ISSN 1693-0134
Pembina
Redaktur Pelaksana
Staf Redaksi
Alamat Redaksi
13
24
35
48
64
72
ABSTRAKSI
Politeknik Negeri Kupang Provinsi NTT, khususnya Bengkel Teknik
Sipil dan Bengkel Teknik Mesin, dalam pelaksanaan praktek sudah
menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3).Namun demikian, dalam pelaksanaan SMK3 tersebut belum
maksimal.Oleh karena itu, dibutuhkan sumberdaya manusia (SDM)
yang cukup, sehingga pelaksanaannya bisa semaksimal mungkin.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan SMK3 di
Bengkel Teknik Sipil mencapai 61,10%, sedangkan di Bengkel Teknik
Mesin mencapai 49,50%. Faktor yang mempengaruhi kesuksesan
SMK-3 di Bengkel Teknik Sipil adalah komitmen dan kebijakan dengan
tingkat pengaruh 28,75%, perencanaan 61,25%, penerapan 52,50%,
pengukuran dan evaluasi 50%, serta tinjauan ulang 51,25%; sedangkan
di Bengkel Teknk Mesin komitmen dan kebijakan dengan tingkat
pengaruh 25,88%, perencanaan 75,29%, penerapan 57,65%,
pengukuran dan evaluasi 57,65%, serta tinjauan ulang 74,12%.
Kata Kunci: Bengkel Teknik Sipil, Bengkel Teknik Mesin, SMK3
PENDAHULUAN
Pembangunan di Indonesia sedang memasuki era industrialisasi dan
globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya perindustrian
dengan menggunakan teknologi tinggi, sehingga diperlukan peningkatan
kualitas sumberdaya manusia serta pelaksanaan yang konsisten dari Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman,
selamat dan nyaman, serta terbebas dari resiko bahaya yang mungkin
timbul. Pada gilirannya, perusahaan akan memperoleh pekerja yang sehat
dan produktif.
Spectra
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Beberapa pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP 50
Tahun 2012).
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu kondisi atau
faktor-faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lainnya
(termasuk pekerja sementara dan kontraktor), tamu atau orang lain
di tempat kerja (Ramli S, 2009).
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut American Society of
Safety Engineers (ASSE) diartikan sebagai bidang kegiatan yang
ditunjuk untuk mencegah semua jenis kecelakaan demi kesehatan
pekerja yang kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja
(Silalahi, 1995).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Beberapa pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3), antara lain adalah sebagai berikut:
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan
penerapan,
pencapaian,
pengkajian
dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
Gambar 1.
Prinsip Dasar SMK3
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan
kuantitatif dengan metode survey melalui penyebaran kuesioner. Penelitian
dilakukan pada Bengkel Teknik Sipil dan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Kupang, Provinsi NTT. Kuesioner disebarkan kepada Mahasiswa, Instruktur/
Teknisi, dan Dosen/Pengelola di kedua bengkel tersebut.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, berupa daftar
pertanyaan (kuesioner) kepada responden yang bersangkutan. Data
sekunder diperoleh dari dokumen serta publikasi lainnya yang memuat
informasi tentang penelitian.
3
Spectra
Gambar 2.
Bagan Alir Penelitian
Karakteristik Responden
Tabel 2.
Karakteristik RespondenTeknik Sipil
Karakteristik
Responden
Teknik Sipil
Teknik Mesin
Jumlah (org)
(%)
Jumlah (org)
(%)
89
12
89,09
10,91
112
3
89,09
10,91
62
8
13
17
10
88,57
11,43
32,50
42,50
25,00
64
13
15
14
9
88,57
11,43
32,50
42,50
25,00
11
15
14
27,50
37,50
33,00
13
14
11
34,21
36,84
28,95
5
5
30
50,00
50,00
100,00
4
4
30
50,00
50,00
100,00
Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
Usia
- 18 20 tahun
- > 20 tahun
- < 41 tahun
- 42 50 tahun
- > 50 tahun
Pekerjaan
- 11 20 tahun
- 21 30 tahun
- > 31 tahun
Pendidikan
- D III
- D IV
- S2
Pernyataan
Ratarata
16
20.00
5.00
59
73.75
1.25
2.56
65
81.25
7.50
10.00
1.25
1.31
Keterlibatan Instruktur/Teknisi
dalam K3
Struktur organisasi K3
Sosialisasi K3
12
15.00
59
73.75
10.00
1.25
1.98
0.00
10
12.50
32
40.00
38
47.50
3.35
0.00
5.00
56
70.00
20
25.00
3.20
Penyediaan P3K
0.00
5.00
52
65.00
24
30.00
3.25
16
20.00
57
71.25
1.25
7.50
1.96
8.75
68
85.00
1.25
5.00
2.03
0.00
57
23.00
5.00
0.00
1.58
0.00
0.00
54
67.50
26
32.50
3.33
9
10
2.45
Spectra
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Variabel SMK3 Dosen Teknik Sipil
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
No
Pernyataan
Ratarata
Keterlibatan Instruktur/Teknisi
dalam K3
16.67
0.00
25
83.33
0.00
2.67
Struktur organisasi K3
24
80.00
0.00
20.00
0.00
1.40
Sosialisasi K3
3.33
27
90.00
6.67
0.00
2.03
0.00
20.00
20.00
18
60.00
3.40
0.00
13.33
20
66.67
20.00
3.07
Penyediaan P3K
0.00
13.33
22
73.33
13.33
3.00
0.00
26
86.67
0.00
13.33
2.27
0.00
26
86.67
0.00
13.33
2.27
0.00
26
86.67
13.33
0.00
2.13
0.00
0.00
27
90.00
10.00
3.10
9
10
2.53
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Variabel SMK3 Instruktur/Teknisi/Mahasiswa Teknik Mesin
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
No
Pernyataan
Ratarata
Keterlibatan Instruktur/Teknisi
dalam K3
1.18
1.18
79
92.94
4.71
3.01
Struktur organisasi K3
58
68.24
2.35
17
20.00
9.41
1.71
Sosialisasi K3
1.18
80
94.12
0.00
4.71
2.08
0.00
7.06
32
37.65
47
55.29
3.48
0.00
0.00
48
56.47
37
43.53
3.44
Penyediaan P3K
0.00
4.71
62
72.94
19
22.35
3.18
0.00
76
89.41
1.18
9.41
2.20
0.00
0.00
78
91.76
8.24
3.08
0.00
67
23.00
15
17.65
2.35
2.20
0.00
0.00
44
51.76
41
48.24
3.48
9
10
2.79
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Variabel SMK3 Dosen Teknik Mesin
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
No
Pernyataan
Ratarata
Keterlibatan Instruktur/Teknisi
dalam K3
0.00
0.00
27
90.00
10.00
3.10
Struktur organisasi K3
14
46.67
6.67
26.67
20.00
2.20
Sosialisasi K3
0.00
27
90.00
0.00
10.00
2.20
0.00
10.00
14
46.67
13
43.33
3.33
0.00
0.00
13
43.33
17
56.67
3.57
Penyediaan P3K
0.00
6.67
19
63.33
30.00
3.23
0.00
24
80.00
3.33
16.67
2.37
0.00
0.00
26
86.67
13.33
3.13
0.00
28
93.33
26.67
3.33
2.80
0.00
0.00
16
53.33
14
46.67
3.47
9
10
2.53
Uji Validitas
Hasil uji validitas instrument penelitian ini dapat di lihat pada tabel di
bawah ini.
Uji validitas dengan menggunakan software SPSS 17 for window
terlihat bahwa semua item dalam indikator pada setiap variabel valid, yaitu
nilai indeks korelasi product momen (r) >0,3.
Tabel 7.
Uji Validitas Instrumen untuk Instruktur/Teknisi/Mahasiswa
Variabel
Item
Teknik Sipil
Teknik Mesin
Signifikansi
Ket.
Signifikansi
Ket.
Komitmen dan
Kebijakan (X1)
X1.1
X1.2
X1.3
0.801
0.625
0.809
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
0.803
0.563
0.868
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Perencanaan (X2)
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
0.712
0.666
0.535
0.558
0.699
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.641
0.610
0.621
0.636
0.749
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Penerapan (X3)
X3.1
X3.2
X3.3
0.782
0.747
0.725
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
0.829
0.835
0.638
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Pengukuran dan
Evaluasi (X4)
X4.1
X4.2
X4.3
0.811
0.515
0.885
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
0.835
0.657
0.778
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Spectra
Variabel
Tinjauan Ulang dan
Peningkatan oleh
Manajemen (X5)
Sistem Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Y)
Teknik Sipil
Item
Teknik Mesin
Signifikansi
Ket.
Signifikansi
Ket.
X5.1
0.856
0.000
Valid
0.841
0.000
Valid
X5.2
0.842
0.000
Valid
0.874
0.000
Valid
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
0.539
0.401
0.495
0.634
0.578
0.534
0.387
0.392
0.405
0.421
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.503
0.892
0.438
0.290
0.702
0.504
0.605
0.571
0.511
0.591
0.000
0.000
0.000
0.004
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 8.
Uji Validitas Instrumen untuk Dosen
Variabel
Item
Teknik Mesin
Komitmen dan
Kebijakan (X1)
X1.1
X1.2
X1.3
Signifikansi
0.000
0.015
0.000
Ket.
Valid
Valid
Valid
r
0.831
0.640
0.892
Signifikansi
0.000
0.000
0.000
Ket.
Valid
Valid
Valid
Perencanaan (X2)
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
0.451
0.705
0.731
0.587
0.650
0.006
0.000
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.490
0.684
0.606
0.775
0.748
0.003
0.000
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Penerapan (X3)
X3.1
X3.2
X3.3
0.733
0.809
0.719
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
0.817
0.761
0.845
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Pengukuran dan
Evaluasi (X4)
X4.1
X4.2
X4.3
0.759
0.636
0.913
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
0.887
0.569
0.842
0.000
0.001
0.000
Valid
Valid
Valid
X5.1
0.868
0.000
Valid
0.859
0.000
Valid
X5.2
0.832
0.000
Valid
0.901
0.000
Valid
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
0.701
0.437
0.547
0.688
0.854
0.865
0.683
0.683
0.575
0.595
0.000
0.008
0.001
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.526
0.917
0.442
0.443
0.776
0.488
0.628
0.561
0.427
0.808
0.001
0.000
0.007
0.007
0.000
0.003
0.000
0.001
0.009
0.000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sistem Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Y)
Teknik Sipil
r
0.861
0.395
0.930
Teknik Mesin
Teknik Sipil
Koefisien
Alpha Cronbach
0,602
0,627
0,613
0,621
0,612
0,614
Ket.
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Koefisien
Alpha Cronbach
0,623
0,657
0,658
0,622
0,638
0,758
Ket.
