Anda di halaman 1dari 28

KEAMANAN & KESELAMATAN

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman
bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak
diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman
dan tentram.
Tugas seorang perawat :
1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit
2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS
3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang mempengaruhi

hidup dan keadaan klien


1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan & Keamanan
1) Usia
2) Tingkat kesadaran
3) Emosi
4) Status mobilisasi
5) Gangguan persepsi sensori
6) Informasi / komunikasi
7) Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
8) Keadaan imunitas
9) Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih
10) Statrus nutrisi

11) Tingkat pengetahuan


2. Macam-macam Bahaya / Kecelakaan
a) Di Rumah
Tersedak
Jatuh
Tertekan alat-alat rumah tangga
Tersiram air panas
Jatuh dari jendela / tangga
Terpotong
Luka tusuk / gores
Luka bakar
Tenggelam
Terkena pecahan kaca
Terkunci dalam kamar
Jatuh dari sepeda
Keracunan
b) Di Rumah Sakit
Mikroorganisme
Cahaya
Kebisingan

Temperatur
Kelembapan
Cedera / jatuh
Kesalahan prosedur
Peralatan medik
Radiasi
Keracunan inhalasi
Elektrik syok
Asfiksia dan kebakaran
3. Pencegahan Kecelakaan di Rumah Sakit
a) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.
b) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur
c) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik,
menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.
d) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda
e) Menghindari kecelakaan :
o Mengunci roda kereta dorong saat berhenti
o Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang
gelisah
o Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau
o Meja yang mudah dijangkau

o Kereta dorong ada penghalangnya


f) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction,
kipas angin, dan lain-lain.
g) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak
seperti tabung oksigen dan termos.
h) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar
i) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan
klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi
j) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat
k) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan
l) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi
m) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu
menggunakannya.
n) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.

Kecelakaan Pada Anak, Resiko Dan Pencegahan


Defenisi Kecelakaan
Pengertian kecelakaan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), adalah kejadian
(peristiwa) yang menyebabkan orang celaka. Lembaga Pusat untuk Pengendalian Penyakit
memperkirakan bahwa setiap tahun, lebih dari 30.000 anak menderita cacat yang menetap
dari kecelakaan. Cacat ini memiliki dampak buruk yang luar biasa pada perkembangan anak
serta produktivitasnya di masa depannya, juga pada keuangan, dan emosi keluarga. Cedera
yang tidak disengaja sering disebut sebagai kecelakaan karena mereka terjadi tanpa
diharapkan dan sepertinya tidak terkendalikan.
Faktor Penyebab Kecelakaan
Faktor Internal
a. Usia dan tingkat perkembangan anak
Seiring dengan pertumbuhan anak banyak keahlian-keahlian baru yang dimilikinya,
kemampuan untuk meraih dan memegang sesuatu, kemampuan berguling dan merangkak

menuju ke perabot rumah, berjalan, dll. Bayi berkembang pada kurun yang berbeda, mungkin
ia belajar berguling pada usia tiga tahun atau paling lambat enam bulan. Dengan demikian,
setiap tahap perkembangan bayi satu dengan yang lain berbeda. Oleh sebab itu, cedera yang
sering kali terjadi berhubungan dengan usia dan jenis perkembangannya.
b. Jenis kelamin
Kematian lebih banyak terjadi pada masa-masa awal kehidupan dan lebih banyak pada anak
laki-laki di semua umur, yaitu 1,3 kali lebih banyak pada usia satu bulan pertama dan 1,6 kali
lebih banyak pada anak-anak di usia sekolah. Banyak kajian yang menunjukkan bahwa anak
laki-laki lebih rawan terhadap kecelakaan daripada perempuan, mungkin hal ini disebabkan
karena anak laki-laki lebih aktif dan berani mengambil resiko daripada anak perempuan.
c. Keadaan psikologis anak
Kecelakaan pada anak kebanyakan terjadi dikarenakan anak dalam kondisi kelelahan, lapar,
tidak enak badan atau frustasi ketika mereka dalam keadaan stress (Espeland, 2005).
Temperamen dan motivasi juga berperan terjadinya kecelakaan. Anak yang bertemperamen
persisten akan selalu kembali kepada sesuatu yang dilarang. Anak yang aktivitasnya tinggi
akan sering terbentur atau lecet dibandingkan anak yang kurang aktif. Sedangkan motivasi
mencerminkan anak untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan dengan baik. Keinginan untuk
mandiri mendorong anak ingin melakukan sesuatu walaupun secara fisik belum mampu,
seperti memanjat pohon atau bersepeda jauh-jauh dari rumah.
Faktor Eksternal
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor penyebab kecelakaan tersering. Cedera pada anak dapat terjadi
dimana saja dan kapan saja. Sampai umur empat tahun anak belum memiliki kemampuan
mendeteksi bahaya. Setiap saat bahaya dapat mengintai si kecil, mulai dari tempat bermain,
tempat tidur, mainan di sekitar rumah, cuaca, serangga, dan hewan lain, serta tumbuhan.
b. Keadaan psikologis orang yang mengasuh
Penelitian telah menunjukkan bahwa kecelakaan pada anak dikarenakan ibu yang sedang
hamil, pada hari menjelang menstruasi atau ketika mereka sedang capek. Keadaan stress yang
terjadi pada keluarga seperti menanti kelahiran sang bayi, sakit dan lain sebagainya juga bisa
menjadikan kecelakaan beresiko tinggi.
c. Keadaan sosial
Resiko kecelakaan dapat juga dipengaruhi oleh keadaan sosial. Anak dari keluarga besar
dengan perumahan buruk, yang sebagaian besar waktunya dihabiskan di jalan, dan hanya
diawasi oleh anak yang sedikit lebih besar, berada dalam bahaya besar; dan ibu yang merawat
anak kecil pada blok menara tanpa halaman atau tempat bermain tertutup memiliki masalah
yang pelik.
Jenis Kecelakaan
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga usia di bawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Anak kecil mempelajari
lingkungannya melalui penjelajahan, terutama dengan menggunakan indera perasa dan
sentuhan mereka. Ketika anak tumbuh, bahaya yang mereka hadapi akan berubah akibat
perkembangan kemampuan. Jenis cedera yang terjadi sering kali berhubungan langsung
dengan usia anak dan tingkat perkembangannya.

Apa yang seharusnya diketahui oleh keluarga dan masyarakat tentang: PENCEGAHAN
KECELAKAAN
1. Banyak kecelakaan yang serius dapat dicegah jika orang tua atau siapa pun yang
menjaga anak berhati-hati dan menjaga keamanan lingkungan mereka.
2. Anak balita sangat berisiko jika berada di jalan. Awasi dan ajarilah perilaku aman di
jalan setelah anak dapat berjalan.
3. Anak dapat tenggelam dalam waktu kurang dari dua menit walaupun airnya tidak
terlalu dalam. Jangan biarkan anak sendirian di sekitar air.
4. Anak-anak harus dijauhkan dari api, kompor, lampu, korek api dan peralatan
listrik. Jatuh dari ketinggian penyebab utama cedera pada anak.
5. Anak-anak suka memanjat. Karena itu pagar, tangga, balkon, atap, jendela dan tempat
bermain harus dibuat aman agar anak tidak jatuh atau cedera.
6. Racun, obat-obatan, pemutih, cairan kimia dan cairan pembakar seperti bensin
atau minyak tanah tidak boleh disimpan dalam botol minuman. Semua cairan dan
racun harus disimpan dengan tanda yang jelas dan jauh dari penglihatan dan
jangkauan anak. Pisau, gunting, benda-benda tajam dan pecahan kaca dapat
menyebabkan luka serius.
7. Kantong plastik dapat menyebabkan anak kehabisan nafas. Benda-benda tersebut
harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Anak kecil suka memasukkan benda ke
dalam mulutnya. Jauhkanlah benda-benda kecil seperti koin, kelereng, kancing, bijibijian dan manik-manik dari jangkauan anak-anak agar tidak tertelan.
8.
9. Anak-anak senang bermain dengan benda di sekitarnya dan seringkali tidak
menyadari bahwa benda tersebut adalah bahan peledak yang masih aktif. Beritahukan
kepada anak jika menemukan benda asing di tempat bermain, agar jangan
menyentuhnya dan segera melaporkan kepada orang tua.
10. Anak anak harus dikenalkan secara dini budaya tertib berlalulintas di jalan raya

