Anda di halaman 1dari 4

Definisi

Moluskum kontagiosum (MK) merupakan suatu penyakit infeksi yang menyerang kulit
disebabkan oleh virus golongan poxvirus genus Molluscipox ditandai dengan adanya benjolan
pada kulit atau papul-papul multiple dengan umbilikasi di tengahnya, mengandung badan
moluskum, serta penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya. Transmisi terjadi melalui kontak
dengan kulit penderita/autoinokulasi.(FKUI)
Epidemiologi
Moluskum kontagiosum dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara tropis.
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak. Biasanya pada dewasa oleh karena hubungan
seksual. Media penularan penyakit ini melalui kontak langsung. Penyakit ini menyebar dengan
cepat pada suatu komunitas yang padat dengan higienitas yang kurang. 2
Pada negara tropis, insiden paling tinggi pada anak-anak dengan rentang usia 2 dan 3
tahun. Sedangkan pada negara maju, biasanya pada anak-anak sekolah karena penggunaan kolam
renang yang bersama-sama. Studi di Jepang pada tahun 2008, menyatakan bahwa terdapat 7000
anak terserang moluskum kontagiosum dengan 75% di antaranya memiliki riwayat penggunaan
kolam renang bersama. 2,3 Di Amerika Serikat, pada tahun 2003, hanya ditemukan 5% anakanak yang terkena moluskum kontagiosum, dan kira-kira antara 5-20% menyerang dewasa
dengan AIDS.
Etiologi
MK disebabkan oleh Molluscum Contagiosum Virus (MCV), Kelompok Pox Virus dari
genus Molluscipox virus family poxviridae. MCV merupakan virus double stranded DNA,
berbentuk lonjong dengan ukuran 230x330 nm. Terdapat 4 subtipe utama MCV, yaitu I, MCV II,
MCV III, dan IV. Keempat subtipe tersebut menimbulkan kelainan serupa berupa lesi papul
milier berbatas tegas pada kulit dan membran mukosa. MCV I diketahui prevalensi lebih besar
dibandingkan ketiga subtipe lain. Pada pasien dengan status imunitas yang rendah lebih dominan
terserang subtipe MCV II. MCV merupakan imunogen yang lemah, dimana dari sepertiga pasien
yang terinfeksi sering tidak memproduksi antibodi terhadap virus tersebut, sehingga sering
mendapatkan serangan berulang. Penularan virus terjadi melalui kontak langsung dari orang ke
orang, melalui benda-benda yang terkontaminasi virus, kontak melalui hubungan seksual,
tertular di kolam renang, kontak dengan olah raga terutama pada pegulat, kontak saat tindakan
pembedahan, dan pada saat proses tato juga dapat terjadi transmisi virus ke host walaupun
keadaan ini lebih jarang terjadi. (JURNAL 2013)
Patofisiologi
Secara umum, memang penularan moluksum kontagiosum adalah melalui kontak
langsung dari orang ke orang melalui barang-barang, seperti misalnya pakaian, handuk, alat cuci

atau alat mandi. Selain itu, moluskum kontagiosum juga dapat ditularkan melalui kontak
olahraga. Saat seseorang menyentuh lesi di suatu bagian tubuh, kemudian dia menyentuhkannya
ke bagian tubuh lainnya, makanya akan dapat menyebarkan MOCV juga, proses ini disebut
sebagai autoinokulasi. Jika yang terkena adalah daerah wajah, saat mencukur kumis atau jenggot
juga dapat menyebarkan virus. Meskipun penularannya secara umum tergolong rendah, tetapi
tidak diketahui berapa lama seseorang yang terinfeksi dapat menularkan atau menyebarkan virus
tersebut.
Inkubasi moluskum kontagiosum terjadi sekitar 2-7 minggu, dengan kisaran ekstrim
sampai 6 bulan. Infeksi dan infestasi MK menyebabkan hyperplasia dan hipertrofi epidermis. Inti
virus bebas dapat ditemukan pada epidermis. Jadi pabrik MK berlokasi di lapisan sel granular
dan malphigi. Badan moluskum banyak mengandung virion MK matur yang banyak
mengandung struktur collagen-lipid-rich saclike intraseluler yang diduga berperan penting dalam
mencegah reaksi sistem imun host untuk mengenalinya. Ruptur dan pecahnya sel yang
mengandung virus terjadi pada bagian tengah lesi. MK menimbulkan tumor jinak selain juga
menyebabkan lesi pox nekrotik.
Manifestasi Klinis
Pasien kebanyakan datang ke tempat pertolongan medis karena muncul bentol-bentol di
telinga dan dirasakan kurang nyaman karena dampaknya lebih ke estetika kulit. Gejala MK
biasanya asimtomatis, hanya pada pemeriksaan dermatologi didapatkan lesi berupa penonjolan
dari kulit dengan diameter 1-5 mm yang multiple tersebar pada wajah, badan, tungkai, dan alat
genetalia (pada dewasa). Lesi kulit berupa: papul milier berwarna putih, dengan ukuran milier
hingga lentikuler, berbentuk kubah dengan lekukan dibagian tengahnya (delle), dan apabila papul
ditekan akan keluar massa berwarna putih seperti nasi. Papul biasanya tidak terasa gatal, tidak
terasa nyeri. Namun papul bisa meradang, misalnya karena garukan, sehigga teraba hangat dan
berwarna kemerahan. Jika terjadi infeksi sekunder, bisa terjadi supurasi. KAPSEL
Pada anak dengan dermatitis atopik, 10% mengalami moluskum kontagiosum, dan bisa
mengalami perluasan. Namun, prevalensi moluskum kontagiosum pada anak dengan dermatitis
atopik, memiliki hubungan langsung yang rendah. Walaupun luas daerah yang terkena moluskum
kontagiosum pada anak dengan dermatitis atopik lebih besar dibandingkan dengan anak tanpa
dermatitis atopik, tetapi dalam suatu penelitian Seize, dkk tidak ada hubungan yang signifikan
secara statistik.
Diagnosis
Diagnosis MK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang atau laboratorium yang tersedia. Diagnosis biasanya dapat langsung ditegakkan
walupun belum ada penunjang untuk lebih memastikan penyebabnya. Anamnesis hanya
didapatkan keluhan berupa bentik-bintik putih yang meluas pada daerah-daerah tertentu, gejala
lain biasanya tidak dikeluhkan, hanya saja pasien merasa kurang nyaman dengan kondisi

