PENDAHULUAN
Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HUKUM
2.1.1 Pengertian Hukum
a. Prof. E. M Meyers
Hukum adalah aturan yang mengadung pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah
laku manusia dalam masyarakat, dan menjadi pedoman bagi penguasa Negara dalam
melakukan tugasnya.
b. Drs. E. Utrres, S.H.
Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib
masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat
c. J. C. T. Simorangkir
Hukum adalah peraturan peraturan yang bersifat memeaksa yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan badan resmi yang berwajib
dan pelanggaran terhadap pereturan tadi berakibat diambilnya tindakan dengan hukum
tertentu.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum adalah sekumpulan peraturan yang terdiri
dari perintah dan larangan yang bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai sangsi bagi
pelanggarnya.
2.1.2 Ciri Ciri Negara Hukum
a. Fridrich Julius Sthal
1. Adanya hak asasi manusia
2. Adanya trias politika
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan peraturan.
b. A. V. Dicey
1. Supremasi hukum dalam arti tidak boleh ada kesewenang wenangan sehingga
seseorang bisa dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama di depan hukum baik bagi masyarakat biasa ataupun pejabat.
3. Terjaminya hak hak manusia oleh undang undang dan keputusan keputusan
pengadilan.
Page | 2
Page | 3
Page | 4
Page | 5
10. Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang
oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
11. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai
wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing.
12. Penyidik Pembantu adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diangkat
oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan syarat kepangkatan dan
diberi wewenang tertentu dalam melakukan tugas penyidikan yang diatur dalam undangundang.
13. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
14. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kapolri adalah
pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penanggung jawab penyelenggaraan
fungsi kepolisian.
Page | 7
hasilnya akan mendekati rasa keadilan dalam masyarakat. Demikian juga, unsur ini
akan meminimalisasi verted interest dan campur tangan kekuasaan dalam proses
hukum, sehingga kendali keadilan dikembalikan kepada pemilik sesungguhnya yaitu
publik.
Pelembagaan
Konsep partisipasi publik dalam penanganan perkara hukum sudah semakin
diterima. Kita umumnya mengenal pelembagaannya dalam adanya juri dan hakim ad
hoc. Secara historis, juri dibawa oleh orang Romawi ke Inggris dan dari Inggris
kemudian ke Amerika, tetapi dewasa ini paling banyak digunakan di pengadilan
Amerika. Juri adalah sejumlah orang yang secara khusus dipilih dari anggota
masyarakat secara random berdasarkan syarat dan ketentuan hukum yang berlaku.
Anggota masyarakat itu biasanya bukan professional hukum, tetapi masyarakat biasa.
Khususnya dalam sidang kriminal, wewenang juri adalah untuk menentukan keasalahan
dari fakta-fakta yang diajukan dan atau didengarkannya selama sidang. Dalam
menentukan kesalahan, juri cukup dengan mendengarkan, tidak boleh mencatat, dan
berdiskusi dengan siapapun, kecuali hati nuraninya. Jadi, ada kerjasama yang saling
melenkapi antara professional hukum (pengadilan), dengan anggota masyarakat.
Merujuk tulisan Luhut Pangaribuan (2009), keberadaan hakim ad hoc berangkat
dari diterimanya konsep lay judges, suatu partisipasi yang dilakukan dalam bentuk
kerjasama antara hakim karir dan non professional (awam) dalam sidang pengadilan.
Dewasa ini, kita melihat bahwa pengadilan khusus seperti pengadilan HAM,
pengadilan Tipikor, dan Pengadilan Perikanan semuanya dalam lingkungan peradilan
umum memeprkenalkan hakim yang tidak berdasarkan karir di pengadilan sebagai
hakim ad hoc. Sebelumnya juga sudah dikenal dalam Pengadilan Tata Usaha Negara,
dan sekarang diperluas ke pangadilan niaga, pengadilan pajak, dan pengadilan
hubungan industrial. Dalam mengadili, hakim karir dan hakim ad hoc ini sama-sama
dalam satu majelis untuk mengadili satu perkara di pengadilan khusus masing-masing.