A. Pengertian Keamanan Fisik (Biologic Safety)


Keamanan adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan kebutuhan fisiologis
dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya
rasa aman setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari
lingkungan yang betul-betul aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan
berupa kesadaran dan penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu keperawatan sebagai ilmu
yang berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya memiliki tanggung jawab dalam
mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera sebagaimana merawat klien yang telah cedera
tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi juga di rumah, tempat kerja, dan komunitas.
Perawat harus peka terhadap apa yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman
bagi klien sebagai individu ataupun klien dalam kelompok keluarga atau komunitas.

Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang
terlindungi secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau
berbagai akibat dari sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang
tidak diinginkan.(http://.en.wikipedia.org/wiki/safety). Menurut Craven:2000 keamanan tidak
hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam
aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.

Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman terbebas dari ancaman
kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis, thermis, elektris maupun bakteriologis.
Kebutuhan keamanan fisik merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya yang
mengancam kesehatan fisik, yang pada pembahasan ini akan difokuskan pada providing for
safety atau memberikan lingkungan yang aman.
B. KARAKTERISTIK KEAMANAN

1. Pervasiveness (insidensi) Keamanan bersifat pervasive artinya luas mempengaruhi semua


hal. Artinya klien membutuhkan keamanan pada seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas,
tidur, kerja, dan bermain.
2. Perception (persepsi) Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya mempengaruhi
aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya. Tindakan penjagaan keamanan dapat
efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya secara akurat.
3. Management (pengaturan) Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan klien akan
melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah praktek keamanan.
Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAMANAN
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melindungi diri dari
bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status mobilisasi, gangguan sensori persepsi,
tingkat kesadaran, status emosional, kemampuan komunikasi, pengetahuan pencegahan
kecelakaan, dan faktor lingkungan. Perawat perlu mengkaji faktor-faktor tersebut saat
merencanakan perawatan atau mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri.

1. Usia

Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui pengetahuan dan
pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk mempelajari bahaya-bahaya yang
mungkin mengancam individu sesuai usia dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan
pencegahannya.

2. Gaya Hidup

Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan
kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan
dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif
berbahaya.

3. Status mobilisasi

Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan


keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.

otot,

gangguan

4. Gangguan sensori persepsi

Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan
seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki
resiko tinggi untuk cedera.

5. Tingkat kesadaran

Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan
berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan
kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien
disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.

6. Status emosional

Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan
kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan
bereaksi terhadap stimulus lingkungan.

7. Kemampuan komunikasi

Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi juga
beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta
huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.

8. Pengetahuan pencegahan kecelakaan

Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada
dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap
individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.

9. Faktor lingkungan

Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera
baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

D. Jenis-Jenis Bahaya yang Mengancam Keamanan Fisik

Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di tempat pelayanan
kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:

1. Api /kebakaran

Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab kebakaran yang
paling sering adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik. Kebakaran dapat terjadi jika
terdapat tiga elemen sebagai berikut: panas yang cukup, bahanbahan yang mudah terbakar,
dan oksigen yang cukup.

2. Luka bakar (Scalds and burns)

Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas, seperti uap air panas.
Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik, atau agen
radioaktif. Klien dirumah sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang
mengalami penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.

3. Jatuh

Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi akibat lantai
licin dan berair, alat-alat yang berantakkan, lingkungan dengan pencahayaan yang kurang.

4. Keracunan

Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui aktivitas kimianya
jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah yang cukup sedikit.
Penyebab utama keracunan pada anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya atau
beracun yang sembarangan, pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya bunuh
diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena penurunan pengelihatan) atau
akibat overdosis obat (karena penurunan daya ingat).

