Anda di halaman 1dari 24

ILMU KEPERAWATAN DASAR 1

ISU ETIK KEPERAWATAN: ABORSI

Oleh:
Dina Nurlailati Karamina
Kornelia Riskah
Yohanes Ransan
Fakultas Kedokteran
Jurusan Keperawatan Regular B
Universitas Tanjung Pura

1 | Ilmu Keperawatan Dasar 1: Aborsi

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Sebagaimana telah diketahui bahwa mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar merupakan pendidikan yang
sangat penting bagi seorang calon perawat yang profesional.
Hal yang akan kami diskusikan dalam makalah ini mengenai Isu Etik Keperawatan: ABORSI. Seperti yang
kita tahu, aborsi adalah tindakan yang kriminal atau biasa dibilang pengguguran janin. Di makalah ini,
kami membahas isu etik keperawatan, macam-macam aborsi yang belum kita ketahui, serta pandangan dari
berbagai sisi mengenai aborsi.

2 | Ilmu Keperawatan Dasar 1: Aborsi

Daftar Isi:
Kata Pengantar
Daftar Isi
A. BAB I
: Pendahuluan.
i.
Latar Belakang.4
ii.
Tujuan Penulisan.4
B. BAB II
: Pembahasan..
a. Pengertian Aborsi6
b. Macam-macam Aborsi6
c. Aborsi menurut Isu Etik Keperawatan
d. Aborsi menurut Ilmu Pengetahuan
e. Aborsi menurut Hukum di Indonesia
f. Aborsi menurut Hak Asasi Manusia
g. Aborsi menurut Pandangan Masyarakat
h. Aborsi menurut Pandangan Agama
i. Contoh Kasus-kasus Aborsi
C. BAB III
: Penutup
i.
Kesimpulan.14
ii.
Saran15

3 | Ilmu Keperawatan Dasar 1: Aborsi

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk pasien/klien baik secara
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan memandang manusia secara biopsikososial
spiritual yang komprehensi. Sebagai tenaga yang professional melaksanakan tugasnya diperlukan
suatu sikap yang menjamin terlaksanya tugas tersebut dengan baik dan tanggung jawab secara
moral.
Perkembangan pendidikan harus juga didasarkan dengan isu etik dalam praktek keperawatan.
Dimana etika merupakan peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseotang dan
merupakan kewajiban dan tanggung jawab moral.
Abortus merupakan suatu masalah kontroversi yang sudah ada sejak sejarah di tulis orang.
Kontroversi karena di satu pihak abortus ada di masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
jamu dan obat-obat peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat bulan. Di pihak lain
abortus tidak dibenarkan oleh agama. Bahkan dicaci, dimaki dan dikutuk sebagai perbuatan tidak
bermoral. Pembicaraan tentang abortus dianggap tabu. Sulit ditemukan seorang wanita yang secara
sukarela mengaku bahwa ia pernah di abortus, karena malu.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar
kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang
dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus dianggap sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20
minggu. Abortus dapat berlangsung spontan secara alamiah atau buatan. Abortus buatan ialah
pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu dengan obat-obatan atau dengan tindakan medik.
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan, kecuali apabila
terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga
pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan
frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% bila
diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga wanita itu
sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan
per-tahun. Dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus spontan.
B. TUJUAN
1. Tujuan
Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini supaya tenaga kesehatan umumnya dan Mahasiswa

4 | Ilmu Keperawatan Dasar 1: Aborsi

keperawatan khususnya dapat memahami tentang Abortus dan kaitannya dengan Hukum
kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan menjelaskan definisi dari Abortus
b. Mengetahui dan menjelaskan macam-macam Abortus
c. Mengetahui aborsi menurut pandangan dari berbagai sisi

BAB II
PEMBAHASAN
ABORSI
A. Pengertian
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah aborsi, berarti
pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar

5 | Ilmu Keperawatan Dasar 1: Aborsi

kandungan. Aborsi provocatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan
kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh.
Menurut Fact Abortion, Info Kit on Womens Health oleh Institute For Social, Studies and Action,
Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah
tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai 20
minggu.
Di Indonesia belum ada batasan resmi mengenai pengguguran kandungan (aborsi). Aborsi
didefenisikan terjadinya keguguran janin, melakukan aborsi sebagai melakukan pengguguran
(dengan sengaja karena tidak mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu). (Js. Badudu, dan Sultan
Mohamad Zair,1996).
B. Macam-Macam Aborsi
Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara alami, tanpa intervensi
tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang direncanakan melalui tindakan medis dengan
obat-obatan, tindakan bedah, atau tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina (aborsi
provokatus). (Fauzi, et.al., 2002)
Jika merujuk dari segi kedokteran atau medis, keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Pembagian yang berdasarkan waktu:
a. ME (Menstrual Extraction)
Dilakukan 6 minggu dari menstruasi terakhir dengan penyedotan. Tindakan aborsi ini sangat
sederhana dan secara psikologis juga tidak terlalu berat karena masih dalam bentuk
gumpalan darah, belum berbentuk janin.
b. Diatas 12 minggu, masih dianggap normal dan termasuk tindakan aborsi yang sederhana.
c. Aborsi diatas 18 minggu. Tidak dilakukan di klinik tetapi di rumah sakit besar. Tetapi bagi
kalangan pecandu atau pekerja seks aborsi seringkali terjadi saat usia kehamilan sudah
diatas 18 minggu. Biasanya mereka akan mendatangi klinik-klinik yang mereka ketahui dan
mereka seringkali tidak memikirkan efek samping bagi tubuh mereka sendiri. Mereka
melakukan aborsi ini karena mereka tidak menginginkan kehamilan tersebut dan terkadang
mereka melakukan ini karena tidak ingin menularkan virus pada bayi mereka.
Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran spontan (spontanueous
aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi provocatus), meskipun secara terminologi
banyak macam aborsi yang bisa dijelaskan (C. B. Kusmaryanto, 2002), menguraikan berbagai
macam aborsi, yang terdiri dari:
a. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi Prvocatus/ Induced Abortion,
yaitu penghentian hasil kehamilan dari rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan.
b. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi hidup di luar kandungan
(viabilty).

6 | Ilmu Keperawatan Dasar 1: Aborsi

c. Aborsi Therapeutic/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan indikasi medis untuk
menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan.
d. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di luar
kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik, dan dilarang oleh hukum.
e. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari kelahiran bayi yang
cacat atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis. Eugenisme adalah ideologi yang
diterapkan untuk mendapatkan keturunan hanya yang unggul saja.
f. Aborsi langsung - tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara
langsung ingin membunuh janin yang ada dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak
langsung ialah suatu tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun
aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam tindakan itu.
g. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang dikandung tidak
memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi ini banyak dilakukan wanita yang mengadakan
Pre natal diagnosis yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
h. Embryo reduction (pengurangan embrio), pengguguran janin dengan menyisahkan satu atau
dua janin saja, karena dikhawatirkan mengalami hambatan perkembangan, atau bahkan tidak
sehat perkembanganya.
i. Partia Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam istilah medis dikenal
dengan nama dilation and extaction. Cara ini pertama-tama adalah dengan cara memberikan
obat-obatan kepada wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara prematur.
Dalam ilmu kedokteran aborsi dibagi atas dua golongan (Taber Ben-zion, 1994) :
a) Aborsi Spontanus atau ilmiah Aborsi terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar
baik factor mekanis ataupun medisinalis. Misalnya karena sel sperma atau sel telur tidak bagus
kualitasnya, atau karena ada kelalaian bentuk rahim. Dapat juga disebabkan oleh karena
penyakit, misalnya penyakit syphilis, infeksiakut dengan disertai demam yang tinggi pada
penyakit malaria. Aborsi spontanus dapat juga terjadi karena sang ibu hamil muda, sementara ia
melakukan pekerjaan yang berat-berat ataupun keadaan kandungan yang tidak kuat dalam rahim
karena usia wanita yang terlalu muda hamil utaupun terlalu tua.
Aborsi spontan dibagi atas:
1. Aborsi komplitus
artinya keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
2. Aborsi habitualis
Artinya aborsi terjadi 3 atau lebih aborsi spontan berturut-turut. Aborsi habitualis ini dapat
terjadi juga jika kadangkala seorang wanita mudah sekali mengalami keguguran yang
disebabkan oleh ganguan dari luar yang amat ringan sekali, misalnya terpeleset, bermain
skipping (meloncat dengan tali), naik kuda, naik sepeda dan lain-lain. Bila keguguran hampir
tiap kali terjadi pada tiap-tiap kehamilan, maka keadaan ini disebut aborsi habitualis yang
biasanya terjadi pada kandungan minggu kelima sampai kelimabelas.
3. Aborsi inkomplitus

7 | Ilmu Keperawatan Dasar 1: Aborsi

4.

