehkannya atau kurang merawatnya
sehingga rusak dan binasa. Perbuatan ini termasuk kriteria menghambur-hamburkan uang
yang sangat di larang Nabi Muhammad SAW.15 Setelah memperhatikan beberapa pendapat,
maka dapat disimpulkan bahwa boros adalah suatu sikap yang menunjukan penempatan
sesuatu bukan menurut tempatnya. Berdasarkan definisi ini akan ditelusuri dan memahami
kriteri-kriteria boros secara lebih luas.
B. Kriteria boros
Kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu.
Pemborosan banyak sekali terjadi dalam kehidupan masyarakat, namun paling kurang ada 7
bidang yaitu: bidang makanan, pakaian, perumahan, perhiasan, kebun (ladang, sawah, tanah),
alat transportasi (kendaraan) dan hiburan. Ketujuh tempat ini merupakan tempat atau arena
yang selalu berkisar pada manusia dan sangat mudah terlihat serta terpantau oleh orang lain.
Secara umum al-Qur'an telah memberikan gambaran mengenai kriteria boros, namun tidak
merincinya. Kriteria-kriteria boros tersebut terlihat dalam ayat-ayat berikut.

Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan. (al-A'raf: 31)

Artinya:Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian. (al-Furqan:67).
Berdasarkan nas-nas di atas tergambar bahwa boros dapat terjadi pada semua orang dan
tingkatan dalam berbagai bentuk dan coraknya. Hal ini harus menjadi perhatian muslim agar
dapat menghindarinya. Oleh karena itu dengan menganalisa dan menakar nas-nas tersebut,
kiranya dapat digambarkan kriteria-kritetia boros secara sederhana. Adapun kriteriakriterinya diuraikan berikut ini.
1. Bersikap konsumtif
Orang suka rakus dakam berbelanja padahal kebutuhannya sudah terpenuhi, namun
karena banyak uang, apa saja yang dilihat ingin beli, dirasa, dicoba. Misalnya, beli baju,
sepatu dan barang-barang lain, sekali atau 2 kali pakai langsung di buang (tidak pakai lagi)
lalu kemudian beli lagi. Ini sangat boros.
Menghambur-hamburkan uang adalah menelantarkan tanah kebun dengan tidak
menanamnya, menelantarkan alat-alat yang bisa meningkatkan produksi baik secara kualiatas
maupun kuanitas, menelantarkan sumber daya hewani padaha kulit, susu atau lain sebagainya
bisa dimanfaatkan sebagaimanan diisyaratkan oleh al-Qur'an.17 Sebagian orang suka
membeli-beli saja (pakaian, perhiasan dan lain-lain) hanya sekali atau dua kali pakai
kemudian dibuang atau tidak dipakai lagi.

2. Membelanjakan sesuatu yang tidak disyariatkan


Menghindari berbelanja barang-barang yang tidak diperintahkan agama (disyariatkan)
karena hal ini akan menimbulkan pemborosan, seperti: alat-alat permainan yang tidak
diperintahkan agama membeli makanan/minumam yang merusak seperti daging babi,
minuman yang beralkohol, candu, barang mewah luar negeri.18 Semua barang tersebut tidak
disyariatkan atau terkadang membeli burung yang harganya 10 juta atau lainya. Hal-hal ini
sering terlihat zaman modern sekarang, dimana seseorang bisa saja belanja sesuatu yang tidak
perlu hanya ikut mode.
3. Membeli barang mewah
Kebiasaan lagi ada orang yang berduiat membeli barang mewah dengan tidak jelas
manfaatnya lebih dari kebutuhannya, misalnya memiliki 5 mobilmewah. Sejumlah orang
memang mempunyai hobi mengkoleksi benda-benda klasik, antik atau dianggap sesuatu
menarik seperti bab mandi, kramik mahal dan lain sebagainya. Semua barang-barang itu
sesungguhnya tidak penting dan tidak ada anjuran syara`. Namun karena ikut mode, maka
terbelilah dengan tidak jelas manfaat dan penggunaanya.
4. Berlebih-lebihan dalam pembelanjaan
Setiap muslim hendaknya dalam berbelanja bersikap tidak berlebih-lebihan dan kikir,
namun diperhatikan tingkat kebutuhan yang diinginkan. Hal ini sebagaimana disinggung
dalam al-Qur`an.
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara demikian. (alFurqan: 67).
Dalil ini menandaskan bahwa tamuIslam harus memiliki kiat-kiat sendiri dalam
mengolah ekonominya sehingga tidak menjurus pada sikap boros dan kikir. Setiap muslim
maupun keluarganya hendaknya memiliki manajemen yang barbasis syara` dalam mengatur
keuangan, termasuk dalam berbelanja, sehingga apa yang dibelinya bermuara pada
pencapaian tujuan syara` bukan sekedar belanja.
5. Tidak adanya keseimbangan
Dalam berbelanja harus ada keseimbangan, tanpanya maka akan terjadi kekecauan
pengaturan ekonomi. Ini termasuk juga usah agar tidak boros. Abu Bakar pernah berkata:
Sesungghunya Aku membenci yanmg mengbelanjakan atau menghabiskan bekal untuk
bebarapa hari dalam satu hari saja.19
Pada dasarnya perekonomian rumah tangga muslim memegang prinsip mengutamakan
kebutuhan primer dalam membelanjakan harta. Kebutuhan-kebutuhan primer harus lebih
didahului dari kebutuhan sekunder. Pengutamaan ini dilakukan agar terwujud syara' sehingga
dapat memelihara, jiwa, akaldan harta.20
Dengan demikian orang yang punya bekal lebih dan bisa disimpan untuk hari mendatang,
namun dihabiskannya dalam sesaat menjadilah boros. Orang semacam ini akan cenderung
untuk berbelanja secara sepihak karena tidak ada rasa keseimbangan belanja dirinya maupun
keluarganya.

Kesimpulan
Setelah memahami mengenai kriteri-kriteria boros dari uraian di atas, maka sayugianya orang
mukmin itu memperhatikan dengan sungguh tentang pemborosan ini, karena ia akan
berakibat dimurkai oleh Allah SWT secara vertikal namun juga akan memperoleh
kemudaratan, kecemburuan sosial dalam masyarakat secara horizontal. Pada dasarnya
perekonomian rumah tangga muslim memegang prinsip mengutamakan kebutuhan primer
dalam membelanjakan harta. Kebutuhan-kebutuhan primer harus lebih didahului dari
kebutuhan sekunder. Pengutamaan ini dilakukan agar terwujud syara' sehingga dapat
memelihara, jiwa, akal dan harta. Islam sangat mencerca terhadap orang yang boros, karena
boros itu dapat merusak kehidupan beragama dan juga sosial dan bahakan dengan boros itu
kecemburuan yang diikuti dengan rasa dengki sangat mudah subur ditengah- tengah
masyarakat. Agar dapat menghindar dari boros, maka harus diikuti langkah-langkah untuk
menghindari pemborosan yaitu: 1. Bersifat pertengahan dan seimbang, 2, memprioritaskan
kebutuahn primer, 3. seimbang antara pendapatan dan pengeluaran, 4. menghindari belanja
barang mewah, 5. Tidak ber belanja barang yang tidak disyariatkan.Dengan demikian boros
itu adalah perbuatan yang harus di jauhi baik kecil maupun besar, karena akan di murkai oleh
Allah (merusak hubungan kita dengan Allah dan juga hubungan sesama manusia yang
berujung pada kebinasaan dan kecemburuan dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai