Anda di halaman 1dari 67

ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN

TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE


(Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)

NORMAWATI KANDAR MBOTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Permasalahan
Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan
Pendaratan Ikan Donggala) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Normawati Kandar Mboto
NIM C451120081

RINGKASAN
NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analisis Permasalahan Penanganan Ikan
Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan
Donggala). Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI, SUGENG HARI WISUDO dan
MUSTARUDDIN.
Tuntutan akan mutu produk yang tinggi dengan harga yang bersaing
cenderung meningkat. Salah satu komoditi unggulan yang memiliki tuntutan mutu
yang ketat yaitu produk tuna. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah
sistem penanganan ikan tuna ditingkat nelayan hand line PPI Donggala masih
kurang baik, sehingga mutu ikan tuna hasil tangkapan yang dihasilkan memiliki
nilai jual yang rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah membantu meningkatkan kualitas
penanganan ikan tuna hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala. Adapun
manfaatnya yaitu agar hasil tangkapan nelayan tersebut memiliki mutu yang baik.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2014 yang bertempat di
PPI Donggala Sulawesi Tengah. Metode pengambilan data yaitu melalui
observasi dan wawancara. Pengambilan data dilakukan terhadap pihak-pihak yang
benar-benar mewakili (puposive sampling). Jenis data terdiri atas dua yaitu data
primer dan sekunder.
Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis fishbone untuk
mengetahui faktor penyebab atau permasalahan penangkapan dan penanganan
yang berpengaruh terhadap proses penurunan mutu hasil tangkapan. Langkah
selanjutnya mencari masalah yang sangat berpengaruh dalam proses penurunan
mutu hasil tangkapan nelayan tersebut dengan menggunakan uji banding
berpasangan. Kemudian langkah terakhir yaitu merumuskan strategi sistem
penanganan ikan yang baik di atas kapal pada nelayan hand line PPI Donggala.
Berdasarkan hasil dari analisis strengths weaknesses opportunities threats
(SWOT) dihasilkan empat strategi. Strategi tersebut yaitu SO, ST, WO dan
strategi WT. Keempat strategi ini baik untuk diterapkan, akan tetapi melihat posisi
sistem berada pada kuadran lima (V), maka strategi yang paling tepat adalah WO
dan ST. Kombinasi strategi WO tersebut yaitu peningkatan pengetahuan tentang
mutu dan keterampilan penangan ikan tuna. Hal lain yang perlu dilakukan yaitu
penambahan alat bantu seperti ring tuna dan killing spike. Ring tuna berfungsi
untuk menahan gerakan ikan saat proses hauling dan killing spike untuk
mematikan ikan tuna. Kombinasi strategi ST itu sendiri yaitu pembuatan standar
operating prosedure (SOP) penanganan yang baik; serta peningkatan kompetensi
kerja.
Kata kunci: PPI Donggala, peningkatan kualitas penanganan, tuna hasil
tangkapan nelayan

SUMMARY
NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analysis Handling Problems Of Tuna On
Board Hand Line (Case Studies Fishing Port Donggala). Supervised by TRI WIJI
NURANI, SUGENG HARI WISUDO and MUSTARUDDIN.
There is increasing demand for high quality products at a competitive price.
Tuna is a prime commodity with strict quality standards. The research question
addressed is whether the tuna handling system used by hand line fishermen
operating out of Donggala fishing port (PPI Donggala) is still poor, affecting
quality and thus lowering the market value of the fish they catch.
The goal of this research was to contribute towards improvements in tuna
handling by hand line fishermen from the Donggala fishing port. Thus the main
benefit should be an improvement in the quality of the fish landed. The research
was carried out during April-May 2014 at the Donggala fishing port in Central
Sulawesi. Data were collected through observation and interviews. Data were
collected from representative individuals through purposive sampling. Both
primary and secondary data were collected.
The fishbone method was used to analyse the data and determine the main
issues associated with tuna capture and handling which caused or affected the
processes leading to a degradation of catch quality. The next step was to
determine the main causes of loss of quality in the catch landed by these
fishermen using a test matrix appeal in pairs. The final stage was the formulation
of a strategic system for proper fish handling on board the hand line fishing
vessels operating out of Donggala fishing port.
Based on the strengths of the analysis of threats opportunities weaknesses
(SWOT) produced four strategy. The strategy is SO, ST, WO and the strategy WT.
The fourth strategy is good to be applied, but see the position of the system is in a
quadrant five (v), then the most appropriate strategy is WO and ST. The
combination strategy WO are increased knowledge about the quality and skill
handlers tuna fish. Another thing that needs to be done that is the addition of the
tools like ring tuna dan killing spike. Ring the functioning to hold the movement
of the process of hauling and killing spike to deadly fish tuna. Combination
strategy that is making ST it self standard operating prosedure (SOP) handling of
good; as well as improving work competence.
Key words: Donggala fishing port, improving catch quality, tuna hand line fishermen

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015


Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisa kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN


TUNA DI ATAS KAPAL HAND LINE
(Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala)

NORMAWATI KANDAR MBOTO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir John Haluan, MSc

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwataala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dalam
penelitian ini yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014
yaitu Analisis Permasalahan Penanganan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi
Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi, Dr Ir
Sugeng Hari Wisudo, MSi dan Dr Mustaruddin STP selaku pembimbing yang
telah banyak memberi saran sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc selaku penguji
dan Dr. Ir. Yopi Novita, MSi yang mewakili dari program studi Teknologi
Perikanan Laut (TPL), atas saran yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Kamsina selaku bagian fungsional pengembangan usaha
penangkapan ikan bidang perikanan tangkap dan Bapak Nuzlan selaku fungsional
umum sumber daya ikan perikanan tangkap DKP Sulawesi Tengah yang telah
banyak memberikan penjelasan tentang kondisi perikanan tuna di PPI Donggala.
Penghargaan penulis sampaikan kepada pengumpul dan nelayan hand line PPI
Donggala yang telah memberikan partisipasi selama penelitian berlangsung.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya dan tidak lupa buat teman-teman yang juga
banyak membantu selama penelitian serta penulisan karya ilmiah ini.
Penulis mengakui bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan,
sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan agar kedepannya
bisa menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, amin.

Bogor, April 2015

Normawati Kandar Mboto

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
3
3

METODE PENELITIAN
waktu dan Tempat
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
3 KEDAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Umum PPI Donggala Sulawesi Tengah
Unit Alat Tangkap Hand Line
Bagan Alir Sistem Operasi Penangkapan
Bagan Alir Sistem Penanganan Ikan Tuna
4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA
DI ATAS KAPAL HAND LINE PPI DONGGALA
Pendahuluan
Metode Penelitian
Kesimpulan
5 STRATEGI SISTEM PENANGANAN IKAN TUNA DI ATAS
KAPAL HAND LINE NELAYAN PPI DONGGALA
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil
Kesimpulan
6 PEMBAHASAN UMUM
7 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

5
5
6
6
6
6
7
9
12

24
24
24
27
36
37
39
39
39
40

LAMPIRAN

43

RIWAYAT HIDUP

53

13
13
14
23

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Matrik perbandingan berpasangan


Skala penilaian perbandingan berpasangan
Rasio konsistensi (CR)
Hasil analisis matriks uji banding berpasangan permasalahan
yang
dihadapi nelayan hand line PPI Donggala
5 Hasil perhitungan nilai VP dari permasalahan
yang dihadapi nelayan hand line PPI Donggala
6 Matrik evaluasi faktor internal (IFAS)
7 Matrik evaluasi faktor ekternal (EFAS)
8 Matrik internal-eksternal
9 Matrik analisis lingkungan internal sistem penanganan ikan tuna segar
ditingkat nelayan hand line PPI Donggala
10 Matrik analisis lingkungan eksterna lsistem penanganan ikan tuna
segar ditingkat nelayan hand line PPI Donggala
11 Matrik SWOT

15
16
18
20
21
25
26
26
29

31
32

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

14
15
16
17
18
19

Sebaran potensi komiditi unggulan di WPP RI 713 selat Makassar,


WPP RI 714 teluk Tolo WPP RI 715 teluk Tomini, WPP RI
716 laut Sulawesi, Sulawesi Tengah
Diagram alir kerangka penelitian
Lokasi penelitian
Profil pangkalan pendaratan ikan Donggala
Alat tangkap hand line yang digunakan oleh nelayan PPI Donggala
Kapal utama dan perahu pemancing nelayan hand line PPI Donggala
Jenis tuna yellow fin hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala
Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Ilustrasi penyebaran perahu pemancing di daerah penangkapan yang
dilakukan oleh kapten kapal utama
Kapal utama merapat ke perahu pemancing
Ilustrasi proses hauling ikan tuna yang dilakukan dikapal utama
Bagan alir sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama
Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan
hand line PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama dan perahu
pemancing
Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna di kapal utama
nelayan hand line PPI Donggala
Grafik nilai VP permasalahan yang dihadapi nelayan hand line
PPI Donggala
Matrik internal-eksternal
Bentu ring tuna
Cara penggunaan ring tuna
Cara menggunakan killing spike saat mematikan ikan tuna

2
4
5
7
7
8
8
9
10
10
11
12

18
19
21
31
34
34
35

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Fasilitas penunjang PPI Donggala dalam melayani kebutuhan


Data Kapal hand line nelayan PPI Donggala
Analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh
nelayan hand line PPI Donggala
Ilustrasi cara mematikan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan
PPI Donggala
Wadah penyimpanan ikan tuna di kapal utama nelayan hand line PPI
Donggala
Es balok yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala
Pisau yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala saat
menyiangi insang dan isi perut ikan tuna
Kayu pemukul yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala
saat menyiangi insang dan isi perut ikan tuna
Aktivitas pembongkaran hasil tangkapan saat tiba di pangkalan yang
dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala

44
45
48
51
51
51
52
52
52

DAFTAR ISTILAH
DJPT

DKP

Pangkalan
Fishing ground
Ganco

Hand line

Kayu pemukul

Killing spike
Ring tuna

Operasi penangkapan

Potensi ikan
Sistem

Perahu pemancing
Yellow fin
WPP-RI

: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yaitu yang


mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis
dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di
lingkungan Ditjen Perikanan Tangkap.
: Dinas Kelautan dan Perikanan yaitu dinas yang
yang membidangi urusan kelautan dan perikanan
baik di tingkat kabupaten atau provinsi
: Tempat pangkalan kapal-kapal nelayan setelah
melakukan penangkapan ikan.
: Daerah penangkapan ikan.
: Alat bantu penanganan yang beberntuk pancing,
digunakan untuk mengangkat ikan ke atas kapal atau
juga digunakan saat mengeluarkan ikan tuna dalam
wadah penyimpanan.
: Alat tangkap yang terdiri atas penggulung, tali
pancing dan pancing yang cara pengoperasiannya
sangat sederhanana menggunakan tali yang
diulurkan dengan menggunakan umpan untuk
menangkap ikan atau biasa disebut dengan pancing
ulur.
: Kayu yang didesain sedemikian rupa hingga
memiliki permukaan yang rata, digunakan nelayan
hand line untuk mematikan ikan tuna.
: Alat bantu penanganan yang digunakan untuk
mematikan ikan tuna/paku pembunuh
: Alat bantu yang digunakan untuk menahan gerakan
ikan tuna saat proses hauling sehingga waktu yang
digunakan lebih efisien.
: Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat
atau cara apa pun.
: Sumberdaya ikan yang dimilki oleh suatu daerah.
: Kesatuan yang utuh, terdiri atas komponenkomponen yang memiliki keterkaitan dalam
mencapai suatu tujuan.
: Perahu
yang
digunakan
saat
melakukan
pemancingan ikan tuna di daerah penangkapan.
: Jenis ikan tuna sirip kuning atau dengan nama lathin
(Thunnus albacares)
: Wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia
yaitu wilayah yang meliputi seluruh perairan
Indonesia yang dapat yang dimanfaatkan
berdasarkan aturan yang berlaku yang dapat diterima
secara umum demi kelestarian sumber daya ikan dan
terlaksanannya perikanan yang berkelanjutan.

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan tuna adalah salah satu komoditi unggulan Indonesia dari sektor perikanan
karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Potensi ikan tuna di perairan Indonesia
cukup besar dan belum termanfaatkan dengan baik dibeberapa daerah tertentu
(Lintang et al. 2012). Salah satu daerah Indonesia yang memiliki potensi ikan tuna
adalah Sulawesi Tengah. Potensi ikan tersebut tersebar di empat wilayah pengelolaan
perikanan (WPP) yang masih dapat dimanfaatkan secara lestari. Empat WPP tersebut
yaitu (1) WPP RI 713 Selat Makassar dan Laut Flores; (2) WPP RI 714 Teluk Tolo
dan Laut Halmahera; (3) WPP RI 715 Teluk Tomini; dan (4) WPP RI 716 Laut
Sulawesi (Howara dan Lappo 2008).
WPP RI 713 Selat Makassar merupakan daerah penangkapan ikan tuna oleh
nelayan hand line PPI Donggala. Jenis ikan tuna yang banyak diproduksi oleh
nelayan hand line PPI Donggala adalah jenis yellow fin tuna. Ikan tuna yang
dihasilkan oleh nelayan hand line memiliki harga jual yang termasuk rendah bila
dibandingkan dengan beberapa daerah seperti Bitung, Gorontalo dan Makassar. Mutu
ikan tuna yang kurang baik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan nilai jual
ikan tuna nelayan menjadi rendah.
Mutu ikan yang baik adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama dengan
ikan hidup, baik rupa, bau, rasa dan teksturnya. Dijelaskan oleh Olodosu et al. (2011)
bahwa mutu produk yang baik yang dapat dipertahankan secara konsisten akan
meningkatkan kepercayaan konsumen. Menurut Maulana et al. (2012), aspek mutu
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam memajukan dunia perikanan
Indonesia di pasar internasional. Nurani et al. (2011) menambahkan bahwa dalam
manajemen kualitas ikan sejak ikan tertangkap sampai pada pemasaran sangat
penting untuk dipahami oleh para pelaku terkait baik nelayan, penampung ataupun
bagian pemasaran.
Melihat gambaran masalah mutu ikan tuna yang masih kurang baik pada
nelayan hand line tuna PPI Donggala maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Peneliti mencoba melihat
permasalahan dari sistem penanganan tuna diatas kapal apakah penanganan ikan
tuna di atas kapal hand line yang dilakukan oleh nelayan PPI Donggala, sudah
merupakan langkah yang tepat dalam usaha menjaga kualitas mutu ikan yang
ditangkap serta bagaimana proses penanganan ikan tuna segar pada saat pasca
penangkapan yang seharusnya dan faktor apa saja yang bisa mempengaruhi
kemunduran mutu ikan tuna tersebut.

