SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
RINGKASAN
NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analisis Permasalahan Penanganan Ikan
Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan
Donggala). Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI, SUGENG HARI WISUDO dan
MUSTARUDDIN.
Tuntutan akan mutu produk yang tinggi dengan harga yang bersaing
cenderung meningkat. Salah satu komoditi unggulan yang memiliki tuntutan mutu
yang ketat yaitu produk tuna. Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah
sistem penanganan ikan tuna ditingkat nelayan hand line PPI Donggala masih
kurang baik, sehingga mutu ikan tuna hasil tangkapan yang dihasilkan memiliki
nilai jual yang rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah membantu meningkatkan kualitas
penanganan ikan tuna hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala. Adapun
manfaatnya yaitu agar hasil tangkapan nelayan tersebut memiliki mutu yang baik.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2014 yang bertempat di
PPI Donggala Sulawesi Tengah. Metode pengambilan data yaitu melalui
observasi dan wawancara. Pengambilan data dilakukan terhadap pihak-pihak yang
benar-benar mewakili (puposive sampling). Jenis data terdiri atas dua yaitu data
primer dan sekunder.
Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis fishbone untuk
mengetahui faktor penyebab atau permasalahan penangkapan dan penanganan
yang berpengaruh terhadap proses penurunan mutu hasil tangkapan. Langkah
selanjutnya mencari masalah yang sangat berpengaruh dalam proses penurunan
mutu hasil tangkapan nelayan tersebut dengan menggunakan uji banding
berpasangan. Kemudian langkah terakhir yaitu merumuskan strategi sistem
penanganan ikan yang baik di atas kapal pada nelayan hand line PPI Donggala.
Berdasarkan hasil dari analisis strengths weaknesses opportunities threats
(SWOT) dihasilkan empat strategi. Strategi tersebut yaitu SO, ST, WO dan
strategi WT. Keempat strategi ini baik untuk diterapkan, akan tetapi melihat posisi
sistem berada pada kuadran lima (V), maka strategi yang paling tepat adalah WO
dan ST. Kombinasi strategi WO tersebut yaitu peningkatan pengetahuan tentang
mutu dan keterampilan penangan ikan tuna. Hal lain yang perlu dilakukan yaitu
penambahan alat bantu seperti ring tuna dan killing spike. Ring tuna berfungsi
untuk menahan gerakan ikan saat proses hauling dan killing spike untuk
mematikan ikan tuna. Kombinasi strategi ST itu sendiri yaitu pembuatan standar
operating prosedure (SOP) penanganan yang baik; serta peningkatan kompetensi
kerja.
Kata kunci: PPI Donggala, peningkatan kualitas penanganan, tuna hasil
tangkapan nelayan
SUMMARY
NORMAWATI KANDAR MBOTO. Analysis Handling Problems Of Tuna On
Board Hand Line (Case Studies Fishing Port Donggala). Supervised by TRI WIJI
NURANI, SUGENG HARI WISUDO and MUSTARUDDIN.
There is increasing demand for high quality products at a competitive price.
Tuna is a prime commodity with strict quality standards. The research question
addressed is whether the tuna handling system used by hand line fishermen
operating out of Donggala fishing port (PPI Donggala) is still poor, affecting
quality and thus lowering the market value of the fish they catch.
The goal of this research was to contribute towards improvements in tuna
handling by hand line fishermen from the Donggala fishing port. Thus the main
benefit should be an improvement in the quality of the fish landed. The research
was carried out during April-May 2014 at the Donggala fishing port in Central
Sulawesi. Data were collected through observation and interviews. Data were
collected from representative individuals through purposive sampling. Both
primary and secondary data were collected.
The fishbone method was used to analyse the data and determine the main
issues associated with tuna capture and handling which caused or affected the
processes leading to a degradation of catch quality. The next step was to
determine the main causes of loss of quality in the catch landed by these
fishermen using a test matrix appeal in pairs. The final stage was the formulation
of a strategic system for proper fish handling on board the hand line fishing
vessels operating out of Donggala fishing port.
Based on the strengths of the analysis of threats opportunities weaknesses
(SWOT) produced four strategy. The strategy is SO, ST, WO and the strategy WT.
The fourth strategy is good to be applied, but see the position of the system is in a
quadrant five (v), then the most appropriate strategy is WO and ST. The
combination strategy WO are increased knowledge about the quality and skill
handlers tuna fish. Another thing that needs to be done that is the addition of the
tools like ring tuna dan killing spike. Ring the functioning to hold the movement
of the process of hauling and killing spike to deadly fish tuna. Combination
strategy that is making ST it self standard operating prosedure (SOP) handling of
good; as well as improving work competence.
Key words: Donggala fishing port, improving catch quality, tuna hand line fishermen
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir John Haluan, MSc
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwataala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dalam
penelitian ini yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2014
yaitu Analisis Permasalahan Penanganan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi
Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi, Dr Ir
Sugeng Hari Wisudo, MSi dan Dr Mustaruddin STP selaku pembimbing yang
telah banyak memberi saran sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Terima
kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, MSc selaku penguji
dan Dr. Ir. Yopi Novita, MSi yang mewakili dari program studi Teknologi
Perikanan Laut (TPL), atas saran yang telah diberikan. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Kamsina selaku bagian fungsional pengembangan usaha
penangkapan ikan bidang perikanan tangkap dan Bapak Nuzlan selaku fungsional
umum sumber daya ikan perikanan tangkap DKP Sulawesi Tengah yang telah
banyak memberikan penjelasan tentang kondisi perikanan tuna di PPI Donggala.
Penghargaan penulis sampaikan kepada pengumpul dan nelayan hand line PPI
Donggala yang telah memberikan partisipasi selama penelitian berlangsung.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya dan tidak lupa buat teman-teman yang juga
banyak membantu selama penelitian serta penulisan karya ilmiah ini.
Penulis mengakui bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan,
sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan agar kedepannya
bisa menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, amin.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
2
2
3
3
METODE PENELITIAN
waktu dan Tempat
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
3 KEDAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Umum PPI Donggala Sulawesi Tengah
Unit Alat Tangkap Hand Line
Bagan Alir Sistem Operasi Penangkapan
Bagan Alir Sistem Penanganan Ikan Tuna
4 ANALISIS PERMASALAHAN PENANGANAN IKAN TUNA
DI ATAS KAPAL HAND LINE PPI DONGGALA
Pendahuluan
Metode Penelitian
Kesimpulan
5 STRATEGI SISTEM PENANGANAN IKAN TUNA DI ATAS
KAPAL HAND LINE NELAYAN PPI DONGGALA
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil
Kesimpulan
6 PEMBAHASAN UMUM
7 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
5
5
6
6
6
6
7
9
12
24
24
24
27
36
37
39
39
39
40
LAMPIRAN
43
RIWAYAT HIDUP
53
13
13
14
23
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
15
16
18
20
21
25
26
26
29
31
32
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
2
4
5
7
7
8
8
9
10
10
11
12
18
19
21
31
34
34
35
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
44
45
48
51
51
51
52
52
52
DAFTAR ISTILAH
DJPT
DKP
Pangkalan
Fishing ground
Ganco
Hand line
Kayu pemukul
Killing spike
Ring tuna
Operasi penangkapan
Potensi ikan
Sistem
Perahu pemancing
Yellow fin
WPP-RI
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan tuna adalah salah satu komoditi unggulan Indonesia dari sektor perikanan
karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Potensi ikan tuna di perairan Indonesia
cukup besar dan belum termanfaatkan dengan baik dibeberapa daerah tertentu
(Lintang et al. 2012). Salah satu daerah Indonesia yang memiliki potensi ikan tuna
adalah Sulawesi Tengah. Potensi ikan tersebut tersebar di empat wilayah pengelolaan
perikanan (WPP) yang masih dapat dimanfaatkan secara lestari. Empat WPP tersebut
yaitu (1) WPP RI 713 Selat Makassar dan Laut Flores; (2) WPP RI 714 Teluk Tolo
dan Laut Halmahera; (3) WPP RI 715 Teluk Tomini; dan (4) WPP RI 716 Laut
Sulawesi (Howara dan Lappo 2008).