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Spectra
Sistem
Manajemen
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini dilaksanakan pada Mahasiswa, Instruktur/Teknisi, dan
Dosen di Bengkel Teknik Sipil dan Teknik Mesin Politeknik Negeri Kupang,
Provinsi NTT. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan SMK3 di Bengkel Sipil mencapai 61,10%, sedangkan
di Bengkel Mesin mencapai 49,50%.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan SMK3 adalah
Komitmen dan Kebijakan dengan tingkat pengaruh 2,23 (28,75%),
Perencanaan 2,56 (61,25%), Penerapan 2,48 (52,50%),
Pengukuran dan Evaluasi 2,28 (50%), serta Tinjauan Ulang dan
peningkatan oleh Manajemen 2,46 (51,25%) untuk Teknik Sipil;
sedangkan di Bengkel Mesin adalah Komitmen dan Kebijakan
dengan tingkat pengaruh 1,91 (25,88%), Perencanaan 2,62
(75,29%), Penerapan 2,52 (57,65%), Pengukuran dan Evaluasi
2,49 (57,65%), serta Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh
Manajemen 2,74 (74,12%).
Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai masukan bagi Politeknik Negeri Kupang khususnya
Direktur dan Pimpinan lainnya (Ketua Jurusan Teknik Sipil dan
11
Spectra
12
Nurul Imamah
Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya
ABSTRAKSI
Penyediaan lahan parkir untuk apartemen di Surabaya didasarkan pada
dua peraturan, yaitu: (1) Pedoman Perencanaan dan Bangunan Fisik
Bidang Tata Ruang Wilayah Kotamadya Surabaya tahun 1996 dan (2)
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Nomor 272/HK.105/DRJD/96
tentang Pedoman Teknik Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.
Berdasarkan hal tersebut, perlu kajian terhadap standarisasi kebutuhan
ruang parkir yang didasarkan atas 2 (dua) peraturan tersebut serta
pada variasi luas unit dan fasilitas pendukungnya. Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan survey di 4 (empat) apartemen di
Surabaya guna mendapatkan jumlah kendaraan parkir, luas lahan
parkir dan kapasitas lahan parkir.
Dari penelitian ini dihasilkan keperluan SRP didasarkan pada Pedoman
Perencanaan dan Bangunan Fisik Bidang Tata Ruang Wilayah
Kotamadya Surabaya dan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan
Nomor 272/HK.105/DRJD96 untuk luas lantai efektif bahwa lahan parkir
tersedia > nilai yang diperlukan atau lahan parkir memenuhi peryaratan,
atau lahan parkir > ketentuan SK Dirjen Perhub no. 272/HK.105/DRJD96.
Kata Kunci: Apartemen, SRP, Pedoman, Lahan Efektif.
PENDAHULUAN
Perkembangan Kota Surabaya dan terbatasnya lahan membawa
dampak terhadap kebutuhan sarana tempat tinggal. Salah satu solusi guna
memenuhi kebutuhan adalah pembangunan rumah tinggal yang dibangun
secara bersusun yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang, salah satunya
adalah apartemen. Konsekuensi logis terhadap pembangunan apartemen
adalah penyediaan sarana dan prasarana transportasi, termasuk
diantaranya adalah penyediaan fasilitas parkir.
Terdapat 2 (dua) peraturan tentang penyediaan lahan parkir untuk
apartemen di Surabaya. Pertama berdasarkan Pedoman Perencanaan dan
Bangunan Fisik Bidang Tata Ruang Kotamadya Surabaya Tahun 1996.
Pedoman ini mensyaratkan bahwa rasio kebutuhan ruang parkir untuk
setiap 5 (lima) unit apartemen harus menyediakan 1 (satu) unit tempat parkir
13
Spectra
2.
3.
SRP (m)
2.30 x 5.00
2.50 x 5.00
3.30 x 5.00
3.40 x 12.50
0.75 x 2.00
Bp
a1
SRP
Lp
a2
Keterangan :
B
= lebar kendaraan
L
= panjang kendaraan
O
= lebar bukaan pintu
a1/a2 = jarak bebas depan/belakang
R
Bp
Lp
Gambar 1.
Jarak Bebas Lateral dan Longitudinal Untuk Mobil Penumpang.
14
(1)
Kapasitas Dinamis
Kapasitas dinamis merupakan kemampuan suatu lahan parkir
menampung kendaraan yang mempunyai karakteristik parkir berbeda-beda.
Persamaan kapasitas dinamis menurut McShanne (1990) adalah:
=
Keterangan:
Ks
T
D
F
(2)
Volume Parkir
Volume parkir merupakan jumlah kendaraan pada suatu lahan parkir
(Hobbs, 1995). Persamaan yang digunakan untuk menghitung volume parkir
(V) adalah:
= +
Keterangan:
Ei
x
(3)
Durasi Parkir
Durasi parkir adalah lamanya waktu yang dibutuhkan kendaraan mulai
dari masuk tempat parkir sampai meninggalkan tempat parkir. Persamaan
yang diberikan oleh Hobbs (1995) adalah sebagai berikut:
= +
Keterangan :
Tx
Ti
(4)
Turnover Parkir
15
Spectra
(5)
Akumulasi Parkir
Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan yang parkir pada suatu
lahan parkir pada waktu tertentu (Hobbs, 1995). Persamaannya adalah:
=
Keterangan:
AP
KM
KK
P
(6)
= Akumulasi parkir
= jumlah kendaraan masuk
= jumlah kendaraan keluar
= jumlah kendaraan yang masih ada di lahan parkir
Indeks Parkir
Indeks Parkir merupakan persentase dari akumulasi jumlah kendaraan
pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia
dikalikan 10% (Hobbs, 1995). Persamaannya adalah:
=
100%
(7)
(8)
METODE PENELITIAN
Metodologi pelaksanaan penelitian dilakukan di 4 (empat) apartemen
di Surabaya dengan mengamati kendaraan yang melakukan kegiatan parkir
(keluar dan masuk). Kegiatan tersebut dilakukan mulai pukul 05.00 WIB
sampai dengan pukul 23.00 WIB untuk setiap hari Senin (dianggap sebagai
hari efektif) dan hari Minggu (hari libur). Selain data keluar-masuk, variabel
lainnya meliputi luas lahan parkir dan jumlah unit kamar. Data ini kemudian
dievaluasi guna mendapatkan SRP yang diperlukan, kemudian dikaji
berdasarkan pedoman peraturan yang ada. Analisa data meliputi akumulasi
16
parkir, indeks parkir, serta kebutuhan SRP. Gambar di bawah ini adalah
diagram alir untuk menyelesaikan permasalahan.
Lingkup studi dan
Permasalahan
Tinjauan Pustaka
Identifikasi dan
Pengumpulan data
Data Sekunder :
- Jumlah Unit Kamar
- Jumlah petak Parkir
- Jumlah Lantai
Data Primer :
Kendaraan
Keluar - Masuk
Analisa data
Pembahasan berdasar
Peraturan Pemkot
Surabaya
Pembahasan berdasar
Peraturan DirjenHub
Standar Kebutuhan
Ruang Parkir
Untuk Apartemen
Kesimpulan dan
Saran
Gambar 2.
Diagram Alir Penelitian
17
Spectra
140
120
100
94
83
80
60
58
52
57
56
59
40
29
20
15
4
26
2
1
05.00
Pukul
06.00
Komulatif R4 4
Komulatif R2 15
17
13
10
2
05.00
06.00
10
29
3
07.00
08.00
13
52
6
4
08.00
09.00
26
58
56
58
35
32
20
17
7
5
09.00
10.00
17
57
8
6
10.00
11.00
20
56
9
7
11.00
12.00
17
59
104
98
108
106
105
98
110
95
115
93
76
Komulatif R4
66
52
51
29
Komulatif R2
37
10
11 12 13
8
9
10
12.00 13.00 14.00
13.00 14.00 15.00
35
32
29
56
58
51
14
11
15.00
16.00
37
66
15
12
16.00
17.00
52
83
16 17 18
13
14
15
17.00 18.00 19.00
18.00 19.00 20.00
76
98 108
94 104 106
16
20.00
21.00
98
105
17
21.00
22.00
95
110
18
22.00
23.00
93
115
Gambar 3.
Grafik Data Akumulasi Parkir Apartemen Metropolis pada Hari Senin
120
100
94
83
80
60
52
58
57
56
59
40
20
23
15
3
0
1
105
101
110
100
109
94
79
58
Komulatif R4
55
51
Komulatif R2
38
35
30
22
2
1
05.00
Pukul
06.00
Komulatif R4 3
Komulatif R2 15
20
23
111
106
66
56
40
29
104
101
4
5
6
7
2
3
4
5
05.00 07.00 08.00 09.00
06.00 08.00 09.00 10.00
6
9
23 20
29 52 58 57
8
6
10.00
11.00
23
56
9
7
11.00
12.00
22
59
10
11 12 13
8
9
10
12.00 13.00 14.00
13.00 14.00 15.00
40 35 30
56 58 51
14
11
15.00
16.00
38
66
15
12
16.00
17.00
55
83
16 17 18
13 14 15
17.00 18.00 19.00
18.00 19.00 20.00
79 101 111
94 104 106
16
20.00
21.00
101
105
17
21.00
22.00
100
110
18
22.00
23.00
94
109
Gambar 4.
Grafik Data Akumulasi Parkir Apartemen Metropolis pada Hari Minggu
18
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
71
57
76
37
38
39
39
22
24
27
30
24
10
6
20
15
17
18
2
3
4
5
6
1
2
3
4
05.00 05.00 07.00 08.00
Pukul
06.00 06.00 08.00 09.00
Komulatif R4 4
10
20
30
Komulatif R2 2
6
15
17
30
31
36
80
47
49
90
92
54
56
62
50
43
78
38
7
8
9 10 11 12 13
5
6
7
8
9
10
09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
37
38
39
39
43
50
18
22
24
27
30
31
40
43
Komulatif R4
Komulatif R2
14 15 16 17 18
11
12
13
14
15
16
17
18
15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00
16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00
57
62
71
76
78
80
90
92
36
38
40
43
47
49
54
56
Gambar 5
Grafik Data Akumulasi Parkir Apartemen Cosmopolis pada Hari Senin
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
75
60
37
26
42
45
51
62
79
84
88
67
53
Komulatif R4
Komulatif R2
30
18
30
5
1
10
4
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
05.00 05.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
Pukul
06.00 06.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00
Komulatif R4 3
5
10
18
26
30
37
42
45
51
Komulatif R2 0
1
4
5
7
7
5
4
4
6
10
2
11
14 15 16 17 18
11
12
13
14
15
16
17
18
15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00
16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 22.00 23.00
53
60
62
67
75
79
84
88
2
6
7
2
3
2
10
11
Gambar 6
Grafik Data Akumulasi Parkir Apartemen Cosmopolis pada Hari Minggu
111
x 100 % 25,63%
433
19
Spectra
Tabel 2.