5.
6.
7.
8.

artinya keluar sebagian tetapi tidak seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap
20 minggu.
Aborsi diinduksi
Yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan cara apa saja sebelum umur kehamilan lengkap
20 minggu dapat bersifat
terapi atau non terapi.
Aborsi insipiens
Yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang terjadi dengan dilatasi serviks kontinu dan
progresif tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu.
Aborsi terinfeksi
Yaitu aborsi yang disertai infeksi organ genital.
Missed Abortion
Yaitu aborsi yang embrio atas janinnya meninggal. Dalam uterus sebelum umur kehamilan
lengkap 20 minggu tetapi hasil konsepsi tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih.
Aborsi septik
Yaitu aborsi yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dari produknya ke dalam
sirkulasi sistematik ibu.

b) Aborsi Provokatus
Yaitu aborsi yang disengaja, yang dilakukan dengan maksud dan pertimbangan tertentu baik
dengan memakai obat-obatan atau alat karena kandungan tidak dikehendaki. Aborsi provocatus
terdiri dari (Ediwarman, 1996) :
1. Provocatus therapeutics/ aborsi medicalis
Yaitu aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia. Dapat terjadi baik karena di dorong oleh
alasan medis, misalnya karena wanita yang hamil menderita suatu penyakit. Aborsi
provokatus dapat juga dilakukan pada saat kritis untuk menolong jiwa si ibu, kehamilan perlu
diakhiri, umpamanya pada kehamilan di luar kandungan, sakit jantung yang parah, penyakit
TBC yang parah, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher rahim. Indikasi untuk
melakukan aborsi provokatus therapeuticum sedikit-dikitnya harus ditentukan oleh dua orang
dokter spesialis, seorang dari ahli kebidanan dan seorang lagi dari ahli penyakit dalam atau
seorang ahli penyakit jantung.
2. Aborsi provokatus criminalis
Inilah aborsi yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh si ibu maupun oleh orang lain dengan
persetujuan si ibu hamil. Hal ini dilakukan dengan alasan-alasan tertentu, misalnya malu
mengandung karena hamil di luar nikah. Aborsi ini biasanya dilakukan demi kepentingan
pelaku, baik itu dari wanita yang mengaborsikan kandungannya ataupun orang yang
melakukan aborsi seperti dokter secara medis ataupun dilakukan oleh dukun beranak yang
hanya akan mencari keuntungan materi saja.
Faktor-faktor ABORSI
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya abortus diantaranya adalah sebagai berikut:

8 | Ilmu Keperawatan Dasar 1: Aborsi

1. Etiologi dari keadaan patologis


Abortus spontan yang terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan keguguran. Prosentase
abortus ini 20% dari semua jenis abortus. Sebab-sebab abortus spontan yaitu :
a) Faktor Janin
Perkembangan Zigot yang abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan pertumbuhan yang
sedemikian rupa sehingga janin ini tidak mungkin hidup terus. Abortus spontan yang
disebabkan karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya saat janin berusia lebih
dari satu bulan. Jadi semakin muda kehamilan yang mengalami Abortus aka semakin besar
kemungkinan karenakelainan ovum. kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah:
1) Kelainan Kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi terjadinya aborsi
adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester
pertama yang disebabkan oleh nondisjungtion atau inversi kromosom. Sedangkan
pada monosomi X (45,X) merupakan kelainan kromosom tersering dan
memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
2) Mutasi atau Faktor Poligenik
Dari kelainan janin dapat dibedakan dua jenis aborsi yaitu aborsi aneuploid dan
aborsi euploid. Aborsi Aneuploid terjadi karena adanya kelainan kromosom, baik
kelainan struktur kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan pada
abortuseuploid, pada umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor
pendukung aborsi mungkin di sebabkan oleh: kelainan genetik, faktor ibu dan
beberapa faktor ayah serta kondisis lingkungan (Williams,2006).
b) Faktor Ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya Infeksi yang terdiri dari :
1) Infeksi Akut
1. Virus, misalnya cacar, rubella dan hepatitis
2. Bakteri, misalnya steptokokus
3. Parasit, misalnya malaria
2) Infeksi Kronis
1. Sifilis biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis Paru aktif
3. Keracunan misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
3) Penyakit Kronik
1. Hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu
2. Nephritis
3. Diabetes: angka abortus dan malformasi congenital meningkat pada wanita
dengan diabetes. Resiko ini berkaitan denganderajat control metabolic pada
trisemester pertama.
4. Aritmia berat
5. Penyakit jantung