WPP RI 713 Selat Makassar merupakan daerah penangkapan ikan tuna oleh
nelayan hand line PPI Donggala. Jenis ikan tuna yang banyak diproduksi oleh
nelayan hand line PPI Donggala adalah jenis yellow fin tuna. Ikan tuna yang
dihasilkan oleh nelayan hand line memiliki harga jual yang termasuk rendah bila
dibandingkan dengan beberapa daerah seperti Bitung, Gorontalo dan Makassar. Mutu
ikan tuna yang kurang baik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan nilai jual
ikan tuna nelayan menjadi rendah.
Mutu ikan yang baik adalah ikan yang masih mempunyai sifat sama dengan
ikan hidup, baik rupa, bau, rasa dan teksturnya. Dijelaskan oleh Olodosu et al. (2011)
bahwa mutu produk yang baik yang dapat dipertahankan secara konsisten akan
meningkatkan kepercayaan konsumen. Menurut Maulana et al. (2012), aspek mutu
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam memajukan dunia perikanan
Indonesia di pasar internasional. Nurani et al. (2011) menambahkan bahwa dalam
manajemen kualitas ikan sejak ikan tertangkap sampai pada pemasaran sangat
penting untuk dipahami oleh para pelaku terkait baik nelayan, penampung ataupun
bagian pemasaran.
Melihat gambaran masalah mutu ikan tuna yang masih kurang baik pada
nelayan hand line tuna PPI Donggala maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Peneliti mencoba melihat
permasalahan dari sistem penanganan tuna diatas kapal apakah penanganan ikan
tuna di atas kapal hand line yang dilakukan oleh nelayan PPI Donggala, sudah
merupakan langkah yang tepat dalam usaha menjaga kualitas mutu ikan yang
ditangkap serta bagaimana proses penanganan ikan tuna segar pada saat pasca
penangkapan yang seharusnya dan faktor apa saja yang bisa mempengaruhi
kemunduran mutu ikan tuna tersebut.
Gambar 1 Sebaran potensi komoditi unggulan di WPP RI 713 Selat Makassar, WPP
RI 714 Teluk Tolo, WPP RI 715 Teluk Tomini, WPP RI 716 Laut
Sulawesi dan Sulawesi Tengah
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dapat dirumuskan permasalahan
dengan melihat aspek penanganan hasil tangkapan dari nelayan itu sendiri. Aspekaspek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1) Apakah penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI
Donggala di atas kapal sudah merupakan langkah yang tepat dalam usaha
menjaga mutu hasil tangkapan.
2) Bagaimana proses penanganan ikan tuna pada saat pasca penangkapan yang
seharusnya serta faktor apa saja yang bisa mempengaruhi penurunan mutu ikan
tuna tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di Atas
Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala) yaitu:
1) Menentukan akar permasalahan dari sistem penanganan ikan tuna yang dilakukan
oleh nelayan hand line di atas kapal.
2) Merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang baik di atas kapal hand line
nelayan PPI Donggala Sulawesi Tengah.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tentang Analisis Permasalahan
Penanganan Ikan Tuna di Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan
Ikan Donggala) adalah sebagai berikut:
1) Membantu nelayan hand line di PPI Donggala dalam meningkatkan kualitas
penanganan agar hasil tangkapan memiliki mutu yang baik.
2) Sebagai salah satu bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang perikanan tuna secara umum dan khususnya untuk sistem penanganan
ikan tuna di atas kapal hand line.
3) Sebagai sumber informasi bagi stakeholder yang terkait untuk menciptakan
kebijakan perikanan yang tepat khususnya bagi penanganan perikanan tuna hand
line di PPI Donggala Sulawesi Tengah.
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian pada Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di
Atas Kapal Hand Line (Studi Kasus Pangkalan Pendaratan Ikan Donggala) yaitu
mencakup masalah-masalah yang dihadapi dan telah disebutkan pada permasalahan
dalam rencana penelitian ini kemudian disusun menjadi satu kerangka berpikir.
Kerangka pikir merupakan rencana penelitian mulai dari usulan penelitian, penelitian
di lapangan, pengolahan data hingga menjadi tesis. Kerangka pemikiran dari
penelitian ini disampaikan pada Gambar 2.
Mulai
Masalah:
Penanganan ikan tuna pada nelayan hand line
PPI Donggala masih terdapat kekeliruan
sehingga mutu hasil tangkapan kurang baik,
menjadikan harga jual rendah
1. pada
Selesai
Gambar 2 Diagram alir kerangka penelitian
Langkah awal dalam merumuskan suatu strategi penanganan ikan tuna yang
baik di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala, adalah harus menentukan
permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi oleh nelayan tersebut.
Permasalahan yang dikaji adalah permasalahan yang berkaitan dengan metode
penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan di atas kapal hand line, yang
mempengaruhi proses penurunan mutu ikan tuna. Untuk mengetahui permasalahan
tersebut, maka dilakukan analisis dengan pendekatan fishbone diagram. Langkah
selanjutnya yaitu permasalahan yang dihasilkan dari analisis fishbone diagram
tersebut, ditentukan masalah prioritas dengan menggunakan analisis uji banding
berpasangan. Tahap terakhir adalah merumuskan strategi penanganan ikan tuna yang
baik di atas kapal hand line dengan pendekatan SWOT. Analisis SWOT dilakukan
dengan menganalisis masalah internal-eksternal dari masalah prioritas yang
dihasilkan dari analisis uji banding berpasangan. Harapan perumusan strategi ini
yaitu dapat membantu meningkatkan kualitas penanganan ikan tuna yang dilakukan
di atas kapal hand line nelayan PPI Donggala.
2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan April sampai
dengan bulan Mei 2014. Lokasi yang menjadi objek penelitian yaitu Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Donggala Sulawesi Tengah. Metode penelitian yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan deskriptif kualitatif. Metode observasi
dilakukan dengan mengikuti trip penangkapan pada kapal nelayan hand line PPI
Donggala.
Observasi dilakukan terhadap unit penangkapan hand line yang beroperasi
di Selat Makassar. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam menggambarkan
kegiatan penangkapan dan penanganan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan hand
line PPI Donggala.