Indeks Parkir Maksimum di Apartement Metropholis dan Cosmopolis
1
2
R2 hari Efektif
R2 Hari Libur
Akumulasi
Maksimum
(Kendaraan)
A
B
115
56
109
11
3
4
R4 Hari Efekfit
R4 Hari Libur
108
111
No
Kendaraan Parkir
92
88
Kapasitas Statis
(SRP)
A
B
182
45
182
45
433
433
133
133
IP Maksimum
(%)
A
B
63,18
100
59,89
24,44
25,00
25.63
69,17
66,16
No
Kendaraan
Parkir
1
2
3
4
R2 Hari Efektif
R2 Hari Libur
R4 Hari Efektif
R4 Hari Libur
Akumulasi
Maksimum
Kendaraan
A
B
115
56
109
11
108
92
111
88
Jumlah Total
kendaraan
A
271
218
415
390
B
82
218
166
171
F1 (%)
A
42,43
50
26,02
28,46
B
68,29
5,04
55,42
51,46
KRP
(SRP)
A
6.099
6.813
3.513
3.949
B
3.824
5.544
5.098
4.528
20
b. Apartemen Cosmopolis:
KRP
7224 .04 m
2
1,232 m / SRP
2
8184 .9 m
136 .415 SRP
2
60 m / SRP
b. Apartemen Cosmopolis
KRP
2
7224 ,04 m
120 , 400 SRP
2
60 m / SRP
2
7676 m
127 ,93 SRP
2
60 m / SRP
d. Educity Resident
2
46.273 m
KRP
771SRP
2
60 m / SRP
a. Apartemen Cosmopolis.
KRP
7224 ,04 m
2
42 SRP
21
Spectra
b. Apartemen Metropolis.
8184 .9 m
KRP
2
52 SRP
KRP
2
34 SRP
d. Educity Resident
46.273 m
KRP
2
72 SRP
3.213Unit / 5SRP
Dari data jumlah unit kamar dapat disimpulkan bahwa luas lantai
efektif yang disiapkan untuk keperluan parkir lebih besar daripada
yang dibutuhkan.
Kebutuhan SRP Berdasarkan Fasilitas Pendukung
Kebutuhan SRP berdasarkan fasilitas pendukungnya dengan
ketentuan standar kebutuhan parkir gedung kantor, yaitu 1 : 100, adalah
seperti ditunjukkan dalam Tabel berikut ini.
Tabel 4.
Kebutuhan SRP untuk Keperluan Fasilitas Pendukung
No
1
2
3
4
Apartemen
Cosmopolis
Metropolis
Guna Wangsa
Educity Resident
Luas Fasilitas
Pendukung (m)
1.219,76
610,00
610,00
897,00
SRP
12
6
6
9
KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Apabila didasarkan pada Peraturan Daerah Pemerintah Kota
Surabaya, dimana setiap SRP adalah seluas 60 m2 untuk luas
lantai efektif, maka keperluan SRP di 4 (empat) apartemen di
Surabaya telah memenuhi syarat, dimana ketersediaan lahan parkir
melebihi keperluan.
2. Apabila didasarkan pada Keputusan Direktorat Jenderal
Perhubungan Nomor 272/HK.105/DRJD/96 dan syarat-syarat
zoning dalam Pedoman Perencanaan dan Bangunan Fisik Bidang
Tata Ruang Kotamadya Surabaya Tahun 1996, dimana ratio
kebutuhan parkir adalah setiap 5 (lima) unit hunian apartemen
diharuskan menyediakan 1 (satu) unit tempat parkir mobil, maka
22
No
Apartemen
1
2
3
4
Metropolis
Cosmopolis
Guna Wangsa
Educity Resident
Perda Pemkot
Surabaya bahwa
setiap SRP/60 m
untuk luas lantai
efektif
Keperluan
Tersedia
137
712
120
628
129
667
771
4024
Pedoman
Perencanaan dan
Bangunan Fisik
Bidang Tata Ruang
Kotamadya
Surabaya
52
42
34
72
Keputusan
Direktorat Jenderal
Perhubungan
Nomor
272/HK.105/DRJD/96
52
42
34
72
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1998. Pedoman Perencanaan dan
Pengoperasian Fasilitas Parkir. Jakarta: Direktorat Bina Sistem Lalulintas dan
Angkutan Kota.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 1996. Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Fasilitas Parkir. Jakarta.
Hobbs, FD. 2004. Perencanaan Teknik Lalu Lintas. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Mc. Shane, W.R and Roess, R.P. 1990. Traffic Engineering. New Jersey: Prentice
Hall.
Pemerintah Kota Surabaya. 1996. Pedoman Perencanaan dan Bangunan Fisik
Bidang Tata Ruang Wilayah Kotamadya Surabaya Tahun 1996. Surabaya.
23
Spectra
ABSTRAKSI
Keterlambatan proyek adalah penyelesaian pekerjaan atau proyek yang
tidak sesuai dengan waktu yang direncanakan akibat kendala di luar
perhitungan Perencana. Penelitian ini dilakukan untuk: (1) mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek dermaga di
Provinsi Maluku Utara; dan (2) mengetahui indikator apa yang
mempengaruhi keterlambatan proyek.
Hasil analisa menunjukkan bahwa nilai rata-rata perencanaan dan
penjadwalan pekerjaan adalah 1.9; lingkup dan dokumen pekerjaan
2.0; perencanaan organisasi, koordinasi dan komunikasi 2.4; kesiapan
atau penyiapan sumberdaya 2.3; sistem inpeksi, kontrol dan evaluasi
pekerjaan 2.2; serta force majeure 1.6.
Indikator yang terkuat membentuk keterlambatan proyek adalah
ketidak-sesuaian dengan rencana penyelesaian proyek sebesar 3.3
dan tahapan penyelesaian pekerjaan tidak berjalan sesuai dengan
rencana sebesar 2,1. Sedangkan pengaruh faktor variabel independen
dengan tingkat signifikasi sebesar 0.00 < 0.05 adalah perencanaan dan
penjadwalan pekerjaan sebesar 56.1%, kesiapan atau penyiapan
sumberdaya 75.4%, dan force majeure sebesar 75.4%.
Kata Kunci: Force Majeur, Kesiapan Sumberdaya, Keterlambatan
Proyek, Perencanaan dan Penjadwalan Pekerjaan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi biasanya terjadi
kendala yang di luar perhitungan Perencana. Kendala tersebut menjadi
penyebab terlambatnya penyelesaian proyek, sehingga proyek tersebut
tidak berlangsung sesuai dengan rencana, bahkan bisa dikatakan hampir
sebagian besar proyek mengalami keterlambatan.
Maluku Utara merupakan daerah kepulauan yang terletak di Indonesia
bagian Timur yang hampir sebagian besar daerahnya adalah daerah
perairan laut. Sistem transportasi dari kota ke kota dan dari kabupaten ke
kabupaten sebagian besar menggunakan sistem transportasi laut. Untuk
24
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Dasar Keterlambatan
Pengertian keterlambatan menurut Ervianto (2005) adalah waktu
pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan,
sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan yang mengikutinya
menjadi tertunda atau tidak diselesaikan tepat waktu.
Pengkajian Jenis Penyebab Keterlambatan
Dalam aspek manajemen konstruksi, menurut Proboyo dalam Bakran
(2012), jenis keterlambatan proyek diklasifikasi dalam 6 (enam) aspek kajian
yaitu:
1. Aspek perencanaan dan penjadwalan pekerjaan
2. Aspek lingkungan dan dokumen pekerjaan
3. Aspek sistem organisasi, koordinasi dan komunikasi
4. Aspek kesiapan/penyiapan sumber daya
5. Aspek sistem inspeksi, kontrol dan evaluasi pekerjaan
6. Aspek force majeure
25
Spectra
METODE PENELITIAN
Metode Analisis
Metode analisis menggunakan analisis berganda dengan
mengumpulkan informasi yang berupa data primer dengan menggunakan
kuesioner (angket) dan interview (wawancara).
Alur Penelitian
Gambar 1.
Bagan Alir Penelitian
26
Gambaran Responden
Jabatan
34%
33%
33%
Pemilik PPK
Pelaksana Kontraktor
Pengawas
Gambar 2.
Responden Berdasarkan Jabatan
Berdasarkan Instansi
12%
Dinas Perhubungan
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
Kontraktor
Konsultan
33%
21%
34%
Gambar 3.
Responden Berdasarkan Instansi
Jenis Dermaga
9%
9%
55%
27%
Dermaga Ferry
Dermaga Rakyat
Dermaga speed
Dermaga Kontener
Gambar 4.
Responden Berdasarkan Pelabuhan
Pernyataan
3,7 4,0
2,8 3,6
1,9 2,7
1,0 1,8
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup Tinggi
Rendah
27
Spectra
1
F
3
10
12
11
28
%
9.1
30.3
36.4
33.3
84.8
2
F
%
12 36.4
19 57.6
15 45.5
14 42.4
5
15.2
Rata-rata
3
F
12
4
6
6
0
%
36.4
12.1
18.2
18.2
0.0
4
F
6
0
0
2
0
%
18.2
0.0
0.0
6.1
0.0
Ratarata
2.6
1.8
1.8
2.0
1.2
1.9
F
10
5
12
3
15
2
13
25
1
%
30.3
15.2
36.4
9.1
45.5
6.1
39.4
75.8
F
14
24
21
14
10
9
17
8
2
3
%
F
%
42.4
8
24.2
72.7
4
12.1
63.6
0
0.0
42.4 15 45.5
30.3
7
21.2
27.3
6
18.2
51.5
1
3.0
24.2
0
0.0
Rata-rata
F
1
0
0
1
1
16
2
0
4
%
3.0
0.0
0.0
3.0
3.0
48.5
6.1
0.0
Ratarata
2.0
2.0
1.6
2.4
1.8
3.1
1.8
1.2
2.0
28
1
F
1
12
1
14
15
2
2
2
3
%
3.0
36.4
3.0
42.4
45.5
6.1
6.1
6.1
9.1
2
F
7
13
4
15
14
11
11
13
24
%
F
21.2 14
39.4
7
12.1 25
45.5
4
42.4
4
33.3 15
33.3 14
39.4 18
72.7
6
Rata-rata
3
%
42.4
21.2
75.8
12.1
12.1
45.5
42.4
54.5
18.2
4
F
11
1
3
0
0
5
6
0
0
%
33.3
3.0
9.1
0.0
0.0
15.2
18.2
0.0
0.0
Ratarata
3.1
1.9
2.9
1.7
1.7
2.7
2.7
2.5
2.1
2.4
1
F
2
4
3
3
2
6
14
23
%
6.1
12.1
9.1
9.1
6.1
18.2
42.4
69.7
F
16
14
8
12
9
20
16
10
%
F
48.5
9
42.4 11
24.2 15
36.4
8
27.3 14
60.6
6
48.5
3
30.3
0
Rata-rata
%
27.3
33.3
45.5
24.2
42.4
18.2
9.1
0.0
F
6
4
7
10
8
1
0
0
%
18.2
12.1
21.2
30.3
24.2
3.0
0.0
0.0
Ratarata
2.6
2.5
2.8
2.8
2.8
2.1
1.7
1.3
2.3
1
F
4
7
3
10
7
9
8
%
12.1
21.2
9.1
30.3
21.2
27.3
24.2
2
F
%
13 39.4
14 42.4
17 51.5
15 45.5
13 39.4
22 66.7
13 39.4
Rata-rata
3
F
13
10
11
6
12
2
10
%
39.4
30.3
33.3
18.2
36.4
6.1
30.3
4
F
3
2
2
2
1
0
2
%
9.1
6.1
6.1
6.1
3.0
0.0
6.1
Ratarata
2.5
2.2
2.4
2.0
2.2
1.8
2.2
2.2
29
Spectra
Force Majeure (X6)
Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Variabel Force Majeure
Item
X6.1
X6.2
X6.3
X6.4
X6.5
X6.6
1
F
13
13
3
27
28
24
%
39.4
39.4
9.1
81.8
84.8
72.7
2
F
%
17 51.5
8
24.2
17 51.5
5
15.2
5
15.2
9
27.3
Rata-rata
3
F
3
8
10
1
0
0
%
9.1
24.2
30.3
3.0
0.0
0.0
4
F
0
4
3
0
0
0
%
0.0
12.1
9.1
0.0
0.0
0.0
Ratarata
1.7
2.1
2.4
1.2
1.2
1.3
1.6
1
F
1
11
%
3.0
33.3
F
6
10
3
%
18.2
30.3
F
8
11
%
24.2
33.3
4
F
18
1
%
54.5
3.0
Ratarata
3.3
2.1
30
Keputusan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
X1
X2
X3
X4
X5
X6
33
33
33
33
33
33
33
Kolmogorov-Smirnov Z
1.178
.728
1.225
.797
.589
.941
1.121
Signifikansi
.125
.665
.099
.549
.879
.339
.162
31
Spectra
Tabel 13.
