Makalah Urolithiasis
Makalah Urolithiasis
UROLITHIASIS
DISUSUN OLEH :
NARBIYAN
2015-061-004
PHILLIPUS ANDRE
2015-061-012
MAHASTI ANDRARINI
23 26 885 2011
MARISKA RK
23 17 863 2011
M. ANGGA PERMATA
23 14 856 2010
PEMBIMBING :
DR. H. YUSWARDI, SP.B, FINACS, MH KES
CASE
1 IDENTITAS
Nama
: Tn. S
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 68 tahun
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Suku
: Sunda
Alamat
Tanggal masuk RS
: 01-12-2015
Nomor RM
: A3548**
2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Os mengeluh nyeri ketika buang air kecil sejak 5 bulan SMRS, pancaran
kencing lemah, os juga merasa tidak puas setelah BAK dan menginginkan
BAK lagi setelahnya, saat BAK os merasa seperti kecing bercampur dengan
pasir.
5 hari SMRS os mengeluh nyeri di daerah perut tengah bawah, nyeri bersifat
tumpul tidak menjalar ke bagian lain. Os masih mengeluhkan nyeri saat BAK,
sat ini BAK kadang disertai warna seperti cucian daging serta bercampur
dengan pasir. Kadang kencing tiba-tiba terhenti kemudian lancar kembali
Os tidak ada demam dan penurunan nafsu makan/BB. BAB tidak ada
gangguan.
Riwayat Psikososial
3 PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
Tanda Vital
Kulit
Kepala
Mata
: Composmentis
(+/+)
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Leher
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Simetris, datar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: BU (+) 7x/m
Punggung
Ekstremitas
Atas
Bawah
Genital
Anal
RT
feses (+).
Prostat : permukaan licin, kenyal, nyeri tekan (-), pul atas
tidak teraba
4 STATUS LOKALIS
Abdomen
Inspeksi
: datar, simetris
Palpasi
: supel, NT (+)
hipogastric, massa (-), Hepar &
limpa tidak teraba pembesaran
Perkusi
: Timpani
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Hb
: 14 g/dl
Hematokrit
: 39,7 %
Leukosit
: 16.700/ul
Trombosit
: 198.000/ul
GDS
: 168 mg/dl
Natrium
: 152 mmol/L
Kalium
: 3,3 mmol/L
Calsium
: 8,5 mg/dL
Chlorida
: 108 mmol/L
SGOT
: 26 UI
SGPT
: 14 UI
BT
: 2 menit
CT
: 8 menit
Urin
Warna
: kuning kemerahan
Kejernihan
: agak keruh
Ph
:6
Protein
: positif ++
Glukosa
: negatif
Keton
: negatif
Bilirubin
: negatif
Urobilinogen
: normal
Leukosit esterase
: positif ++
Nitrit
: negatif
Blood
: positif ++
Leukosit
: 3-5
Eritrosit
: banyak
Ephitel sel
: positif
Silinder
: negatif
Kristal
: negatif
Bakteri
: negatif
Radiologi
USG
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
1. Urolithiasis
Urolithiasis merupakan suatu penyakit ditemukannya batu dalam saluran kemih,
yaitu dari ginjal, ureter, vesika urinaria, hingga ureter. Urolithiasis sendiri memiliki
banyak etiologi dan merupakan suatu penyakit multifaktorial dengan penyebab yang
beragam dari gangguan aliran urin / obstruksi, metabolisme, infeksi, hingga idiopatik.
Epidemiologi urolithiasis mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Dewasa
ini, Satu dari 20 orang menderita batu ginjal dengan rasio pria : wanita sebesar 3:1.
Puncak kejadian di usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12%
untuk pria dan 7% untuk wanita. Batu struvite lebih sering ditemukan pada wanita
daripada pria.
Urolithiasis dewasa ini seringkali dipengaruhi oleh gaya hidup yang sedenter
dengan pola makan dan gaya hidup yang mempermudah terbentuknya batu saluran
kemih. Urolithiasis juga dipengaruhi oleh faktor herediter dan genetik. Oleh karena
multifaktorialnya etiologi dari urolithiasis, faktor resiko urolithiasis juga beragam dimulai
dari riwayat batu saluran kemih sebelumnya (terutama di usia muda), riwayat batu
saluran kemih di keluarga, infeksi saluran kemih berulang, riwayat penyakit asam urat,
jenis kelamin, gaya hidup dan pola makan, serta komposisi urin.