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pertama adalah memberikan gambaran secara
deskripsi tentang profil PPI Donggala serta metode penangkapan dan penanganan
yang dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala. Pada tahap berikutnya analisis
dilakukan dengan pendekatan fishbone (Gazpers 1997) yang bertujuan untuk
mengetahui faktor penyebab permasalahan penangkapan dan penanganan yang
dihadapi oleh nelayan hand line. Langkah selanjutnya analisis uji banding
berpasangan untuk mengetahui penyebab permasalahan yang lebih berpengaruh
terhadap proses penurunan mutu. Tahap terakhir yaitu merumuskan strategi
penanganan yang baik dengan mengutamakan masalah prioritas yang dihasilkan dari
analisis uji banding berpasangan dengan pendekatan SWOT (Rangkuti 1997).
Gambar 7 Jenis tuna yellow fin hasil tangkapan hand line PPI
Donggala
Istirahat
Istirahat
Istirahat
Istirahat
Kembalike
kepangkalan
pangkalan
Kembali
Gambar 8 Bagan alir sistem operasi penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Persiapan dilakukan nelayan sebelum menuju daerah penangkapan. Perahu
pemancing yang akan digunakan diikat di samping kiri dan kanan kapal induk. Jika
persiapan sudah selesai barulah nelayan menuju daerah penangkapan pada pukul
20.00 WITA. Saat tiba di daerah penangkapan nelayan langsung beristrahat dan
akan memulai aktivitas pemancingan pada pukul 05.00 WITA.
Teknik operasi penangakapan ikan tuna yang dilakukan oleh nelayan terbagi
dalam tiga waktu sebagaimana tertera pada Gambar 8. Aktivitas penangkapan
di mulai dengan kapten kapal utama akan menyebar perahu-perahu pemancing
(Gambar 9). Tiap satu perahu pemancing terdiri oleh satu orang pemancing (nelayan).
10
11
12
8) Pencucian ikan tuna: Setelah penyiangan insang dan isi perut, barulah pencucian
ikan tuna dilakukan. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air laut yang
diambil dengan menggunakan ember. Ikan disiram dengan air laut sampai ikan
tersebut dianggap bersih.
9) Pendinginan awal: Ikan tuna diletakkan pada bagian atas wadah penyimpanan
dalam keadaan belum tersusun rapi. Setelah itu nelayan kembali melakukan
aktivitas pemancingan dengan menggunakan perahu pemancing.
10) Penyimpanan dalam wadah pendingin: Setelah waktu istrahat pemancingan tiba,
barulah ikan tuna tersebut disusun dengan rapi dalam wadah pendingin.
Penyusunan ikan dilakukan dengan cara berlapis-lapis yaitu es kemudian ikan
tuna dan seterusnya pada bagian atas dilapisi dengan es.
11) Pembersihan alat dan area kerja: Setelah selesai proses penanganan ikan tuna
dilakukan, nelayan membersihkan area kerja dan semua alat yang digunakan
dengan air laut dan menyimpannya kembali ke tempatnya.
12) Pembongkaran ikan tuna: Setelah tiba di pangkalan, nelayan langsung
melakukan pembongkaran. Pembongkaran dilakukan pada pukul 16.00 WITA.
Pembersihan
dek kapal
Pembersihan
kapal
Pembersihan
dekdek
kapal
Persiapan alat bantu penanganan ikan
Persiapan alat bantu penanganan ikan
Ikan tuna di tahan dengan ganco
Ikan tuna di tahan dengan ganco
Pematian ikan
Mematikan ikan
Pelepasan mata pancing
Pelepasan mata pancing
Ikan dinaikkan ke atas kapal
Ikan dinaikkan ke atas kapal
Penyiangan insang, isi perut dan sirip
Penyiangan insang, isi perut dan sirip
Pencucian ikan tuna
Pencucian ikan tuna
Pendinginan awal
Pendinginan awal
Penyimpanan dalam wadah pendingin
Penyimpanan dalam wadah pendingin
Pembersihan alat dan area kerja
Pembersihan alat dan area kerja
Pembongkaranikan
ikantuna
tuna
Pembongkaran
Gambar 12 Bagan alir sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line PPI
Donggala yang dilakukan di kapal utama
13
Ikan tuna segar yang dihasilkan oleh nelayan berdasarkan proses penanganan
pada Gambar 12 sebagian besar memiliki nilai jual rendah. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pengumpul dan pihak terkait dari instansi DKP, nilai jual yang
rendah ini pada umumnya dikarenakan oleh mutu hasil tangkapan yang kurang baik.
14
dipertahankan dengan baik, padahal tingkat kesegaran ikan tersebut sangat menentukan
nilai jual ikan (Surti dan Ari 2004).
Analisis aspek penangkapan dan penanganan ikan pada nelayan hand line PPI
Donggala adalah bertujuan untuk mencari tahu penyebab dari permasalahan
penangkapan dan penanganan yang mempengaruhi proses penurunan mutu pada
hasil tangkapan nelayan. Sehingga dengan mengetahui penyebab dari permasalahan
tersebut, maka dapat dilakukan upaya perumusan strategi penanganan yang baik.
Metode Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive
sampling adalah penentuan sampel berdasarkan keyakinan bahwa sampel tersebut
benar-benar mewakili dari total keseluruhan sampel yang ada (Ferdinand et al. 2012).
Jumlah data yang diteliti disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Data primer yang
diambil mencakup nelayan, cara penangkapan, cara penanganan ikan tuna di kapal
hand line, bahan dan alat yang digunakan untuk penanganan, area kerja penanganan,
ukuran kapal, lama waktu penangkapan dan nilai jual ikan tuna. Data sekunder
dikumpulkan melalui penelusuran dari berbagai studi pustaka, statistik perikanan,
terbitan jurnal dan sumber lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.
Analisis fishbone
Mengacu pada Gazpers (1997), langkah-langkah analisis fishbone adalah sebagai
berikut:
Langkah 1 : Menggambar sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada
ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya yang berisikan
tentang masalah yang akan diteliti.
Masalah yang diteliti
Langkah 2 : Menggambar penyebab utama (SDM, Metode, Bahan dan Alat serta
Lingkungan) dalam kotak yang dihubungkan dengan garis utama.
SDM
Metode
Lingkungan
15
A1
1
A2
A3
A4
A5
1
1
1
1
16
yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9. Skala ini
mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk pertimbangan dalam
perbandingan berpasangan elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu kriteria
di level yang lebih tinggi. Apabila suatu elemen dalam matriks dan dibandingkan
dengan dirinya sendiri, maka diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan nilai
tertentu, maka j dibanding i merupakan kebalikannya. Pada Tabel 2 memberikan
definisi dan penjelasan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dengan elemen lainnya.