Hasil Analisis Regresi
Variabel
Dependen
Keterlambatan
Proyek
Variabel Independen
thitung
Sig.
Konstanta
Perencanaan dan
penjadwalan pekerjaan
Lingkup dan dokumen
pekerjaan
Organisasi, koordinasi
dan komunikasi
Kesiapan atau
penyiapan sumberdaya
Sistem inspeksi, kontrol
dan evaluasi pekerjaan
0.041
Force majeure
0.561
2.134
0.042
Signifikan
-0.493
-1.428
0.165
Tidak Signifikan
-0.339
-1.078
0.291
Tidak Signifikan
0.754
2.991
0.006
Signifikan
0.183
0.681
0.502
Tidak Signifikan
0.754
2.318
0.029
Signifikan
R
R Square
F-hitung
Signifikansi
Keterangan
= 0.050
= 0.768
= 0.590
= 6.235
= 0.000
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kajian empiris ditemukan bukti bahwa perencanaan
dan penjadwalan pekerjaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keterlambatan proyek. Penetapan jadwal proyek pada umumnya ditentukan
oleh pemilik untuk kepentingan pemakaian sesegera mungkin yang
mendesak. Proyek selalu dibangun dalam tekanan waktu, walaupun ada
banyak ketidakpastian tentang kejadian-kejadian di masa yang akan datang
dengan kondisi yang selalu berubah.
Kesiapan atau penyiapan sumberdaya mempunyai pengaruh yang
signifikan pada keterlambatan proyek. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tidak
tersedianya alat atau peralatan kerja yang cukup memadai sesuai dengan
kebutuhan, sehingga mempengaruhi penyelesaian waktu pelaksanaan
pekerjaan proyek dan penyediaan tenaga kerja yang kurang memadai atau
kurang sesuai dengan aktivitas pekerjaan yang ada membuat pelaksanaan
pekerjaan proyek tidak maksimal, sehingga mengakibatkan pekerjaan
menjadi terlambat. Penyediaan sumberdaya yang tidak terencana dengan
baik dan bahkan tidak memadai sesuai dengan kebutuhan volume
pekerjaan dan durasi waktu yang tersedia akan menghambat laju pekerjaan
yang direncanakan.
Force majeure mempunyai pengaruh yang signifikan pada
keterlambatan proyek. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kondisi lokasi yang
tidak sesuai dengan dugaan akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan,
akses untuk menuju lokasi yang sulit dan desain yang ada tidak sesuai
32
33
Spectra
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiyar, Ariful. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung di Kota Lamongan. Jurnal
Rekayasa Sipil. Vol. 6, No. 1 2012. ISSN 1978-5658.
Bakran, Nanang. 2012. Evaluasi Faktor-faktor Keterlambatan Proyek Konstruksi
Bidang Bangunan Gedung dan Jasa Konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Berau. Tesis. Program Studi Teknik Sipil Universitas Brawijaya
Malang.
Ervianto, Wulfram I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Edisi Revisi. Yogyakarta:
Andi Offset.
Riduwan. 2010. Dasar-Dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: Prestasi
Pustakarya.
Waluyo, Rudi. 2009. Kajian Faktor Penyebab Keterlambatan Waktu Pelaksanaan
Proyek Konstruksi. Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil. Fakultas Teknik
Sipil Universitas Palangka Raya. No. 2 Juni 2009.
34
ABSTRAKSI
Semen merupakan bahan pengikat hidrolis yang mengeras jika
dicampur dengan air dalam jumlah tertentu; sedangkan kuat tekan yang
dihasilkan dipengaruhi oleh komposisi merek semen itu sendiri.
Antara merek semen satu dengan yang lain memiliki daya ikat masingmasing yang akan menghasilkan perbedaan kuat tekan mortar. Secara
rasional kualitas semen yang baik memiliki daya rekat dan kuat tekan
yang tinggi, sehingga perlu dibuktikan secara ilmiah.
Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh
perbedaan kekuatan antara semen yang satu dengan yang lain.
Berdasarkan hasil uji laboratorium tentang kuat tekan mortar secara
urut dapat diketahui perbedaan sebagai berikut: Campuran 1: Gresik
197,13 Puger 154,71; Campuran 2: Gresik 163,26 Puger 124,09;
Campuran 3: Gresik 98,36 Puger 85,8; Campuran 4: Gresik 89,52
Puger 68,81; dan mendapatkan selisih biaya sebesar Rp 2.330 atau
sebesar 6,4%.
Kata Kunci: Semen, Kuat Tekan, Biaya
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mortar adalah campuran yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan
pengikat (kapur, semen portland, tanah liat), dan air. Mortar berfungsi
sebagai pengikat bagian non struktural. Mortar digunakan untuk konstruksi
yang bersifat struktural, misalnya pada bangunan pondasi, dan digunakan
pada konstruksi yang bersifat non struktural, misalnya pada spesi untuk
pasangan batu bata. Komposisi mortar bisa berubah dan dapat divariasi
berdasarkan untuk apa mortar tersebut dipergunakan.
Mengingat pentingnya mortar sebagai bagian dari kontruksi yang
memikul beban, maka standar spesifikasi mortar mengacu pada kuat
tekannya, yaitu kemampuan mortar dalam menerima beban. Sama halnya
dengan beton, kekuatan tekan mortar dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain faktor air semen dan kepadatan, jenis semen, jumlah semen,
sifat agregat, dan jumlah umur mortar.
35
Spectra
Dalam penelitian ini, bahan dasar mortar yaitu semen dan pasir.
Semen yang digunakan mempunyai karateristik dan kuat tekan yang
berbeda, sehingga perlu diuji untuk mengetahui perbedaan dari kedua
semen. Semen yang digunakan dalam pembuatan benda uji kali ini adalah
semen berasal dari gunung kapur Puger (Jember) dan gunung kapur Gresik
(Gresik). Semen dari Jember ini masih baru berproduksi, maka penelitian ini
membandingkan semen produksi baru dari Jember dengan semen dari
Gresik yang sudah lama digunakan.
Mortar dalam campuran biasa menggunakan perbandingan 1:6
(semen:pasir). Namun, perbandingan yang diambil dalam penelitian ini
adalah variasi 1:6, 1:5, 1:4, dan 1:3 untuk mengetahui perbedaan kuat tekan
dan pengaruhnya terhadap biaya.
Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan
permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil uji karakteristik dari kedua merek semen yang
berbeda?
2. Bagaimana hasil kuat tekan mortar dari kedua semen pada proporsi
campuran dan fas yang sama?
Batasan Masalah
Demi mendapatkan hasil yang valid, penelitian ini dibatasi pada hal-hal
sebagai berikut:
1. Penelitian hanya membandingkan karateristik dan kuat tekan dari
dua semen yang berasal dari daerah Puger dan Gresik.
2. Benda uji yang dipakai hanya mortar.
3. Agregat halus (pasir) digunakan pasir dari Lumajang.
4. Proporsi campuran yang dipakai adalah 1:3, 1:4, 1:5, 1:6
(semen:pasir).
5. Pengujian kuat tekan mortar dilakukan pada hari ke-28.
6. Setiap proporsi campuran dilakukan benda uji sebanyak 25 buah.
7. Tidak meneliti unsur kimia dari semen.
Tujuan Penelitian
Adapun hasil yang akan didapat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui hasil uji karakteristik dari kedua merek semen yang
berbeda.
2. Mengetahui hasil kuat tekan mortar dari kedua semen pada
proporsi campuran dan fas yang sama.
36
Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui karateristik dan kuat tekan dari kedua merek
semen yang berasal dari Puger dan Gresik tersebut, maka dapat dijadikan
informasi kepada masyarakat agar lebih biasa menggunakan semen
sebagai bahan konstruksi yang sesuai dengan kemampuan semen.
TINJAUAN PUSTAKA
Mortar
Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran
material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (kapur, tanah
liat, semen portland), dan air dengan komposisi tertentu.
Adapun macam mortar adalah:
1. Mortar lumpur (mud mortar), yaitu mortar dengan perekat tanah.
2. Mortar kapur, yaitu mortar dengan bahan perekat kapur.
3. Mortar semen, yaitu mortar dengan bahan perekat semen.
Kuat Tekan Mortar
Kuat Tekan Mortar untuk mengetahui perbandingan kuat tekan mortar
dengan varian berbeda, perhitungan kuat tekan mortar menggunakan
rumus:
Fm = P / A .........................................................................................
Dimana:
Fm
P
A
(1.1)
37
Spectra
Tabel 1.
Analisa Ayakan
Lubang ayakan
inci (mm)
2 (50)
1 1/2 (37,5)
1 (25,0)
(19,0)
(12,5)
3/8 (9,5)
No.4 (4,75)
No.8 (2,36)
No.16 (1,18)
No.30 (0,6)
No.50 (0,3)
No.100 (0,15)
Agregat
halus
100
95-100
80-100
50-85
25-60
10-30
2-10
(1.2)
Sedangkan kadar air dalam pasir dapat diukur dengan cara sebagai berikut:
Kadar air = ((berat semula berat kering)/berat kering) x 100 ........
(1.3)
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboraturium Teknologi Beton Fakultas
Teknik Sipil Universitas17 Agustus 1945 Banyuwangi.
Penelitian ini dilakukan mulai September - Nopember 2013 mulai dari
persiapan bahan sampai penelitian selesai.