Secara amatomi besar, traktus urinarius terdiri dari ginjal sampai dengan ureter.
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah
kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan kutub
atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah ginjal
kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista iliaka)
sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batasbatas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf
atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calix major dan ureter.
2. Klasifikasi Urolithiasis
Urolithiasis dapat dibagi menurut lokasi batu dan komponen penyusun batu
tersebut. Menurut lokasinya, urolithiasis dapat dibagi menjadi :
nephrolithiasis, (2) batu pelvis renal / staghorn, (3) batu ureter / ureterolithiasis, (4) batu
buli ./ vesicolithiasis, dan (5) batu ureter / ureterolithiasis. Setiap posisi berikut memiliki
manifestasi klinis yang bervariasi dan dibuktikan melalui pencitraan.
Menurut komponen penyusun batu, batu saluran kemih dapat dibagi menjadi :
(1) batu kalsium oksalat, (2) batu urat, (3) batu sistin, dan (4) batu struvit / batu infeksi.
Penjelasan lebih lanjut untuk batu menurut komponen penyusunnya terdapat pada tabel
1.
Tabel 1. Jenis batu dan pencetusnya
Jenis Batu
Kalsium Oksalat
Frekuensi
75-85%
Etiologi pencetus
o Hiperkalsiuria idiopatik (herediter)
o Hiperurikosuria
o Hiperparatiroid primer dan sekunder
o Distal renal tubular acidosis
o Hiperoksalouria (akibat diet, enterik, ataupun
herediter)
o Hipositratouria (herediter)
Urat
5-10%
o Idiopatik
o Sindroma metabolik
o Gout idiopatik
Sistein
Struvit
1%
5-10%
o Dehidrasi
o
Herediter
o Infeksi Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
pseudomonas, Proteus, Staphylococcus
3. Patogenesis Urolithiasis
Urolithiasis terjadi karena adanya ketidakseimbangan zat terlarut dan kelarutan
dari garam dalam urin, ataupun perubahan suatu bahan terlarut lain di dalam urin.
Keadaan supersaturasi dari suatu terlarut juga memicu pembentukan nidus dan
pertumbuhan Kristal di dalam urin yang akan melekat ke epitel traktus urinarius.
Keberadaan suatu nidus akibat benda asing, kerusakan epitel, dan komponen lain
dapat mendukung pertumbuhan kristal dan batu. Batu tersebut dapat asimptomatik jika
belum terjadi obstruksi.
4. Manifestasi Klinis
a. Anamnesis
Umumnya pasien akan merasakan nyeri pinggang hebat mendadak yang hilangtimbul yang menjalar ke selangkangan. Selain itu dapat dikuti dengan nyeri
pinggang yang lebih mendalam, mual, dan muntah. Nyeri ini kemungkinan besar
disebabkan oleh hiperperistalsis otot polos dari calyx sampai ureter. Lokasi batu
juga dapat mementukan gejala. Untuk perbandingannya dapat ditemukan di
tabel 2.
Tabel 2. Lokasi batu di saluran kemih dan gejala yg menyertainya
Lokasi Batu
Pelvis renalis atau calyx
UPJ atau ureter brim
Gejala
Nyeri pinggang yang sifatnya dalam
Nyeri pinggang hebat yang menjalar ke
UVJ
selangkangan
Rasa tidak nyaman di pinggang dan/atau
Vesica urinaria
adanya pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal akan terasa
nyeri ketok. Pada vesika urinaria diketahui adanya distensi karena retensi
urine dan terdengar redup, dapat diketahui batas atas vesica urinaria serta
adanya tumor/massa.
d) Auskultasi
Auskultasi dilakukan dengan menggunakan belt dari stetoskop di atas aorta
atau arteri renal untuk memeriksa adanya bruit. Adanya bruit di atas arteri
renal dapat disebabkan oleh gangguan aliran pada pembuluh darah seperti
stenosis atau aneurisma arteri renal.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada urolithiasis terdiri atas pemeriksaan
laboratorium dan pencitraan. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan meliputi
pemeriksaan darah rutin, ureum / kreatinin untuk fungsi ginjal, CB/BT/PT/APTT
untuk kelayakan operasi jika direncakan untuk dilakukan tindakan, dan juga
analisis urin berupa urinalisis, kultur urin dan mikroskopi urin untuk menilai
komponen urin yang mensugestikan batu, infeksi, dan fungsi ginjal serta
hematuria.