Tabel 2 Skala penilaian perbandingan berpasangan
Intensitas
Kepentingan
1
3
5
7
9
2,4,6
Definisi
Kedua elemen sama penting
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari lainnya
Elemen yang satu jelas lebih penting dari lainnya
Elemen yang satu sangat jelas lebih penting dari lainnya
Mutlak lebih penting dari lainnya
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
n
= aij (k)
kj = 1 .......................................................................................(1)
Keterangan:
Nkj
: Nilai kolom ke j
aij
: Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
n
: Jumlah elemen
b) Membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom untuk
memperoleh matriks yang dinormalisasi (Ndij).
Ndij =
aij
Nkj
...............................................................................................(2)
Keterangan:
Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j
aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
Nkj : Nilai kolom ke j
n Ndij
j=1 n
.........................................................................................(3)
Keterangan:
Vpi : Vektor prioritas dari elemen i
Ndij : Nilai setiap entri dalam matriks yang dinormalisasi pada baris i dan kolom j
17
4) Pengukuran konsistensi
Penilaian antara satu kriteria dengan kriteria lain tidak bisa semuanya konsisten.
Ketidak konsistenan ini dapat disebabkan karena kesalahan pada waktu penilaian,
atau karena kurangnya informasi, dan kurangnya konsentrasi. Dalam masalah
pengambilan keputusan perlu untuk mengetahui seberapa besar konsistensi yang
ada, sehingga keputusan yang dihasilkan berdasarkan pada pertimbangan dengan
konsistensi yang baik. Konsistensi yang logis memiliki dua makna yaitu:
Pertama: obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan
relevansinya,
Kedua: konsistensi terkait dengan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang
didasarkan pada kriteria tertentu.
Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang dari 10% dan jika rasio
konsistensi lebih dari 10 %, pertimbangan tersebut mungkin acak dan perlu
diperbaiki.
Perhitungan nilai eigen (eigen value) maksimum ( maks):
VA = aij x Vp dengan VA = (V aij) ....................................................................(4)
Keterangan:
VA : Vektor antara
aij : Nilai setiap entri dalam matriks pada baris i dan kolom j
Vp : Vektor prioritas
VB =
VA
VP
..................................................................................................................(5)
dengan VB = Vbi
n
i =1
VB
...................................................................................................(6)
maks n
n 1
.......................................................................................................(7)
CR = RI
...................................................................................................................(8)
Nilai Indeks Acak (Random Consistency Index) (RI) dari matriks berordo
1 sampai dengan 15 yang diacu dari Saaty et al. (1994), digunakan untuk
menentukan Rasio Konsistensi (CR) yang dapat dilihat pada Tabel 3.
18
RI
RI
RI
0,00
1,24
11
1,51
0,00
1,32
12
1,48
0,58
1,41
13
1,56
0,90
1,45
14
1,57
1,12
10
1,49
15
1,59
Hasil
Analisis diagram fishbone sistem penangkapan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tentang cara penangkapan yang
dilakukan oleh nelayan hand line, yang kemudian di analisis dengan diagram
fishbone maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan
mutu hasil tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penangkapan ikan tuna
nelayan hand line PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 13. Berdasarkan hasil
analisis tersebut, dapat diketahui bahwa sistem operasi penangkapan yang
mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand line PPI Donggala
adalah (1) SDM (nelayan); dan (2) metode.
SDM (Nelayan)
Trip penangkapan
Proses hauling
Permasalahan
penangkapan yang
menyebabkan mutu
hasil tangkapan
kurang baik
Cara penangkapan
Metode
19
2) Metode
Proses hauling yang cukup lama
Lamanya waktu yang digunakan saat hauling akan membuat ikan tuna
kelelahan karena adanya perlawanan yang akan merubah susunan komposisi kimia
yang ada pada ikan tuna. Perubahan susunan komposisi kimia yang terjadi pada ikan
tuna akhirnya akan lebih cepat memicu terjadinya proses penurunan mutu.
Analisis diagram fishbone sistem penanganan ikan tuna oleh nelayan hand line
PPI Donggala
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lima kapal nelayan hand line PPI
Donggala tentang cara penanganan, yang kemudian di analisis dengan diagram fishbone
maka di temukan beberapa masalah yang mempengaruhi proses penurunan mutu hasil
tangkapan. Hasil analisis fishbone untuk sistem penanganan ikan tuna nelayan hand line
PPI Donggala dapat dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil analisis tersebut, sistem
penanganan ikan yang mempengaruhi kemunduran mutu hasil tangkapan nelayan hand
line PPI Donggala adalah sebagai berikut:
1) SDM (nelayan)
- Keterampilan dalam menangani ikan tuna masih kurang baik
- Pengetahuan yang masih rendah
2) Metode
- Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat
- Penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih
- Tidak melakukan pembuangan darah
- Pendinginan awal kurang efektif
3) Bahan dan alat
- Wadah penyimpanan yang kurang terawat
- Es yang digunakan kurang tepat
- Pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel
- Kayu pemukul masih kurang efektif
4) Lingkungan
- Suhu penyimpanan tidak terkontrol
- Adanya kontak langsung dengan sinar matahari.
SDM (nelayan)
Bahan dan Alat
Pengetahuan
Wadah
penyimpanan
Es
Kayu pemukul
Pisau
Permasalahan
penanganan yang
menyebabkan mutu
hasil tangkapan
kurang baik
Mutu
Mematikan
ikan tuna
Pembuangan
darah
Suhu
penyimpanan
Cara penanganan
Penyiangan
insang dan
isi perut
Pendinginan
awal
Sinar
matahari
Lingkungan
Metode
20
10
11
12
13
14
1/7
1/3
1/5
1/3
1/3
1/3
1/3
1/3
1/2
1/2
1/2
1/3
1/5
1/4
1/5
1/5
1/3
1/5
1/5
1/5
1/3
1/5
1/5
1/3
1/3
1/3
1/3
1/3
1/5
1/3
1/3
1/5
1/3
1/5
1/5
1/5
1/3
1/3
10
1/3
1/3
11
1/3
1/3
1/4
1/5
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1/7
12
1/3
1/3
1/5
1/7
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1/7
13
1/5
1/5
14
1/3
1/7
1/8
1/8
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1/7
31,33
11,69
6,39
4,60
11,50
41,00
28,67
40,00
12,67
12,67
51,00
54,00
16,50
62,00
Total
Keterangan:
n: permasalahan
1: trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari)
2: proses hauling yang yang cukup lama
3: keterampilan menangani tuna masih kurang baik
4: pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim
5: cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat
6: penyiangan insang dan isi perut masih kurang bersih
7: tidak melakukan pembuangan darah
8: pendinginan awal kurang efektif
9: wadah penyimpanan yang kurang terawat
10: es yang digunakan kurang tepat
11: pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel
12: kayu pemukul masih kurang efektif
13: suhu penyimpanan tidak terkontrol
14: adanya kontak langsung dengan sinar matahari
21
Tabel 5 Hasil perhitungan nilai VP dari permasalahan yang dihadapi nelayan hand
line PPI Donggala
No.