38
Jenis Pengujian
Berat Jenis Semen Puger
Berat Jenis Semen Gresik
Rata-rata
2,90
3,26
Jenis Pengujian
Berat Volume Semen Puger
Berat Volume Semen Gresik
Dengan
Rojokan
1,192
1,201
Tanpa
Rojokan
1,208
1,215
Rata-rata
(gr/cm3)
1,200
1,208
39
Spectra
Kehalusan Semen
Tabel 4.
Analisis Pengujian Kehalusan Semen
No.
1
2
Jenis Pengujian
Kehalusan Semen Puger
Kehalusan Semen Gresik
Rata-rata (%)
0,114
0,081
Agregat Halus
Pengujian agregat halus dilakukan untuk mendapatkan data yang
nantinya dipakai. Berikut ini adalah hasil pengujian hasil pengujian agregat
halus secara menyeluruh.
Tabel 5.
Analisis Pengujian Agregat Halus
No.
1
2
3
4
5
6
Jenis Pengujian
Modulus Kehalusan
Berat Jenis
Berat Volume
Kelembaban
Air Resapan
Kadar Lumpur
Rata-rata
313,23
2,825
1,243 gr/cm
5,58%
10,86%
4,53%
40
Proporsi
Campuran
1;3
1;4
Puger
1;5
1;6
1;3
1;4
Gresik
1;5
1;6
( Jumlah Benda Uji )
14
21
28
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Total
Benda uji
30
30
30
30
30
30
30
30
240
keterangan
Mortar Normal
Mortar Normal
Mortar Normal
Mortar Normal
Mortar Normal
Mortar Normal
Mortar Normal
Mortar Normal
Buah
5000
2500
= 2 Mpa
UMUR 14
UMUR 21
UMUR 28
1:3
113,2
136,67
154,71
1:4
94,89
116,52
124,09
1:5
78,52
83,56
85,8
1:6
56,05
68,06
68,81
41
Spectra
KUAT TEKAN
154,71
136,67
113,2
150
100
124,09
116,52
94,89
85,8
78,5283,56
50
0
68,0668,81
56,05
14 hari
21 hari
1 : 3.
28 hari
1 : 4.
1 : 5.
1 : 6.
PROPORSI CAMPURAN
Gambar 2
Grafik Rata-rata Kuat Tekan Mortar Semen Puger
Tabel 9
Hasil Rata-rata Kuat Tekan Mortar Semen Gresik
CAMPURAN
14 hari
21 hari
28 hari
1:3
1:4
124,64
158,2
197,13
101,56
135,88
163,26
1:5
86,42
90,87
98,36
1:6
53,12
70,9
89,52
197,13
KUAT TEKAN
158,2
150
124,64
163,26
135,88
101,56
100
98,36
90,87
86,42
50
89,52
70,9
53,12
21 hari
28 hari
1 : 3.
1 : 4.
1 : 5.
1 : 6.
PROPORSI CAMPURAN
Gambar 3.
Grafik Rata-rata Kuat Tekan Mortar Semen Gresik
42
14 hari
Gresik
Puger
1:3
197,13
154,71
1:4
163,26
124,09
1:5
98,36
85,8
1:6
89,52
68,81
Harga (Rp)
1.200,00
118.000,00
350,00
Jumlah (I)
40.000,00
55.000,00
60.000,00
70.000,00
Jumlah (II)
Jumlah
Rp
9.331,20
Rp
2.714,00
Rp
420,00
Rp
12.465,20
Rp
12.000,00
Rp
8.250,00
Rp
900,00
Rp
700,00
Rp
21.850,00
Rp
34.315,20
Rp
34.310,00
Harga (Rp)
1.200,00
118.000,00
350,00
Jumlah (I)
40.000,00
55.000,00
60.000,00
70.000,00
Jumlah (II)
Jumlah
Rp
7.488,00
Rp
2.832,00
Rp
490,00
Rp
10.810,00
Rp
12.000,00
Rp
8.250,00
Rp
900,00
Rp
700,00
Rp
21.850,00
Rp
32.660,00
Rp
32.660,00
43
Spectra
Memasang 1 m2 Mortar 1 pc : 5 ps
Bahan
Jumlah
Sat
Nama
5,184
kg
Semen
0,026
m3
Pasir pasang
1,600
ltr
Air
Tenaga
0,300
OH
Pekerja
0,150
OH
Tukang batu
0,015
OH
Kepala tukang
0,010
OH
Mandor
Harga satuan pekerjaan
Harga setelah dibulatkan
Memasang 1 m2 Mortar 1 pc : 6 ps
Bahan
Jumlah
Sat
Nama
4,416
kg
Semen
0,027
m3
Pasir pasang
1,800
ltr
Air
Tenaga
0,300
OH
Pekerja
0,150
OH
Tukang batu
0,015
OH
Kepala tukang
0,015
OH
Mandor
Harga (Rp)
1.200,00
118.000,00
350,00
Jumlah (I)
40.000,00
55.000,00
60.000,00
70.000,00
Jumlah (II)
Jumlah
Rp
6.220,80
Rp
3.068,00
Rp
560,00
Rp
10.221,92
Rp
12.000,00
Rp
8.250,00
Rp
900,00
Rp
700,00
Rp
21.850,00
Rp
32.071,92
Rp
32.070,00
Harga (Rp)
1.200,00
118.000,00
350,00
Jumlah (I)
40.000,00
55.000,00
60.000,00
70.000,00
Jumlah (II)
Jumlah
Rp
5.299,20
Rp
3.186,00
Rp
630,00
Rp
9.280,08
Rp
12.000,00
Rp
8.250,00
Rp
900,00
Rp
1.050,00
Rp
22.200,00
Rp
31.480,08
Rp
31.480,00
Tabel 12
Hasil Perhitungan Biaya Mortar Semen Gresik
.Memasang 1 m2 Mortar 1 pc : 3 ps
Bahan
Jumlah
Sat
Nama
7,776
kg
Semen
0,023
m3
Pasir
1,200
ltr
Air
Tenaga
0,300
OH
Pekerja
0,150
OH
Tukang batu
0,015
OH
Kepala tukang
0,010
OH
Mandor
Harga satuan pekerjaan
Harga setelah dibulatkan
44
Harga (Rp)
1.500,00
118.000,00
350,00
Jumlah (I)
40.000,00
55.000,00
60.000,00
70.000,00
Jumlah (II)
Jumlah
Rp 11.664,00
Rp
2.714,00
Rp
420,00
Rp 14.798,00
Rp 12.000,00
Rp
8.250,00
Rp
900,00
Rp
700,00
Rp 21.850,00
Rp 36.648,00
Rp 36.640,00
Memasang 1 m2 Mortar 1 pc : 4 ps
Bahan
Jumlah
Sat
Nama
6,240
kg
Semen
0,024
m3
Pasir pasang
1,400
ltr
Air
Tenaga
0,300
OH
Pekerja
0,150
OH
Tukang batu
0,015
OH
Kepala tukang
0,010
OH
Mandor
Harga satuan pekerjaan
Harga setelah dibulatkan
Memasang 1 m2 Mortar 1 pc : 5 ps
Bahan
Jumlah
Sat
Nama
5,184
kg
Semen
0,026
m3
Pasir pasang
1,600
ltr
Air
Tenaga
0,300
OH
Pekerja
0,150
OH
Tukang batu
0,015
OH
Kepala tukang
0,010
OH
Mandor
Harga satuan pekerjaan
Harga setelah dibulatkan
Memasang 1 m2 Mortar 1 pc : 6 ps
Bahan
Jumlah
Sat
Nama
4,416
kg
Semen
0,027
m3
Pasir pasang
1,800
ltr
Air
Tenaga
0,300
OH
Pekerja
0,150
OH
Tukang batu
0,015
OH
Kepala tukang
0,015
OH
Mandor
Harga satuan pekerjaan
Harga setelah dibulatkan
Harga (Rp)
1.500,00
118.000,00
350,00
Jumlah (I)
40.000,00
55.000,00
60.000,00
70.000,00
Jumlah (II)
Jumlah
Rp
9.360,00
Rp
2.832,00
Rp
490,00
Rp 12.682,00
Rp 12.000,00
Rp
8.250,00
Rp
900,00
Rp
700,00
Rp 21.850,00
Rp 34.532,00
Rp 34.530,00
Harga (Rp)
1.500,00
118.000,00
350,00
Jumlah (I)
40.000,00
55.000,00
60.000,00
70.000,00
Jumlah (II)
Jumlah
Rp
7.776,00
Rp
3.068,00
Rp
560,00
Rp 11.404,00
Rp 12.000,00
Rp 8.250,00
Rp
900,00
Rp
700,00
Rp 21.850,00
Rp 33.254,00
Rp 33.250,00
Harga (Rp)
1.500,00
118.000,00
350,00
Jumlah (I)
40.000,00
55.000,00
60.000,00
70.000,00
Jumlah (II)
Jumlah
Rp
6.624,00
Rp
3.186,00
Rp
630,00
Rp 10.440,00
Rp 12.000,00
Rp
8.250,00
Rp
900,00
Rp
1.050,00
Rp 22.200,00
Rp 32.640,00
Rp 32.640,00
45
Spectra
HARGA MORTAR M2
Rp36.640,00
Rp34.530,00
Rp34.310,00
Rp32.660,00
Rp33.250,00
Rp32.070,00
Rp32.640,00
Rp31.480,00
puger
gresik
1 : 3.
1 : 4.
1 : 5.
1 : 6.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 20014. Teknologi Bahan Kontruksi. Diktat Penuntun Pratikum.
Laboratorium Material dan Struktur. Program Studi Teknik Sipil. Universitas
Andalas. Padang.
Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
SNI 03-6825-2002. Metode Pengujian Kuat Tekan Mortar Semen Portland untuk
Pekerjaan Sipil. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
SNI 03-6882-2002. Spesifikasi Mortar untuk Pekerjaan Pasangan. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
SNI 03-1974-1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit Nafiri.
47
Spectra
ABSTRAKSI
Syarat keberhasilan suatu proyek konstruksi adalah tercapainya
sasaran proyek, yaitu tepat biaya, tepat waktu, dan tepat kualitas;
sehingga seluruh rencana proyek baik pada tahapan prakonstruksi,
pelaksanaan konstruksi, dan pasca konstruksi dapat berjalan dengan
baik. Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen
proyek yang bertujuan agar pekerjaan dapat berjalan mencapai
sasaran tanpa banyak penyimpangan.
Penelitian ini akan melakukan analisis dan simulasi kinerja biaya,
waktu, dan penggunaan sumberdaya pada proyek yang sudah selesai
serta mengalami keterlambatan dengan menggunakan metode Earned
Value; sedangkan pengendalian kualitas menggunakan check-list tiga
sudut pandang. Kemudian dilakukan analisis pada proyek yang masih
dikerjakan dan menerapkan hasil simulasi sebelumnya untuk
mengoptimalkan kinerja biaya dan waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan pekerjaan pada
Gedung Pusat Pengendali Manajemen SMK Negeri 1 Kediri terdapat
selisih dari rencana anggaran dan jadwal yang tidak terlalu signifikan
serta pengendalian kualitas dari sudut pandang ketiga perspektif adalah
sangat baik. Pada proyek yang masih dalam proses pengerjaan, yaitu
Gedung Teori A, pekerjaan lebih cepat dari jadwal dengan biaya lebih
besar dibandingkan dengan rencana serta pada kinerja proyek terdapat
selisih dari rencana anggaran dan jadwal yang tidak terlalu signifikan.