kulitnya yang kurang enak pandang. Pada pemeriksaan dermatologi terdapat lesi berupa papul
berukuran 1-5 mm berbentuk kubah yang multiple dengan batas yang tegas dan bulat dengan
tampak cekungan pada bagian tengah (delle). Keluhan dapat juga disertai gatal dan nyeri
walaupun jarang terjadi. Lesi Moloskum pada penderita HIV lebih rentan meluas ke tempat lain,
dan susah untuk sembuh dengan terapi biasa. Lesi jarang ditemukan pada telapak tangan dan
telapak kaki, terutama pada penderita dewasa sering ditemukan di daerah perigenitalia dan
perianal. JURNAL
Pada pemeriksaan laboratorium yaitu dengan sediaan apusan plug keratotik dengan
pewarnaan giemsa, tampak pada mikroskop badan ((jisim) molluskum. Pemeriksaan dermatologi
(biopsi): ditemukan sel epidermal berisi badan inklusi intrasitoplasmik yang besar, disebut
sebagai badan moluskum.
Diagnosis Banding
Secara klinis tidak terlalu sukar untuk menegakkan diagnosis MK karena lesinya cukup khas
berupa papul padat dengan umbilikasi dibagian sentral. Penyakit ini dapat didiagnosis banding
dengan veruka vulgaris, veruka plana, kondiloma akuminata, keratoakantoma, siringoma, liken
planus, dermatitis atopic, nevi epithelial, adenoma sebasea, basalioma, dan penyakit Darier.
Terapi
Penanganan utama pada penderita dengan MK adalah dengan memperbaiki hygiene
perorangan. Walupun MK mungkin dapat sembuh sendiri, namun perlu dilakukan tindakan
tertentu, supaya tidak terjadi inokulasi sendiri atau transmisi kepada orang lain, terutama
keluarga terdekat. Penatalaksanaan terutama bertujuan untuk menghilangkan lesi MK dengan
tindakan bedah atau tindakan berupa trauma epidermal, sehingga kulit dapat terkelupas. Macammacam teknik pembedahan yang dapat dilakukan diantaranya: Kuretase kulit, tindakan
elektrokauter, bedah laser, dan bedah beku (krioterapi). Untuk pengobatan dengan bahan kimia
dapat diberikan solusio kantadrin 0,9%, asam retinoat, 0,1%, tinktura yodium 1%, tinktura
podofilin, 25%, solusio perak nitrat 5-10%, solusio fenol jenuh, solusio asam trikloro asetat 2550%, dan fluorourasil. Berbagai tindakan kuratif dalam menterapi Moluskum kontagiosum:
a. Bedah beku (cryosurderi), merupakan salah satu terapi umum dan efisien digunakan
dalam pengobatan MK, terutama pada resi yang berada pada daerah perianal dan
perigenital. Bahan yang digunakan adalah nitrogen cair. Masing-masing lesi diolesi bahan
tersebut selama 10-15 menit. Efek samping meliputi nyeri saat pemberian terapi, erosi,
ulserasi, serta terbentukknya jaringan parut hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi.
b. Terapi eviserasi, merupakan metode yang mudah untuk menghilangkan lesi dengan
mengeluarkan inti umbilikasi sentral melalui penggunaan instrument seperti scalpel,
ekstrator komedo dan jarum suntik. Penggunaan metode ini kebanyakan tidak dapat
ditoleransi oleh anak-anak

c. Medikomentosa lain adalah cimetidin yang merupakan antagonis receptor histamine H2


yang menstimulasi reaksi hipersensitifitas tipe lambat. Mekanime kerja belum H2 bloker,
namun studi telah membuktikan keberhasilan penggunaan obat tersebut.

Komplikasi
Meskipun MK dikatakan lesi yang jinak dan biasanya sembuh dengan sendirinya, namun
dapat menyebabkan komplikasi terutama pada lesi yang dimanipulasi atau akibat garukan dapat
timbul infeksi skunder, dermatitis eksimatisasi, atau menjadi diseminata.(original ARTIKEL
2010)
Prognosis
MK yang tertangani dengan baik umumnya jarang mengalami kekambuhan, terkecuali
pada orang-orang dengan gangguan imunitas, MK menjadi sukar sembuh (rekalsitran)

Anda mungkin juga menyukai