Deskripsi permasalahan
VP
Prioritas/ranking
0,0385
0,0967
0,1582
0,1876
0,0978
0,0297
10
0,0416
0,0312
0,0882
10
0,0882
11
0,0183
11
12
0,0169
12
13
0,0924
14
0,0146
13
0,2000
0,1800
0,1600
nilai VP
0,1400
0,1200
0,1000
0,0800
0,0600
0,0400
0,0200
0,0000
1
10 11 12 13 14
Permasalahan
22
nilai indeks acak (Random Consitency Index) (RI) untuk ordo 14 yaitu 1,57
(Saaty et al. 1994). Nilai CR yang dihasilkan adalah 0,0587 atau 5,87% (< 10%)
berarti bahwa penilaian prioritas yang diakukan pada contoh matriks banding
berpasang konsisten.
Pembahasan
Berdasarkan hasil dari analisis diagram fishbone diketahui berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line PPI Donggala. Ada empat belas
(14) permasalahan yang dihadapi oleh nelayan hand line tersebut. Permasalahan
tersebut yaitu trip penangkapan yang kurang tepat, proses hauling yang cukup lama,
keterampilan menangani ikan tuna masih kurang baik, pengetahuan tentang mutu
pengetahuan tentang mutu yang masih sangat minim, cara mematikan ikan tuna
masih kurang tepat (Lampiran 4), penyiangan insang dan isi perut masih kurang
bersih, tidak melakukan pembuangan darah, pendinginan awal kurang efektif, wadah
penyimpanan yang kurang terawat (Lampiran 5), es yang digunakan kurang tepat
(Lampiran 6), pisau yang tidak bersih (Lampiran 7), kayu pemukul masih kurang
efektif, suhu penyimpanan tidak terkontrol dan terakhir adanya kontak langsung
dengan sinar matahari (Lampiran 8).
Penanganan ikan tuna yang baik dan benar merupakan faktor penentu untuk
menghasilkan ikan tuna segar yang sesuai dengan permintaan pasar. Oleh karena itu
keterampilan dalam menangani ikan tuna serta pengetahuan yang baik sangat
dibutuhkan dalam proses penanganan untuk mempertahankan kesegaran ikan tuna
hasil tangkapan. Karena jika nelayan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
baik maka kecil kemungkinanan terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat memicu
cepatnya terjadinya proses penurunan mutu ikan tuna.
Pengaturan trip penangkapan kurang tepat karena lebih dari 24 jam. Hal ini
dikarenakan wadah penyimpanan yang kurang baik dan es yang digunakan kurang
tepat. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk dapat mempertahankan kesegaran ikan
tuna hasil tangkapan nelayan dalam waktu yang lama. DJPT (2014) menjelaskan
bahwa kapal penangkap atau kapal penampung yang menyimpan hasil tangkapan
lebih dari 24 jam harus memiliki wadah penyimpanan yang baik dan menjamin
bahwa wadah tersebut tidak menulari ikan yang disimpan didalamnya. Selain itu
tidak adanya pengontrolan suhu selama ikan tersebut disimpan dalam wadah
penyimpanan.
Penyimpanan ikan tuna segar dalam wadah harus memiliki suhu 0-2 0C. Suhu
tersebut harus dipertahankan selama belum dilakukan pembongkaran ikan tuna.
Menurut Zhang et al. (2011), terjadinya kenaikan suhu secara signifikan dapat
menyebabkan cepatnya terjadi proses penurunan mutu. Gram dan Dalgaard (2002)
menambahkan bahwa penggunaan suhu rendah yang baik akan menghambat
pertumbuhan beberapa mikroba yang terdapat pada ikan air laut. Hal ini juga
dipertegas oleh Taher (2010) bahwa penggunaan suhu rendah yang baik dan benar
akan memperpanjang masa penyimpanan ikan.
Proses hauling yang cukup lama juga memberikan pengaruh terhadap proses
penurunan mutu. Lamanya waktu yang digunakan saat hauling akan membuat ikan
tuna kelelahan karena adanya perlawanan, dan ketika ikan tersebut mati maka akan
cepat terjadi proses penurunan mutu pada ikan tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan
cara kematian ikan tuna, dimana ikan yang mati dipukul dengan kayu pemukul akan
23
lebih cepat mengalami proses penurunan mutu daripada ikan yang mati dengan cara
di tusuk tepat pada otaknya. Hal ini disebabkan karena ikan yang mati dengan cara
ditusuk, ikan tersebut langsung mati sehingga mutu ikan tetap terjaga. Lain halnya
dengan ikan yang dipukul dengan kayu pemukul, proses kematiannya berlangsung
15-20 menit sehingga ikan mati dalam keadaan lemas. Ikan yang mati dengan
keadaan lemas akan lebih cepat mengalami proses penurunan mutu (Reo 2010).
Pisau yang digunakan nelayan saat menyiangi ikan tuna terlihat karatan karena
terbuat dari bahan yang mudah berkarat. Alat bantu penanganan seperti pisau dan
harus terjaga kebersihannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Winarno dan Surono
(2004) bahwa semua peralatan yang digunakan yang berhubungan langsung dengan
produk harus dipastikan bahwa tidak menulari produk yang ditangani. Hal ini juga
ditegaskan dalam Kepmen KP Nomor: 52A/KEPMEN-KP/2013 yang menjelaskan
tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Pada BAB II disebutkan Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, bagian A nomor 6 tentang Peralatan dan
Perlengkapan pada poin a dan b yang menyatakan bahwa peralatan yang digunakan
yang berhubungan lansung dengan ikan harus terbuat dari bahan tahan karat, tidak
beracun dan mudah dibersihkan serta harus ditata sedemikian rupa untuk dapat
mencegah kontaminasi.
Es yang digunakan nelayan untuk mendinginkan ikan memiliki partikelpartikel yang tidak halus. Hal ini dikarenakan es yang digunakan adalah es balok
yang akan dihancurkan secara manual ketikan akan digunakan. Es yang baik untuk
mendinginkan ikan tuna harus menggunakan es curah karena memiliki partikelpartikel yang lebih halus. Halusnya partikel-partikel es tersebut akan lebih cepat
mendinginkan ikan karena tersusun rapat saat berada dalam wadah penyimpanan
(Moeljanto 1992).
Faktor lingkungan seperti sinar matahari juga harus diperhatikan dalam
mempertahan kesegaran ikan tuna hasil tangkapan. Adanya kontak langsung dengan
sinar matahari dapat merusak sistem rantai dingin yang ada pada ikan tersebut yang
pada akhirnya akan mempecepat proses penurunan mutu.
Kesimpulan
Penangkapan dan proses penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh
nelayan hand line PPI Donggala hanya berdasarkan atas pengalaman yang diperoleh
selama ini. Penanganan hasil tangkapan yang dilakukan nelayan tersebut masih
memiliki banyak kekeliruan. Analisis fishbone menghasilkan empat belas masalah
yang berpengaruh terhadap proses penurunan mutu hasil tangkapan nelayan hand
line PPI Donggala. Dari empat belas masalah tersebut dihasilkan lima masalah
prioritas dengan menggunakan analisis uji berpasangan berganda. Lima prioritas
masalah tersebut yaitu (1) pengetahuan tentang mutu ikan tuna masih minim;
(2) keterampilan menangani tuna masih kurang baik; (3) cara mematikan ikan tuna
masih kurang tepat; (4) proses hauling yang yang cukup lama; dan (5) suhu
penyimpanan yang tidak terkontrol.