Kata Kunci: Biaya, Waktu, Kualitas, Earned Value Method
PENDAHULUAN
Pada pelaksanaan proyek diharapkan dapat merencanakan jadwal
waktu yang efektif dan merencanaan biaya yang efisien tanpa mengurangi
kualitas. Ketiga hal tersebut bersifat tarik menarik, artinya jika ingin
meningkatkan kinerja proyek, maka pada umumnya harus diikuti dengan
menaikkan kualitas, yang selanjutnya berakibat pada naiknya biaya yang
melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, maka biasanya
harus berkompromi dengan kualitas dan jadwal. Dengan demikian, ukuran
48
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
studi kasus dan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara, obervasi, dan dokumentasi.
49
Spectra
50
Varians
Jadwal
Varians
Biaya
Positif
Positif
Nol
Positif
Positif
Nol
Nol
Nol
Nol
Negatif
Keterangan
Pekerjaan terlaksana lebih cepat dan pada jadwal
dengan biaya lebih kecil dari pada anggaran.
Pekerjaan terlaksana tepat sesuai jadwal dengan
biaya lebih rendah dari anggaran.
Pekerjaan selesai lebih cepat dari pada jadwal dan
terlaksana sesuai anggaran.
Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dan anggaran.
Pekerjaan terlaksana sesuai jadwal dengan menelan
biaya di atas anggaran.
Varians
Jadwal
Varians
Biaya
Negatif
Nol
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Keterangan
Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya sesuai
anggaran.
Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya lebih
tinggi daripada anggaran.
Pekerjaan selesai lebih cepat dari pada rencana
dengan menelan biaya di atas anggaran
Pekerjaan selesai terlambat dan menelan biaya lebih
rendah daripada anggaran.
Kurang Baik
Kategori
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
11
10.5
14.9
15
19
20
24
13
2
23
3.4
22.8
3.5
32.4
4.9
32.5
5
42
6.4
42
6.5
52
8
3.4
3.5
4.9
6.4
6.5
6.9
9.9
10
13
13
16
2
1
5
2
3.4
1.7
8.7
3.4
3.5
1.75
8.75
3.5
4.9
2.4
12.4
4.9
5
2.5
12.5
5
6.4
3.2
16
6.4
6.5
3.3
16
6.5
8
4
20
8
51
Spectra
Dimana:
BAC =
=
ETC =
=
CPI =
=
Spectra
Gambar 1.
Grafik CV dan SV Gedung Pusat Pengendali Manajemen
2
1,5
1
INDEX IDEAL
0,5
CPI
SPI
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Waktu (Minggu)
Gambar 2.
Grafik Kinerja Proyek Gedung Pusat Pengendali Manajemen
(3) Besar prestasi minggu ke-2 dan sebelumnya, nilai ACWP, BCWP,
ETC adalah sama dengan awal.
(4) Selisih kenaikan prestasi tiap minggu diasumsikan sebesar selisih
prestasi minggu ke-2 dengan minggu sebelumnya, yaitu sebesar
4.74%, hingga mencapai 100%.
(5) Untuk prestasi mingguan di bawah 50%, maka ETC = BAC
BCWP
(6) Untuk prestasi mingguan di atas 50%, maka ETC = (BAC
BCWP)/CPI
Berdasarkan hasil simulasi di atas, maka pelaksanaan proyek dapat
diselesaikan dalam 22 minggu, yaitu lebih cepat 4 minggu dari waktu yang
direncanakan, dengan biaya lebih rendah dari perencanaan, sebesar Rp
1.004.530,33. Sedangkan pada simulasi perkiraan waktu penyelesaian
proyek, untuk mendapatkan waktu penyelesaian yang tepat dengan durasi
yang ditetapkan, yaitu 156 hari, maka nilai SPI= 1,0011 (minggu ke-1),
SPI=1,0004 (minggu ke-10), dan SPI=1 (minggu ke-30). Sedangkan untuk
mendapatkan waktu yang kurang dari durasi yang direncanakan, maka nilai
SPI=1,1397 (137 hari), SPI=1,0281 (152 hari), SPI=1,0235 (152 hari), dan
SPI=1,0161 (154 hari).
Dengan nilai SPI=1,1397, waktu pelaksanaan dapat lebih cepat dari
jadwal dan jumlah biaya lebih kecil dari rencana. Untuk itu, nilai SPI=1,1397
ini akan digunakan untuk optimalisasi pada pelaksanaan pembangunan
gedung yang masih dalam proses pengerjaan.
Analisis Pengendalian Kualitas
Untuk menganalisis digunakan kuesioner yang terdiri atas 37 butir
pertanyaan disebarkan kepada 13 responden yang merupakan tiga
kelompok responden, yaitu tim pelaksana/konstruktor (5 orang), PIU/klien (3
orang), dan tim perencana pengawas/pihak ketiga (5 orang). Hasil
analisisnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.
Hasil Analisis Pengendalian Kualitas dengan Tiga Perspektif
Skor
TerendahTertinggi
Skor
MInimumMaksimum
Rerata
(Mean)
Standar
Deviasi
1. External Factors
6-24
18.00-24.00
20.4615
1.71345
2. Internal Factors
13-52
38.00-52.00
45.3077
4.64372
3. External View
2-8
7.00-8.00
7.6154
.50637
4. External Finishing
2-8
4.00-8.00
6.0769
1.49786
5. Internal Finishing
4-16
9.00-15.00
12.3077
2.17503
6. Lights
2-8
5.00-8.00
7.0000
1.00000
Variabel
Kategori
85.2564%
Sangat baik
87.1302%
Sangat baik
95.1923%
Sangat baik
75.9615%
Baik
76.9231%
Baik
87.5%
Sangat baik
55
Spectra
Skor
TerendahTertinggi
Skor
MInimumMaksimum
Rerata
(Mean)
Standar
Deviasi
7. Services
1-4
2.00-4.00
3.3846
.65044
5-20
12.00-20.00
17.0000
2.94392
9. Material Quality
2-8
5.00-8.00
6.6923
1.25064
Variabel
Kategori
84.6154%
Sangat baik
85%
Sangat baik
83.6538%
Sangat baik
Gambar 3.
Grafik CV dan SV Pembangunan Gedung Teori A Hingga Minggu Ke-10
1.
2.
= BCWP/ACWP
= BCWP/BCWS
Nilai Indeks
Index Ideal
CPI
SPI
9 10 11
Waktu (minggu)
Gambar 4.
Grafik Kinerja Proyek Gedung Teori A Hingga Minggu Ke-10
57
Spectra
Gambar 5.
Grafik CV dan SV Pembangunan Gedung Teori A Hingga Minggu Ke-16
4,00
3,00
2,00
Index Ideal
1,00
CPI
0,00
SPI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Waktu (minggu)
Gambar 6.
Grafik Kinerja Proyek Gedung Teori A Hingga Minggu Ke-16
Anggaran (Rp)
90000000
70000000
50000000
BCWP
30000000
ACWP
10000000
-1E+08
BCWS
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
Waktu (Mg)
Gambar 7.
Grafik Prediksi Kinerja Biaya dan Waktu Pembangunan
Gedung Teori A Hingga Akhir Proyek
59
Spectra
Gambar 8.
Diagram Jaringan Kerja dengan Metode CPM Pembangunan Gedung Teori A
Dari hasil diagram jaringan kerja di atas, maka lintasan kritis dapat
ditunjukkan oleh kegiatan dengan nilai slack sama dengan 0, ada
22 pekerjaan dari 88 total pekerjaan. Berdasarkan hitungan pada
60
61
Spectra
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Buku Panduan SMK SBI INVEST No. 14-PS-2010.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Chandra, HP, Susanto, A, & Ryanto, S. 2003. Pengendalian Pelaksanaan
Konstruksi Berdasarkan Konsep Nilai Hasil pada Pembangunan Pabrik X di
Gresik. Dimensi Teknik Sipil. Vol. 5. No. 2. September 2003:109-112. Diakses
pada tanggal 24 Juni 2012.
<http://puslit.petra.ac.id/files/published/journals/CIV/CIV030502/CIV030502/CI
V03040209.pdf>
Cristobal, JRS. 2009. Time, Cost, and Quality in a Road Building Project. Journal of
Construction Engineering and Management (ASCE). November 2009.
135:1271-1274.
Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek Konstruksi. Jilid 1. Yogyakarta: Kanisius.
El-Rayes, K, & Kandil, A. 2005. Time-Cost-Quality Trade-Off Analysis for Highway
Construction. Journal of Construction Engineering and Management (ASCE).
April 2005. 131:477-486.
Ervianto, WI. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Edisi Revisi. Yogyakarta: CV
ANDI.
Husen, A. 2009. Manajemen Proyek. Yogyakarta: CV ANDI.
Keppres No. 80 tahun 2003
Kerzner, H. 1995. Project Management: A System Approach to Planning,
Schedulling, and Controlling. Fifth Edition. New York: Van Nostrand Reinhold.
Kusumastuti. 2010. Perencanaan dan Pengendalian Proyek. Jurnal: TEKNIS. Vol.
5. No. 3. Desember 2010 : 132-136. Diakses pada tanggal 28 Mei 2012.
<http://www.polines.ac.id/ teknis/upload/jurnal/jurnal_teknis_1336632439.pdf>
Narbuko, C. & Achmadi, HA. 2010. Metodologi Penelitian. Cetakan ke-11. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Rad, H N and Khosrowshahi, F. 1998. Quality Measurement in Construction
Projects. Association of Researchers in Construction Management, Vol. 2,
389-97. 9-11 September 1998. Diakses pada tanggal 23 Mei 2014.
<http://www.arcom.ac.uk/-docs/proceedings/ar1998-389397_Rad_and_Khosrowshahi.pdf>
Rezain, A. 2011. Time-Cost-Quality-Risk of Construction and Development Projects
or Investment. Middle-East Journal of Scientific Research 10 (2):218-223.
62
63
Spectra
ABSTRAKSI
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan menunjukan bahwa
kondisi pascahuni sangat mempengaruhi tingkat kebutuhan masyarakat
terhadap perumahan, sedangkan hasil keluaran kondisi pascahuni
adalah tingkat kepuasan yang ditunjukan oleh adanya keluhan-keluhan
selama proses huni berlangsung. Bentuk keluhan-keluhan masyarakat
inilah yang akan dijadikan dasar dalam penelitian ini.