9 | Ilmu Keperawatan Dasar 1: Aborsi

6. Toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan sirkulasi pada


plasenta
4) Trauma misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan abortus
5) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, servix yang pendek, retro flexio
utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat menimbulkan abortus.
6) Hubungan seksual yang berlebihan saat hamil sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus. Uterus terlalu cepat meregang (Kehamilan ganda, mola hidatidosa)
c) Pemakainan obat dan faktor lingkungan
1. Tembakau
Merokok dapat meningkatkan resiko aborsi euploid. Wanita yang merokok lebih
dari 14 batang per hari memiliki resiko dua kali lebih besar di bandingkan wanita
yang tidak merokok.
2. Alkohol
Abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol selama 8
minggu pertama kehamilan.
3. Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak sedikit
meningkatkan abortus spontan.
4. Radiasi
5. Kontrasepsi
Alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan eningkstsn insiden abortus septik
setelah kegagalan kontrasepsi.
6. Toksin lingkungan
Pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang menunjukan bahan
tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun terdapat bukti bahwa arsen,
timbal. Benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus (barlow, 1982).
d) Faktor Imunitas
1. Autoimun
Adalah respon kekebalan salah sasaran yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
kacau dan menyerang tubuh sendiri.
2. Alloimun
Adalah sistem kekebalan terhadap antigen allogenik
e) Faktor Ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus (William, 2006).
RESIKO ABORTUS
Menurut Linda (2008; Hlm: 447-450) abortus dapat menimbulkan beberapa komplikasi yaitu:
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Ginjal akut

10 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

5. Syok yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan syok septik
atau endoseptik (infeksi berat atau septis).
C. Aborsi menurut Isu Etik Medis
Wewenang dokter dalam menjalankan praktek aborsi adalah sebagai berikut:
1. Dalam menjalankan profesinya seorang dokter terkait dengan kode etik profesi, dalam hal ini Kode Etik
Kedokteran Indonesia (Kodeki). Dalam Kodeki tersebut tercakup hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban
seorang dokter ketika menjalankan profesi kedokteran: yakni kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien,
kewajiban terhadap teman sejawat, dan kewajiban terhadap diri sendiri. Jadi, Kodeki merupakan pedoman
tingkah laku bagi para dokter Indonesia ketika melaksanakan profesinya atau tegasnya pedoman dalam
melaksanakan kewajiban sebagai dokter Indonesia.
2. Bahwa dalam penjelasan pasal 10 Kodeki antara lain Dokter Indonesia harus berusaha mempertahankaan
hidup makhluk insani. Berarti bahwa baik menurut agama dan undang-undang negara maupun menurut Etik
kedokteran seorang dokter tidak dibolehkan:
a. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus);
b. Mengakhiri hidup seorang penderita, yang menurut ilmu pengetahuan tidak mungkin akan sembuh
(eutanasia).
3. Bahwa pada bagian lain penjelasan pasal 10 Kodeki ditegaskan antara lain bahwa abortus provocatus dapat
dibenarkan sebagai tindakan pengobatan, apabila merupakan satu-satunya jalan untuk menolong jiwa ibu dari
bahaya maut (abortus provocatus therapeuticus).
4. Dikatakan bahwa Kodeki membenarkan aborsi dengan beberapa syarat dan menyelamatkan jiwa ibu adalah
indikasi yang diperkenankan menurut Kodeki.
5. Bahwa, dalam penjelasan pasal 15 ayat (1) UU Kesehatan disebutkan bahwa "Tindakan medis dalam bentuk
pengguguran kandungan dengan alasan apapun dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya
menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya, dapat diambil tindakan medis tertentu." Jadi satusatunya indikasi yang diperkenankan menurut UU Kesehatan ialah menyelamatkan jiwa si ibu hamil.
6. Bahwa, pihak-pihak yang diperbolehkan melakukan aborsi adalah dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan, sesudah meminta pertimbangan dari tim ahli yang terdiri dari pelbagai bidang keilmuan. Dengan
demikian menurut UU Kesehatan, tidak semua dokter boleh melakukan tindakan aborsi.

11 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

Sarana yang dipakai dalam praktek aborsi (tindakan pengguguran kandungan) hanya dapat dilakukan di sarana
kesehatan tertentu, yakni sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan
tersebut dan telah ditunjuk oleh pemerintah.

