Anda di halaman 1dari 55

Curriculum Vitae

dr. Asri Purwanti, Sp.A(K), M.Pd


Pekerjaan
Jabatan :
Instansi :

Staf pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak


Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP

Pendidikan
Pendidikan Dokter (1982 )
Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak
Program Magister : Magister Pendidikan (Councelling), 2002
RIWAYAT PENDIDIKAN/ PELATIHAN/ KURSUS TAMBAHAN
Training of trainers on Adverse Event Following Immunization, WHO Collaboration, Jakarta, 2003
Training of trainers on Vaccinology Training, WHO Collaboration, Jakarta, 2004

PELATIHAN
VAKSINOLOGI DASAR
PELATIHAN
VAKSINOLOGI DASAR

SATGAS IMUNISASI
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

Modul 4
Untuk Dokter Umum

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Kejadian Ikutan Pasca


Imunisasi
(KIPI)

Definisi
Semua kejadian sakit dan
kematian yang terjadi dalam
kurun waktu satu bulan
setelah imunisasi
Diperkirakan sebagai akibat
dari imunisasi

Perjalanan Program
Imunisasi
1
Pravaksinasi

2
Cakupan
meningkat

3
Kepercayaan
hilang

4
Kepercayaan
pulih

Vaksinasi
berhenti

Penyakit

INCIDENCE

5
Eradikasi

Cakupan
vaksinasi

Letupan penyakit

KIPI
Eradikasi

MATURITY

Klasifikasi KIPI
Klasifikasi Lapangan
(Field Classification, WHO 1999)

Klasifikasi Kausalitas
(Evidence Bearing on Causality,
IOM 1991&1994)

Klasifikasi WHO 2008

Kenapa diperlukan
klasifikasi
Laporan kejadian (insidens penyakit)
Pertanggung jawaban terhadap
publik
Evaluasi program
Medikolegal
Kompensasi
Pengembangan riset vaksin
Perubahan jadwal imunisasi

Klasifikasi Lapangan, WHO


1999
1. Reaksi vaksin
2. Kesalahan pelaksanaan /
prosedur imunisasi
3. Reaksi suntikan
4. Kebetulan
5. Tidak diketahui
Klasifikasi lapangan dipakai pada
pencatatan & pelaporan KIPI

1. KIPI Reaksi Vaksin

Reaksi vaksin yang biasa &


ringan ( normal )
Reaksi vaksin langka/ jarang

Reaksi simpang vaksinasi


(adverse events)

Potensi vaksin

Efek farmakologi
Efek samping
Interaksi obat
Intoleransi
Reaksi idiosinkrasi

Kepekaan thd unsur vaksin


Berlatar belakang genetik
Reaksi alergi thd protein telur, antibiotik, bahan
preservatif, unsur lain yg terkandung dl vaksin

Bukan efek langsung vaksin


Kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, distribusi
& penyimpanan vaksin
Kesalahan prosedur & teknik pelaksanaan vaksinasi
Semata-mata kebetulan

Reaksi vaksin yg biasa & ringan


Vaksin

Reaksi
lokal

Dema
m
> 38 C

Gelisah,
lesu
gejala
sistemik

BCG

90-95%

HiB

5-15 %

2-10 %

Dewasa ~ 15
%
Anak
~
5%

1-6 %

Campak /
MMR

~ 10 %

5-15 %

5 % (ruam)

Polio oral

<1%

<1%

~ 10 %

~ 10 %

~ 25 %

10-50 %

10-50 %

25-55%

Hepatitis B

Tetanus/DT/T
d
Pertusis

Reaksi vaksin yg jarang, interval onset & perkiraan


rate KIPI
Vaksin

Reaksi vaksin

Interval
onset

Rate KIPI /
1juta

2 6 bulan
1 12 bulan
1 12 bulan

100 1000
1 700
2

BCG

Limfadenitis supuratif
Osteitis BCG
Infeksi BCG disiminata

HiB

Belum pernah ada laporan

Hepatitis B

Anafilaksis

0 1 jam

12

Campak / MMR

Kejang demam
Trombositopenia purpura
Reaksi anafilaktoid
Syok Anafilaksis
Ensefalopati (atau ensefalitis)