24
Metode Penelitian
Metode penelitian pada tahap ini yaitu melakukan pendekatan dengan analisis
SWOT dalam merumuskan strategi penanganan yang baik di atas kapal hand line.
Perumusan strategi penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan
permasalahan yang prioritas yang dihasilkan dari analisis uji banding berpasangan.
Penyusunan strategi tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT. Prinsip
kerja dari analisis SWOT yaitu mengidentifikasi berbagai faktor lingkungan internal
dan eksternal secara sistematik dan dilanjutkan dengan merumuskannya. Kemudian
dengan membandingkan antara faktor internal yaitu kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weakness) dengan faktor eksternal yaitu peluang (opportunities) dan
ancaman (threats) (Rangkuti 2006).
25
Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan
yang diperoleh lebih tepat perlu melalui tahapan sebagai berikut:
1) Tahap pengumpulan data yaitu pengumpulan data, pengklasifikasian dan
pra-analisis faktor eksternal dan internal.
2) Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal dan eksternal dan matriks
SWOT.
3) Tahap pengambilan keputusan
Tahapan pembuatan matriks faktor strategi Internal Strategic Factor Summary
(ISFS) dan matriks faktor strategi Eksternal Strategic Factors Summary (ESFS)
adalah sebagai berikut:
1) Matriks ISFS
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam kolom 1.
b. Pemberian bobot masing-masing faktor tersebut pada kolom 2, dengan skala
mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan
pengaruh terhadap posisi strategis sistem. (Semua bobot jumlahnya tidak
boleh melebihi skor total 1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala
mulai dari4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruhnya
terhadap sistem. Pemberian nilai rating untuk kekuatan bersifat positif
(semakin besar kekuatan semakin besar pula nilai rating yang diberikan),
sedangkan untuk kelemahan dilakukan sebaliknya.
d. Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk menentukan skor
terbobot pada masing-masing faktor (kolom 4).
e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk menentukan kondisi
internal sistem. Jika nilai total skor terbobot > = 2,5 berarti kondisi internal
sistem memiliki kekuatan untuk mengatasi situasi.
Tabel 6 Matrik evaluasi faktor internal (ISFS)
Faktor-faktor internal
Kekuatan
Kelemahan
Jumlah
Bobot
Rating
Bobot*rating
2) Matriks ESFS
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman (kolom 1)
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruhnya
terhadap faktor strategis. (Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor
total 1,00).
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala
mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruhnya
terhadap kondisi sistem. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif
26
(semakin besar peluang semakin besar pula nilai rating yang diberikan),
sedangkan untuk ancaman dilakukan sebaliknya (semakin besar ancaman
semakin kecil nilai rating).
d. Selanjutnya dilakukan perkalian bobot dengan rating, untuk menentukan skor
terbobot pada masing-masing faktor (kolom 4).
e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk menentukan kondisi
eksternal sistem. Jika total skor terbobot > = 2,5 berarti sistem mampu
merespon kondisi yang ada.Kemudian dilakukan penjumlahan total skor
pembobotan untuk masing-masing faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan
eksternal (peluang dan ancaman) (Tabel 12). Untuk memperoleh strategi
yang tepat maka nilai tersebut diplotkan pada kuadran yang sesuai untuk
kemudian dilakukan pembuatan matriks SWOT yang akan menjelaskan
alternatif strategi yang dilakukan.
Tabel 7 Matriks evaluasi faktor ekternal (ESFS)
Faktor-faktor eksternal
Peluang
Bobot
Rating
Bobot*rating
Ancaman :
Jumlah
Bedasarkan matriks ISFS dan matriks ESFS, dapat diketahui posisi kuadran
kondisi sistem saat ini. Posisi sistem juga dapat diketahui dari matriks internaleksternal (IE Matriks).
3) Matriks IE
Matriks IE (internal-eksternal) merupakan matriks yang dibuat dengan
menggunakan parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi.
Tujuan pembuatan matriks IE adalah untuk memperoleh posisi sistem saat ini
(Tabel 8).
Tabel 8 Matriks internal-ekternal
I
II
Growth
Konsentrasi melalui
integrasi vertikal
IV
III
Growth
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
V
Stability
Hati - hati
VII
Growth
Difersifikasi Konsentrik
Growth
Konsentrasi melalui
integrasi horizontal
Stability
Hati-hati
VIII
Growth
Difersifikasi Konsentrik
Rentrechment
Turnaround
IV
Rentrechment
Captive Company
atau
divestment
IX
Rentrechment
Bangkrut atau likuidasi
27
4) Matriks SWOT
Langkah selanjutnya setelah membuat matriks IE yaitu membuat matriks
SWOT yang menjelaskan berbagai alternatif yang mungkin untuk strategi
pengelolaan. Menurut Nurani (2010), penyusunan matriks SWOT merupakan alat
pencocokan yang penting untuk mengembangkan empat tipe strategi, dimana
pencocokan memerlukan kecermatan dan tidak ada satupun kecocokan terbaik.
Dalam matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis (Rangkuti 2006) yaitu:
1. Strategi S-O, strategi ini memanfaatkan seluruh kekuatan untuk mendapatkan dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi S-T, strategi ini menggunakan unsur kekuatan untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan meminimalkan unsur kelemahan.
4. Strategi W-T, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensiv dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Tahapan selanjutnya adalah pengambilan keputusan, dalam tahapan ini perlu
merujuk kembali matriks internal eksternal yang menghasilkan posisi sistem saat ini,
dengan melihat posisi kuadran dari sistem sehingga dapat diketahui kombinasi
strategi yang tepat (Marimin 2004).
Hasil
Analisis strengths weaknesses opportunities threats (SWOT) adalah analisis
yang didasarkan pada logika dalam membentuk strategi. Penentuan strategi sistem
penanganan ikan pada perikanan tuna hand line di PPI Donggala Sulawesi Tengah
dimulai dengan tahap awal yaitu pengumpulan data dan indentifikasi faktor-faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang sangat mempengaruhi
sistem penanganan ikan tuna segar di kapal hand line secara langsung. Faktor
internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor
yang berasal dari luar yang dapat mempengaruhi sistem penanganan ikan tuna secara
tidak langsung yang terdiri atas peluang dan ancaman.
Berdasarkan hasil analisis uji banding berpasangan pada bab sebelumnya
didapatkan faktor eksternal dan faktor internal sistem penanganan ikan yang sangat
berpengaruh terhadap penurunan mutu hasil tangkapan. Hasil analisis faktor internal
dan faktor eksternal yang didapatkan akan digunakan sebagai input untuk
memformulasikan strategi penanganan ikan tuna segar di kapal hand line nelayan
PPI Donggala.