Gambar 1 Sebaran potensi komoditi unggulan di WPP RI 713 Selat Makassar, WPP
RI 714 Teluk Tolo, WPP RI 715 Teluk Tomini, WPP RI 716 Laut
Sulawesi dan Sulawesi Tengah
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dapat dirumuskan permasalahan
dengan melihat aspek penanganan hasil tangkapan dari nelayan itu sendiri. Aspekaspek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1) Apakah penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI
Donggala di atas kapal sudah merupakan langkah yang tepat dalam usaha
menjaga mutu hasil tangkapan.
2) Bagaimana proses penanganan ikan tuna pada saat pasca penangkapan yang
seharusnya serta faktor apa saja yang bisa mempengaruhi penurunan mutu ikan
tuna tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di Atas
Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala) yaitu:
1) Menentukan akar permasalahan dari sistem penanganan ikan tuna yang dilakukan
oleh nelayan hand line di atas kapal.
2) Merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang baik di atas kapal hand line
nelayan PPI Donggala Sulawesi Tengah.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tentang Analisis Permasalahan
Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan
Ikan Donggala) adalah sebagai berikut:
1) Membantu nelayan hand line di PPI Donggala dalam meningkatkan kualitas
penanganan agar hasil tangkapan memiliki mutu yang baik.
2) Sebagai salah satu bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang perikanan tuna secara umum dan khususnya untuk sistem penanganan
ikan tuna di atas kapal hand line.
3) Sebagai sumber informasi bagi stakeholder yang terkait untuk menciptakan
kebijakan perikanan yang tepat khususnya bagi penanganan perikanan tuna hand
line di PPI Donggala Sulawesi Tengah.
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian pada Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di
Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala) yaitu
mencakup masalah-masalah yang dihadapi dan telah disebutkan pada permasalahan
dalam rencana penelitian ini kemudian disusun menjadi satu kerangka berpikir.
Kerangka pikir merupakan rencana penelitian mulai dari usulan penelitian, penelitian
di lapangan, pengolahan data hingga menjadi tesis. Kerangka pemikiran dari
penelitian ini disampaikan pada Gambar 2.

Mulai

Masalah:
Penanganan ikan tuna pada nelayan hand line
PPI Donggala masih terdapat kekeliruan
sehingga mutu hasil tangkapan kurang baik,
menjadikan harga jual rendah

Analisis Deskriptif Komparatif:


Deskripsi tentang metode penangkapan dan penanganan ikan tuna pada
nelayan hand line PPI Donggala
Analisis sistem penangkapan dan penanganan ikan tuna pada nelayan
hand line dengan:
- fishbone diagram (untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
oleh nelayan hand line PPI Donggala)
- matriks uji pasang berpasangan (untuk melihat masalah yang lebih
berpengaruh terhadap penurunan mutu ikan tuna nelayan hand line
PPI Donggala)

1. pada

Strategi pengembangan sistem penanganan ikan tuna di atas


kapal hand line dengan Analisis SWOT

Kebijakan strategi penanganan ikan tuna yang baik pada


nelayan tuna hand line di PPI Donggala

Selesai
Gambar 2 Diagram alir kerangka penelitian
Langkah awal dalam merumuskan suatu strategi penanganan ikan tuna yang
baik di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala, adalah harus menentukan
permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi oleh nelayan tersebut.
Permasalahan yang dikaji adalah permasalahan yang berkaitan dengan metode
penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan di atas kapal hand line, yang
mempengaruhi proses penurunan mutu ikan tuna. Untuk mengetahui permasalahan
tersebut, maka dilakukan analisis dengan pendekatan fishbone diagram. Langkah
selanjutnya yaitu permasalahan yang dihasilkan dari analisis fishbone diagram
tersebut, ditentukan masalah prioritas dengan menggunakan analisis uji banding
berpasangan. Tahap terakhir adalah merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang
baik di atas kapal hand line dengan pendekatan SWOT. Analisis SWOT dilakukan
dengan menganalisis masalah internal-eksternal dari masalah prioritas yang
dihasilkan dari analisis uji banding berpasangan. Harapan perumusan strategi ini
yaitu dapat membantu meningkatkan kualitas penanganan ikan tuna yang dilakukan
di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala.

2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan April sampai
dengan bulan Mei 2014. Lokasi yang menjadi objek penelitian yaitu Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Donggala Sulawesi Tengah. Metode penelitian yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan deskriptif kualitatif. Metode observasi
dilakukan dengan mengikuti trip penangkapan pada kapal nelayan hand line PPI
Donggala.
Observasi dilakukan terhadap unit penangkapan hand line yang beroperasi
di Selat Makassar. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam menggambarkan
kegiatan penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand
line PPI Donggala.

Gambar 3 Lokasi Penelitian (diolah dengan menggunakan prianti lunak yang


mendukung)
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data pimer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah
penentuan sampel berdasarkan keyakinan bahwa sampel tersebut benar-benar
mewakili dari total keseluruhan sampel yang ada (Ferdinand et al. 2012). Jumlah
data yang diteliti disesuikan dengan kebutuhan penelitian. Data primer yang diambil
mencakup nelayan, cara penangkapan, cara penanganan ikan tuna di kapal hand line,
bahan dan alat yang digunakan untuk penanganan, area kerja penanganan, ukuran
kapal, lama waktu penangkapan dan nilai jual ikan tuna. Data sekunder dikumpulkan
melalui penelusuran dari berbagai studi pustaka, statistik perikanan, terbitan jurnal
dan sumber lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.

Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pertama adalah memberikan gambaran secara
deskripsi tentang profil PPI Donggala serta metode penangkapan dan penanganan
yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala. Pada tahap berikutnya analisis
dilakukan dengan pendekatan fishbone (Gazpers 1997) yang bertujuan untuk
mengetahui faktor penyebab permasalahan penangkapan dan penanganan yang
dihadapi oleh nelayan hand line. Langkah selanjutnya analisis uji banding
berpasangan untuk mengetahui penyebab permasalahan yang lebih berpengaruh
terhadap proses penurunan mutu. Tahap terakhir yaitu merumuskan strategi
penanganan yang baik dengan mengutamakan masalah prioritas yang dihasilkan dari
analisis uji banding berpasangan dengan pendekatan SWOT (Rangkuti 1997).

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN


Kedaan umum PPI Donggala Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Tengah terletak di bagian tengah Pulau Sulawesi,
dengan luas wilayah 6.552.672 ha. Luas perairan laut Sulawesi Tengah
mencapai 193.923,75 km 2 dengan jumlah pulau sebanyak 1.402. Secara
geografis Provinsi Sulawesi Tengah terletak antara 222` Lintang Utara dan 3048`
Lintang Selatan serta 11922` dan 12422` Bujur Timur. Batas-batas Provinsi
Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi
Sulawesi Tenggara.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Provinsi Sulawesi Barat
(DKP 2009).
Potensi laut diperkirakan masih tersedia sebesar 1.593.796 ton per tahun
terdapat pada zona I yaitu Selat Makassar dan Laut Sulawesi sebesar 929.700 ton,
kemudian zona II yaitu Teluk Tomini sebesar 595.620 ton dan terakhir zona III yaitu
Teluk Tolo sebesar 68.456 ton per tahun (BKPM 2009).
Selat Makassar merupakan daerah penyebaran ikan-ikan pelagis seperti ikan
tongkol, cakalang dan ikan tuna. Daerah ini juga merupakan daerah penangkapan
oleh nelayan, khususnya nelayan hand line yang ada di pangkalan pendaratan ikan
Donggala. PPI Donggala merupakan salah satu pangkalan yang ada di Sulawesi
Tengah, yang terletak di kota Donggala Jarak PPI tersebut tidak jauh dari Selat
Makassar. Atas dasar pertimbangan inilah sehingga PPI tersebut di bangun dan
di kelolah oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, dengan tujuan dapat
memudahkan nelayan yang melakukan penangkapan di Selat Makassar dalam
mendaratkan hasil tangkapannya (Gambar 4).

Gambar 4 Profil Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala


PPI Donggala memiliki beberapa fasilitas penunjang dalam melayani
kebutuhan nelayan. Fasilitas penunjang tersebut di antaranya yaitu dermaga, area
pangkalan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, lampu suar, penanda perkiraan
cuaca, kapal pengawas, pompa bensin dan pabrik es (Lampiran 1).
Unit alat tangkap hand line nelayan PPI Donggala
Berdasarkan hasil wawancara diperkirakan unit alat tangkap hand line PPI
Donggala terdiri atas kurang lebih 250 unit akan tetapi yang terdaftar hanya 101 unit
(Lampiran 2). Seratus satu (101) unit alat tangkap hand line tersebut merupakan
nelayan tetap di PPI Donggala sedangkan sisanya adalah nelayan andong yang
berasal dari Sulawesi Barat. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan sama seperti
dengan alat tangkap hand line pada umumnya (Gambar 5). Alat tangkap tersebut
terdiri atas penggulung, tali pancing, kili-kili, timah dan mata pancing. Kapal hand
line yang digunakan oleh nelayan pada umunya memiliki beban 12 GT. Satu unit
kapal hand line memiliki 6-8 perahu pemancing (Gambar 6).

Gambar 5 Alat tangkap hand line yang digunakan oleh nelayan


PPI Donggala

Gambar 2.3 Kapal induk dan perahu pemancing Nelayan

hand line PPI Donggal

Gambar 6 Kapal utama dan perahu pemancing yang digunakan


oleh nelayan hand line PPI Donggala
Daerah penangkapan ikan dan hasil tangkapan
Daerah penangkapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line berpusat
di perairan Selat Makassar. Penentuan daerah penangkapan ikan tuna dilakukan
dengan cara menggunakan alat bantu GPS serta terkadang nelayan menggunakan
tanda-tanda alam seperti air berbuih dan kumpulan ikan lumba-lumba.
Hasil tangkapan dari nelayan hand line PPI Donggala yaitu ikan tuna jenis
yellow fin (Gambar 7). Setiap satu trip penangkapan, nelayan tersebut memperoleh
6-7 ekor tuna. Ukuran bobot tuna yang ditangkap oleh nelayan tersebut pada
umumnya 40 kg.
Jumlah ikan tuna yang tertangkap di perairan Selat Makassar tidak menentu.
Pada musim-musim tertentu jumlah hasil tangkapan nelayan meningkat. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor biologi ikan itu sendiri dan juga dari nelayan tersebut,
dimana saat hari-hari besar agama atau hari penting tidak dilakukan operasi
penangkapan.

Gambar 7 Jenis tuna yellow fin hasil tangkapan hand line PPI
Donggala

Sistem operasi penangkapan


Kegiatan operasi penangkapan ikan tuna di perairan Selat Makassar dilakukan
setiap hari oleh nelayan. Saat kapal hand line lainnya kembali ke pangkalan
sebaliknya sebagian kapal hand line lainnya berangkat menuju daerah penangkapan.
Adapun tahap-tahap saat nelayan melakukan penangkapan ikan tuna sebagai berikut
(Gambar 8).
Persiapan
Persiapan

Berangkat ke daerah penangkapan pada pukul 20.00 WITA

Tiba di daerah penangkapan pukul 01.00 WITA

Istirahat

Mulai pemancingan ikan tuna pukul 05.00-10.00 WITA

Istirahat

Lanjut pemancingan ikan tuna pukul 15.00-18.00 WITA

Istirahat

Kembali memancing pada besok paginya pukul 05.00-10.00 WITA

Istirahat

Kembalike
kepangkalan
pangkalan
Kembali

Gambar 8 Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Persiapan dilakukan nelayan sebelum menuju daerah penangkapan. Perahu
pemancing yang akan digunakan diikat di samping kiri dan kanan kapal induk. Jika
persiapan sudah selesai barulah nelayan menuju daerah penangkapan pada pukul
20.00 WITA. Saat tiba di daerah penangkapan nelayan langsung beristrahat dan
akan memulai aktivitas pemancingan pada pukul 05.00 WITA.
Teknik operasi penangakapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan terbagi
dalam tiga waktu sebagaimana tertera pada Gambar 8. Aktivitas penangkapan
di mulai dengan kapten kapal utama akan menyebar perahu-perahu pemancing
(Gambar 9). Tiap satu perahu pemancing terdiri oleh satu orang pemancing (nelayan).

10

Gambar 9 Ilustrasi penyebaran perahu pemancing di daerah


penangkapan yang dilakukan oleh kapten kapal
Kapten kapal yang berada dikapal utama akan menunggu nelayan pemancing
selama operasi penangkapan dilakukan. Jika salah satu nelayan pemancing
mendapatkan ikan tuna maka kapal utama tersebut akan merapat ke perahu
pemancing tersebut untuk membantu proses hauling (Gambar 10).

Gambar 10 Kapal utama merapat ke perahu pemancing


Kapal utama telah sampai di perahu pemancing, maka nelayan yang berada
di perahu pemancing akan naik kapal utama tersebut dengan memindahkan alat
tangkapnya. Sementara itu, perahu pemancing akan diikatkan pada kapal utama agar
tidak hanyut. Proses hauling dilakukan di kapal utama karena perahu pemancing
yang digunakan sangat kecil (Gambar 11). Saat proses hauling dilakukan waktu yang
digunakan cukup lama biasanya 40 menit. Lamanya proses hauling ini disebabkan
karena masih menggunakan tenaga manusia.

11

Gambar 11 Ilustrasi proses hauling ikan tuna yang dilakukan


di kapal utama
Sistem penanganan ikan tuna segar
Nelayan hand line PPI Donggala memiliki cara penanganan sendiri
berdasarkan atas pengalaman. Aktivitas penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh
nelayan di atas kapal utama dapat dilihat pada Gambar 12 dengan uraian adalah
sebagai berikut:
1) Pembersihan dek kapal: Pada saat proses hauling sedang berlangsung, salah satu
nelayan membersihkan dek kapal untuk untuk persiapan peletakkan ikan tuna.
Pembersihan dek kapal dilakukan dengan menggunakan air laut yang di ambil
dengan menggunakan ember lalu disiramkan ke dek kapal sampai di anggap
bersih.
2) Persiapan alat bantu penanganan: Selain membersihkan dek kapal, pada saat itu
juga nelayan tersebut telah menyiapkan alat bantu penanganan untuk
mengangkat dan mematikan ikan tuna.
3) Ikan tuna di tahan dengan ganco: Saat ikan sudah berada di permukaan tepat
di samping kapal, ikan tersebut langsung di ganco pada bagian insang dan pada
bagian mulut.
4) Mematikan ikan: Bersamaan saat ikan tuna ditahan dengan ganco di permukaan
tepat di samping kapal, ikan tersebut langsung dimatikan dengan menggunakan
kayu pemukul.
5) Pelepasan mata pancing: Setelah ikan tuna dimatikan, nelayan melepaskan mata
pancing yang masih melekat di mulut ikan tuna. Pelepasan mata pancing
dilakukan nelayan dengan tangannya langsung (tanpa menggunakan alat bantu).
6) Ikan tuna dinaikkan ke atas kapal: nelayan menaikkan ikan tuna di atas kapal
dengan menggunakan ganco sebagai alat bantu. Ikan tuna yang sudah diganco
diangkat dan diletakkan di dek kapal.
7) Penyiangan insang, isi perut dan sirip: Dilakukan dengan menggunakan pisau
yang terbuat dari bahan mudah berkarat.