6 12 hari
7 30 hari
0 2 jam
0 1 jam
6 12 hari

333
33
~10
1 50
<1

OPV
IPV

Lumpuh layu berkaitan dg vaksin (VAPP)


Syok Anafilaksis

4 30 hari
0 4 jam

1,4 3,4

Tetanus

Neuritis Brakhial
Syok Anafilaksis
Abses steril

2 28 hari
0 1 jam
1 6 minggu

5 10
0.4 10
6 - 10

Tetanus-difteria

Sama dengan tetanus

Pertusis

Menangis terus menerus > 3jam


Kejang demam
Keadaan hipotonik-hiporesponsif
Syok Anafilaksis
Ensefalopati

0 24 jam
0 3 hari
0 24 jam
0 1 jam
0 3 hari

1.000- 60.000
570
570
20
0-1

2. KIPI Kesalahan pelaksanaan


program (1)
Salah pelaksanaan
program
Tidak steril

Pemakaian ulang alat suntik /


jarum
Sterilisasi tidak sempurna
Vaksin / pelarut terkontaminasi
Pemakaian sisa vaksin utk
beberapa sesi vaksinasi

Perkiraan KIPI
Infeksi

Abses lokal di daerah suntikan


Sepsis, sindrom syok toksik,
Infeksi penyakit yg ditularkan
lewat darah : hepatitis, HIV
Abses lokal karena kurang
kocok

Salah pakai pelarut vaksin

Pemakaian pelarut vaksin yg


salah
Memakai obat sebagai vaksin
atau pelarut vaksin

Efek negatif obat mis. insulin


Kematian
Vaksin tidak efektif

2. KIPI Kesalahan pelaksanaan


program (2)
Salah pelaksanaan
program
Penyuntikan salah tempat
BCG subkutan
DPT/DT/TT kurang dalam
Suntikan di bokong
Transportasi / penyimpanan
vaksin tidak benar

Mengabaikan indikasi kontra

Perkiraan KIPI

Reaksi lokal / abses


Reaksi lokal / abses
Kerusakan Nervus
Isiadikus

Reaksi lokal akibat vaksin


beku
Vaksin tidak aktif (tidak
potent)

Tidak terhindar dari reaksi


yg berat

3. KIPI Reaksi Suntikan


Reaksi suntikan langsung
Rasa sakit, bengkak & kemerahan

Reaksi suntikan tidak langsung

Rasa takut / cemas


Nafas tertahan
Pernafasan sangat cepat
Pusing, mual / muntah
Kejang
Pingsan / Sinkope
Hysteria massal

4. KIPI Kebetulan (koinsiden)


Kejadian yang timbul, terjadi secara
kebetulan setelah imunisasi
Ditemukan kejadian yang sama di saat
bersamaan pada kelompok populasi
setempat tetapi tidak diimunisasi

Vaksin disalahkan sebagai


penyebabnya

5. KIPI Penyebab Tidak


Diketahui
Kejadian yang dilaporkan belum
dapat dikelompokkan ke dalam salah
satu kelompok penyebab
Dibutuhkan kelengkapan informasi lebih
lanjut

KLASIFIKASI KAUSALITAS
KIPI
Vaccine Safety Committee,
Institute of Medicine; 1991,1994,1999

1. Tidak terdapat bukti hubungan


kausal
2. Bukti tidak cukup untuk menerima /
menolak hubungan kausal
3. Bukti memperkuat penolakan
hubungan kausal
4. Bukti memperkuat penerimaan
hubungan kausal
5. Bukti memastikan hubungan kausal
Klasifikasi kausalitas penting untuk analisis kasus
KIPI.