Analsisis faktor internal meliputi kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk
mengatasi kelemahan yang ada. Cakupan faktor internal dari sistem penanganan
hasil tangkapan di atas kapal oleh nelayan hand line PPI Donggala dapat dilihat pada
Tabel 9. Urairan dari faktor internal sistem penangangan nelayan tersebut adalah
sebagai berikut:
28
1. Kekuatan
a. Hand line merupakan alat tangkap ikan tuna yang tepat untuk ikan tuna. Alat
tangkap pancing khususnya hand line merupakan alat tangkap yang tepat untuk
ikan tuna dibandingkan dengan alat tangkap lain karena tidak menyebabkan
cacat fisik pada ikan seperti alat tangkap purse seine.
b. Memiliki kapal utama yang berfungsi sebagai penampung. Nelayan hand line
memiliki dua kapal, satu sebagai perahu pemancing sedangkan satu kapalnya
sebagai kapal yang digunakan saat proses hauling dan sebagai kapal penampug
hasil tangkapan. Adanya kapal ini sangat memudahkan nelayan, karena
nelayan tidak harus kembali ke pangkalan saat mendapatkan ikan tuna. Ikan
tersebut akan di simpan pada kapal utama tersebut, setelah itu kembali
melakukan pemancingan.
c. Memiliki banyak perahu pemancing. Perahu pemancing yang dimiliki oleh
nelayan yaitu terdiri atas 7-8 perahu. Banyaknya perahu pemancing ini sangat
membantu nelayan dalam meningkatkan produksi hasil tangkapaan tuna.
d. Tersedianya umpan untuk memancing ikan tuna. Umpan yang digunakan oleh
nelayan hand line untuk memancing ikan tuna tersedia di pangkalan. Umpan
tersebut diperoleh dari nelayan purse seine. Tersedianya umpan di pangkalan
sangat membantu nelayan hand line dalam melakukan pemancingan ikan tuna.
e. Umur nelayan yang masih produktif. Berdasarkan pengamatan dan wawancara
pada nelayan hand line PPI Donggala, nelayan hand line pada umumnya
memiliki kisaran umur antara 20-40 tahun, dimana merupakan umur yang
produktif dalam melakukan aktivitas.
2. Kelemahan
a. Pengetahuan nelayan yang masih minim. Pengetahuan yang baik sangat
berperan penting dalam meningkatkan mutu hasil tangkapan. Jika nelayan
memiliki pengetahuan tentang cara mempertahankan kesegaran hasil
tangkapan maka kecil kemungkinan terjadi kesalahan. Pengetahuan nelayan
masih sangat minim hal ini dibuktikan dengan mutu hasil tangkapan yang
kurang baik. Selain itu pada umumnya nelayan hanya menyelesaikan
pendidikan di tingkat sekolah dasar.
b. Keterampilan menangani ikan tuna yang masih kurang baik. Keterampilan
penanganan sangat diperlukan dalam dalam menghasilkan mutu ikan tuna yang
baik. Keterampilan nelayan dalam menangani ikan tuna masih sangat minim
hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kekeliruan dalam melakukan
penanganan ikan tuna di atas kapal.
c. Cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat. Pengamatan yang dilakukan
ikan tuna hasil tangkapan dimatikan dengan cara dipukul menggunakan kayu
pemukul. Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa
penggunaan kayu pemukul untuk mematikan ikan tuna masih kurang tepat. Hal
ini dikarenakan ikan yang mati dipukul akan mati dalam keadaan lemas
sehingga cepat terjadinya proses penanganan.
d. Proses hauling yang cukup lama. Proses hauling yang lama juga sangat
mempercepat proses penurunan mutu saat ikan mati. Hal ini disebabkan
sebelum ikan mati, ikan tersebut kelelahan karena melakukan perlawan saat
hauling.
29
Bobot
Rating
Skor
Kekuatan
Hand line merupakan alat tangkap ikan tuna yang tepat
0,26
1,04
0,12
0,48
0,07
0,28
0,03
0,09
0,03
0,09
Kelemahan
Pengetahuan nelayan yang masih minim
Keterampilan menangani ikan tuna yang masih kurang baik
0,15
0,13
1
1
0,15
0,13
0,07
0,07
2
2
0,14
0,14
0,07
0,14
TOTAL
2,68
30
31
Tabel 10 Matriks analisis lingkungan eksternal sistem pada perikanan hand line
Unsur SWOT
Bobot
Rating
Skor
Peluang
Memiliki tempat pendaratan ikan hasil tangkapan
Tersedianya pabrik es di PPI Donggala
Tersedianya pasar ikan tuna
Potensi ikan tuna yang masih tersedia
Adanya pembeli yang menetap dipangkalan
0,25
0,15
0,1
0,06
0,04
4
4
4
3
3
1
0,6
0,4
0,18
0,12
Ancaman
Belum ada tenaga ahli dari instansi terkaitt
Tidak adanya standar resmi yang digunakan hal pengawasan mutu
Instansi terkait lebih mengutamakan nelayan purse seine
Tidak adanya pelatihan khusus penanganan ikan tuna yang baik
Tingkat pendidikan nelayan hand line pada umumnya sangat rendah
0,16
0,12
0,05
0,05
0,02
1
1
2
2
2
0,16
0,12
0,1
0,1
0,04
TOTAL
2,82
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
32
Faktor Eksternal
Peluang (O)
1. Memiliki tempat pendaratan ikan
hasil tangkapan
2. Tersedianya pabrik es balok
di PPI Donggala
3. Tersedianya pasar ikan tuna
4. Potensi ikan tuna yang masih
tersedia
Ancaman (T)
1. Belum adanya tenaga ahli dari
instansi terkait
2. Tidak adanya standar resmi yang
digunakan dalam penanganan
3. Instansi terkait lebih
mengutamakan nelayan purse
seine
4. Tidak adanya pelatihan khusus
penanganan ikan tuna yang baik
Kekuatan (S)
1. Hand line merupakan alat tangkap
ikan tuna yang tepat
2. Memiliki kapal utama yang berfungsi
sebagai penampung
3. Umur nelayan yang masih produktif
Strategi SO:
1. Pengadaan mesin penghancur es
2. Pengoptimalan pemanfaatan tuna
di perairan Selat Makassar
Strategi ST:
1. Pembuatan Standart Operating
Prosedure (SOP) penanganan yang
baik
2. Peningkatan kompetensi kerja
Kelemahan (W)
1. Pengetahuan nelayan yang masih
minim
2. Keterampilan menangani ikan tuna
yang masih kurang baik
3. Cara mematikan ikan tuna masih
kurang tepat
4. Proses hauling yang cukup lama
5. Suhu penyimpanan tidak terkontrol
Strategi WO:
1. Penyuluhan tentang mutu ikan
tuna yang baik pada nelayan hand
line
2. Pelatihan penanganan ikan tuna
yang baik
3. Perlu adanya ring tuna
4. Perlu adanya killing spike
Strategi WT:
1. Pembentukan team pengawas
pengendalian mutu dari intansi
terkait
2. Intervensi instansi terkait dalam
penambahan dan pengadaan alat
bantu penanganan ikan tuna yang
baik
Pembahasan
Hasil dari analisis SWOT sistem penanganan ikan tuna segar pada nelayan
hand line PPI Donggala dihasilkan empat kombinasi strategi SO, strategi ST, strategi
WO dan strategi WT. Kombinasi strategi SO menghasilkan pengadaan mesin
penghancur es dan pengoptimalan pemanfaatan tuna di perairan Selat Makassar.