12

8) Pencucian ikan tuna: Setelah penyiangan insang dan isi perut, barulah pencucian
ikan tuna dilakukan. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air laut yang
diambil dengan menggunakan ember. Ikan disiram dengan air laut sampai ikan
tersebut dianggap bersih.
9) Pendinginan awal: Ikan tuna diletakkan pada bagian atas wadah penyimpanan
dalam keadaan belum tersusun rapi. Setelah itu nelayan kembali melakukan
aktivitas pemancingan dengan menggunakan perahu pemancing.
10) Penyimpanan dalam wadah pendingin: Setelah waktu istrahat pemancingan tiba,
barulah ikan tuna tersebut disusun dengan rapi dalam wadah pendingin.
Penyusunan ikan dilakukan dengan cara berlapis-lapis yaitu es kemudian ikan
tuna dan seterusnya pada bagian atas dilapisi dengan es.
11) Pembersihan alat dan area kerja: Setelah selesai proses penanganan ikan tuna
dilakukan, nelayan membersihkan area kerja dan semua alat yang digunakan
dengan air laut dan menyimpannya kembali ke tempatnya.
12) Pembongkaran ikan tuna: Setelah tiba di pangkalan, nelayan langsung
melakukan pembongkaran. Pembongkaran dilakukan pada pukul 16.00 WITA.
Pembersihan
dek kapal
Pembersihan
kapal
Pembersihan
dekdek
kapal
Persiapan alat bantu penanganan ikan
Persiapan alat bantu penanganan ikan
Ikan tuna di tahan dengan ganco
Ikan tuna di tahan dengan ganco
Pematian ikan
Mematikan ikan
Pelepasan mata pancing
Pelepasan mata pancing
Ikan dinaikkan ke atas kapal
Ikan dinaikkan ke atas kapal
Penyiangan insang, isi perut dan sirip
Penyiangan insang, isi perut dan sirip
Pencucian ikan tuna
Pencucian ikan tuna
Pendinginan awal
Pendinginan awal
Penyimpanan dalam wadah pendingin
Penyimpanan dalam wadah pendingin
Pembersihan alat dan area kerja
Pembersihan alat dan area kerja

Pembongkaranikan
ikantuna
tuna
Pembongkaran

Gambar 12 Bagan alir sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line PPI
Donggala yang dilakukan di kapal utama

13

Ikan tuna segar yang dihasilkan oleh nelayan berdasarkan proses penanganan
pada Gambar 12 sebagian besar memiliki nilai jual rendah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pengumpul dan pihak terkait dari instansi DKP, nilai jual yang
rendah ini pada umumnya dikarenakan oleh mutu hasil tangkapan yang kurang baik.

4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA DI


ATAS KAPAL HAND LINE PPI DONGGALA
Pendahuluan
Masalah adalah gambaran dari suatu keadaan yang bersumber dari hubungan
antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan suatu keadaan yang tidak diinginkan,
dan dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan. Permasalahan
penanganan ikan tuna yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala adalah
suatu masalah yang harus diselesaikan dengan mencari tahu penyebab dari
permasalahan tesebut. Mengingat ikan tuna merupakan salah satu hasil tangkapan
yang memiliki nilai jual tinggi jika mutu ikan yang dihasilkan baik.
Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala
termasuk dalam usaha penangkapan yang tergolong sederhana. Ikan tuna hasil
tangkapan nelayan tersebut berupa ikan tuna segar utuh. Penanganan ikan tuna yang
dilakukan oleh nelayan dilakukan atas dasar pengalaman yang mereka dapatkan
selama ini.
Penanganan ikan segar yang baik harus mengacu pada suatu ketentuan
penanganan atau standar yang berlaku agar mutu ikan yang dihasilkan baik. Jika
penanganannya kurang tepat, protein yang terkandung dalam ikan akan dimanfaatkan
oleh mikroorganisme untuk berkembang biak dan menjadikan kualitas ikan menurun.
Kualitas ikan yang menurun dapat menyebabkan sakit pada orang yang
mengkonsumsinya.
Ikan tuna merupakan salah satu jenis pangan yang mudah mengalami
penurunan mutu. Hasil tangkapan tuna, membutuhkan penanganan khusus untuk
menjaga ikan tuna tersebut tetap segar. Penanganan tuna di atas kapal dilakukan
mulai dari menaikkan ikan di atas kapal sampai dengan tahap pembongkaran hasil
tangkapan.
Penanganan hasil tangkapan di kapal merupakan proses yang sangat penting
dari seluruh proses perjalanan ikan sampai ke konsumen. Hal ini dikarenakan
penanganan ikan di atas kapal merupakan penanganan awal yang sangat menentukan
terhadap penanganan dan pengolahan ikan selanjutnya (Huda et al. 2013;
Hastrini et al. 2013).
Penanganan adalah serangkaian atau perlakukan terhadap ikan tanpa mengubah
struktur dan bentuk dasar. Salah satu bentuk penanganan adalah dengan
menggunakan suhu rendah atau dikenal dengan pendinginan. Pendinginan yang
dilakukan sebelum rigor mortis berlalu merupakan cara yang paling efektif jika
disertai dengan teknik yang benar.
Umumnya proses penanganan ikan yang dilakukan oleh nelayan masih sangat
memprihatinkan. Tingkat kesegaran ikan dari hasil tangkapan belum dapat

14

dipertahankan dengan baik, padahal tingkat kesegaran ikan tersebut sangat menentukan
nilai jual ikan (Surti dan Ari 2004).
Analisis aspek penangkapan dan penanganan ikan pada nelayan hand line PPI
Donggala adalah bertujuan untuk mencari tahu penyebab dari permasalahan
penangkapan dan penanganan yang mempengaruhi proses penurunan mutu pada
hasil tangkapan nelayan. Sehingga dengan mengetahui penyebab dari permasalahan
tersebut, maka dapat dilakukan upaya perumusan strategi penanganan yang baik.

Metode Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive
sampling adalah penentuan sampel berdasarkan keyakinan bahwa sampel tersebut
benar-benar mewakili dari total keseluruhan sampel yang ada (Ferdinand et al. 2012).
Jumlah data yang diteliti disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Data primer yang
diambil mencakup nelayan, cara penangkapan, cara penanganan ikan tuna di kapal
hand line, bahan dan alat yang digunakan untuk penanganan, area kerja penanganan,
ukuran kapal, lama waktu penangkapan dan nilai jual ikan tuna. Data sekunder
dikumpulkan melalui penelusuran dari berbagai studi pustaka, statistik perikanan,
terbitan jurnal dan sumber lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.
Analisis fishbone
Mengacu pada Gazpers (1997), langkah-langkah analisis fishbone adalah sebagai
berikut:
Langkah 1 : Menggambar sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada
ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya yang berisikan
tentang masalah yang akan diteliti.
Masalah yang diteliti
Langkah 2 : Menggambar penyebab utama (SDM, Metode, Bahan dan Alat serta
Lingkungan) dalam kotak yang dihubungkan dengan garis utama.
SDM

Bahan dan Alat

Masalah yang diteliti

Metode

Lingkungan

15

Langkah 3 : Menambahkan penyebab kecil disekitar penyebab utama dan


menghubungkanya dengan penyebab utama (SDM, Metode, Bahan
dan Alat serta Lingkungan)
Bahan dan Alat
SDM
Rincian faktor

Masalah yang diteliti


Penyebab kecil
Lingkungan
Metode
Langkah 4 : Melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dengan tujuan agar menjadi lebih baik.

Matriks Banding Berpasangan


Matriks banding berpasangan digunakan untuk melihat prioritas masalah proses
penanganan yang sedang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala. Mengacu
pada Satria et al. (2012), langkah-langkah pembuatan matriks banding berpasangan
adalah sebagai berikut:
1) Membuat matriks banding berpasangan dengan membandingkan elemen secara
berpasangan sesuai kriteria yang di berikan. Matriks bersifat sederhana,
berkedudukan kuat yang menawarkan kerangka untuk memeriksa konsistensi,
memperoleh informasi tambahan dengan membuat semua perbandingan yang
mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk merubah
pertimbangan. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan, dimulai dari
level paling atas hirarki untuk memilih kriteria, misalnya C, kemudian dari level
dibawahnya diambil elemen-elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3,
A4, A5, maka susunan elemen-elemen pada sebuah matriks seperti Tabel 1.
Tabel 1 Matriks banding berpasangan
C
A1
A2
A3
A4
A5

A1
1

A2

A3

A4

A5

1
1
1
1

2) Mengisi matriks banding berpasangan yaitu dengan menggunakan bilangan untuk


merepresentasikan kepentingan relatif dari satu elemen terhadap elemen lainnya

16

yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. Skala ini
mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam
perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kriteria
di level yang lebih tinggi. Apabila suatu elemen dalam matriks dan dibandingkan
dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai
tertentu, maka j dibanding i merupakan kebalikannya. Pada Tabel 2 memberikan
definisi dan penjelasan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya.
Tabel 2 Skala penilaian perbandingan berpasangan
Intensitas
Kepentingan
1
3
5
7
9
2,4,6

Definisi
Kedua elemen sama penting
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya
Elemen yang satu jelas lebih penting dari lainnya
Elemen yang satu sangat jelas lebih penting dari lainnya
Mutlak lebih penting dari lainnya
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

3) Penentuan prioritas dengan menentukan vektor bobot, sehingga didapatkan


prioritas lokal. Kemudian ditentukan prioritas global dengan melakukan sintesis
diantara prioritas lokal. Nilai-nilai perbandingan kemudian diolah untuk
menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Formulasi untuk menentukan
vektor prioritas dari elemen-elemen pada setiap matriks yaitu formulasi dengan
menggunakan rata-rata aritmetik dengan persamaan aritmetik sebagai berikut:
a) Menjumlahkan nilai-nilai dalam setiap kolom (Nkj).
Nkj

n
= aij (k)
kj = 1 .......................................................................................(1)

Keterangan:
Nkj
: Nilai kolom ke j
aij
: Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
n
: Jumlah elemen

b) Membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom untuk
memperoleh matriks yang dinormalisasi (Ndij).
Ndij =

aij
Nkj

...............................................................................................(2)

Keterangan:
Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j
aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
Nkj : Nilai kolom ke j

c) Vektor prioritas dari setiap elemen, diperoleh dengan merata-ratakan nilai


sepanjang baris (Vpi).
Vpi =

n Ndij
j=1 n

.........................................................................................(3)

Keterangan:
Vpi : Vektor prioritas dari elemen i
Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j

17

4) Pengukuran konsistensi
Penilaian antara satu kriteria dengan kriteria lain tidak bisa semuanya konsisten.
Ketidak konsistenan ini dapat disebabkan karena kesalahan pada waktu penilaian,
atau karena kurangnya informasi, dan kurangnya konsentrasi. Dalam masalah
pengambilan keputusan perlu untuk mengetahui seberapa besar konsistensi yang
ada, sehingga keputusan yang dihasilkan berdasarkan pada pertimbangan dengan
konsistensi yang baik. Konsistensi yang logis memiliki dua makna yaitu:
Pertama: obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan
relevansinya,
Kedua: konsistensi terkait dengan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang
didasarkan pada kriteria tertentu.
Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang dari 10% dan jika rasio
konsistensi lebih dari 10 %, pertimbangan tersebut mungkin acak dan perlu
diperbaiki.
Perhitungan nilai eigen (eigen value) maksimum ( maks):
VA = aij x Vp dengan VA = (V aij) ....................................................................(4)
Keterangan:
VA : Vektor antara
aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
Vp : Vektor prioritas

VB =

VA
VP
..................................................................................................................(5)

dengan VB = Vbi

Dimana: VB adalah nilai eigen


max =

n
i =1

VB

...................................................................................................(6)

Perhitungan Indeks Konsistensi (CI):


CI =

maks n
n 1

.......................................................................................................(7)

Perhitungan Rasio Konsistensi (CR), dengan rumus:


CI

CR = RI

...................................................................................................................(8)

Nilai Indeks Acak (Random Consistency Index) (RI) dari matriks berordo
1 sampai dengan 15 yang diacu dari Saaty et al. (1994), digunakan untuk
menentukan Rasio Konsistensi (CR) yang dapat dilihat pada Tabel 3.

18

Tabel 3 Rasio konsistensi (CR)


n

RI

RI

RI

0,00

1,24

11

1,51

0,00

1,32

12

1,48

0,58

1,41

13

1,56

0,90

1,45

14

1,57

1,12

10

1,49

15

1,59

Hasil
Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tentang cara penangkapan yang
dilakukan oleh nelayan hand line, yang kemudian di analisis dengan diagram
fishbone maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan
mutu hasil tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penangkapan ikan tuna
nelayan hand line PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan hasil
analisis tersebut, dapat diketahui bahwa sistem operasi penangkapan yang
mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala
adalah (1) SDM (nelayan); dan (2) metode.

SDM (Nelayan)

Trip penangkapan

Proses hauling

Permasalahan
penangkapan yang
menyebabkan mutu
hasil tangkapan
kurang baik

Cara penangkapan

Metode

Gambar 13 Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh


nelayan hand line PPI Donggala yang dilakukan di kapal utama
dan perahu pemancing
1) SDM (nelayan)
Trip penangkapan yang kurang tepat
Trip penangkapan ikan tuna yang dilakukan nelayan menggunakan waktu
40 jam. Pengaturan trip penangkapan ini kurang tepat karena wadah
penyimpanan dan es yang digunakan kurang baik. Kondisi ini tidak
memungkinkan untuk dapat mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang lama.

19

2) Metode
Proses hauling yang cukup lama
Lamanya waktu yang digunakan saat hauling akan membuat ikan tuna
kelelahan karena adanya perlawanan yang akan merubah susunan komposisi kimia
yang ada pada ikan tuna. Perubahan susunan komposisi kimia yang terjadi pada ikan
tuna akhirnya akan lebih cepat memicu terjadinya proses penurunan mutu.

Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lima kapal nelayan hand line PPI
Donggala tentang cara penanganan, yang kemudian di analisis dengan diagram fishbone
maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan mutu hasil
tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penanganan ikan tuna nelayan hand line
PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil analisis tersebut, sistem
penanganan ikan yang mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand
line PPI Donggala adalah sebagai berikut:
1) SDM (nelayan)
- Keterampilan dalam menangani ikan tuna masih kurang baik
- Pengetahuan yang masih rendah
2) Metode
- Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat
- Penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih
- Tidak melakukan pembuangan darah
- Pendinginan awal kurang efektif
3) Bahan dan alat
- Wadah penyimpanan yang kurang terawat
- Es yang digunakan kurang tepat
- Pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel
- Kayu pemukul masih kurang efektif
4) Lingkungan
- Suhu penyimpanan tidak terkontrol
- Adanya kontak langsung dengan sinar matahari.
SDM (nelayan)
Bahan dan Alat
Pengetahuan
Wadah
penyimpanan

Menangani ikan tuna


Pengetahuan

Es

Kayu pemukul

Pisau
Permasalahan
penanganan yang
menyebabkan mutu
hasil tangkapan
kurang baik

Mutu
Mematikan
ikan tuna

Pembuangan
darah

Suhu
penyimpanan

Cara penanganan
Penyiangan
insang dan
isi perut

Pendinginan
awal

Sinar
matahari

Lingkungan

Metode

Gambar 14 Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna di kapal


utama nelayan hand line PPI Donggala

20

Matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan


hand line PPI Donggala
Tabel 4 Hasil analisis matriks uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi
nelayan hand line PPI Donggala
(n)

10

11

12

13

14

1/7

1/3

1/5

1/3

1/3

1/3

1/3

1/3

1/2

1/2

1/2

1/3

1/5

1/4

1/5

1/5

1/3

1/5

1/5

1/5

1/3

1/5

1/5

1/3

1/3

1/3

1/3

1/3

1/5

1/3

1/3

1/5

1/3

1/5

1/5

1/5

1/3

1/3

10

1/3

1/3

11

1/3

1/3

1/4

1/5

1/7

1/3

1/3

1/3

1/5

1/5

1/7

12

1/3

1/3

1/5

1/7

1/7

1/3

1/3

1/3

1/5

1/5

1/7

13

1/5

1/5

14

1/3

1/7

1/8

1/8

1/7

1/3

1/3

1/3

1/5

1/5

1/7

31,33

11,69

6,39

4,60

11,50

41,00

28,67

40,00

12,67

12,67

51,00

54,00

16,50

62,00

Total

Keterangan:
n: permasalahan
1: trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari)
2: proses hauling yang yang cukup lama
3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik
4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim
5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat
6: penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih
7: tidak melakukan pembuangan darah
8: pendinginan awal kurang efektif
9: wadah penyimpanan yang kurang terawat
10: es yang digunakan kurang tepat
11: pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel
12: kayu pemukul masih kurang efektif
13: suhu penyimpanan tidak terkontrol
14: adanya kontak langsung dengan sinar matahari

Berdasarkan matriks uji banding berpasangan di atas dapat tentukan prioritas


masalah yang dihadapi oleh nelayan hand line dengan cara menghitung VP (Vektor
Prioritas). Nilai VP dihitung dengan rata-rata aritmetik dari matriks uji banding
berpasangan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala
dengan ketentuan dinormalisasi (Lampiran 3). Nilai VP dari 14 (empat belas)
permasalahan yang telah dikaji sebelumnya dengan menggunakan analisis fishbone
beserta urutan prioritasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

21

Tabel 5 Hasil perhitungan nilai VP dari permasalahan yang dihadapi nelayan hand
line PPI Donggala
No.