Hubungan vaksin dengan KIPI


berdasarkan bukti kausalitas (1)
DT/Td/TT

Campak

OPV/IPV

DPT

Hep B

Hib

Kategori 1 : Tidak terdapat bukti hubungan kausal


Mielitis (IPV)
Trombositopenia , anafilaksis (IPV)
Sindr GB

Autisme

Kategori 2 : Bukti tidak cukup untuk menerima / menolak hubungan kausal


Kejang selain
spasme infan
-til
Demielinisasi
SSP
Mononeuropati
Artritis
Eritema multiforme

Ensefalopati
SSPE
Kejang
Tuli sensoris
Neuritis optik
Mielitis transversal
Sindr GB

Mielitis OPV
Sindr GB(IPV)
SIDS

Meningitis aseptik
Eritema multiform
Sindrom GB
Anemia hemolitik
Diabetes juvenil
Peny gangguan
perhatian & belajar
Mononeuropati
Trombositopeni

Sindrom
GB
Demielinisa
-si SSP
Artritis
SIDS

Sindrom
GB
Mielitis
Trombositopenia
Anfilaksis
SIDS

Hubungan vaksin dengan KIPI


berdasarkan bukti kausalitas (2)
DT/Td/TT

Campak

OPV/IP
V

DPT

Hep B

Hib

Kategori 3 : Bukti memperkuat penolakan hubungan kausal


Ensefalopati
Spasme infantil
(hanya DT)
SIDS (hanya DT)

Spasme infantil
Hipsaritmia
Sindrom Reye
SIDS

Kategori 4 : Bukti memperkuat penerimaan hubungan kausal


Sindrom GB
Neuritis Brakial

Anafilaksis

Ensefalopati akut
Syok &
keadaan mirip syok
yg tak biasa
(unusual shock like
state)

Onset
dini
peny Hib

Hubungan vaksin dengan KIPI


berdasarkan bukti kausalitas (3)
DT/Td/T
T

Campak

OPV/IPV

DPT

Hep B

Anafilaksis

Anafilaksis

Hi
b

Kategori 5 : Bukti memastikan hubungan kausal


Anafilaksis

Trombositopenia
(MMR)

Lumpuh layu pd
penerima vaksin
atau kontak

Anafilaksis (MMR)
Kematian akibat
infeksi virus galur
vaksin campak

Kematian akibat
infeksi virus
galur vaksin
polio

Menangis/ teriak
terus menerus

Reaksi Vaksinasi BCG

Reaksi ringan (lokal)

abses subkutan
regional limfadenopati
supuratif limfadenitis

Reaksi Vaksinasi BCG

Reaksi berat

Osteitis epifisis tulang panjang


terjadi beb. tahun set. BCG
(0,1 30 per 100.000 vaksinasi)

Menyebar dan fatal


2 dari 1 juta penerima vaksin
(imuno-kompromais)
28 kasus BCG-itis generalisata
(24 imunokompromais, 9 AIDS)

HIV simtomatik (AIDS):


tidak diberi vaksin BCG

Reaksi Vaksinasi Difteria & Tetanus

Reaksi ringan
Reaksi lokal
Kemerahan & rasa sakit ringan/sedang &
pengerasan di tempat suntikan (11 38 %)
Abses steril 6 10 kasus / 1 juta vaksinasi

Reaksi sistemik
umumnya pd vaksinasi booster (0.5 10%)
demam, lesu, badan pegal, sakit kepala

Reaksi Vaksinasi Difteria & Tetanus

Reaksi berat
REAKSI ALERGI
urtikaria generalisata & reaksi anafilaksis (1-6 kasus / 1 juta)
reaksi hipersensitif tipe Arthus hipersensitif thd komplek
imun
reaksi lokal berat pd yang hiperimun titer antibodi sudah
amat tinggi saat vaksinasi
NEURITIS BRAKHIAL
Disfungsi lengan bagian atas (N. Plexus brachialis) tanpa
terkena struktur SSP dan perifer lainnya (0.5 1 kasus per
100 000 vaksinasi) Biasanya berkaitan dg dosis multipel.
SINDROM GUILLAIN-BARRE
Timbul dl kurun waktu 6 minggu pasca vaksinasi. Studi pd
306 kasus menyimpulkan bahwa kalaupun berhubungan
kausal hal itu sangat langka