D. Aborsi menurut Ilmu pengetahuan


Aborsi tidak hanya menimbulkan penderitaan dan kematian janin dalam rahim. Aborsi juga
mengancam keselamatan hidup wanita yang menggugurkan kandungannya. Sejarah
menunjukkan bahwa para wanita yang pernah melakukan aborsi kini mengalami gangguan
psikologis, mental rohani dan risiko jasmani. Depresi, gangguan kejiwaan dan kematian
sang ibu tak jarang menjadi akhir sebuah upaya aborsi. Aborsi juga menimbulkan sejumlah
cacat tubuh seperti pendarahan, sobeknya leher rahim, perforasi pada kandungan, usus
maupun kandung kemih. Aborsi adakalanya mendatangkan penyakit-penyakit yang tak
terduga sebelumnya, seperti anemia, radang selaput perut, radang urat darah ataupun
radang panggul yang berkaitan dengan terjadinya kemandulan.

E. Aborsi menurut hukum Indonesia


Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk
kejahatan,
yang
dikenal
dengan
istilah
Abortus
Provocatus
Criminalis
Yang menerima hukuman adalah:
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3.
Orang-orang
yang
mendukung
terlaksananya
aborsi
Beberapa
pasal
yang
terkait
adalah:
Pasal 229
1. Barang
siapa
dengan
sengaja
mengobati
seorang
wanita
atau
menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak
sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

12 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

Pasal342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa
akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa
anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal
343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta
melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
Pasal
346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang
lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya,
diancam
dengan
pidana
penjara
paling
lama
dua
belas
tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal
349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346,
ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal
347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Sedangkan menurut hukum yang berlaku di Indonesia yaitu menurut Undang-Undang abortus 1967
mengatakan bahwa seorang wanita tidak boleh dijatuhi hukuman bila ia mengakhiri kehamilan
dengan bantuan tenaga medis yang sudah mempunyai izin bila tenaga medi tersebut memang
melakukan abortus atas dasar yang baik dengan syarat sebagai berikut:

13 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

1. Bahwa melanjutkan kehamilan dapat membahayakan kehidupan wanita hamil tersebut, atau
dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.
2. Ada resiko yang cukup hebat bahwa bila bayi diahirkan , bayi mungkin mengalami cacat
fisik atau mental yang cukup parah
Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang
ibu jika tetap mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun menggugurkan
kandungan janin itu lebih ringan madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau
membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan janin tersebut (Dr. Abdurrahman Al
Baghdadi, 1998).

Hukum yang mengatur aborsi :


UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinya dapat
dilakukan tindakan medis tertentu .
Didalam undang-undang kesehatan juga diatur tentang Aborsi :
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia
dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya
dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau

14 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling


pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan
medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan
medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.
F. Aborsi menurut Hak Asasi Manusia
UU HAM, pasal 53 ayat 1(1): Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup & meningkatkan taraf kehidupannya.
UU Kesehatan, pasal 15 ayat 1 dan 2:
(1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya dapat
dilakukan tindakan medis tertentu.
(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian & kewenangan untuk itu & dilakukan sesuai
dengan tanggungjawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.

15 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Pada penjelasan UU Kesehatan pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:
1. Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun dilarang, karena
bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan & norma kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
2. Butir a: Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan
medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu ibu hamil & janinnya terancam bahaya
maut.
Butir b: Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang
memiliki keahlian & kewenangan untuk melakukannya, yaitu seorang dokter ahli kebidanan
dan
penyakit
kandungan.
Butir c: Hak utama untuk memberikan persetujuan (informed consent) ada pada ibu hamil yang
bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya,
dapat
diminta
dari
suami
atau
keluarganya.
Butir d: Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga & peralatan
yang
memadai
untuk
tindakan
tersebut
&
telah
ditunjuk
pemerintah.
Namun sayangnya didalam UU Kesehatan ini belum disinggung soal masalah kehamilan akibat
perkosaan, akibat hubungan seks komersial yang menimpa pekerja seks komersial ataupun
kehamilan yang diketahui bahwa janin yang dikandung tersebut mempunyai cacat bawaan yang
berat.
3. Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenai
keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian & kewenangan bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.
G. Aborsi menurut pandangan masyarakat
Aborsi dipandang sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan etika budaya ketimuran,
karena budaya timur masih memegang kuat agamanya. Istilah aborsi di masyarakat
mempunyai arti negative meaning. Yang mana, menurut kaum masyarakat yang
namanya aborsi adalah pengguguran kandungan yang disengaja dalam upaya orang
tua janin untuk menutupi aibnya. Hal ini merupakan suatu hal yang tabu bagi
masyarakat. Berbeda jika judulnya diganti dengan keguguran, masyarakat
menganggap hal ini merupakan suatu musibah bagi orang tuanya karena telah
kehilangan calon bayinya

H. Aborsi menurut pandangan Agama


a. Islam
Di dalam teks-teks al Quran dan Hadist tidak didapati secara khusus hukum aborsi, tetapi yang
ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :

16 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya
adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan
melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar.( Qs An Nisa : 93 )

Ijhadh (aborsi) menurut bahasa berarti menggugurkan kandungan yang kurang masanya atau
kurang kejadiannya, tidak ada perbedaan antara kehamilan anak perempuan atau laki laki, baik
aborsi ini dilakukan dengan sengaja atau tidak. lafazh ijhadh memiliki beberapa sinonim seperti
isqath (menjatuhkan), ilqa (membuang), tharah (melempar), dan imlash (menyingkirkan).

Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Abortus
Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan
roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syarI hukumnya adalah haram dan termasuk katagori
membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt.
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus
Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya janin yang
belum ditiupkan roh di dalamnya. Melakukan aborsi baik pada tahap penciptaan janin, ataupun
setelah peniupan ruh padanya, jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin
dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya sekaligus. Dalam kondisi
seperti ini, dibolehkan melakukan aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu.
Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh ajaran Islam, sesuai firman Allah
SWT:
Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. (Qs. al-Maaidah [5]: 32).
Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula upaya pengobatan. Sedangkan
Rasulullah Saw telah memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia ciptakan pula
obatnya. Maka berobatlah kalian! [HR. Ahmad].
Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan:
Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu hukum, maka dipilih yang lebih ringan
madharatnya. (Abdul Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al Qawaid
Al Fiqhiyah, halaman 35).
Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan menggugurkan kandungannya jika
keberadaan kandungan itu akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh
janinnya. Hal ini harus dapat dipastikan secara medis. Karena syariat memandang sang ibu
sebagai akar pohon dan sang janin sebagai cabangnya. Dalam Islam dikenal prinsip al ahamm
wa al muhimmn (yang lebih penting dan yang penting), dalam kasus ini dapat diartikan

17 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

mengambilan yang lebih kecil buruknya dari dua keburukan. Di Indonesia yang dimaksud
dengan indikasi medis adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan
tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang
ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
b. Kristen
Dalam Alkitab dikatakan dengan jelas betapa Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan
seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.
a. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa.
Yer 1:5 ~ Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku
telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.
b. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.
Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada
seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak
mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang
dikenakan oleh suami perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut
putusan hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut,
maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi,
tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti
bengkak.
c. Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.
Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.
Murid-muridNya bertanya kepadaNya: Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri
atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: Bukan dia dan bukan juga
orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia
d. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan.
Kej 19:36-38 ~ Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua
melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang
sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya BenAmi; dialah bapa bani Amon yang sekarang.
e. Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun
alasannya.
Kel 1:15-17 ~ Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong
perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: Apabila

18 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu
anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan,
bolehlah ia hidup. Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti
yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
f. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.
Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah
ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak,
aku akan mati. Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: Akukah
pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?
Mzm 127:3-5 ~ Sesungguhnya, anak laki-laki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan
buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan,
demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh
tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara
dengan musuh-musuh di pintu gerbang.
c. Katolik
Gereja mengajak kita untuk menghormati hidup manusia sejak dari awal, oleh karena itu dapat
dikatakan dengan tegas, kita menolak adanya pengguguran. Hal ini ditulis dengan jelas dalam
sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh Tahta Suci Roma pada tanggal 10 Maret 1987, yaitu
Dokumen Donum Vitae. Dan dokumen ini bersumberkan pada Kitab Suci sendiri yaitu larangan
membunuh orang yang tidak bersalah (bdk. Kel 20:13 dan Ul 5:17).
Jadi iman katolik menolak dengan tegas abortus atau pengguguran dengan cara dan alasan apa
pun. Sekalipun aborsi itu dilakukan dengan alasan kesehatan dari si ibu. Atau karena rasa belas
kasihan karena melihat anak yang akan dilahirkan itu nanti cacat (cacat fisik atau cacat mental)
sehingga dianggap tidak memiliki masa depan yang baik kecuali penderitaan. Bahkan katolik
juga menolak aborsi terhadap bayi yang dikandung akibat kecelakaan (ibu diperkosa atau hasil
pergaulan bebas dan sebagainya). Tidak ada satu orang pun yang berhak mengambil jiwa
seseorang, sekalipun ia masih manusia kecil dalam kandungan.
Sanksi aborsi termuat dalam Kitab Hukum Kanonik Gereja no. 1398, yaitu berupa
ekskomunikasi otomatis, atau pengucilan dari kehidupan Gereja. Seandainya walaupun Gereja
dan lingkungan tidak mengetahui bahwa seseorang telah jatuh ke dalam dosa ini, namun Tuhan
tetap mengetahuinya dan kita tidak bisa melarikan diri dari hukuman Tuhan. Sehingga apabila
dia dalam keadaan dosa ini tetap menerima sakramen, berarti dia menambah dosanya sendiri.