5. Sengatan listrik

Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus diwaspadai oleh
perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat menyebabkan sengatan listrik bahkan
kebakaran, contoh: percikan listrik didekat gas anestesi atau oksigen konsentrasi tinggi. Salah
satu pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik yang grounded yaitu bersifat
mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung kepermukaan tanah.

6. Suara bising

Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran,
tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar

kebisingan serta kerentanan individu. Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri dan
gangguan pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar. Terpapar suara 85-95 desibel
untuk beberapa jam per hari dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang progressive.
Suara bising dibawah 85 desibel biasanya tidak mengganggu pendengaran.

7. Radiasi

Cedera radiasi dapat terjadi akibat terpapar zat radioaktif yang berlebihan atau pengobatan
melalui radiasi yang merusak sel lain. Zat radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik
seperti radiografi, fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan
adalah kalsium, iodine, fosfor.

8. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak)

Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan oksigen akibat


gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika sumber udara terhambat/terhenti
contoh pada klien tenggelam atau kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa
disebabkan oleh adanya benda asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk ke
paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan henti jantung serta
kematian.

9. Lain-lain

kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak berfungsi dengan baik
(equipment-related accidents) dan kesalahan prosedur yang tidak disengaja (procedurerelated equipment).

E. PENGKAJIAN

Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi: pengkajian resiko (Risk assessment tools) dan
adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards appraisal). Pengkajian Resiko

a) Jatuh

Usia klien lebih dari 65 tahun

Riwayat jatuh di rumah atau RS

Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran

Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas

Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)

Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)

Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers, analgesics, diuretics, or


laxatives)

b) Riwayat kecelakaan

Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang, oleh karena itu
riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi kemungkinan kecelakaan itu terulang
kembali

c) Keracunan

Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan. Pengkajian meliputi
seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko bahaya keracunan dan upaya
pencegahannya.

d) Kebakaran

Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh mana klien
mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan klien dan keluarga tentang
upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat api.

Pengkajian Bahaya

Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur,
pelindung kebakaran, zat-zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat
mengakibatkan kecelakaan.

Pengkajian Keamanan (spesifik pada lansia di rumah)

Gangguan keamanan berupa jatuh di rumah pada lansia memiliki insidensi yang cukup tinggi,
banyak diantara lansia tersebut yang akhirnya cedera berat bahkan meninggal. Bahaya yang
menyebabkan jatuh cenderung mudah dilihat tetapi sulit untuk diperbaiki, oleh karena itu
diperlukan pengkajian yang spesifik tentang keadaan rumah yang terstuktur. Contoh
pengkajian checklist pencegahan jatuh pada lansia yang dikeluarkan oleh Departemen
kesehatan dan pelayanan masyarakat Amerika.

F. DIAGNOSA

Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut NANDA adalah

Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien dikatakan mengalami
masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi
atau pertahanan seseorang beresiko menimbulkan cedera.

Diagnosa umum tersebut memiliki tujuh subkatagori yang memungkinkan perawat


menjelaskan cedera secara lebih spesifik dan atau untuk memberikan intervensi yang tepat
(Wilkinson, 2000):

Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan akivat terpapar, atau
tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis yang dapat menyebabkan keracunan.

Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang menyebabkan tidak adekuatnya
udara untuk proses bernafas.

Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera pada jaringan (ms.
Luka, luka bakar, atau fraktur).

Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari lateks.

Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi terhadap produk yang
terbuat dari lateks.

Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi
orofaringeal, benda padat atau cairan kedalam saluran pernafasan.

Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan): klien beresiko terhadap
kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas sistem muskuloskeletal yang direncanakan atau
tidak dapat dihindari.

Contoh kasus:

Tn. ED, 70 tahun tinggal seorang diri dirumahnya. Klien memiliki riwayat glaukoma
sehingga klien harus menggunakan obat tetes mata dua kali sehari. Klien mengatakan sulit
memfokuskan penglihatan, kehilangan penglihatan sebelah, dan tidak bisa melihat dalam
gelap.

Diagnosa yang muncul adalah:

Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu melihat)

G. PERENCANAAN

Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu: Pendidikan
kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi lingkungan agar lebih aman.