Reaksi Vaksinasi Pertusis

Reaksi lokal & sistemik


Kemerahan, edema, indurasi, nyeri di tempat suntikan, rewel,
anoreksia, muntah, menangis, demam ringan sp sedang
beberapa jam setelah vaksinasi
sembuh spontan tanpa gejala sisa
Pembengkakan seluruh paha / lengan atas
pernah terjadi setelah booster vaksin pertusis aseluler.
Paha bengkak dapat disertai dg eritema, rasa sakit & demam
1 4 % setelah dosis ke-5 DPaT
Keseluruhan rx lokal & sistemik
DPaT secara signifikan > sedikit dpd DPwT
Abses steril / bakteriel
pd tempat suntikan jarang
penyebab abses steril tidak diketahui.

Reaksi Vaksinasi Pertusis

Reaksi berat

REAKSI ALERGI
Anafilaksis pd DPT 2 per 100 000 vaksinasi
Rx alergi pd DPaT tidak diketahui angka kejadiannya

KEJANG
Kejang dlm 48 jam DPwT estimasi 1 per 1750
suntikan kejang demam sederhana
Faktor predisposisi :
riwayat kejang baik individu / di keluarga
berlatar belakang penyakit dg kejang

TEMPERATUR 40.5 C
0.3 % penerima vaksin dl 48 jam
Pd DPaT jauh lebih kecil

Reaksi Vaksinasi Pertusis

Reaksi berat
Episod hiporesponsif-hipotonik (HHE)
Kolaps atau keadaan spt renjatan (shock-like state)
1 per 1750 pemberian DPwT.
3.5 291 kasus per 100 000 vaksinasi
Pd DPaT belum diketahui
penelitian efikasi : signifikan < dpd DPwT
Pd studi follow up
tidak terbukti ada kecacatan nerologis atau
gangguan intelektual

Menangis berkepanjangan
Menangis kuat atau berteriak terus menerus selama 3 jam
lebih dalam waktu 48 jam setelah vaksinasi DPwT (1 dari
100 vaksinasi)
Pd DPaT secara signifikan kurang dari itu

Reaksi Vaksinasi polio


Reaksi ringan & sedang :
demam, gejala sistemik ringan

Reaksi berat
Lumpuh layu akibat virus vaksin (VAPP)
Lumpuh layu akut 4 30 hari set. OPV
Lumpuh layu akut 4 75 hari set. kontak dg
penerima OPV
defisit neurologik 60 hari setelah onset / meninggal
1 kasus / 1.4 3.4 juta dosis vaksin,
kasus > banyak setelah dosis I
WHO Collaborative study
Kasus pd penerima : 1/5.9 juta dosis vaksin
Kasus pd kontak : 1/6.7 juta dosis vaksin

Reaksi vaksinasi campak


Hampir semua reaksi yang
disebabkan oleh infeksi virus
vaksin terjadi 6-12 hari
setelah imunisasi.
Biasanya tidak terjadi pada
anak yang sudah imun (kecuali
rx lokal & rx anafilaksis)
pada imunisasi massal
(banyak anak sudah imun)
reaksi jarang terjadi.

Reaksi vaksinasi campak

Reaksi ringan-sedang
Reaksi lokal : nyeri di tempat suntikan
sembuh 23 hr
Reaksi sistemik
Demam : - hari ke 612 selama 12 hari (sp 5 hari)
- temp > 39.4 C (5-15 % )
Ruam kulit hari ke 710, 2 hari ( 5% )

Reaksi berat
Reaksi alergi
Reaksi hipersensitivitas:
urtikaria di daerah suntikan
akibat komponen isi vaksin jarang, ringan
Syok anafilaksis jarang
Riwayat alergi telor :
risiko rx anafilaktik vaksin yg mengandung
campak
(MMR) rendah