19 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

1. Mereka yang terkena sanksi ekskomunikasi otomatis ini tidak diperkenankan untuk ikut
berpartisipasi dalam berbagai acara doa bersama, misalnya: Perayaan Ekaristi, sakramen
lainnya dan sebagainya (Kan. 1331).
2. Sanksi ekskomunikasi otomatis ini hanya bisa dihilangkan melalui penerimaan Sakramen
Tobat atau Sakramen Pengampunan Dosa. Bahkan untuk menunjukkan ketegasannya,
Gereja pada awalnya menetapkan bahwa hanya Uskup yang berwenang memberikan
Sakramen Tobat kepada mereka yang terlibat dalam pengguguran ini. dalam perkembangan
selanjutnya, demi pelayanan pastoral yang memadai, kekuasaan itu didelegasikan kepada
3.

semua imam.
Kasih Tuhan tercurah kepada setiap orang, termasuk juga manusia kecil yang baru
diciptakan-Nya. Marilah kita juga mencintai si manusia kecil ini seperti kita mencintai diri
kita sendiri. Kalau di dalam diri kita, kita meyakini bahwa Allah hadir dan berkarya, niscaya
kita akan sadar pula karya Tuhan dalam diri si manusia kecil. Oleh karena itu, lihatlah Dia

yang hadir dalam diri manusia kecil ini (bdk. Mrk 12:28-34).
d. Hindu
Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut Himsa karma
yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa.
Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai menghilangkan nyawa mendasari
falsafah atma atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih
berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Oleh karena itulah perbuatan
aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci Hindu antara lain Rgveda
1.114.7 menyatakan: Ma no mahantam uta ma no arbhakam artinya: Janganlah mengganggu
dan mencelakakan bayi.. Atharvaveda X.1.29: Anagohatya vai bhima artinya: Jangan
membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan Atharvaveda X.1.29: Ma no gam asvam purusam
vadhih artinya: Jangan membunuh manusia dan binatang. Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna
telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam penderitaan, karena Asvatama telah
membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan istri-istri keturunan Pandawa, serta membuat
istri-istri itu mandul selamanya.

20 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan semata-mata untuk
memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak
dibenarkan.
e. Buddha
Dalam pandangan agama Buddha aborsi adalah suatu tindakan pengguguran kandungan atau
membunuh makhluk hidup yang sudah ada dalam rahim seorang ibu. Dari sudut pandang
Buddhis aborsi bisa di toleransi dan dipertimbangkan untuk dilakukan. Agama Buddha, umat
Buddha terdiri dari dua golongan yaitu pabbajita dan umat awam. Seorang pabbajita mutlak
tidak boleh melakukan aborsi karena melanggar vinaya yaitu parajjika. Tetapi sebagai umat
awam aborsi boleh dilakukan dengan alasan yang kuat. Misal janin dalam kandungan dalam
kondisi abnormal yang dapat membahayakan kesehatan ibu bahkan dapat mengancam
keselamatan ibu. Aborsi dalam agama Buddha merupakan suatu pembunuhan yang tidak
diperbolehkan yang dapat menimbulkan karma buruk. Tetapi agama Buddha tidak melarang
secara multak orang yang melakukan aborsi. Dengan alasan yang sangat kuat aborsi dapat
dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Hal terbaik untuk tidak melakukan aborsi adalah
menghindari terjadinya aborsi misal tidak melakukan hubungan seks bebas yang bisa
memungkinkan terjadinya aborsi. Dalam kasus lain yang tidak dapat dihindari untuk terjadinya
aborsi boleh dilakukan dengan alasan tidak ada cara lain yang terbaik dan dengan alasan yang
sangant kuat. Aborsi boleh dilakukan dengan kondisi yang sangat sulit akan tetapi seminimal
mungkin untuk menghindari terjadinya aborsi karena dalam agama buddha aborsi merupakan
suatu pembunuhan yang tidak diperbolehkan karena menghilangkan nyawa suatu mahluk yang
mengakibatkan karma buruk.
Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma harus diselesaikan
dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma yang lebih buruk lagi.
Syarat yang harus dipenuhi terjadinya makhluk hidup :
a. Mata utuni hoti: masa subur seorang wanita
b. Mata pitaro hoti: terjadinya pertemuan sel telur dan sperma
c. Gandhabo paccuppatthito: adanya gandarwa, kesadaran penerusan dalam siklus kehidupan
baru (pantisandhi-citta) kelanjutan dari kesadaran ajal (cuti citta), yang memiliki energi
karma