Ini adalah buah reformasi, yang mengapresiasi ledakan partisipasi publik, termasuk
dalam sektor pengadilan, walaupun KUHAP sama sekali tidak pernah mengatur
mengenai hal ini.
Kenyataan
Jadi, secara formal maupun informal, kehadiran partisipasi publik dalam sebuah
proses hukum merupakan suatu kenyataan. Jika kenyataan ini diakui, maka akan
membawa angin perubahan dalam proses penegakan hukum, sekurang-kurangnya
dalam hal bagaimana kita memaklumi bahwa hukum dan birokrasinya tidaklah bekerja
dalam ruang asing tertutup dan hukum bukanlah semata-mata legalitas hitam dan putih,
tetapi suatu organisasi sosial yang ramai dengan aneka kepentingan dan makna.
Partisipasi itu akan membawa perubahan menyangkut cara pandang masyarakat
terhadap proses hukum, bagaimana menafsirkan kepentingan masyarakat, dan
perubahan bagaimana birokrasi hukum menjalankan tugasnya untuk memenuhi
kepentingan publik.
Page | 9
Berangkat dari kasus tersebut, pekerjaan besar menanti untuk memutuskan apakah
partisipasi publik akan dilembagakan dalam proses peradilan, dengan konsekuensi
kemungkinan melakukan perubahan besar terhadap sistem hukum yang berlaku,
ataukah akan dibiarkan menjadi wahana reaktif dalam kinerja hukum di republik ini.
Page | 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanggung jawab pekerjaan yang dibebankan kepada Polisi memang tidak
selalu berkaitan dengan Kriminal, namun juga terdapat esensi tanggung
jawab yang mulia ( Nobile officum ) yaitu menjaga keamanan dan ketertiban
serta ketentraman masyarakat setempat sehingga kehidupan beradab dapat
terselenggara secara memadai. Dalam UU no tahun 2002 telah diatur
tentang tugas dan peran Polri sebagai penjaga keamanan dan ketertiban
sosial namun dalam tugas sehari hari sering terjadi adanya penyalahgunan
wewenang dan kekuasaan dilakukan oleh aparat kepolisian. Polisi memang
rawan menyalahgunakan kekuatan kepolisianya (police power), melanggar
kode etik profesinya sampai pada melanggar hak asasi manusia.
Polri dituntut agar dalam menjalankan tugas dan profesinya terutama dalam
penegakan hukum harus sesuai dengan kepastian hukum serta keadilan bagi
masyarakat. Bagaimana sikap dan perilaku anggota Polri harus
mencerminkan karakter polri yang sesungguhnya sesuai dengan Tribrata
oleh karena itu dibutuhkan Etika Kepolisian dalam bentuk Etika Profesi Polri
sebagai kristalisasi nilai nilai Tribrata yang dilandasi dan dijiwai oleh
Pancasila serta mencerminkan jati diri setiap anggota Polri dalam wujud
komitmen moral yang meliputi etika kepribadian, kenegaraan, kelembagaan
dan hubungan dengan masyarakat.
Page | 11
DAFTAR PUSTAKA
Parsudi Suparlan, Jurna Polisi Indonesia, Jakarta,Edisi X , 2007
Black, Henry Campbell, Blacks Law dictionary,Sixty Edition, St. Paul,Minn,1966
Sadjijono, Etika profesi hukum, Laksbang Mediatama, cetakan pertama , Jakarta, 2008
Wik Djatmika, Etika Kepolisian ( dalam komunitas spesifik Polri ) , Jurnal Studi Kepolisian,
STIK-PTIK, Edisi 075
INTERNET
Wikipedia Indonesia, Profesi dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi diakses tanggal 14
Oktober 2012 pukul 12.00
Chairuddin Ismail, Polisi Sipil dan Paradigma Polri, Jakarta, P.T. Merlyn Press, Cet.Pertama,
2009, hlm. XVI .
2
hlm.17
Wik Djatmika, Dibawah panji panji Tribrata, Jakarta, PTIK Press, Cet.Kedua, 2007,
Page | 12
Wiranata, I Gede A.B, Dasar dasar Etika dan Moralitas, P.T.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005,
hal 84
Page | 13