Reaksi vaksinasi campak


Reaksi berat
Trombositopenia (transient):
1/25.0001/500.000
MMR ada hubungannya dg
trombositopenia 2 bulan pasca
vaksinasi 2-3 mgg
Lebih sering terjadi pada mereka
yang pernah mengalami
trombositopenia
Tidak pernah ada laporan kematian
pasca vaksinasi MMR

Reaksi vaksinasi campak


Reaksi berat
Ensefalitis & ensefalopati < 1 per 1 juta dosis
Infeksi campak alami ensefalomielitis

1 dari 1000 pasien 50% mengalami


kerusakan SSP permanen
dipengaruhi reaksi imunologik

ditakutkan reaksi yg sama terjadi pada virus


vaksin.

US IOM : tidak cukup bukti kejadian untuk menerima


maupun menolak hubungan kausalitas (1994)
Inggris : British National Childhood Encephalopathy
Study (NCES) dalam pemantauan 10 tahun tidak
mendapatkan peningkatan risiko kelainan neurologik permanen setelah imunisasi campak (1997)

Reaksi vaksinasi mumps


Jarang
Reaksi berlangsung sementara
Kejang demam, tuli saraf
Meningitis, ensefalitis
Ruam kulit, pruritis, purpura
semuanya tidak ada hub kausal
Orkitis & parotitis: jarang
Reaksi alergi: jarang
Komponen vaksin (neomisin/gelatin):
kadang-kadang terjadi
Alergi berat (anafilaksis): sangat
jarang

Reaksi vaksinasi rubela


MMR

Demam 5 15 % , hari ke 512


Ruam kulit 5 %
Limfadenopati ringan sering terjadi
Nyeri sendi 0.5 % pd anak
Artralgia 25% & artritis 10% (remaja
putri)
Parestesia & nyeri lengan dan
tungkai
Manifestasi SSP pernah dilaporkan
tetapi tidak ada hubungan kausal
Trombositopenia

Reaksi vaksinasi hepatitis B


Reaksi ringan
Temperatur > 37.7 C
16%
Rasa sakit
3 29 %
Eritema
3%
Bengkak
3%
Nyeri kepala
3%
Semua berakhir kurang dari 48 jam

Reaksi vaksinasi hepatitis B

Reaksi berat
Reaksi Anafilaksis

Angka kejadian 1 per 600 000 vaksinasi


Vaksinasi selanjutnya indikasi kontra
bila ada riwayat anafilaksis

Sindrom Guillain-Barre

Angka kejadian 0.5 per 100 000 vaksinasi,


tanpa kematian & kasus semuanya dewasa

Adverse Events Reporting System 1991-1994 :


Tidak ada KIPI pada neonatus & bayi yg dapat vaksin Hep B.
12 juta vaksin diberikan untuk kelompok umur tsb (1999)

Reaksi vaksinasi tifoid


Vaksin polisakarida (ViCPS) S. typhi
galur Ty21a
Reaksi vaksin ringan
Demam : 01 %
Nyeri kepala :1.53 %
Eritema/indurasi > 1 cm: 7%
Reaksi vaksin berat
tidak pernah ada laporan

Reaksi vaksinasi varisela


Reaksi sedang
Umur 12 bulan - 12 tahun
Demam (39C): 14.7%
Keluhan sekitar tempat suntikan: 19.3%
berupa : rasa sakit / pegal, pembengkakan,
eritema, rash, pruritus, hematoma, indurasi,
kaku
Ruam papulovesikular di daerah suntikan:
3.4%, terjadi 5-26 hari pasca vaksinasi
Kejang demam < 0.1%, tidak ada hubungan
kausal dg vaksinasi

Reaksi vaksinasi varisela


Reaksi sedang
Umur lebih dari 13 tahun
demam 10,2%
nyeri di tempat suntikan 24,4%
ruam papulovesikular di daerah suntikan 3%,
rata-rata 2 buah lesi, 620 hari pasca vaksinasi
ruam tidak terlokalisasi 5,5%, rata-rata 5 buah,
721 hari pasca vaksinasi