Data yang dibutuhkan mengenai kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat di daerah studi tersebut dilakukan pengumpulan sejumlah
informasi dengan penyebaran sejumlah kuisioner kepada para
penghuni Rumah Sangat Sederhana (RSS) di daerah studi. Data yang
diperoleh tersebut kemudian dibandingkan antara kondisi awal RSS
dengan kondisi saat sekarang, lalu dibandingkan dengan harapan
penghuni. Setelah proses perbandingan itu, maka dilakukan juga
proses perbandingan antara kondisi RSS dengan bentuk kebijaksanaan
yang ada. Dari masing-masing hal tersebut akan diketahui sejauhmana
tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan oleh pemerintah sebagai
penyelenggara dan pihak developer sebagai pelaksana mampu
merealisasikan bentuk perumahan yang sesuai dengan keinginan
masyarakat dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan.
Berdasarkan hasil identifikasi perbandingan di atas, maka terdapat 6
(enam) kondisi penting yang mempengaruhi kondisi ideal RSS, yaitu
fisik bangunan, sosial budaya, sosial ekonomi, fasilitas, utilitas dan
aksesbilitas.
Kata Kunci: Pascahuni, Penghuni, Harapan, RSS
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi RSS di wilayah perkotaan Malang dapat digambarkan bahwa
pembangunan perumahan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah
atau rumah sederhana sehat (RSS) tidak terlalu booming seperti produk
properti komersial lainnya. Kebutuhan terhadap RSS tetap tinggi, meski
daya belinya di kota Malang terbatas. Spesifikasi RSS sebenarnya sama
dengan rumah sederhana (RS) yang digunakan pada jaman pemerintahan
64
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Perumahan
Tata ruang perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana lingkungan, dimana penyediaannya ada yang
dilakukan oleh masyarakat sendiri maupun oleh pihak pengembang
(Kepmen Perumahan Rakyat, 1995). Dalam Kepmen tersebut juga
disebukan bahwa tujuan pembangunan perumahan dan permukiman adalah
agar setiap orang dapat menempati perumahan yang sehat untuk
mendukung kelangsungan dan peningkatan kesejahteraan sosialnya. Oleh
karena itu, sasaran pembangunan perumahan dan permukiman adalah
tertata dan tersedianya (mengatur, membangun, memugar, memperbaiki,
dan menempati) perumahan dan permukiman secara merata bagi seluruh
lapisan masyarakat, terutama bagi golongan masyarakat yang berpendapatan
rendah
Secara garis besar perumahan dapat dibagi dalam tiga kelompok
(Yudhohusodo, 1991), yaitu:
1. Perumahan yang direncanakan dengan baik dan dibangun dengan
baik dan teratur rapi serta memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas
yang cukup dan baik, yang disebut sebagai perumahan teratur.
2. Perumahan yang berkembang tanpa direncanakan terlebih dahulu.
Polanya tidak teratur dan prasarana, utilitas dan fasilitasnya tidak
mencukupi atau memenuhi syarat baik jumlah maupun kualitasnya,
yang disebut sebagai perumahan tidak teratur.
65
Spectra
66
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSS Citra Mas Raya Kecamatan Dau yang
tepatnya terletak di daerah perbatasan yang memisahkan antara Kota
Malang dengan Kota Batu, dimana sebagian masuk dalam wilayah
administrasi Kota Batu, serta memiliki 5 (lima) kelurahan, yaitu Kelurahan
Mulyoagung, Landungsari, Tegalweru, Karangwidora, dan Kalisongo.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data memperhatikan jenis data yang dikumpulkan dengan
berorientrasi pada tujuan yang hendak dicapai. Ketepatan dalam teknik
analisa sangat mempengaruhi ketepatan hasil penelitian. Teknik analisa ini
mendeskripsikan perbandingan antara kondisi RSS pertama kali ada dan
kondisi yang diinginkan oleh penghuni, didapatkan dari hasil sebaran
kuisioner dan wawancara. Hal ini akan menghasilkan kesesuaian bentuk
dan model RSS ideal serta perbandingan antara kesesuaian yang ada
dengan bentuk kebijaksanaan pemerintah mengenai RSS ideal yang telah
ada, sehingga akan dijadikan sebagai variabel yang menentukan kondisi
ideal sebuah RSS. Untuk lebih memudahkan dalam penyajian analisa ini,
maka digunakan sarana tabel untuk membandingkan kesesuaian antar
variabel.
Analisa kondisi RSS Citra Mas Raya terbagi menjadi 6 sasaran, yaitu
analisa kondisi fisik bangunan RSS, kondisi sosial budaya dan kondisi sosial
ekonomi penghuni RSS, kondisi fasilitas RSS, kondisi utilitas RSS, serta
kondisi aksesibilitas RSS
ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN
Kondisi Ideal yang Diinginkan Penghuni dan yang Terpenuhi
Hasil Analisa Kondisi Fisik Bangunan
Kondisi Atap
Kondisi atap yang diinginkan oleh penghuni adalah berbahan dasar
genteng karena dengan bahan dasar tanah liat, maka hawa dingin
dan panas akibat lokasi perumahan yang berada di dataran tinggi
dapat dikurangi. Kondisi ini sesuai dengan kondisi yang ditentukan
oleh pihak pemerintah dalam kebijakan yang menentukan kondisi
ideal RSS. Dengan demikian, maka kondisi atap genteng berbahan
dasar tanah liat dapat dipenuhi oleh pihak developer.
Kondidi Jendela
Kondisi jendela yang diinginkan oleh penghuni adalah penambahan
jumlah dan ukuran serta ornamen jendela karena dengan jumlah
serta ukuran ditambah, maka sirkulasi udara dalam rumah akan
semakin sehat, sedangkan mengenai ornamen jendela disesuaikan
67
Spectra
69
Spectra
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dapat ditarik kesimpulan sebagaimana
terlihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.
Kesimpulan Hasil Analisa
Kondisi RSS
Kondisi Fisik
Bangunan
Kondisi Sosial
Budaya
Penghuni
Kondisi Sosial
Ekonomi
Perbedaan jenis
matapencaharian dan tingkat
pendapatan tidak
mempengaruhi pola
permukiman, sehingga
kondisi sosial ekonomi tidak
mengalami banyak
perubahan.
Perbedaan jenis
matapencaharian dan
tingkat pendapatan tidak
mempengaruhi pola
permukiman, sehingga
kondisi sosial ekonomi tidak
mengalami banyak
perubahan.
Perbedaan jenis
matapencaharian dan tingkat
pendapatan tidak
mempengaruhi pola
permukiman, sehingga kondisi
sosial ekonomi tidak
mengalami banyak
perubahan.
70
Kondisi RSS
Kondisi
Fasilitas
Penambahan jumlah
fasilitas dirasakan pada
awal RSS ada sangat
kurang, terutama fasilitas
peribadatan, kesehatan,
perdagangan dan jasa dan
umum.
Kondisi Utilitas
Kondisi
Aksesibilitas
DAFTAR PUSTAKA
Budiharjo, E. 1987. Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Kota. Yogyakarta:
UGM Press.
Keputusan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 04/KPTS/BKP4N/1995.
Yudhohusodo, S. Dkk. 1991. Rumah untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: Yayasan
Padamu Negeri.
71
Spectra
Lalu Mulyadi
Program Studi Arsitektur FTSP Institut Teknologi Nasional Malang
ABSTRAKSI
Budaya masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah yang sangat
kaya melahirkan karakter visual yang unik dan khas, baik secara seni
maupun arsitektur lingkungan binaannya. Tulisan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi Genius Loci dari Suku Dayak Ngaju, baik dalam skala
mikro, messo, maupun makro yang menyebabkan pemukiman Dayak
Ngaju memiliki keunikan dalam citra visualnya. Metode yang digunakan
dalam kajian ini adalah deskriptif-kualitatif, dimana dilakukan teknik
penelusuran prosesi ritual Tiwah untuk mengetahui peran dan sarana
yang menjadi titik kulminasi ritual dan memiliki sifat simbolisasi
permanen setelah ritual Tiwah selesai dilaksanakan.
Kata Kunci: Genius Loci, Suku Dayak Ngaju, Citra Visual
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Budaya merupakan cara berkehidupan masyarakat di dalam
lingkungan alam dan lingkungan sosialnya yang merupakan hasil dari cipta,
rasa dan karsanya. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang didalamnya terkandung pengetahuan, religi, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
oleh seseorang sebagai anggota masyarakat (Tylor, 1974). Religi sebagai
bagian dari kebudayaan menunjukkan hubungan antara manusia dengan
kekuatan supranatural di luar kemampuannya yang kemudian terwujud
dalam gagasan, tindakan, dan artefak.
Lebih lanjut, Geertz (1973) mendefiniskan bahwa religi adalah suatu
sistem simbol yang dengan cara tersebut manusia berkomunikasi,
melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikap mereka
terhadap kehidupan. Simbol-simbol ini dapat ditemui dalam hampir setiap
perjalanan waktu kehidupan manusia, mulai dari kelahiran, kehidupan dan
kematian. Sistem simbol ini seringkali ditemui dalam artefak-artefak,
termasuk dalam dunia arsitektur. Pada arsitektur tradisional di Nusantara,
72
73
Spectra
74
Gambar 1.
Batang Garing (Pohon Kehidupan)
Sumber: http://rid755.wordpress.com/2011/07/05/hindu-kaharingan/
Gambar 2.
Bangunan Sandung
Sumber: http://kalteng.go.id/
75
Spectra
Gambar 3.
Ilustrasi Orientasi Bangunan Suku Dayak Ngaju
Sumber: Sketsa Pribadi, 2013
Gambar 4.
Ilustrasi Pembagian Ruang Luar Hunian Suku Dayak Ngaju
Sumber: Sketsa Pribadi, 2013
77
Spectra
PEMBAHASAN
Penelusuran Prosesi Upacara Tiwah
Upacara Tiwah atau dalam bahasa Sangiang disebut Magah
Salumpuk Liau Uluh Matei merupakan upacara sakral terbesar dalam tradisi
Suku Dayak Ngaju yang berfungsi untuk mengantarkan jiwa para kerabat
yang telah meninggal menuju ke Lewu Tatau (surga dalam agama
Kaharingan) di langit ke tujuh. Dasar pentingnya diadakan upacara ini
disebabkan terdapat anggapan dalam masyarakat Dayak Ngaju bahwa jika
belum diselenggarakan Upacara Tiwah untuk para kerabat yang telah
meninggal, maka jasad mereka tidak dapat memasuki Lewu Tatau. Para
arwah akan tetap berada di sekitar sanak keluarga yang masih hidup dan
bahkan dapat mengancam ketenangan. Secara psikologis, kepercayaan dan
anggapan ini akan sangat mengganggu pikiran bagi mereka yang belum
melakukan Upacara Tiwah.