Deskripsi permasalahan

VP

Prioritas/ranking

Trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari)

0,0385

Proses hauling yang yang cukup lama

0,0967

Keterampilan menangani tuna masih kurang baik

0,1582

Pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim

0,1876

Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat

0,0978

Penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih

0,0297

10

Tidak melakukan pembuangan darah

0,0416

Pendinginan awal kurang tepat

0,0312

Wadah penyimpanan yang kurang terawat

0,0882

10

Es yang digunakan kurang tepat

0,0882

11

Pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel

0,0183

11

12

Kayu pemukul masih kurang efisien

0,0169

12

13

Suhu penyimpanan tidak terkontrol

0,0924

14

Adanya kontak langsung dengan sinar matahari

0,0146

13

0,2000
0,1800
0,1600
nilai VP

0,1400
0,1200
0,1000
0,0800
0,0600
0,0400
0,0200
0,0000
1

10 11 12 13 14

Permasalahan

Gambar 15 Grafik nilai VP dari permasalahan yang dihadapi oleh


nelayan hand line PPI Donggala
Grafik sebaran nilai VP dari tiap permasalahan dapat dilihat pada Gambar 15.
Prioritas tertinggi dari permasalahan yang dihadapi nelayan hand line PPI Donggala
yaitu (1) permasalahan nomor 4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim;
(2) permasalahan nomor 3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik;
(3) permasalahan nomor 5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat;
(4) permasalahan nomor 2: proses hauling yang cukup lama; dan (5) permasalahan
nomor 13: suhu penyimpanan yang tidak terkontrol. Nilai indeks konsistensi (CI)
dari matriks uji banding berpasangan di atas adalah 0,0921. Jumlah n (permasalahan)
sebanyak 14 sehingga untuk perhitungan nilai rasio konsistensi (CR) menggunakan

22

nilai indeks acak (Random Consitency Index) (RI) untuk ordo 14 yaitu 1,57
(Saaty et al. 1994). Nilai CR yang dihasilkan adalah 0,0587 atau 5,87% (< 10%)
berarti bahwa penilaian prioritas yang diakukan pada contoh matriks banding
berpasang konsisten.
Pembahasan
Berdasarkan hasil dari analisis diagram fishbone diketahui berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala. Ada empat belas
(14) permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line tersebut. Permasalahan
tersebut yaitu trip penangkapan yang kurang tepat, proses hauling yang cukup lama,
keterampilan menangani ikan tuna masih kurang baik, pengetahuan tentang mutu
pengetahuan tentang mutu yang masih sangat minim, cara mematikan ikan tuna
masih kurang tepat (Lampiran 4), penyiangan insang dan isi perut masih kurang
bersih, tidak melakukan pembuangan darah, pendinginan awal kurang efektif, wadah
penyimpanan yang kurang terawat (Lampiran 5), es yang digunakan kurang tepat
(Lampiran 6), pisau yang tidak bersih (Lampiran 7), kayu pemukul masih kurang
efektif, suhu penyimpanan tidak terkontrol dan terakhir adanya kontak langsung
dengan sinar matahari (Lampiran 8).
Penanganan ikan tuna yang baik dan benar merupakan faktor penentu untuk
menghasilkan ikan tuna segar yang sesuai dengan permintaan pasar. Oleh karena itu
keterampilan dalam menangani ikan tuna serta pengetahuan yang baik sangat
dibutuhkan dalam proses penanganan untuk mempertahankan kesegaran ikan tuna
hasil tangkapan. Karena jika nelayan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
baik maka kecil kemungkinanan terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat memicu
cepatnya terjadinya proses penurunan mutu ikan tuna.
Pengaturan trip penangkapan kurang tepat karena lebih dari 24 jam. Hal ini
dikarenakan wadah penyimpanan yang kurang baik dan es yang digunakan kurang
tepat. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk dapat mempertahankan kesegaran ikan
tuna hasil tangkapan nelayan dalam waktu yang lama. DJPT (2014) menjelaskan
bahwa kapal penangkap atau kapal penampung yang menyimpan hasil tangkapan
lebih dari 24 jam harus memiliki wadah penyimpanan yang baik dan menjamin
bahwa wadah tersebut tidak menulari ikan yang disimpan didalamnya. Selain itu
tidak adanya pengontrolan suhu selama ikan tersebut disimpan dalam wadah
penyimpanan.
Penyimpanan ikan tuna segar dalam wadah harus memiliki suhu 0-2 0C. Suhu
tersebut harus dipertahankan selama belum dilakukan pembongkaran ikan tuna.
Menurut Zhang et al. (2011), terjadinya kenaikan suhu secara signifikan dapat
menyebabkan cepatnya terjadi proses penurunan mutu. Gram dan Dalgaard (2002)
menambahkan bahwa penggunaan suhu rendah yang baik akan menghambat
pertumbuhan beberapa mikroba yang terdapat pada ikan air laut. Hal ini juga
dipertegas oleh Taher (2010) bahwa penggunaan suhu rendah yang baik dan benar
akan memperpanjang masa penyimpanan ikan.
Proses hauling yang cukup lama juga memberikan pengaruh terhadap proses
penurunan mutu. Lamanya waktu yang digunakan saat hauling akan membuat ikan
tuna kelelahan karena adanya perlawanan, dan ketika ikan tersebut mati maka akan
cepat terjadi proses penurunan mutu pada ikan tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan
cara kematian ikan tuna, dimana ikan yang mati dipukul dengan kayu pemukul akan

23

lebih cepat mengalami proses penurunan mutu daripada ikan yang mati dengan cara
di tusuk tepat pada otaknya. Hal ini disebabkan karena ikan yang mati dengan cara
ditusuk, ikan tersebut langsung mati sehingga mutu ikan tetap terjaga. Lain halnya
dengan ikan yang dipukul dengan kayu pemukul, proses kematiannya berlangsung
15-20 menit sehingga ikan mati dalam keadaan lemas. Ikan yang mati dengan
keadaan lemas akan lebih cepat mengalami proses penurunan mutu (Reo 2010).
Pisau yang digunakan nelayan saat menyiangi ikan tuna terlihat karatan karena
terbuat dari bahan yang mudah berkarat. Alat bantu penanganan seperti pisau dan
harus terjaga kebersihannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Winarno dan Surono
(2004) bahwa semua peralatan yang digunakan yang berhubungan langsung dengan
produk harus dipastikan bahwa tidak menulari produk yang ditangani. Hal ini juga
ditegaskan dalam Kepmen KP Nomor: 52A/KEPMEN-KP/2013 yang menjelaskan
tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Pada BAB II disebutkan Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, bagian A nomor 6 tentang Peralatan dan
Perlengkapan pada poin a dan b yang menyatakan bahwa peralatan yang digunakan
yang berhubungan lansung dengan ikan harus terbuat dari bahan tahan karat, tidak
beracun dan mudah dibersihkan serta harus ditata sedemikian rupa untuk dapat
mencegah kontaminasi.
Es yang digunakan nelayan untuk mendinginkan ikan memiliki partikelpartikel yang tidak halus. Hal ini dikarenakan es yang digunakan adalah es balok
yang akan dihancurkan secara manual ketikan akan digunakan. Es yang baik untuk
mendinginkan ikan tuna harus menggunakan es curah karena memiliki partikelpartikel yang lebih halus. Halusnya partikel-partikel es tersebut akan lebih cepat
mendinginkan ikan karena tersusun rapat saat berada dalam wadah penyimpanan
(Moeljanto 1992).
Faktor lingkungan seperti sinar matahari juga harus diperhatikan dalam
mempertahan kesegaran ikan tuna hasil tangkapan. Adanya kontak langsung dengan
sinar matahari dapat merusak sistem rantai dingin yang ada pada ikan tersebut yang
pada akhirnya akan mempecepat proses penurunan mutu.

Kesimpulan
Penangkapan dan proses penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh
nelayan hand line PPI Donggala hanya berdasarkan atas pengalaman yang diperoleh
selama ini. Penanganan hasil tangkapan yang dilakukan nelayan tersebut masih
memiliki banyak kekeliruan. Analisis fishbone menghasilkan empat belas masalah
yang berpengaruh terhadap proses penurunan mutu hasil tangkapan nelayan hand
line PPI Donggala. Dari empat belas masalah tersebut dihasilkan lima masalah
prioritas dengan menggunakan analisis uji berpasangan berganda. Lima prioritas
masalah tersebut yaitu (1) pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim;
(2) keterampilan menangani tuna masih kurang baik; (3) cara mematikan ikan tuna
masih kurang tepat; (4) proses hauling yang yang cukup lama; dan (5) suhu
penyimpanan yang tidak terkontrol.

24

5 STRATEGI SISTEM PENANGANAN IKAN TUNA YANG


BAIK DI ATAS KAPAL HAND LINE NELAYAN
PPI DONGGALA
Pendahuluan
Hasil analisis uji banding berpasangan pada bab sebelumnya, diperoleh
masalah prioritas dari sistem penanganan ikan tuna pada nelayan hand line yang
mempengaruhi proses penurunan mutu hasil tangkapan. Permasalahan prioritas
tersebut yaitu pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim, keterampilan
menangani tuna masih kurang baik, cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat,
proses hauling yang yang cukup lama dan suhu penyimpanan yang tidak terkontrol.
Melihat permasalahan prioritas di atas, maka diperlukan perencanaan strategi
untuk memperbaiki sistem penangkapan dan khususnya penanganan ikan tuna pada
nelayan hand line PPI Donggala. Perencanaan strategi merupakan proses penyusunan
perencanaan jangka panjang. Penyusunan strategi ini menggunakan proses analisis
lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal dari sistem penanganan itu
sendiri. Dijelaskan oleh Mulyadi et al. (2012) bahwa strategi adalah suatu tindakan
keputusan yang memiliki dasar yang dibuat dan diimplementasikan dengan tujuan
agar menjadi lebih baik.
Perumusan strategi harus dilakukan dengan sebaik mungkin agar tindakan atau
keputusan yang diambil betul-betul sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Sebagaimana ditekankan oleh Sondang (2003), perumusan strategi merupakan
sekumpulan tindakan atau keputusan yang dibuat dan digunakan dalam waktu yang
panjang dengan tujuan mencapai sasaran yang diinginkan.
Tujuan perumusan strategi ini adalah merumuskan strategi sistem penanganan
ikan yang baik di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala. Manfaat dari
perumusan strategi ini yaitu untuk membantu nelayan dalam meningkatkan kualitas
penanganan di atas kapal dengan harapan hasil tangkapan dari nelayan tersebut
memiliki mutu yang baik dan konsisten serta memberikan penekanan terhadap sering
terjadinya kesalahan teknis. Mutu ikan tuna yang baik dan konsisten adalah salah
satu faktor penentu dalam meningkatkan nilai jual.

Metode Penelitian
Metode penelitian pada tahap ini yaitu melakukan pendekatan dengan analisis
SWOT dalam merumuskan strategi penanganan yang baik di atas kapal hand line.
Perumusan strategi penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan
permasalahan yang prioritas yang dihasilkan dari analisis uji banding berpasangan.
Penyusunan strategi tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT. Prinsip
kerja dari analisis SWOT yaitu mengidentifikasi berbagai faktor lingkungan internal
dan eksternal secara sistematik dan dilanjutkan dengan merumuskannya. Kemudian
dengan membandingkan antara faktor internal yaitu kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weakness) dengan faktor eksternal yaitu peluang (opportunities) dan
ancaman (threats) (Rangkuti 2006).

25

Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan
yang diperoleh lebih tepat perlu melalui tahapan sebagai berikut:
1) Tahap pengumpulan data yaitu pengumpulan data, pengklasifikasian dan
pra-analisis faktor eksternal dan internal.
2) Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal dan eksternal dan matriks
SWOT.
3) Tahap pengambilan keputusan
Tahapan pembuatan matriks faktor strategi Internal Strategic Factor Summary
(ISFS) dan matriks faktor strategi Eksternal Strategic Factors Summary (ESFS)
adalah sebagai berikut:
1) Matriks ISFS
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam kolom 1.
b. Pemberian bobot masing-masing faktor tersebut pada kolom 2, dengan skala
mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan
pengaruh terhadap posisi strategis sistem. (Semua bobot jumlahnya tidak
boleh melebihi skor total 1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala
mulai dari4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruhnya
terhadap sistem. Pemberian nilai rating untuk kekuatan bersifat positif
(semakin besar kekuatan semakin besar pula nilai rating yang diberikan),
sedangkan untuk kelemahan dilakukan sebaliknya.
d. Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk menentukan skor
terbobot pada masing-masing faktor (kolom 4).
e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk menentukan kondisi
internal sistem. Jika nilai total skor terbobot > = 2,5 berarti kondisi internal
sistem memiliki kekuatan untuk mengatasi situasi.
Tabel 6 Matrik evaluasi faktor internal (ISFS)
Faktor-faktor internal
Kekuatan

Kelemahan

Jumlah

Bobot

Rating

Bobot*rating

2) Matriks ESFS
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman (kolom 1)
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruhnya
terhadap faktor strategis. (Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor
total 1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala
mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruhnya
terhadap kondisi sistem. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif

26

(semakin besar peluang semakin besar pula nilai rating yang diberikan),
sedangkan untuk ancaman dilakukan sebaliknya (semakin besar ancaman
semakin kecil nilai rating).
d. Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk menentukan skor
terbobot pada masing-masing faktor (kolom 4).
e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk menentukan kondisi
eksternal sistem. Jika total skor terbobot > = 2,5 berarti sistem mampu
merespon kondisi yang ada.Kemudian dilakukan penjumlahan total skor
pembobotan untuk masing-masing faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan
eksternal (peluang dan ancaman) (Tabel 12). Untuk memperoleh strategi
yang tepat maka nilai tersebut diplotkan pada kuadran yang sesuai untuk
kemudian dilakukan pembuatan matriks SWOT yang akan menjelaskan
alternatif strategi yang dilakukan.
Tabel 7 Matriks evaluasi faktor ekternal (ESFS)
Faktor-faktor eksternal
Peluang

Bobot

Rating

Bobot*rating

Ancaman :
Jumlah

Bedasarkan matriks ISFS dan matriks ESFS, dapat diketahui posisi kuadran
kondisi sistem saat ini. Posisi sistem juga dapat diketahui dari matriks internaleksternal (IE Matriks).
3) Matriks IE
Matriks IE (internal-eksternal) merupakan matriks yang dibuat dengan
menggunakan parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi.
Tujuan pembuatan matriks IE adalah untuk memperoleh posisi sistem saat ini
(Tabel 8).
Tabel 8 Matriks internal-ekternal
I

II
Growth
Konsentrasi melalui
integrasi vertikal

IV

III
Growth
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal

V
Stability
Hati - hati

VII
Growth
Difersifikasi Konsentrik

(sumber: Rangkuti 1997)

Growth
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
Stability
Hati-hati
VIII
Growth
Difersifikasi Konsentrik