Pelaporan kasus diduga KIPI


Dokter praktek swasta dan Rumah
Sakit :

Harus melapor kasus diduga KIPI ke


Dinas Kesehatan dan atau Komda PPKIPI setempat

Juga harus melengkapi formulir


pelaporan

Bila perlu bisa meminta bantuan ke


Dinas Kesehatan/Komda PP-KIPI
setempat

PEMANTAUAN KIPI

R AH AS IA

KIRIMAN BALASAN
Izin : KP-1 JKP NO. 149/PRKB/JKP/1999
KEPADA
PT. POS INDONESIA (PERSERO)
KEPALA KANTOR POS
JAKARTA 13000

KIRIM
TANPA
PERANGKO

Untuk diserahkan kepada :


Sekretariat Pokja " KIPI"
up. Sub.Dit.Imunisasi, Direktorat EPIM
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Departemen Kesehatan R.I
Jln. Percetakan Negara No.29, Telp. 4249024. 4257044
JAKARTA 10560.

PENGIRIMAN :
Nama
Keahlian
Alamat
Nomor Telepon

:
:
:
:
Fax :
E-mail :

PENJELASAN :
1 Pemantauan KIPI dimaksud untuk memantau sEmua kejadian yang timbul
setelah pemberian imunisasi.
2 Hasil evaluasi dari semua informasi yang terkumpul akan digunakan sebagai
bahan untuk melakukan penelitian kembali vaksin yang beredar serta untuk
melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan.
3 Kerahasian data pas ien & pelapor akan dijamin dan data digunakan sebagai
dokumen ilmiah.

Identitas pasien

Riwayat
imunisasi
Jenis vaksin,cara
pemberian,
tanggal, dimana
diberikan

Gejala klinis KIPI

Laboratriu
m
Diagnosis
Pengobata
n
Pengirim/pelapor

Bagan jejaring surveilen KIPI (AEFI surveillance network algorithm)

Menteri Kesehatan RI (Ministry of health)

KOMNAS PPKIPI
(National AEFI Committee)

Departemen Kesehatan
(Health Department)

KOMDA
PPKIPI
(Province AEFI
Committee)

Din Kes
Propinsi
(Province Health
Authority)

Pokja
PPKIPI
Kab/Kota
(Province AEFI
Committee
Working Group)

reporting
investigation
coordination

PEMDA
Propinsi
(Province Gov
Authority)

PEMDA
Kab/Kota
(District Gov
Authority)

Din Kes
Kab/Kota
(District Health
Authority)

Puskesmas
(Community Health Centre)
Masyarakat
(Community)

Dirjen PP & PL
cq Subdit Imunisasi

RS Rujukan
(Referal Hospital)

RS Rujukan
(Referal Hospital)
Dokter Praktek
(Physician Private practice)
Rumah Sakit
(Hospital)

KIPI yang harus


diinvestigasi
KIPI yang terjadi pada sekelompok
anak yang diimunisasi di suatu
tempat (cluster)
Kejadian serius yang memerlukan
perawatan RS
menyebabkan kematian
Menimbulkan kekhawatiran orang tua
dan masyarakat

Pencegahan Terjadinya KIPI


Mencegah KIPI akibat reaksi
vaksin
Indikasi kontra diperhatikan
Vaksin hidup tidak diberikan pada anak dg
defisiensi imun
Orang tua diajar menangani reaksi vaksin yang
ringan & dianjurkan segera kembali apabila ada
reaksi yg mencemaskan
Parasetamol dapat diberikan 4 x sehari untuk
mengurangi gejala demam & rasa sakit
Mengenal dan dapat mengatasi reaksi anafilaksis
Sesuaikan dengan reaksi ringan/berat yg terjadi
atau harus dirujuk ke RS dengan fasilitas lengkap