Contoh rencana asuhan keperawatan: (sesuai kasus pada bagian E)

Diagnosa: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak mampu
melihat)

Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera (jatuh) tidak
terjadi

Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi lingkungan dan
pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan Klien mampu:

1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera

2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,

3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

Intervensi:

1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.

2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko

3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran tempat tidur, dll)
sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1

4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah

5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan pencahayaan yang baik,
memasang penghalang tempat tidur, menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman)

6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan penglihatannya,


serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.

Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera adalah membantu
klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan tindakan menjaga keamanan.
Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya Klien mampu: mengidentifikasi bahaya
lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan
preventif atas bahaya tertentu, melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri
dari cidera.

Untuk latihan kasus yang lain bisa dilihat dalam website berbahasa inggris:

http://wps.prenhall.com/chet_kozier_fundamentals_7/0,7865,764086-,00.html

Rencana tindakan lain dapat dilihat pada poin G (Implementasi).

H. IMPLEMENTASI

Implementasi berikut bersifat spesifik untuk beberapa bahaya tertentu (tidak berhubungan
dengan kasus):

1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia

Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi atau prediksi situasi
yang mungkin membahayakan sehingga dapat dihindari dan memberikan pendidikan
kesehatan yang memberikan kekuatan bagi klien untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari
cedera secara mandiri. Aspek pendidikan kesehatan yang lebih spesifik sesuai rentang usia
klien dapat anda lihat pada Kozier, 2004: 674-675.

2. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran

Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan bahwa ketiga elemen
tersebut dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah terjadi ada dua tujuan yang harus dicapai
yaitu: melindungi klien dari cedera dan membatasi serta memadakan api.

Di pusat pelayanan kesehatan

Upaya pencegahan: Memastikan nomor telpon darurat ada disemua pesawat, Mengatur
situasi sehingga alat-alat atau benda-benda yang tidak perlu tidak berada di lorong jalan,

Menempatkan prosedur evakuasi dan penanganan kebakaran disemua tempat,


Mengorientasikan seluruh karyawan tentang jenis-jenis kebakaran dan penanganannya.

Jika kebakaran terjadi: Mengevakuasi klien kearea yang aman, aktifkan alarm, jika api kecil
lakukan pemadaman dengan alat pemadam yang ada, tutup pintu dan jendela jika perlu
ketahui derajat kebakaran untuk menentukan jenis pemadam yang tepat.

3. Mencegah terjadinya jatuh pada klien

Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi yang ada

Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak

Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari

Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan

Berikan alas kaki yang tidak licin

Berikan pencahayaan yang adekuat

Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan penurunan kesadaran dan
gangguan mobilitas

Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin

Lengkapnya bisa dilihat pada Kozier, 2004:679

4. Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang:

Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal (mencegah nyeri saat terbentur)

Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara

Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)

Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi.

Berikan masker oksigen jika diperlukan

5. Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan

Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila terjadi keracunan
melalui identifikasi adanya zat-zat beracun dirumah yang terkonsumsi, segera laporkan ke
institusi kesehatan terdekat serta menyebutkan nama dan gejala yang dialami klien, jaga klien
pada posisi tenang ke satu sisi atau dengan kepala ditempatkan diantara kedua kaki untuk
mencegah aspirasi.

6. Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan listrik

Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar) jangan sentuh klien
tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien aman dari arus listrik. Macroshock sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan luka bakar, kontraksi otot, dan henti nafas serta henti
jantung. Untuk mencegah macroshock gunakan mesin/alat listrik yang berfungsi dengan baik,
pakai sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas lantai nonkonduktif, dan gunakan sarung
tangan non konduktif.

7. Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar kebisingan

Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek psikososial seperti rasa
jengkel, tidur dan istirahat terganggu, serta gangguan konsentrasi dan pola komunikasi. Efek
fisiologis meliputi peningkatan nadi dan respirasi, peningkatan aktifitas otot, mual, dan
kehilangan pendengaran jika intensitas suara tepat. Kebisingan dapat diminimalisir dengan
memasang genting, dinding, dan lantai yang kedap suara; memasang gorden; memasang
karpet; atau memutar background music.

8. Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak.