Rentrechment
Turnaround
IV
Rentrechment
Captive Company
atau
divestment
IX
Rentrechment
Bangkrut atau likuidasi

27

4) Matriks SWOT
Langkah selanjutnya setelah membuat matriks IE yaitu membuat matriks
SWOT yang menjelaskan berbagai alternatif yang mungkin untuk strategi
pengelolaan. Menurut Nurani (2010), penyusunan matriks SWOT merupakan alat
pencocokan yang penting untuk mengembangkan empat tipe strategi, dimana
pencocokan memerlukan kecermatan dan tidak ada satupun kecocokan terbaik.
Dalam matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis (Rangkuti 2006) yaitu:
1. Strategi S-O, strategi ini memanfaatkan seluruh kekuatan untuk mendapatkan dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi S-T, strategi ini menggunakan unsur kekuatan untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan meminimalkan unsur kelemahan.
4. Strategi W-T, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensiv dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Tahapan selanjutnya adalah pengambilan keputusan, dalam tahapan ini perlu
merujuk kembali matriks internal eksternal yang menghasilkan posisi sistem saat ini,
dengan melihat posisi kuadran dari sistem sehingga dapat diketahui kombinasi
strategi yang tepat (Marimin 2004).
Hasil
Analisis strengths weaknesses opportunities threats (SWOT) adalah analisis
yang didasarkan pada logika dalam membentuk strategi. Penentuan strategi sistem
penanganan ikan pada perikanan tuna hand line di PPI Donggala Sulawesi Tengah
dimulai dengan tahap awal yaitu pengumpulan data dan indentifikasi faktor-faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang sangat mempengaruhi
sistem penanganan ikan tuna segar di kapal hand line secara langsung. Faktor
internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor
yang berasal dari luar yang dapat mempengaruhi sistem penanganan ikan tuna secara
tidak langsung yang terdiri atas peluang dan ancaman.
Berdasarkan hasil analisis uji banding berpasangan pada bab sebelumnya
didapatkan faktor eksternal dan faktor internal sistem penanganan ikan yang sangat
berpengaruh terhadap penurunan mutu hasil tangkapan. Hasil analisis faktor internal
dan faktor eksternal yang didapatkan akan digunakan sebagai input untuk
memformulasikan strategi penanganan ikan tuna segar di kapal hand line nelayan
PPI Donggala.
Analsisis faktor internal meliputi kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi kelemahan yang ada. Cakupan faktor internal dari sistem penanganan
hasil tangkapan di atas kapal oleh nelayan hand line PPI Donggala dapat dilihat pada
Tabel 9. Urairan dari faktor internal sistem penangangan nelayan tersebut adalah
sebagai berikut:

28

1. Kekuatan
a. Hand line merupakan alat tangkap ikan tuna yang tepat untuk ikan tuna. Alat
tangkap pancing khususnya hand line merupakan alat tangkap yang tepat untuk
ikan tuna dibandingkan dengan alat tangkap lain karena tidak menyebabkan
cacat fisik pada ikan seperti alat tangkap purse seine.
b. Memiliki kapal utama yang berfungsi sebagai penampung. Nelayan hand line
memiliki dua kapal, satu sebagai perahu pemancing sedangkan satu kapalnya
sebagai kapal yang digunakan saat proses hauling dan sebagai kapal penampug
hasil tangkapan. Adanya kapal ini sangat memudahkan nelayan, karena
nelayan tidak harus kembali ke pangkalan saat mendapatkan ikan tuna. Ikan
tersebut akan di simpan pada kapal utama tersebut, setelah itu kembali
melakukan pemancingan.
c. Memiliki banyak perahu pemancing. Perahu pemancing yang dimiliki oleh
nelayan yaitu terdiri atas 7-8 perahu. Banyaknya perahu pemancing ini sangat
membantu nelayan dalam meningkatkan produksi hasil tangkapaan tuna.
d. Tersedianya umpan untuk memancing ikan tuna. Umpan yang digunakan oleh
nelayan hand line untuk memancing ikan tuna tersedia di pangkalan. Umpan
tersebut diperoleh dari nelayan purse seine. Tersedianya umpan di pangkalan
sangat membantu nelayan hand line dalam melakukan pemancingan ikan tuna.
e. Umur nelayan yang masih produktif. Berdasarkan pengamatan dan wawancara
pada nelayan hand line PPI Donggala, nelayan hand line pada umumnya
memiliki kisaran umur antara 20-40 tahun, dimana merupakan umur yang
produktif dalam melakukan aktivitas.
2. Kelemahan
a. Pengetahuan nelayan yang masih minim. Pengetahuan yang baik sangat
berperan penting dalam meningkatkan mutu hasil tangkapan. Jika nelayan
memiliki pengetahuan tentang cara mempertahankan kesegaran hasil
tangkapan maka kecil kemungkinan terjadi kesalahan. Pengetahuan nelayan
masih sangat minim hal ini dibuktikan dengan mutu hasil tangkapan yang
kurang baik. Selain itu pada umumnya nelayan hanya menyelesaikan
pendidikan di tingkat sekolah dasar.
b. Keterampilan menangani ikan tuna yang masih kurang baik. Keterampilan
penanganan sangat diperlukan dalam dalam menghasilkan mutu ikan tuna yang
baik. Keterampilan nelayan dalam menangani ikan tuna masih sangat minim
hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kekeliruan dalam melakukan
penanganan ikan tuna di atas kapal.
c. Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat. Pengamatan yang dilakukan
ikan tuna hasil tangkapan dimatikan dengan cara dipukul menggunakan kayu
pemukul. Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa
penggunaan kayu pemukul untuk mematikan ikan tuna masih kurang tepat. Hal
ini dikarenakan ikan yang mati dipukul akan mati dalam keadaan lemas
sehingga cepat terjadinya proses penanganan.
d. Proses hauling yang cukup lama. Proses hauling yang lama juga sangat
mempercepat proses penurunan mutu saat ikan mati. Hal ini disebabkan
sebelum ikan mati, ikan tersebut kelelahan karena melakukan perlawan saat
hauling.

29

e. Suhu penyimpanan tidak terkontrol. Pengontrolan suhu penyimpanan ikan


merupakan hal yang penting dalam mempertahan kesegaran ikan. Kenaikan
suhu penyimpanan akan menyebabkan meningkatnya aktivitas bakteri yang
menyebabkan terjadinya proses penurunan mutu. Pengontrolan suhu tidak
dilakukan oleh nelayan hand line selama penyimpanan hasil tangkapan.
Tabel 9 Matriks analisis lingkungan internal penanganan ikan tuna segar ditingkat
nelayan hand line PPI Donggala
Unsur SWOT

Bobot

Rating

Skor

Kekuatan
Hand line merupakan alat tangkap ikan tuna yang tepat

0,26

1,04

Memiliki kapal utama yang berfungsi sebagai penampung

0,12

0,48

Memiliki banyak perahu pemancing

0,07

0,28

Tersedianya umpan untuk memancing ikan tuna

0,03

0,09

Umur nelayan yang masih produktif

0,03

0,09

Kelemahan
Pengetahuan nelayan yang masih minim
Keterampilan menangani ikan tuna yang masih kurang baik

0,15
0,13

1
1

0,15
0,13

Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat


Proses hauling yang cukup lama

0,07
0,07

2
2

0,14
0,14

Suhu penyimpanan tidak terkontrol

0,07

0,14

TOTAL

2,68

Tabel 9 menyajikan matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary


(ISFS). Berdasarkan matriks ISFS diketahui bahwa dalam sistem penanganan ikan
tuna segar pada nelayan hand line PPI Donggala memiliki skor 2,68. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi internal sistem masih memiliki kekuatan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.
Analisis selanjutnya yaitu melihat kondisi ekternal sistem penanganan tuna
pada nelayan hand line tersebut. Analisis eksternal berguna untuk melihat peluang
apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk meminimalisir ancaman yang akan terjadi.
Faktor eksternal (peluang dan ancaman) dijabarkan sebagai sebagai berikut:
1. Peluang
a. Memiliki tempat pendaratan ikan hasil tangkapan. Adanya tempat pendaratan
ikan sangat membantu nelayan. Hal ini dikarenakan saat membongkar hasil
tangkapan, nelayan hand line tidak lagi kebingungan mencari tempat untuk
mendaratkan hasil tangkapannya.
b. Tersedianya pabrik es di PPI Donggala. PPI Donggala memiliki pabrik es yang
dapat memenuhi kebutuhan es nelayan hand line untuk penanganan ikan.
Dengan demikian nelayan tidak lagi mencari es di tempat yang jauh dari
pangkalan.
c. Tersedianya pasar ikan tuna. Pasar ikan tuna yang dimaksudkan adalah adanya
buyer yang menetap di pangkalan untuk membeli hasil tangkapan nelayan.
Adanya buyer tersebut, memudahkan nelayan dalam memasarkan hasil
tangkapannya.

30

d. Potensi ikan tuna yang masih tersedia. Berdasarkan pembagian Wilayah


Pengelolaan Perikanan Republik Indonesaia (WPP-RI) salah satu WPP RI yang
dekat dengan PPI Donggala yaitu WPP 713 (Selat Makassar). WPP ini
merupakan daerah penangkapan bagi nelayan hand line PPI tersebut yang
masih memiliki potensi ikan tuna dengan syarat dimanfaatkan secara
berkelanjutan.
e. Adanya pembeli yang menetap di pangkalan. Adanya penampung yang
menetap di pangkalan tersebut sangat membantu nelayan karena nelayan tidak
harus pergi jauh untuk menjual ikan hasil tangkapan.
2. Ancaman
a. Belum adanya tenaga ahli dari instansi terkait. Tenaga ahli yang dimaksudkan
adalah tenaga teknis yang memiliki kompetensi dibidang pengendalian mutu
ikan tuna itu sendiri sehingga dapat mengawasi dan memberikan
pendampingan langsung selama proses penanganan ikan tuna di kapal agar
mutu ikan tuna yang dihasilkan baik.
b. Tidak adanya standar resmi yang digunakan dalam penanganan ikan tuna.
Berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara yang dilakukan dengan
nelayan, penanganan ikan tuna di lakukan atas dasar pengalamannya sendiri.
Sementara itu dari penampung hanya memberikan arahan bahwa ikan tuna
yang dihasilkan harus utuh dan tidak cacat tanpa ada prosedur atau tata cara
penanganan ikan tuna yang diberikan kepada nelayan.
c. Instansi terkait lebih mengutamakan nelayan purse seine. Hasil dari wawancara
dengan nelayan serta pihak instansi bagian penangkapan menyatakan bahwa
kebijakan yang dibuat oleh DKP Provinsi lebih mengarah kepada pengadaan
kapal purse seine dengan alasan ingin meningkatkan produksi hasil tangkapan.
Ini dibuktikan dengan adanya kapal-kapal purse seine yang dilengkapi dengan
wadah penampungan dan alat bantu penanganan lainnya dengan keadaan baik.
d. Tidak adanya pelatihan khusus penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan
hand line. Hasil wawancara dengan pihak terkait, pelatihan khusus penanganan
pada nelayan hand line belum dilakukan oleh instansi terkait. Pelatihan
penanganan hanya lebih mengarah kepada penampung yang mengolah tuna
loin dengan tujuan untuk meningkatkan pasar ikan tuna yang ada di Palu dan
Donggala. Selain itu kegiatan lebih mengarah ke penyuluhan tentang budidaya
rumput laut.
e. Tingkat pendidikan nelayan hand line pada umunya masih sangat rendah.
Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap
pengetahuan yang dimiliki, dimana pengetahuan tersebut sangat penting dalam
meningkatkan kualitas penanganan hasil tangkapan.

31

Tabel 10 Matriks analisis lingkungan eksternal sistem pada perikanan hand line
Unsur SWOT

Bobot

Rating

Skor

Peluang
Memiliki tempat pendaratan ikan hasil tangkapan
Tersedianya pabrik es di PPI Donggala
Tersedianya pasar ikan tuna
Potensi ikan tuna yang masih tersedia
Adanya pembeli yang menetap dipangkalan

0,25
0,15
0,1
0,06
0,04

4
4
4
3
3

1
0,6
0,4
0,18
0,12

Ancaman
Belum ada tenaga ahli dari instansi terkaitt
Tidak adanya standar resmi yang digunakan hal pengawasan mutu
Instansi terkait lebih mengutamakan nelayan purse seine
Tidak adanya pelatihan khusus penanganan ikan tuna yang baik
Tingkat pendidikan nelayan hand line pada umumnya sangat rendah

0,16
0,12
0,05
0,05
0,02

1
1
2
2
2

0,16
0,12
0,1
0,1
0,04

TOTAL

2,82

Berdasarkan matriks External Strategic Factors Analysis Summary (ESFS)


(Tabel 10) memiliki skor 2,82. Artinya bahwa ancaman dari sistem penanganan tuna
yang di hadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala, masih mampu diatasi dengan
memanfaatkan peluang yang ada. Langkah selanjutnya yaitu membuat matriks IE
SWOT dengan menggunakan nilai ISFS dan ESFS.

II

III

IV

VI

VII

VIII

IX

Gambar 16 Matriks IE (internal-eksternal) sistem penanganan ikan tuna


Berdasarkan matriks IE di atas dapat diketahui posisi sistem penanganan hasil
tangkapan nelayan hand line di PPI Donggala yaitu berada pada sel lima (V).
Berdasarkan Rangkuti (1997), berada pada sel ini menunjukkan sistem berada pada
posisi growth (konsentrasi melalui integrasi horizontal) dan stability (hati-hati).
Artinya bahwa posisi sistem penanganan mutu sudah dilakukan oleh nelayan selama
ini, namun perlu upaya perbaikan-perbaikan dalam meningkatkan mutu ikan tuna
hasil tangkapan dengan meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman yang
dihadapi, sehingga mutu ikan tuna yang didaratkan memiliki kualitas terbaik serta
dapat diterima di pasar global. Upaya perbaikan tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan strategi WO dan ST (Tabel 11).

32

Tabel 11 Matriks SWOT


Faktor Internal

Faktor Eksternal
Peluang (O)
1. Memiliki tempat pendaratan ikan
hasil tangkapan
2. Tersedianya pabrik es balok
di PPI Donggala
3. Tersedianya pasar ikan tuna
4. Potensi ikan tuna yang masih
tersedia
Ancaman (T)
1. Belum adanya tenaga ahli dari
instansi terkait
2. Tidak adanya standar resmi yang
digunakan dalam penanganan
3. Instansi terkait lebih
mengutamakan nelayan purse
seine
4. Tidak adanya pelatihan khusus
penanganan ikan tuna yang baik

Kekuatan (S)
1. Hand line merupakan alat tangkap
ikan tuna yang tepat
2. Memiliki kapal utama yang berfungsi
sebagai penampung
3. Umur nelayan yang masih produktif

Strategi SO:
1. Pengadaan mesin penghancur es
2. Pengoptimalan pemanfaatan tuna
di perairan Selat Makassar

Strategi ST:
1. Pembuatan Standart Operating
Prosedure (SOP) penanganan yang
baik
2. Peningkatan kompetensi kerja

Kelemahan (W)
1. Pengetahuan nelayan yang masih
minim
2. Keterampilan menangani ikan tuna
yang masih kurang baik
3. Cara mematikan ikan tuna masih
kurang tepat
4. Proses hauling yang cukup lama
5. Suhu penyimpanan tidak terkontrol
Strategi WO:
1. Penyuluhan tentang mutu ikan
tuna yang baik pada nelayan hand
line
2. Pelatihan penanganan ikan tuna
yang baik
3. Perlu adanya ring tuna
4. Perlu adanya killing spike
Strategi WT:
1. Pembentukan team pengawas
pengendalian mutu dari intansi
terkait
2. Intervensi instansi terkait dalam
penambahan dan pengadaan alat
bantu penanganan ikan tuna yang
baik

Berdasarkan matriks SWOT pada Tabel 10, penggunaan strategi WO dapat


dilakukan dengan cara yaitu (1) penyuluhan tentang mutu ikan; (2) pelatihan
penanganan ikan tuna yang baik; (3) penggunaan ring tuna saat dilakukan hauling;
dan (4) penggunaan killing spike untuk mematikan ikan tuna. Kemudian strategi ST
itu sendiri dapat dilakukan dengan cara (1) pembuatan Standar Operating Prosedure
(SOP) penanganan yang baik; serta (2) peningkatan kompetensi kerja.