Pencegahan Terjadinya KIPI


Mencegah KIPI akibat salah
melaksanakan program
Gunakan alat suntik steril untuk setiap suntikan
Gunakan pelarut vaksin yg sudah disediakan oleh
produsen vaksin
Vaksin yg sudah dilarutkan harus segera dibuang setelah
acara imunisasi selesai,
- BCG setelah 3 jam,
- Campak setelah 8 jam

jangan ditunda
Dalam lemari pendingin tidak boleh ada obat lain selain
vaksin
Pelatihan dan supervisi yg baik
Program eror dilacak, agar tidak terulang kesalahan yang
sama

Pencegahan Terjadinya KIPI

Mencegah KIPI akibat reaksi


suntikan
Teknik penyuntikan
Suasana tempat penyuntikan
Atasi rasa takut yg muncul pada anak yg
lebih besar

Pencegahan Terjadinya KIPI


KIPI Kebetulan (koinsidens)
Kejadian kebetulan sudah bisa
diperkirakan

jumlah populasi
insidens penyakit
insidens kematian (angka kematian bayi)
cakupan imunisasi & jumlah episode
imunisasi

enilaian dan kategori hubungan kausalita


antara vaksin dan KIPI
WHO, 2008

Penjelasan alternatif

UNRELATED

Ya

Mungkin

Tidak

POSSIBLE

PROBABLE
CERTAIN
/ VERY LIKELY
Sesuai

UNCLASSIFIABLE

UNLIKELY

POSSIBLE

PROBABLE

Tidak sesuai
Onset waktu

Kategori dan kriteria


penilaian kausalitas WHO
Very likely / Certain
A clinical event with a plausible time relationship to vaccine administration
and which cannot be explained by concurrent disease or other drugs or
chemicals.

Kejadian klinis, yang awitan waktunya terhadap saat


vaksinasi dapat diterima kebenarannya; dan yang tidak
dapat dijelaskan oleh penyakit / obat / zat kimia yang
terjadi pada saat yang sama

Probable
A clinical event with reasonable time relationship to vaccine administration; is
unlikely to be attributed to concurrent disease or other drugs or chemicals

Kejadian klinis, yang awitan waktunya terhadap saat


vaksinasi masuk akal , dan tidak tepat untuk dihubungkan
dengan penyakit / obat / zat kimia yang terjadi pada saat
yang sama

Kategori dan kriteria


penilaian kausalitas WHO
Possible
A clinical event with a reasonable time relationship to vaccine administration,
but which could also be explained by concurrent disease or other drugs or
chemicals.

Kejadian klinis, yang awitan waktunya terhadap saat


pemberian vaksin masuk akal; namun dapat juga dijelaskan
adanya hubungan dengan penyakit /obat / zat kimia yang
terjadi pada saat yang sama

Unlikely
A clinical event whose time relationship to vaccine administration improbable,
but which could be plausibly explained by underlying disease or other drugs or
chemicals

Kejadian klinis, yang awitan waktunya terhadap pemberi-an


vaksin tidak sesuai; namun dapat dijelaskan dengan benar
bahwa ada penyakit / obat-obatan / zat-zat kimia yang
mendasarinya

Kategori dan kriteria penilaian


kausalitas WHO
Unrelated
A clinical event with an incompatible time relationship and which could be
explained by under lying disease or other drugs or chemicals

Kejadian klinis, yang awitan waktunya dengan pemberian


vaksinasi sama sekali tidak tepat; dan dapat dijelaskan
oleh penyakit / obat-obatan / zat-zat kimia yang diderita
pada saat yang sama

Unclassifiable
A clinical event with unsifficient information to permit assessment and
identification of the cause.

Kejadian klinis dengan informasi yang tidak cukup untuk


melakukan identifikasi dan penilaian penyebab.

Kesimpulan
KIPI adalah risiko program imunisasi
Pelaksanaan imunisasi yang baik akan
mengurangi KIPI
Diperlukan pengetahuan imunisasi yang
mendalam
Penanganan KIPI yang baik dan
komprehensif akan menunjang program
imunisasi yang baik pula

Anda mungkin juga menyukai