21 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

Dari penjelasan di atas agama Buddha menentang dan tidak menyetujui adanya tindakan aborsi
karena telah melanggar pancasila Buddhis, menyangkut sila pertama yaitu panatipata. Suatu
pembunuhan telah terjadi bila terdapat lima faktor sebagai berikut:
a) Ada makhluk hidup (pano)
b) Mengetahui atau menyadari ada makhluk hidup (pannasanita)
c) Ada kehendak (cetana) untuk membunuh (vadhabacittam)
d) Melakukan pembunuhan (upakkamo)
e) Makhluk itu mati karena tindakan pembunuhan ( tena maranam)
Apabila terdapat kelima faktor dalam suatu tindakan pembunuhan, maka telah terjadi
pelanggaran sila pertama. Oleh karena itu sila berhubungan erat dengan karma maka
pembunuhan ini akan berakibat buruk yang berat atau ringannya tergantung pada kekuatan yang
mendorongnya dan sasaran pembunuhan itu. Bukan hanya pelaku saja yang melakukan tindak
pembunuhan, ibu sang bayi juga melakukan hal yang sama. Bagaimanapun mereka telah
melakukan tindak kejahatan dan akan mendapatkan akibat di kemudian hari.
Dalam Majjhima Nikaya 135 Buddha bersabda "Seorang pria dan wanita yang membunuh
makhluk hidup, kejam dan gemar memukul serta membunuh tanpa belas kasihan kepada
makhluk hidup, akibat perbuatan yang telah dilakukannya itu ia akan dilahirkan kembali sebagai
manusia di mana saja ia akan bertumimbal lahir, umurnya tidaklah akan panjang".

I. Contoh kasus Aborsi


Seorang pecandu yang sudah clean memiliki pengalaman pernah melakukan
aborsi karena ia dulu memakai narkoba. Karena untuk mendapatkan drugs ia
memerlukan uang banyak untuk memenuhi kebutuhannya itu dan ia pun rela
sampai menjual dirinya agar mendapatkan drugs. Karena pekerjaan yang
menurutnya sangat menyiksa dirinya itu ia pun tidak menggunakan kondom
dan ia sampai ke tahap hamil, tanpa mengetahui siapa ayah dari bayinya
tersebut. Ia terus berusaha mencari uang lebih untuk kebutuhan drugsnya dan
juga untuk membiayai pengguguran kandungan yang tidak ia kehendaki
tersebut. Sampai pada usia kandungannya mencapai 3 bulan ia harus
penggugurkan kandungannya dan itu memerlukan uang yang sangat banyak,

22 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

karena usia kandungannya sudah cukup besar. Dan ini pun bukan pertama
kalinya
ia
melakukan
aborsi
tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aborsi berfungsi menghilangkan nyawa seseorang baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik
itu terpaksa maupun tidak terpaksa, dan baik dilakukan secara halus mauapun secara kasar.
Dalam hukum Indonesia, dan sudut pandang agama. Tidak membenarkan adanya aborsi apapun
alasannya. Karena hidup dan mati seseorang ada di tangan Tuhan YME. Dan apabila hal tersebut
terjadi akan mendapatkan hukuman yang berlaku baik itu si pelaku ataupun yang membantunya.
Kecuali dalam kondisi mempertahankan nyawa salah satu dari ibu atau anaknya.

D. Saran
Setelah mengetahui bahwa Aborsi itu merupakan salah satu tindakan ilegal maka diharapkan kita
sebagai tenaga kesehatan tidak akan pernah melakukannya kecuali dengan indikasi yang
jelas. Suatu prinsip etika yang sangat mendasar ialah kita harus menghormati kehidupan manusia.
Jangan pernah mencoba untuk mengorbankan manusia kepada suatu tujuan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http.//lew_island.wordpress.com/aborsi.htm
http://metalisromantic.blogspot.com/2010/10/isu-etik-dalam-keperawatan.html
http://aborsianak.blogspot.com/

23 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

John Ankerberg - John Weldon, 1995; The Facts On Abortion: Answers from Science and the
Bible about When Life Begins; Harvest House Publishers, Eugene, Oregon
Sheila Kitzinger, 1994; Being Born; Dorling Kindersley, London
http://www.asiamaya.com/konsultasi_hukum/pidana/aborsi.htm

24 | I l m u K e p e r a w a t a n D a s a r 1 : A b o r s i

Anda mungkin juga menyukai