Pembahasan
Hasil dari analisis SWOT sistem penanganan ikan tuna segar pada nelayan
hand line PPI Donggala dihasilkan empat kombinasi strategi SO, strategi ST, strategi
WO dan strategi WT. Kombinasi strategi SO menghasilkan pengadaan mesin
penghancur es dan pengoptimalan pemanfaatan tuna di perairan Selat Makassar.
Mesin penghancur berfungsi untuk menghaluskan es balok yang digunakan
oleh nelayan saat akan menyimpan ikan tuna dalam wadah penyimpanan. Es yang
dihancurkan dengan mesin penghancur es memiliki partikel yang lebih halus dan
memiliki ukuran partikel yang sama. Halusnya ukuran partikel es yang dihasilkan
akan mempercepat proses pendinginan ikan tuna dalam wadah penyimpanan. Hal ini
dikarenakan pada saat dalam wadah, es tersebut tersusun rapat dengan ikan tuna,
sehingga tidak terdapat celah atau rongga udara yang dapat mempercepat proses
pencairan es yang memicu terjadinya kenaikan suhu penyimpanan.
Pengoptimalan pemanfaatan tuna di perairan Selat Makassar. Potensi ikan tuna
yang tersedia di perairan Selat Makassar masih dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan demi memenuhi kebutuhan pasar (Kantun et al. 2014). Namun

33

demikian pemanfaatan ikan tuna perlu diperhatikan juga cara penangkapannya, agar
mutu ikan tuna hasil tangkapan tetap terjaga. Terjaganya mutu hasil tangkapan dapat
meningkatkan kepercayaan konsumen serta dapat menentukan nilai jual.
Kombinasi strategi ST yang menghasilkan pembuatan Standart Operating
Prosedure (SOP) penanganan yang baik dan peningkatan kompetensi kerja. SOP
adalah serangkaian instruksi tertulis yang diberlakukan mengenai berbagai proses
tentang bagaimana, kapan harus dilakukan dan dimana serta oleh siapa yang
melakukan, dengan tujuan untuk meminimalisir kesalahan (Sani 2012). SOP
penanganan ikan yang baik ini berguna sebagai acuan atau pedoman bagi nelayan
saat melakukan proses penanganan ikan tuna di atas kapal hand line. Hal ini
dikarenakan nelayan bisa melihat prosedur dalam melakukan penanganan ikan tuna
yang baik di kapal hand line, sehingga kecil kemungkinan terjadinya kesalahan
teknis yang bisa menyebabkan cacat atau penurunan mutu. SOP ini juga akan
membantu dalam hal pengawasan dan pengendalian mutu, sehingga mutu hasil
tangkapan konsisten sesuai dengan tuntutan konsumen atau buyer. Sebagaimana
dijelaskan oleh Junais et al. (2014) bahwa pengawasan dan pendalian mutu produk
yang dilakukan dengan baik sejak dari awal produksi sampai distribusi akan dapat
meningkatkan kepercayaan konsumen dan keamanan produk.
Peningkatan kompetensi kerja ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kerja nelayan secara khusus dengan cara mengambil satu nelayan per satu unit kapal
hand line. Nelayan ini akan dibimbing dan didampingi oleh tenaga ahli sampai betulbetul paham tentang mutu ikan dan cara penanganan yang baik. Tujuannya yaitu agar
setiap satu unit kapal hand line memiliki satu orang yang memiliki kompetensi
dalam menangani ikan tuna sekaligus dapat mengawasi dan memberitahukan kepada
yang lainnya saat melakukan penanganan ikan tuna di atas kapal. Jika strategi ini
dilakukan dan berjalan dengan baik maka kecil kemungkinan untuk menghasilkan
mutu ikan yang kurang baik.
Kombinasi strategi WO menghasilkan penyuluhan tentang mutu ikan tuna yang
baik pada nelayan hand line, pelatihan penanganan ikan tuna yang baik, perlu adanya
ring tuna dan killing spike.
Penyuluhan merupakan suatu proses pembelajaran yang ditujukan kepada
sekelompok orang dengan maksud pencapaian tujuan (Hubeis 2007). Penyuluhan
tentang mutu ikan tuna kepada nelayan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
nelayan hand line tentang bagaimana mempertahankan kesegaran ikan, agar ikan
tuna tersebut memiliki mutu yang baik. Penyuluhan dapat dilakukan oleh instansi
terkait dalam hal ini DKP Provinsi Sulawesi Tengah.
Pelatihan penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan hand line juga sangat
penting. Pelatihan penanganan ikan tuna termasuk dalam pelatihan kerja, yang mana
pelatihan kerja merupakan suatu wadah bagi seseorang untuk mendapatkan pelajaran
dengan tujuan meningkatkan keterampilan yang dimiliki (Zuana et al. 2014).
Pelatihan dapat dilakukan oleh tenaga ahli dari instansi terkait dengan sungguhsungguh dalam memberikan bimbingan sehingga keterampilan nelayan dapat
ditingkatkan. Meningkatnya keterampilan nelayan dalam menangani ikan tuna hasil
tangkapan, akan menekan seringnya terjadi kesalahan teknis sehingga ikan tuna yang
dihasilkan memiliki mutu yang baik.
Strategi berikutnya dari kombinasi WO yaitu perlu adanya ring tuna. Ring tuna
digunakan untuk menahan gerakan ikan saat hauling. Tujuannya adalah agar ikan
tuna tidak kelelahan. Hal ini dilakukan mengingat ikan tuna yang mati dalam

34

keadaan lemas lebih cepat mengalami proses penurunan mutu (WWF 2011). Ring
tuna merupakan alat bantu yang digunakan saat proses hauling. Alat bantu ini sangat
sederhana dalam pembuatannya. Berdasarkan (BBPPI 2014) pembuatan ring tuna
dapat dilakukan seperti Gambar 17, dengan memiliki bahan-bahan sebagai berikut:
a) Besi stainless stell, diameter 10 mm
b) Tinggi 37 cm
c) Ring 1, diameter dalam 19,5 cm dan diameter luar 21,5 cm
d) Ring 2, diameter dalam 25 cm dan diameter luar 27 cm
e) Ring 3, diameter dalam 31 cm dan diameter luar 33 cm
f) Jarak ring 12 sebesar 17 cm
g) Jarak ring 23 sebesar 26 cm
h) Jeruji/kisi, antara ring 1ring 2 = 3 jeruji
i) Jeruji/kisi, antara ring 2ring 3 = 6 jeruji
j) Ada perlengkapan tambahan berupa gantungan tali
k) Ring dilapisi dengan selang plastik diikat dengan tali PA mono nomor 20
l) Per/pegas spiral, diameter dalam 12 mm panjang 10 cm dengan jumlah 6 buah.

Gambar 17 Bentuk ring tuna (BBPPI 2014)


Ring tuna dioperasikan setelah ikan sasaran terasa terkait/tersangkut pada mata
pancing, kemudian ring tuna segera dipasang dan diluncurkan melalui tali pancing
untuk mengurangi atau menyelubungi ikan tangkapan (Gambar 18). Penggunaan ring
tuna diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam penanganan pasca
penangkapan tuna dengan alat tangkap hand line. Ring tuna tersebut bisa mengurangi
kelelahan fisik ikan akibat adanya perlawanan saat hauling, sehingga mampu
menjaga ikan dalam keadaan pre rigor dan rigor mortis lebih lama. Jika hal ini dapat
dilakukan maka mutu ikan tuna hasil tangkapan akan lebih baik.

35

Keterangan: a = Ring tuna diluncurkan kearah ikan yang telah tertangkap dengan hand line
b = Ikan tuna sudah berada dalam ring tuna sehingga tidak bisa berenang bebas
c = Ikan tuna akan bergerak ke atas bersama ring tuna mengikuti tali pancing, sehingga
ikan lebih cepat sampai ke permukaan

Gambar 18 Cara penggunaan ring tuna (BBPPI 2014)


Kombinasi terakhir dari strategi WO yaitu perlu adanya killing spike yaitu paku
yang digunakan untuk mematikan ikan dengan cara ditusuk. Penggunaan killing
spike sangat mudah diterapkan oleh nelayan hand line PPI Donggala jika diberikan
contoh. Berdasarkan DJPT (2014), penggunaan killing spike untuk mematikan ikan
tuna yaitu saat ikan sudah berada di atas kapal, bila ikan masih berontak maka ikan
tersebut perlu ditenangkan terlebih dahulu. Ikan tuna ditenangkan dengan cara
menutup mata ikan tersebut dengan tangan (menggunakan sarung tangan) sampai
ikan teresbut tidak berontak. Langkah selanjutnya menusuk pusat syaraf otak ikan
tuna dari belakang mata dengan menggunakan killing spike sedalam 5-10 cm
sehingga ikan tersebut langsung mati (Gambar 19).

Gambar 19 Cara menggunakan killing spike saat mematikan


ikan tuna (DJPT 2014)

36

Kombinasi strategi WT menghasilkan pembentukan team pengawas


pengendalian mutu dari intansi terkait dan intervensi instansi terkait dalam
penambahan dan pengadaan alat bantu penanganan ikan tuna yang baik.
Pembentukan team pengawas ini dimaksudkan agar dapat melihat atau mengawasi
secara rutin aktivitas pembongkaran dan penjualan ikan tuna hasil tangkapan nelayan
ke pihak buyer. Strategi ini bertujuan agar didapatkan informasi tentang mutu ikan
tuna hasil tangkapan nelayan secara akurat, sehingga team ahli bisa langsung
membantu dengan memberikan arahan tentang kesalahan-kesalahan yang selama ini
dilakukan nelayan. Adanya arahan-arahan tersebut, akan membuat nelayan lebih
berhati-hati dalam melakukan penanganan ikan tuna di atas kapal. Sebagaimana
dijelaskan oleh Ardansyah dan Wasilawati (2014) bahwa pengawasan merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu team atau perorangan dengan maksud
mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria norma standar
atau rencana-rencana yang ditetapkan dengan tujuan agar menjadi lebih baik.
Strategi kedua dari WT yaitu intervensi instansi terkait dalam penambahan dan
pengadaan alat bantu penanganan ikan tuna yang baik. Intervensi yang dimaksudkan
adalah campur tangan/bantuan dari instansi terkait dalam hal pengadaan alat bantu
penanganan yang baik pada nelayan hand line. Hal ini dilakukan dengan harapan
nelayan bisa menyadari bahwa betapa pentingnya menjaga mutu ikan hasil
tangkapan. Pengadaan alat bantu penanganan ini sangat penting karena mengingat
alat bantu penanganan yang dimiliki oleh nelayan hand line masih kurang baik. Salah
satu alat bantu yang sangat penting yaitu alat pengontrol suhu. DJPT (2014)
menyatakan bahwa kapal penangkap yang sekaligus menampung hasil tangkapan
lebih dari 24 jam, harus memiliki wadah yang terjaga kebersihannya serta melakukan
pengontrolan suhu, dimana suhu penyimpanan tidak bisa melebihi 0 oC setelah
16 jam. Selain itu alat bantu penanganan lainnya pun harus di gantikan dengan yang
lebih baik, agar penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan betul-betul
menjamin bahwa peralatan yang digunakan tidak menulari ikan tuna yang ditangani.

Kesimpulan
Keempat strategi (SO,ST,WO,WT) yang dihasilkan dengan analisis SWOT
tersebut baik untuk diterapkan pada nelayan hand line PPI Donggala. Hal ini
dikarenakan empat strategi tersebut dapat membantu meningkatkan kualitas
penanganan ikan tuna hasil tangkapan. Meningkatnya kualitas penanganan hasil
tangkapan nelayan hand line, maka mutu ikan yang dihasilkan akan lebih baik.
Baiknya mutu dari hasil tangkapan nelayan akan meningkatkan pula nilai jualnya.

37

6 PEMBAHASAN UMUM
Produk perikanan merupakan salah satu jenis pangan yang perlu mendapat
perhatian terkait dengan keamanan pangan. Mengingat di satu sisi, Indonesia
merupakan negara maritim terbesar di Asia Tenggara sehingga sektor perikanan
memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Terutama dalam
penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan nelayan dan sumber devisa negara.
Perlunya perhatian pada produk perikanan ini juga karena mengingat ikan
merupakan salah produk pangan yang mudah mengalami penurunan mutu
(DJPT 2014). Salah satu contoh produk perikanan yang memiliki nilai ekonomis dan
dapat membantu meningkatkan pendapatan nelayan serta pendapatan devisa negara
yaitu ikan tuna.
Ikan tuna tersebar dihampir seluruh perairan laut Indonesia. Salah satu perairan
laut Indonesia yang masih memiliki sumber daya ikan tuna tersebut yaitu WPP 713
Selat Makassar. Potensi sumber daya ikan tuna di WPP ini masih memiliki potensi
yang menjanjikan jika dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pemanfaatan yang
berkelanjutan ini salah satunya yaitu menggunakan alat tangkap yang ramah
lingkungan. Salah satu alat tangkap yang tergolong ramah lingkungan adalah alat
tangkap hand line.
Hand line merupakan alat tangkap yang sangat baik khsusnya untuk
menangkap ikan tuna. Hand line banyak digunakan oleh nelayan bagian timur
Indonesia. Salah satu contoh nelayan yang menggunakan alat tangkap hand line yaitu
nelayan PPI Donggala. Hasil tangkapan yang banyak dihasilkan oleh nelayan
tersebut yaitu ikan tuna jenis yellow fin dengan berat 40 kg. Hasil tangkapan
nelayan ini memiliki nilai jual yang rendah dikarenakan mutu yang kurang baik.
Penanganan ikan hasil tangkapan di atas kapal merupakan perlakuan terpenting
dalam menjaga mutu hasil tangkapan tersebut. Mutu ikan tidak dapat diperbaiki
tetapi hanya dapat dipertahankan. Kerusakan atau penurunan mutu ikan dapat
terjadi segera setelah ikan mengalami kematian. Mengingat pentingnya mutu ikan
maka perlu penanganan yang baik sejak ikan diangkat dari alat tangkap, selama
penyimpanan, dan pembongkarannya, sehingga ikan memiliki mutu yang baik
sampai ke tangan buyer atau konsumen. Baiknya mutu hasil tangkapan dapat
meningkatkan nilai jual dan kepercayaan buyer atau konsumen.
Hasil analisis diagram fishbone sistem penangkapan dan penanganan yang
dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala diperoleh empat masalah yang
menyebabkan mutu hasil tangkapan tersebut kurang baik. Empat belas (14) masalah
tersebut yaitu (1) keterampilan nelayan yang masih rendah; (2) pengetahuan tentang
mutu yang masih minim; (3) trip penangkapan yang kurang tepat; (4) lamanya proses
hauling; (5) cara mematikan ikan tuna yang masih kurang tepat; (6) penyiangan
insang dan isi perut yang kurang bersih; (7) tidak dilakukan pembuangan darah;
(8) pendinginan awal yang kurang tepat; (9) wadah penyimpanan yang kurang
terawat; (10) es yang digunakan kurang tepat sasarannya; (11) kayu pemukul yang
tidak efektif; (12) pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel; (13) suhu
penyimpanan tidak terkontrol; dan (14) adanya kontak langsung dengan sinar
matahari. Keempat belas permasalahan ini dapat teratasi dengan hanya melakukan
perbaikan terhadap beberapa faktor prioritas permasalahan yang dihadapi oleh
nelayan tersebut.