Untuk mengetahui Genius Loci dari masyarakat Suku Dayak Ngaju di
Kalimantan Tengah dilakukan penelusuran prosesi Upacara Tiwah, dimana
akan dilihat urutan peran dan sarana yang dipakai dari mulai awal hingga
akhir upacara tersebut. Dari penelusuran ini akan didapatkan sarana apa
yang menjadi simbolisasi puncak kegiatan dan yang menjadi spirit of place
dari masyarakat Dayak Ngaju ini. Detail Upacara Tiwah beserta analisanya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Analisa Upacara Tiwah Suku Dayak Ngaju
Tata Letak Sarana
Analisa
Dalam pelaksanaan upacara ini kebanyakan menggunakan pekarangan di depan
Huma Betang ataupun Huma Gantung. Biasanya didirikan bangunan-bangunan
sementara selama dilaksanakan acara untuk kemudian bangunan tersebut
dibongkar kembali setelah acara selesai, kecuali Tiang Sapundu dan Sandung
yang bersifat permanen. Berdasarkan konsep tempat dalam masyarakat Dayak
Ngaju, arah Timur dipercaya memiliki kekuatan magis terbesar, sehingga
penempatan bangunan dan sarana upacara diletakkan disebelah timur dari
pekarangan Huma Betang.
78
Analisa
HARI PERSIAPAN
Huma Betang
Hari Pertama
Upacara Tiwah dimulai dengan membangun sebuah rumah kecil yang disebut
Balai Pangun Jandau, artinya balai tersebut dibangun hanya dalam satu hari.
Persyaratan wajib untuk membangun bangunan ini adalah seekor babi yang
harus dibunuh sendiri oleh Bakas Tiwah. Setelah itu Bakas Tiwah melakukan
Pasar Sababulu, yaitu menandai alat-alat ritual Tiwah nantinya dan serta
menyediakan Dawen Silar yang nantinya akan digunakan untuk Palas Bukit.
(Sarana B)
HARI KEDUA
Rakit Laluhan
Potong Pantan
79
Spectra
Analisa
HARI KETIGA
Sangkaraya Sandung
Rahung
HARI KEEMPAT
Tiang Sangkaraya
HARI KELIMA
HARI KEENAM
Tiang Sapundu
80
Analisa
HARI KETUJUH
Sandung
Sandung
Sandung
Spectra
Gambar 5.
Genius Loci Skala Mikro dan Bangunan Sandung Suku Dayak Ngaju
Sumber: Sketsa Pribadi dan Http://sejarahkalimantantengah.blogspot.com, 2013
Skala Messo
Pada skala messo (lingkungan di sekitar Sandung), Genius Loci
terbentuk oleh Upacara Tiwah itu sendiri. Upacara Tiwah dilakukan setelah
selesai panen padi di ladang, dimana masyarakat pada saat itu memiliki
persediaan pangan yang cukup. Mengingat upacara ini berlangsung lebih
dari 1 minggu, maka mereka tidak perlu merisaukan untuk meninggalkan
pekerjaan rutinnya. Ketika diputuskan Upacara Tiwah dilaksanakan pada
suatu kampung Dayak Ngaju, maka serentak masyarakat kampung tersebut
saling bahu membahu dalam menyiapkan upacara sampai dengan
pelaksanaan upacara selesai. Masyarakat kampung sepenuh hati
bergotong-royog melaksanakan upacara tersebut karena memiliki handep
hapakat (saling membantu untuk dibantu pula di suatu saat).
Orientasi aktivitas hunian (Betang) pada kampung tersebut akan
tertuju pada arena upacara tersebut yang terletak di halaman depan
kampung di tepian sungai. Dengan demikian, Upacara Tiwah mengikat
keterlibatan masyarakat kampung untuk menggunakan tempat (place) yang
sama dalam memaknainya sebagai tempat yang sakral (Dyson, 1981).
Gambar 6.
Genius Loci Skala Messo Suku Dayak Ngaju
Sumber: Sketsa Pribadi, 2013
82
Skala Makro
Pada skala makro (kawasan di sekitar Sandung), kampung suku
Dayak Ngaju yang mengadakan Upacara Tiwah adalah yang menjadi
Genius Loci-nya. Hal ini disebabkan Upacara Tiwah biasanya diadakan
bersama-sama oleh beberapa keluarga dari beberapa kampung dengan
pertimbangan penghematan biaya karena dalam mengadakan upacara ini
membutuhkan biaya yang cukup besar. Upacara Tiwah ini menjadi sarana
untuk mempererat hubungan persaudaraan sesama Suku Dayak Ngaju,
mengikat dan membentuk karakter Suku Dayak Ngaju yang menghormati
dan menghargai orang lain, hormat pada leluhur, dan menjunjung tinggi
kesakralan budayanya.
Karakter ini terwujud dalam prosesi Upacara Tiwah, dimana sanak
keluarga dari berbagai kampung yang ikutserta dalam kegiatan upacara ini
menggunakan Rakit Laluhan- nya masing-masing dari kampungnya menuju
ke lokasi Upacara Tiwah tersebut. Rakit Laluhan ini bukanlah sembarang
rakit, melainkan rakit yang dihiasi sedemikian rupa oleh berbagai simbolisasi
yang menunjukkan kesakralan dan merupakan bagian dari Upacara Tiwah
yang memiliki nilai kesakralan tertinggi dalam rangkaian upacara adat
kematian menurut kepercayaan agama Kaharingan.
Gambar 7.
Genius Loci Skala Makro dan Suasana Upacara Tiwah Suku Dayak Ngaju
Sumber: Sketsa Pribadi dan Http://www.gunungmaskab.go.id/berita/ribuan-masyarakat-antusiasmenyaksikan-upacara-tiwah.html, 2013
Spectra
Gambar 8.
Citra Visual Genius Loci Skala Makro Suku Dayak Ngaju
Sumber: http://www.gunungmaskab.go.id/, http://kalteng.go.id)
Skala Messo
Upacara Tiwah membentuk identitas dalam diri peserta yang ingin
diperlihatkan kepada orang lain yang bukan pesertanya, merepresentasikan
simbol-simbol yang menjadi karakter visual khas agama Kaharingan. Hal ini
tercermin dari penggunaan sarana dan peralatan yang biasa digunakan
dalam upacara-upacara keagamaan Kaharingan. Para pelaku upacara ini
menggunakan seragam khusus beraneka corak dan ragam membentuk rona
visual Dayak yang khas. Upacara Tiwah menggerakkan masyarakat Suku
Dayak Ngaju ke lokasi upacara untuk berekspresi menunjukkan eksistensi
ruang beserta kesakralannya, sehingga terbentuk karakter visual sesuai
makna tempatnya (Schulz, 1971). Kejelasan tempat Upacara Tiwah dapat
menampilkan keunikannya sebagai citra visual yang mudah ditangkap serta
menjadikannya simbol yang kuat dalam menampilkan kompleksitas budaya
masyarakat Dayak Ngaju. Dengan demikian, sebagai Genius Loci skala
messo, Upacara Tiwah memberikan karakter visual yang unik bagi
lingkungan sekitar lapangan tempat perhelatan upacara ini.
Gambar 9.
Citra Visual Genius Loci Skala Messo Suku Dayak Ngaju
Sumber: http://palangkarayaimpressions.blogspot.com/2009/09/mass-tiwah-in-palangkaraya.html
84
Skala Makro
Dalam skala makro, Genius Loci dalam hal ini Upacara Tiwah,
memberikan kejelasan struktur ruang budaya dan identitas kampung Suku
Dayak Ngaju dengan menghadirkan simbol-simbol sakral agama
Kaharingan. Struktur ruang budaya yang terbentuk akibat adanya Upacara
Tiwah ini adalah berupa lokasi upacara, tepian air (Rakit Laluhan), Huma
Betang, dan Sandung. Pembentukan citra visual ini merupakan jejak
peradaban secara turun-temurun Suku Dayak Ngaju yang berhasil
mempertahankan kekhasannya, seperti yang dinyatakan Schulz (1980): A
place is a space which has a distinct character.
Upacara Tiwah mengikat perkampungan di kawasan sekitar kampung
tempat upacara dilaksanakan untuk bertindak pula memunculkan kesakralan
Upacara Tiwah melalui penggunaan simbol-simbol Kaharingannya.
Penggunaan Rakit Laluhan untuk menuju kampung penyelenggara upacara
merupakan citra visual yang unik dan khas yang memberikan makna dan
pesan kesakralan Upacara Tiwah bagi masyarakat Suku Dayak Ngaju pada
khususnya dan orang lain sebagai pengamat pada umumnya.
Gambar 10.
Citra Visual Genius Loci Skala Makro Suku Dayak Ngaju
Sumber: http://www.gunungmaskab.go.id/berita/ribuan-masyarakat-antusias-menyaksikan-upacaratiwah.html
KESIMPULAN
Arsitektur merupakan perwujudan budaya, merupakan cerminan
kompleksitas cipta, rasa, dan karsa dari masyarakat didalamnya. Citra visual
dan maknanya lahir dari manifestasi proses sosial masyarakatnya yang
membentuk massa dan ruang berdasarkan organisasi sosial budayanya.
Karakter visual kawasan permukiman Suku Dayak Ngaju merupakan hasil
dari manifestasi konsep Kehidupan Setelah Kematian Agama Kaharingan
melalui Upacara Tiwah sebagai medianya. Simbolisasi akhir yang
menunjukkan telah dilaksanakannya Upacara Tiwah adalah berwujud
Sandung, dimana Sandung ini akhirnya menjadi Genius Loci Suku Dayak
Ngaju disebabkan tanpa simbol ini, maka masyarakat Dayak Ngaju
dianggap belum menunaikan tugas dan kewajibannya menurut agama
Kaharingan yaitu mengantarkan arwah leluhurnya kembali ke Lewu Tatau.
85
Spectra
DAFTAR PUSTAKA
Coomans, Mikhail. 1987. Manusia Dayak: Dahulu, Sekarang, Masa Depan. Jakarta:
PT Gramedia.
Crowe, Norman. 1997. Nature and The Idea of A Man Made World; An Investigation
into the Evolutionary Roots of Form and Order in the Built Environments.
Cambridge: The MIT Press.
Dyson, L dan Asharini. 1981. Tiwah: Upacara Kematian pada Masyarakat Dayak
Ngaju di Kalimantan Tengah. Jakarta: Proyek Media Kebudayaan Depdikbud.
Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York.
Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
Norberg-Schulz, Christian. 1971. Existance, Space, and Architecture. New York:
Praeger Publisher.
_____________. 1980. Genius Loci: Towards a Phenomenology in Architecture.
New York: Rizolli.
Schiller, Anne Louise. 1987. Dynamics of Death: Ritual, Identity, and Religious
Change among the Kalimantan Ngaju. Faculty of the Graduate School of
Cornell University.
Syahrozi, 2004. Bentuk Awal Huma Gantung Buntoi. Semarang: Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Tjilik Riwut, 1979. Maneser Panatau Tatu Hiang. Yogyakarta: Pusaka Lima.
Tylor, E.B. 1974. Primitive Culture: Researches into The Development of Mythology,
Philosophy, Religion, Art, and Custom. New York: Gordon Press.
Watterson, Roxana. 1990. The Living House. New York: Oxford University Press.
86
ISSN 1693-0134