Modalitas pencitraan yang dapat dilakukan meliputi radiologi non-kontras,
radiologi dengan kontras, ultrasonografi (USG), dan CT-scan urologi. Dewasa ini,
USG semakin menjadi pilihan dalam pemilihan modalitas pencitraanradiologi
karena non-invasif dan tidak memiliki efek samping. Pada praktek sehari-hari,
penggunaan radiologi non-kontras dan radiologi kontras masih menjadi alternatif
yang baik dalam mendeteksi batu, sedangkan penemuan batu melalui CT-scan
seringkali ditemukan secara insidental. Untuk perbandingan dari modalitas
tersebut secara terinci dapat ditemukan dalam tabel 3.
Pembanding
Radiologi nonkontras
Radiologi
kontras
USG
CT-Scan
Urologi
Teknik
BNO
BNO-IVP,
Antegrade
Pyelografi (APG),
Retrograde
Pyelografi (RPG)
Sensitivitas
58-62%
52-85%
66-93%
94-100%
Spesifisitas
67-69%
97-100%
83-100%
96-100%
Pro
Cepat dan
murah
Bersamaan
dengan studi
fungsional ginjal
dan trakus
urinarius
Non-Radiasi
Tanpa kontras
Dapat
mendeteksi
batu lusen
Tanpa
kontras
Cepat dan
akurat
Kontra
Sensitivitas dan
spesifisitas
rendah
Tidak
mendeteksi
batu lusen
Radiasi
Menggunakan
kontras
Radiasi
Pengerjaan lama
Dapat false
negative jika
batu kecil dan
non-obstruktif
Radiasi
5. Differential Diagnosis
Terdapat banyak diagnosis banding pada penyakit urolithiasis, terutama penyakit
yang umumnya juga menghasilkan gejala kolik pada perut. Demam juga seringkali
menjadi penyerta dan juga menjadi penyulit dalam pemberian terapi. Diagnosis
banding dari urolithiasis antara lain:
Pyelonephritis
Appendisitis
Kolesistitis
Kolik bilier
Pancreatitis
Diverticulitis
6. Tatalaksana
Pada urolithiasis, dapat dilaksanakan terapi konservatif dan juga terapi definitive
berupa pembedahan. Terapi konservatif dimaksudkan untuk observasi batu dengan
harapan batu dapat dikeluarkan secara spontan. Indikasi dari terapi konservatif adalah
ukuran batu < 5 mm, lokasi batu pada distal ureter dengan obstruksi tidak total, serta
tanpa penyulit seperti gangguan fungsi dan anatomis ginjal. Berbeda dari konservatif,
terapi pembedahan juga menjadi pilihan jika terapi medikamentosa dan litotripsi gagal,
terjadi ISK berulang, terdapat gangguan fungsi ginjal, anatomi ginjal, serta saluran
kemih.
Tabel 4. Pilihan dalam terapi pembedahan urolithiasis
Non - Invasif
Semi - Invasif
Invasif
Kehamilan
Hematuria diatesis
endourologi
yang
dapat
dilakukan
pada
urolithiasis
berupa
untuk batu yang tidak efektif dengan ESWL (staghorn stone, batu ukuran > 3 cm, baru
calyx inferior) sedangkan URS dapat dilakukan untuk batu ureter dan yang tidak efektif
dengan medikamentosa dan ESWL. Pada dewasa ini, tindakan open surgery sudah
jarang dilakukan mengingat sebagian besar batu dapat ditatalaksana secara non/semiinvasif.
Tabel 5. Rekomendasi tindakan pada berbagai kriteria batu dan lokasi batu
Kriteria
Lini pertama
Lini kedua
SWL
SWL
Ureterolitotomi
URS
2. Manajemen konservatif
Manajemen konservatif meliputi :
Tatalaksana etiologi
Asupan Minum >> dan obat diuretic (target diuresis > 2L/hari)
Alpha-1-Blocker (tamsulosin)
REFERENSI
Harrisons principles of internal medicine. 18th ed. New York: McGraw-Hill; 2012.
2 p.