38

Hasil uji banding berpasangan, dari empat belas masalah tersebut dihasilkan
5 (lima) masalah prioritas. Lima masalah prioritas tersebut yaitu (1) pengetahuan
tentang mutu ikan tuna masih minim; (2) keterampilan menangani tuna masih kurang
baik; (3) cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat; (4) proses hauling yang yang
cukup lama; dan (5) suhu penyimpanan yang tidak terkontrol. Kelima masalah ini
merupakan inti masalah yang membutuhkan solusi atau perbaikan-perbaikan dengan
tujuan agar menjadi lebih baik.
Perbaikan dapat dilakukan dengan pembuatan strategi melalui pendekatan
SWOT. Hasil dari analisis SWOT yang telah dibahas pada bab sebelumnya
ditemukan empat strategi dalam mengatasi masalah yaitu kombinasi strategi SO, ST,
WO dan WT. Ke empat startegi baik untuk diterapkan, namun melihat posis sistem
penanganan nelayan hand line berada pada kuadran V (lima), maka kombinasi
strategi WO dan ST merupakan strategi yang sangat tepat diterapkan. Strategi WO
dapat dilakukan dengan cara yaitu (1) penyuluhan tentang mutu ikan; (2) pelatihan
penanganan ikan tuna yang baik; (3) penggunaan ring tuna saat dilakukan hauling;
dan (4) penggunaan killing spike untuk mematikan ikan tuna. Kemudian strategi ST
itu sendiri dapat dilakukan dengan cara (1) pembuatan SOP penanganan yang baik;
serta (2) peningkatan kompetensi kerja.
Penyuluhan tentang mutu dan pelatihan penanganan ikan tuna yang baik sangat
membantu nelayan dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya. Jika
pengetahuan dan keterampilan nelayan meningkat, maka kecil kemungkinan untuk
melakukan kesalahan-kesalahan teknis dalam melakukan penanganan mutu di atas
kapal hand line. Penggunaan ring tuna bertujuan untuk menahan gerakan ikan agar
ikan tuna tidak kelelahan yang dapat memicu cepatnya terjadinya proses penurunan
mutu saat ikan mati, selain itu agar waktu yang digunakan saat hauling lebih efisien.
Pengunaan killing spike untuk mematikan ikan tuna dengan menusuk tepat pada otak
ikan bertujuan agar ikan yang dimatikan langsung. Penggunaan kedua alat bantu
penanganan ini sangat membantu nelayan hand line PPI Donggala dalam menjaga
mutu hasil tangkapan, sehingga dengan demikian mutu ikan tuna yang dihasilkan
bisa bersaing di pasar global.
Hal lain yang perlu juga dilakukan dalam membantu nelayan meningkatkan
mutu hasil tangkapan yaitu pembuatan SOP penanganan yang baik dan peningkatan
kompetesni kerja. Tujuan dari pembuatan SOP ini agar memudahkan nelayan
melakukan poroses penanganan ikan tuna yang sesuai dengan standar yang berlaku,
sedangkan peningkatan kompetensi kerja ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan
kemampuan kerja nelayan secara khusus dalam penangan mutu hasil tangkapan.
Berhasilnya strategi sistem penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan
hand line PPI Donggala perlu kerja sama yang antara nelayan dan instansi terkait,
dalam hal ini adalah Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah.
Sebagaimana diketahui bahwa suatu sistem tidak akan bisa berjalan dengan efektif
tanpa ada kesatuan prinsip di dalamnya sehingga terbentuk kerja sama yang baik
antara pelaku-pelaku sistem.

39

7 KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Penanganan hasil tangkapan di kapal merupakan proses yang sangat penting
dari seluruh proses perjalanan ikan sampai ke konsumen. Hal ini dikarenakan
penanganan hasil tangkapan diatas kapal tersebut merupakan proses awal yang
menjadi penentu baik tidaknya mutu ikan tersebut.
Nelayan hand line PPI Donggala merupakan nelayan yang banyak menangkap
ikan tuna jenis yellow fin dibandingkan dengan beberapa nelayan yang menggunakan
alat tangkap lain yang ada di PPI tersebut. Hasil tangkapan ini memiliki mutu yang
kurang baik, dikarenakan penanganan yang dilakukan hanya berdasarkan atas
pengalaman. Selain itu alat bantu penanganan yang masih kurang tepat serta tidak
lengkap.
Mengatasi keseluruhan masalah yang dihadapi oleh nelayan hand line tersebut,
langkah penanggulangan yang paling tepat untuk dilakukan yaitu menggunakan hasil
kombinasi strategi WO dan ST yaitu peningkatan keterampilan dan pengetahuan
nelayan. Karena jika keterampilan dan pengetahuan nelayan baik, maka nelayan akan
memahami bagaimana proses penanganan yang baik sehingga kesegaran hasil
tangkapan dapat dipertahankan sampai ke tangan konsumen, pembuatan SOP
penanganan yang baik serta peningkatan kompetensi kerja dan penambahan alat
bantu penanganan seperti ring tuna dan killing spike. Penggunaan ring tuna sangat
membantu untuk menahan gerakan ikan tuna saat hauling sehingga ikan tuna tidak
kelelahan yang dapat memicu cepatnya terjadi proses penurunan mutu, selain itu
dapat mengefisienkan waktu hauling. Terakhir yaitu penggunaan killing spike untuk
mematikan ikan tuna. Proses mematikan ikan dengan cara menggunakan killing spike
jauh lebih efektif daripada kayu pemukul seperti yang digunakan nelayan hand line
selama ini. Hal ini dikarenakan saat menggunakan killing spike untuk mematikan
ikan dengan menusuk tepat pada otak ikan, ikan tuna tersebut langsung mati
sehingga mutu ikan dapat dipertahankan.
Saran
Saran yang dapat disampaikan terkait dengan Analisis Permasalahan
Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan
Ikan Donggala) adalah sebagai berikut:
1. Penelitian lanjutan tentang kandungan bakteri patogen pada hasil tangkapan
nelayan hand line PPI Donggala.
2. Penelitian lain mengenai supply chain serta pengembangan perikanan tuna
nelayan hand line PPI Donggala. Hal ini bertujuan agar dapat di ketahui
permasalahan lain yang mempengaruhi harga jual hasil tangkapan nelayan hand
line PPI Donggala.
3. Mencontoh perikanan tuna hand line di Bandarneira, karena nelayan disana
mempunyai SOP yang baku sehingga mutu tuna hasil tangkapannya mencapai
mutu tuna segar untuk sashimi yang diekspor ke Jepang dengan harga yang tinggi.

40

DAFTAR PUSTAKA
Ardansyah, Wasilawati. 2014. Pengawasan kerja, dan kinerja pegawai Badan Pusat
Statistik Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal JMK (16)2:153-162.
[BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2009. Profil Potensi Investasi
Provinsi Sulawesi Tengah. Palu (ID): BKPM.
[BBPPI] Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. 2014. Seri Alat Tangkap
Ikan, Kontruksi, dan Keunggulan Bubuh Kubah. Semarang (ID): BBPPI.
David FR. 2003. Strategic Management, Concepts and Cases, 10th edition. New
Jersey: Pearson Education Inc. P:110-151.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. Pedoman Pemantauan dan Pembinaan
Revitalisasi Perikanan Tuna. Palu (ID): DKP.
[DJPT] Direktorat Jendral Perikanan Perikanan Tangkap. 2014. Jaminan Mutu dan
Keamanan Pangan di Kapal Perikanan. Jakarta (ID): DJPT.
[DJPT] Direktorat Jendral Perikanan Perikanan Tangkap. 2014. Tata Kelola Yang
Baik Pada Sektor Perikanan dan Kelautan. Jakarta (ID): DJPT.
Ferdinand F, Maulina I, Rosidah. 2012. Analisis permintaan ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) konsumsi di Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu.
Jurnal Perikanan dan Kelautan (3)4:93-98.
Gaspersz V. 1997. Penerapan Konsep VINCENT dalam Manajemen Bisnis Total.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Gram L, Dalgaard P. 2002. Fish spoilage bacteria-problems and solutions. Journal
Current Opinion in Biotechnology University of Denmark (13)3:262-266.
Howara D dan Laapo A. 2008. Analisis determinasi usaha perikanan tangkap nelayan
di Kabupaten Tojo Unauna. Jurnal Agroland Universitas Tadulako
(15)4:302-308.
Hastrini R, Rosyid D, Putut H. 2013. Ananalisis penanganan (handling) hasil
tangkapan kapal purse seine yang didaratkan di pelabuhan perikanan pantai
Baomulyo Kabupaten Pati. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology Universitas Diponegoro (2)3:1-10.
Huda MA, Baheramsyah A, Cahyono B. 2013. Desain sistem pendingin ruang muat
kapal ikan tradisional dengan menggunakan campuran es kering dan cold ice
yang berbahan dasar Propylene glycol. Jurnal Teknik Pomits (2)1:2301-9271.
Hubeis AVS. 2007. Motivasi, kepuasan kerja dan produktivitas penyuluhan pertanian
lapangan di Kabupaten Sukabumi. Jurnal Penyuluhan Institut Pertanian Bogor
(3)2:90-99.
Junais, Brasit N, Latief R. 2014. Kajian strategi pengawasan dan pengedalian mutu
produk ebi furay PT. Bogatama Marinusa. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology Universitas Diponegoro (2)5:15-20.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 52 Tahun 2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan pada proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.
Jakarta (ID): KKP.
Kantun W, Mallawa A, Rapi NL. 2014. Struktur ukuran dan jumlah tangkapan tuna
Madidihang Thunnus albacares menurut waktu penangkapan dan kedalaman
di perairan Majene Selat Makassar. Jurnal Saintek Perikanan Universitas
Hasanuddin Makassar (9)2:39-48.

41

Lintang CJ, Labaro IL, Teller ATL. 2012. Kajian musim penangkapan ikan tuna
dengan alat tangkap hand line di Laut Maluku. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Perikanan Tangkap Universitas Samratulangi (1)1:6-9.
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Maulana H, Afrianto E, Rustikawati I. 2012. Analisis bahaya dan penentuan titik
pengendalian kritis pada penanganan tuna segar utuh di PT. Bali Ocean
Anugrah Linger Indonesia Benoa-Bali. Jurnal Perikanan dan Kelautan
Indonesia Universitas Padjajaran (3)4:1-5.
Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): Grasindo.
Mulyadi D, Muslihat A, Priyanto A. 2012. Analisis strategi pemasaran jasa lembaga
pembiayaan non bank pada PT Multiartha Karawang. Jurnal Manajemen
(9)2:1-9.
Nurani TW. 2010. Model Pengelolaan Perikanan Suatu Kajian Pendekatan Sistem.
Bogor (ID): Departemen PSP-FPIK IPB.
Nurani TW, Astarini JE, Nareswari M. 2011. Sistem penyediaan dan pengendalian
kualitas produk ikan segar di Hypermarket. Jurnal Pengelolaan Hasil
Perikanan Indonesia Institut Pertanian Bogor (14)1:56-62.
Olodosu, Ajayai RN, George FOA, Obasa SO, Bankole MO. 2011. Bacterial load,
composition and succession in the African catfish, Clarias gariepinus held at
ambient temperatures. Journal Researcher University Ota Ogun State Nigeria
(3)7:67-73.
Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisni-Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
Reo AR. 2010. Pengaruh beberapa cara kematian ikan terhadap mutu ikan kakap
(Lutjanus sp.) Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis (6)3:145-148.
Sondang P. 2003. Manajemen Strategi. Jakarta (ID): PT Bumi Askara.
Saaty TL, Peniwati K, Shang JS. 2004. The analytic hierarchy process and human
resource allocation: half the story. Jurnal Mathematical and Computer
Modelling (41)1:22-37.
Satria B, Isya M, Sugianto. 2012. Studi alternatif lokasi lahan terminal bus Kota
Sabang. Jurnal Teknik Sipil (1)1:121-133.
Sani. 2012. Standar operasional prosedur (SOP) pelayanan perizinan mendirikan
bangunan (IMB) di Kota Pontianak. Jurnal EKSOS (8)3:156-163.
Surti T, Ari W. 2013. Kajian Terhadap Indeks Kesegaran Secara Kimiawi pada Ikan
Berdaging Merah dan Berdaging Putih. Semarang (ID): UNDIP.
Taher N. 2010. Penilaian mutu organoleptik ikan mujair (Tilapia mossambica) segar
dengan ukuran yang berbeda selama penyimpanan dingin. Jurnal Kelautan dan
Perikanan Universitas Manado (6)1:8-12.
Winarno FG, Surono. (2004). GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik.
Bogor (ID): M-BRIO PRESS.
[WWF] World Wide Fund for Nature. 2011. Panduan Perikanan Skala Kecil
Penangkapan dan Penangnan Tuna. Jakarta (ID): WWF-Indonesia.

42

Zhang L, Li X, Lu W, Shen H, Luo Y. 2011. Quality predictive models of grass carp


(Ctenopharyngodon idellus) at different temperatures during storage. Journal
Food Control (22)8:1197-1202.
Zuana CI, Swasto B, Susilo H. 2014. Pengaruh pelatihan kerja dan lingkungan kerja
karyawan terhadap prestasi kerja karyawan (Studi pada Karyawan PT
Jamsostek (Persero). Jurnal Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang
(7)1:1-9.