9. Melakukan perlindungan terhadap radiasi

Tingkat bahaya radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan sumber radioaktif, dan
pelindung yang digunakan selama terpapar radiasi. Upaya yang harus dilakukan oleh perawat
dalam hal ini adalah memakai baju khusus, memakai sarung tangan, mencuci tangan sebelum
dan sesudah memakai sarung tangan, dan membuang semua benda yang terkontaminasi.

10. Melakukan pemasangan restrain pada klien

Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan/aktifitas fisik klien
atau bagian tubuh klien. Restrain diklasifikasikan menjadi fisikal(physical) dan
kemikal(chemical) restrain. Fisikal restrain adalah restrain dengan metode manual atau alat
bantu mekanik, atau lat-alat yang dipasang pada tubuh klien sehingga klien tidak dapat
bergerak dengan mudah dan terbatas gerakannya. Kemikal restrain adalah restrain dalam
bentuk zat kimia neuroleptics, anxioulytics, sedatif, dan psikotropika yang digunakan untuk
mengontrol tingkahlaku sosial yang merusak.

Restrain sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering dikeluhkan akibat


pemasangan restrain. Komplikasi fisik diantaranya luka tekan, retensi urin, inkontinensia, dan
sulit BAB, bahkan kematian pun dilaporkan. Komplikasi psikologisnya adalah penurunan
harga diri, bingung, pelupa, depresi, takut, dan marah. Restrain hendaknya digunakan sebagai
alternatif terakhir. Bila dilakukan maka haruslah (a) dibawah pengawasan dokter dengan
perintah tertulis, apa penyebabnya, dan untuk berapa lama (b) klien setuju dengan tindakan
tersebut.

Implikasi legal pemasangan restrain

Untuk melindungi klien dan mencegah masalah legal, perawat perlu mengikuti aturan
berikut:

1. Perhatikan panduan tiap-tiap restrain yang akan digunakan

2. Gunakan restrain hanya bila dibutuhkan untuk kesehatan dan keselamatan klien

3. Jika dilakukan pemasangan restrain, dokumentasikan: penyebab, tipe, informed consent


yang diberikan, respon klien, waktu pemasangan dan pelepasan, asuhan keperawatan yang
diberikan, tanda-tangan dokter dan perawat

4. Lakukan evaluasi secara periodik

Memilih restrain

Dalam memilih restrain perlu memenuhi lima kriteria berikut:

1. Membatasi gerak klien sesedikit mungkin

2. Paling masuk akal/bisa diterima oleh klien dan keluarga

3. Tidak mempengaruhi proses perawatan klien

4. Mudah dilepas/diganti

5. Aman untuk klien

Macam-macam restrain

1. limb restraints (restrain pergelangan tangan), elbow restraints (khusus untuk

daerah sikut)

2. mummy restraints (pada bayi), crib nets (box bayi dengan penghalang)

3. Jacket restraints (jaket),

4. belt restraints (sabuk),

5. mitt or hand restraints (restrain tangan),

I. EVALUASI

Melalui data yang dikumpulkan selama pemberian asuhan keperawatan perawat dapat
menilai apakah tujuan asuhan telah tercapai. Jika belum tercapai maka perawat perlu
melakukan eksplorasi penyebabnya. Diantaranya perawat dapat menanyakan beberapa hal
berikut pada klien:

Sudahkan anda melakukan semua tindakan pencegahan?

Tindakan pencegahan apa yang klien tahu?

Apakah klien menyetujui semua tindakan pencegahan yang diajarkan?

Sudahkah perawat menulis dan mengimplementasikan rencana pendidikan kesehatan pada


klien?

DAFTAR PUSTAKA
Craven & Hinrle. (2000). Pain perception and Management.
Fundamentals of nursing: Human health and function (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.
Kozier & Erb. (2004). Pain Management.
Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson
prentice hall.
Taylor, Lillis, & Le Mone. (1997). Comfort.
Fundamentals of nursing: The art & Science of nursing care (3rd ed.). Philadelphia:
Lippincott.
Wilkinson,J.M. (2000). Nursing diagnosis handbook with NIC interventions and NOC
outcomes (7th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall Health

Anda mungkin juga menyukai