43

LAMPIRAN

44

Lampiran 1 Fasilitas penunjang PPI Donggala

Dermaga PPI Donggala

Area pendaratan ikan

Tempat pelelangan ikan

Tempat pembeli/penampung ikan

Pabrik es

SPDN Solar

45

Lampiran 2 Data kapal hand line nelayan PPI Donggala


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54

Nama Kapal
Elmy
Jabal Nur
Sumber Bangunan
Setia Amal
Nurul Himah
Rahmat Ilahi
Putra Donggala 01
Pelita Mandar
Citra Bahari
Cakalang 01
Rua Piolo
Sumber Nelayan
Pembuka Rahmat
Nur Masita
Rizki Bahari
Rahmat Ilahi 02
Sumber Laut 02
Pammase Puang
Bukit Arafah
Cahaya Buana
Cakalang 05
Citra Abadi
Seta Wanda
Suka Damai
Rusma Indah
Miftahul hair
Hajratul Aswad
Riziq
Sumber Hasil 2
Lapan-Lapan
Cahaya Alam
Cici Umrah
Cahaya Indah
Cahaya Nur
Nurul
Cahya Akbar
Cahaya Rahma
Doa Restu
Rasmal
Titipan Ilahi
Cahaya Abadi 03
Arrahman
Nurul Taqwa
Harapan Baru
Sumber Rezeki
Sinar mutiara
Jabal Rahma
Cahya Surga
Cahya Baru
Nur Garinsan
Cari Sahabat
Lulual Marjan
Rembulan
Cahaya Rizki

Jenis Alat Tangkap


Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line

Nama Pemilik
H. Amrullah
Mahmud
Ambo Ridwan
M. Daming
H. Rahmatullah
Abd. Kadir
Aminuddin H. Arsyad
Bugisman
Aswad
Aminuddin Y
Nasri Cilo
Iskandar
Aris
Budi
Niluh Asih Febriani, SE
Abd. Rahim
H. Idris Umar
Anto
Salama
Salim
M. Malaka Wijaya
Majid
Sahabuddin
Jafri
Saimuddin
Jamaluddin
Abd. Kadir
Rusdin Lalandu
Mulyadi AS Siratang
Jumain
Kasman
Salman
M.Ibrahim
H. Muh. Saleh
Muh. Dinar
Zainuddin
Basri
Samsul
Amiruddin
Sahil
Lukman
Basri
Abd. Rahman
Suaib
Sahlan
Muh. Arif
Baharuddin
Bahtiar
Muis
Taslin
Ismail
Kabuddin
Rahimin
Sofyan

GT
11
5
5
5
5
5
10
5
8
12
5
4
6
5
6
12
5
5
4
5
12
4
5
5
6
7
5
10
5
5
5
5
4
5
7
5
4
5
5
8
7
5
6
7
5
6
5
5
4
7
5
5
7
5

46
Lampiran data kapal hand line nelayan PPI Donggala (lanjutan)
No
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
6
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103

Nama Kapal
Gua Hira
Setia Amal
Maspol
Nur Hidayatullah
Jaba Rahma
Cahaya Rizki
Amanat
Pelita Mila
Rahmat
Lidya
Cinta Arafah
Hasriadi
Bura Mandar 2
Cahaya Rahma
Bura Mandar 1
Emas Selatan
Cahaya Indah
Cahaya Inadah 2
Titipan Ilahi
Terbit Terang
Kurnia Ilahi
Pelita Mandar 01
Pelita Alam
JP SPN Tunnaja 13
Cahay Mulia
Darma Indah
Merpati
Purnama 01
Juru Alam
Anugrah
Sipakainga
Bina Bahari
Nur Alahissalam
Purnama 02
Sartika
Buana 02
Nurul Taqwa
Raoda 1
Nur Hidayatullah
Jawahir Bihar
Cahaya Nur
Gajah Mada
Setia Damai
Cahaya Torman
Mega Buana 5
Adinda 1
Sipatuo 01
Ega Buanan 3
Karya Remaja
Sisa 1

Jenis Alat Tangkap


Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Hand line
Payang
Payang

Nama Pemilik
Rambo
Daming
Ahmadi
Karuddin
Baharuddin
Sofyan Ambo
Taufik
Hasbullah
Tahir
Benny B. Laggaligo
Saenul
Sidi
Busman
Basri
Mustar
Rahman
Rustam
Abd. Rajab
Sahil
Rahman
Herman
Saharudding
Ruslan
Rahim
Muh. Yunus
Hammadong
Anda
Kuding
Alimin
Lepong
Muh. Yusuf
Hamran
Ruslan
Suddin
Kaco Musa
Syamsuddin
Abd. Rahman
Gustiawan
Nurdin
Sirajuddin
Rahmadi
Yahya Saeni
Anwar
Raas H. Siarah L
Amiluddin M
Ahmad H. Sarinah
Baharullah
Amiluddin M
Makkawaru
Hafid

GT
5
5
4
6
5
5
5
5
7
5
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
6
5
6
4
4
5
5
6
5
6
6
4
4
7
4
6
6
5
4
4
5
8
7
8
5
8
5
4

47
Lampiran data kapal hand line nelayan PPI Donggala (lanjutan)
No
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136

Nama Kapal
Mega Buana 02
Cahaya Madinah
Putra JP
Sirip Biru
Fatimah
Galaxi
Cakalang 02
Adinda 02
Inka Mina 220
Selebes
Sinar Bahari
Sipatuo 01
Sinar Harapan
Bintang Harapan
Dini Mandiri
Palu Jaya
Masita
Bintang Remaja
Putra Dongala 03
Putra Donggala 05
Mitra Abadi
Mitra Donggala
Cipta Karya
Samudra
Damai
UD. Nur
Bintang Selatan
Pammase
UD. Nur 02
Fajar Alam
Alam Raya
Banawa 01
Mitra Abadi

Jenis Alat Tangkap


Payang
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine
Purse seine

Nama Pemilik
Baharullah
Marwan H. Arsyad
Jufri
SMKN 1 Banawa
Sony
Sony
Nurdin
Ahmad H. Sarinah
Marwan H. Arsyad
Astun H. Arsyad
Michael Sunarso
Baharullah
Hendrik
H. Muslimuin
Syaidiman
PT. Palu Jaya Utama
Arifin
H. Muslimuin
Aminuddin H. Arsyad
Aminuddin H. Arsyad
Abd. Rahim
Abd. Rahim
Hendra H. Zainuddin
Rauf
Sonny
Abdullah P. Usman
Agus Chandra
Abd. Samad
Abdullah P. Usman
Effendi
Effendi
Mansur Lengge
Abd. Rahim

GT
7
8
8
24
7
7
11
7
30
6
7
7
7
7
7
26
6
6
8
8
6
7
7
6
6
7
4
4
7
7
29
7
7

48

Lampiran 3 Analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi nelayan


hand line PPI Donggala
Tahap 1. Pembuatan matriks (penentuan prioritas/nilai VA)
(n)

10

11

12

13

14

1/7

1/3

1/5

1/3

1/3

1/3

1/3

1/3

1/2

1/2

1/2

1/3

1/5

1/4

1/5

1/5

1/3

1/5

1/5

1/5

1/3

1/5

1/5

1/3

1/3

1/3

1/3

1/3

1/5

1/3

1/3

1/5

1/3

1/5

1/5

1/5

1/3

1/3

10

1/3

1/3

11

1/3

1/3

1/4

1/5

1/7

1/3

1/3

1/3

1/5

1/5

1/7

12

1/3

1/3

1/5

1/7

1/7

1/3

1/3

1/3

1/5

1/5

1/7

13

1/5

1/5

14

1/3

1/7

1/8

1/8

1/7

1/3

1/3

1/3

1/5

1/5

1/7

31,33

11,69

6,39

4,60

11,50

41,00

28,67

40,00

12,67

12,67

51,00

54,00

16,50

62,00

Total

Matriks Dinormalisasi

VP

0,032

0,012

0,052

0,043

0,029

0,024

0,035

0,075

0,026

0,026

0,059

0,056

0,020

0,048

0,04

0,223

0,086

0,052

0,109

0,087

0,122

0,105

0,125

0,079

0,079

0,059

0,056

0,061

0,113

0,10

0,096

0,257

0,156

0,109

0,174

0,098

0,174

0,075

0,237

0,237

0,078

0,093

0,303

0,129

0,16

0,160

0,171

0,313

0,217

0,261

0,122

0,174

0,075

0,237

0,237

0,098

0,130

0,303

0,129

0,19

0,096

0,086

0,078

0,072

0,087

0,122

0,105

0,125

0,079

0,079

0,137

0,130

0,061

0,113

0,10

0,032

0,017

0,039

0,043

0,017

0,024

0,012

0,025

0,016

0,016

0,059

0,056

0,012

0,048

0,03

0,032

0,029

0,031

0,043

0,029

0,073

0,035

0,075

0,026

0,026

0,059

0,056

0,020

0,048

0,04

0,011

0,017

0,052

0,072

0,017

0,024

0,012

0,025

0,016

0,016

0,059

0,056

0,012

0,048

0,03

0,096

0,086

0,052

0,072

0,087

0,122

0,105

0,125

0,079

0,079

0,098

0,093

0,061

0,081

0,09

0,096

0,086

0,052

0,072

0,087

0,122

0,105

0,125

0,079

0,079

0,098

0,093

0,061

0,081

0,09

0,011

0,029

0,039

0,043

0,012

0,008

0,012

0,008

0,016

0,016

0,020

0,019

0,009

0,016

0,02

0,011

0,029

0,031

0,031

0,012

0,008

0,012

0,008

0,016

0,016

0,020

0,019

0,009

0,016

0,02

0,096

0,086

0,031

0,043

0,087

0,122

0,105

0,125

0,079

0,079

0,137

0,130

0,061

0,113

0,09

0,011

0,012

0,020

0,027

0,012

0,008

0,012

0,008

0,016

0,016

0,020

0,019

0,009

0,016

0,01
1,000

49
Lampiran analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi
nelayan hand line PPI Donggala (lanjutan)
Keterangan :
1: trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari)

No
1

VP
0,0385 (0,04)

2: proses hauling yang yang cukup lama

0,0967 (0,10)

3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik

0,1582 (0,16)

4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim

0,1876 (0,19)

5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat

0,0978 (0,10)

6: penyiangan insang dan isi perut masih kurang tepat

0,0297 (0,03)

7: tidak melakukan pembuangan darah

0,0416 (0,04)

8: pendinginan awal kurang tepat

0,0312 (0,03)

9: wadah penyimpanan yang kurang terawat

0,0882 (0,09)

10: es yang digunakan kurang tepat

10

0,0882 (0,09)

11: pisau yang terlihat karatan

11

0,0183 (0,02)

12: kayu pemukul masih kurang tepat

12

0,0169 (0,02)

13: suhu penyimpanan tidak terkontrol

13

0,0924 (0,09)

14: adanya kontak langsung dengan sinar matahari

14

0,0146 (0,01)

Tahap 2 Menghitung nilai VA


1

10

11

12

13

14

0,04

0,10

0,16

0,19

0,10

0,03

0,04

0,03

0,09

0,09

0,02

0,02

0,09

0,01

1/7

1/3

1/5

1/3

1/3

1/3

1/3

1/3

1/2

1/2

1/2

1/3

1/5

1/4

1/5

1/5

1/3

1/5

1/5

1/5

1/3

1/5

1/5

1/3

1/3

1/3

1/3

1/3

1/5

1/3

1/3

1/5

1/3

1/5

1/5

1/5

Permasalahan

1/3

1/3

10

1/3

1/3

11

1/3

1/3

1/4

1/5

1/7

1/3

1/3

1/3

1/5

1/5

1/7

12

1/3

1/3

1/5

1/7

1/7

1/3

1/3

1/3

1/5

1/5

1/7

13

1/5

1/5

14

1/3

1/7

1/8

1/8

1/7

1/3

1/3

1/3

1/5

1/5

1/7

50

Lampiran analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi nelayan hand line
PPI Donggala (lanjutan)
aij x VP
VA
0,04

0,01

0,05

0,04

0,03

0,03

0,04

0,09

0,03

0,03

0,06

0,05

0,03

0,04

0,58

0,27

0,10

0,05

0,09

0,10

0,15

0,12

0,16

0,09

0,09

0,06

0,05

0,09

0,10

1,52

0,12

0,29

0,16

0,09

0,20

0,12

0,21

0,09

0,26

0,26

0,07

0,08

0,46

0,12

2,54

0,19

0,19

0,32

0,19

0,29

0,15

0,21

0,09

0,26

0,26

0,09

0,12

0,46

0,12

2,95

0,12

0,10

0,08

0,06

0,10

0,15

0,12

0,16

0,09

0,09

0,13

0,12

0,09

0,10

1,50

0,04

0,02

0,04

0,04

0,02

0,03

0,01

0,03

0,02

0,02

0,06

0,05

0,02

0,04

0,43

0,04

0,03

0,03

0,04

0,03

0,09

0,04

0,09

0,03

0,03

0,06

0,05

0,03

0,04

0,64

0,01

0,02

0,05

0,06

0,02

0,03

0,01

0,03

0,02

0,02

0,06

0,05

0,02

0,04

0,45

0,12

0,10

0,05

0,06

0,10

0,15

0,12

0,16

0,09

0,09

0,09

0,08

0,09

0,07

1,37

0,12

0,10

0,05

0,06

0,10

0,15

0,12

0,16

0,09

0,09

0,09

0,08

0,09

0,07

1,37

0,01

0,03

0,04

0,04

0,01

0,01

0,01

0,01

0,02

0,02

0,02

0,02

0,01

0,01

0,27

0,01

0,03

0,03

0,03

0,01

0,01

0,01

0,01

0,02

0,02

0,02

0,02

0,01

0,01

0,25

0,12

0,10

0,03

0,04

0,10

0,15

0,12

0,16

0,09

0,09

0,13

0,12

0,09

0,10

1,43

0,01

0,01

0,02

0,02

0,01

0,01

0,01

0,01

0,02

0,02

0,02

0,02

0,01

0,01

0,22

Tahap 3 menghitung nilai VB


VA

VP

VB

0,58

0,04

15,06

1,52

0,10

15,68

2,54

0,16

16,05

2,95

0,19

15,73

1,50

0,10

15,33

0,43

0,03

14,54

0,64

0,04

15,28

0,45

0,03

14,25

1,37

0,09

15,57

10

1,37

0,09

15,57

11

0,27

0,02

12

0,25

0,02

14,80

13

1,43

0,09

15,45

14

0,22

0,01

14,80

14,65

(4) Menghitung lamda maks (max) = rata2 dari sum VB


max = 15,1976
(5) Menghitung Indeks Konsistensi = (max - n)/(n-1)
Cl = 0,921
(6) Menghitung Konsistensi Rasio = CI/RI (tergantung jumlah n)
CR = 0,0587
*syarat konsisten <10 %
Hasil perhitungan diperoleh nilai CR sama dengan 0,587 (5,87%)
berarti bahwa penilaian yang dilakukan pada contoh
matriks banding berpasang adalah konsisten

51

Lampiran 4 Ilustrasi cara mematikan ikan tuna yang dilakukan oleh


nelayan PPI Donggala

Lampiran 5 Wadah penyimpanan ikan tuna di kapal utama nelayan


hand line PPI Donggala

Lampiran 6 Es balok yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala

52

Lampiran 7 Pisau yang digunakan oleh nelayan hand line saat menyiangi
insang dan isi perut ikan tuna

Lampiran 8 Kayu pemukul yang digunakan oleh nelayan hand line


PPI Donggala

Lampiran 9 Aktivitas pembongkaran hasil tangkapan saat tiba di pangkalan


yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala

53

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Lala Kecamatan Bangkurung
Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah pada
tanggal 13 Juni 1987. Penulis adalah anak dari Bapak Kandar
Mboto dan Ibu Luin Lift Daliman dan merupakan anak
terakhir dari lima bersaudara. Penulis lulus SDN 1 Lantibung
pada tahun 1999, melanjutkan sekolah di SLTP Sawerigading
Lantibung dan lulus tahun 2003. Pendidikan SMA di tempuh
pada tahun 2003 dan selesai tahun 2005 di Sekolah Usaha
Perikanan Menengah (SUPM) Banggai jurusan nautika
pelayaran. Lulus S1 pada 2010 di Sekolah Tinggi Perikanan
dan Kelautan Palu, dengan jurusan Teknologi Hasil Perikanan. Kesempatan untuk
melanjutkan studi S2 di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh
pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikannya di Program Studi Teknologi
Perikanan Laut dengan minat Kebijakan dan Manajemen Perikanan, Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB. Beasiswa pendidikan pascarsarjana
diperoleh melalui Drektorat Jendral Pendidikan Perguruan Tinggi (DIKTI) selama 2
tahun.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains, penulis
melakukan penelitian dengan judul Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di
Atas Kapal Hand Line PPI Donggala. Penelitian yang dilakukan oleh penulis
tersebut dibimbing oleh Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi, Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi
dan Dr. Mustaruddin, STP. Penulis juga telah menuliskan sebuah artikel berjudul
Strategi Sistem Penanganan Ikan Tuna Segar Yang Baik Di Kapal Nelayan Hand
Line PPI Donggala diterbitkan pada Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan edisi
November Volume 5 No. 2 tahun 2014. Karya ilmiah tersebut merupkan bagian dari
program S-2 penulis.

Anda mungkin juga menyukai