Mesin penghancur berfungsi untuk menghaluskan es balok yang digunakan
oleh nelayan saat akan menyimpan ikan tuna dalam wadah penyimpanan. Es yang
dihancurkan dengan mesin penghancur es memiliki partikel yang lebih halus dan
memiliki ukuran partikel yang sama. Halusnya ukuran partikel es yang dihasilkan
akan mempercepat proses pendinginan ikan tuna dalam wadah penyimpanan. Hal ini
dikarenakan pada saat dalam wadah, es tersebut tersusun rapat dengan ikan tuna,
sehingga tidak terdapat celah atau rongga udara yang dapat mempercepat proses
pencairan es yang memicu terjadinya kenaikan suhu penyimpanan.
Pengoptimalan pemanfaatan tuna di perairan Selat Makassar. Potensi ikan tuna
yang tersedia di perairan Selat Makassar masih dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan demi memenuhi kebutuhan pasar (Kantun et al. 2014). Namun
33
demikian pemanfaatan ikan tuna perlu diperhatikan juga cara penangkapannya, agar
mutu ikan tuna hasil tangkapan tetap terjaga. Terjaganya mutu hasil tangkapan dapat
meningkatkan kepercayaan konsumen serta dapat menentukan nilai jual.
Kombinasi strategi ST yang menghasilkan pembuatan Standart Operating
Prosedure (SOP) penanganan yang baik dan peningkatan kompetensi kerja. SOP
adalah serangkaian instruksi tertulis yang diberlakukan mengenai berbagai proses
tentang bagaimana, kapan harus dilakukan dan dimana serta oleh siapa yang
melakukan, dengan tujuan untuk meminimalisir kesalahan (Sani 2012). SOP
penanganan ikan yang baik ini berguna sebagai acuan atau pedoman bagi nelayan
saat melakukan proses penanganan ikan tuna di atas kapal hand line. Hal ini
dikarenakan nelayan bisa melihat prosedur dalam melakukan penanganan ikan tuna
yang baik di kapal hand line, sehingga kecil kemungkinan terjadinya kesalahan
teknis yang bisa menyebabkan cacat atau penurunan mutu. SOP ini juga akan
membantu dalam hal pengawasan dan pengendalian mutu, sehingga mutu hasil
tangkapan konsisten sesuai dengan tuntutan konsumen atau buyer. Sebagaimana
dijelaskan oleh Junais et al. (2014) bahwa pengawasan dan pendalian mutu produk
yang dilakukan dengan baik sejak dari awal produksi sampai distribusi akan dapat
meningkatkan kepercayaan konsumen dan keamanan produk.
Peningkatan kompetensi kerja ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kerja nelayan secara khusus dengan cara mengambil satu nelayan per satu unit kapal
hand line. Nelayan ini akan dibimbing dan didampingi oleh tenaga ahli sampai betulbetul paham tentang mutu ikan dan cara penanganan yang baik. Tujuannya yaitu agar
setiap satu unit kapal hand line memiliki satu orang yang memiliki kompetensi
dalam menangani ikan tuna sekaligus dapat mengawasi dan memberitahukan kepada
yang lainnya saat melakukan penanganan ikan tuna di atas kapal. Jika strategi ini
dilakukan dan berjalan dengan baik maka kecil kemungkinan untuk menghasilkan
mutu ikan yang kurang baik.
Kombinasi strategi WO menghasilkan penyuluhan tentang mutu ikan tuna yang
baik pada nelayan hand line, pelatihan penanganan ikan tuna yang baik, perlu adanya
ring tuna dan killing spike.
Penyuluhan merupakan suatu proses pembelajaran yang ditujukan kepada
sekelompok orang dengan maksud pencapaian tujuan (Hubeis 2007). Penyuluhan
tentang mutu ikan tuna kepada nelayan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
nelayan hand line tentang bagaimana mempertahankan kesegaran ikan, agar ikan
tuna tersebut memiliki mutu yang baik. Penyuluhan dapat dilakukan oleh instansi
terkait dalam hal ini DKP Provinsi Sulawesi Tengah.
Pelatihan penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan hand line juga sangat
penting. Pelatihan penanganan ikan tuna termasuk dalam pelatihan kerja, yang mana
pelatihan kerja merupakan suatu wadah bagi seseorang untuk mendapatkan pelajaran
dengan tujuan meningkatkan keterampilan yang dimiliki (Zuana et al. 2014).
Pelatihan dapat dilakukan oleh tenaga ahli dari instansi terkait dengan sungguhsungguh dalam memberikan bimbingan sehingga keterampilan nelayan dapat
ditingkatkan. Meningkatnya keterampilan nelayan dalam menangani ikan tuna hasil
tangkapan, akan menekan seringnya terjadi kesalahan teknis sehingga ikan tuna yang
dihasilkan memiliki mutu yang baik.
Strategi berikutnya dari kombinasi WO yaitu perlu adanya ring tuna. Ring tuna
digunakan untuk menahan gerakan ikan saat hauling. Tujuannya adalah agar ikan
tuna tidak kelelahan. Hal ini dilakukan mengingat ikan tuna yang mati dalam
34
keadaan lemas lebih cepat mengalami proses penurunan mutu (WWF 2011). Ring
tuna merupakan alat bantu yang digunakan saat proses hauling. Alat bantu ini sangat
sederhana dalam pembuatannya. Berdasarkan (BBPPI 2014) pembuatan ring tuna
dapat dilakukan seperti Gambar 17, dengan memiliki bahan-bahan sebagai berikut:
a) Besi stainless stell, diameter 10 mm
b) Tinggi 37 cm
c) Ring 1, diameter dalam 19,5 cm dan diameter luar 21,5 cm
d) Ring 2, diameter dalam 25 cm dan diameter luar 27 cm
e) Ring 3, diameter dalam 31 cm dan diameter luar 33 cm
f) Jarak ring 12 sebesar 17 cm
g) Jarak ring 23 sebesar 26 cm
h) Jeruji/kisi, antara ring 1ring 2 = 3 jeruji
i) Jeruji/kisi, antara ring 2ring 3 = 6 jeruji
j) Ada perlengkapan tambahan berupa gantungan tali
k) Ring dilapisi dengan selang plastik diikat dengan tali PA mono nomor 20
l) Per/pegas spiral, diameter dalam 12 mm panjang 10 cm dengan jumlah 6 buah.
35
Keterangan: a = Ring tuna diluncurkan kearah ikan yang telah tertangkap dengan hand line
b = Ikan tuna sudah berada dalam ring tuna sehingga tidak bisa berenang bebas
c = Ikan tuna akan bergerak ke atas bersama ring tuna mengikuti tali pancing, sehingga
ikan lebih cepat sampai ke permukaan
36
Kesimpulan
Keempat strategi (SO,ST,WO,WT) yang dihasilkan dengan analisis SWOT
tersebut baik untuk diterapkan pada nelayan hand line PPI Donggala. Hal ini
dikarenakan empat strategi tersebut dapat membantu meningkatkan kualitas
penanganan ikan tuna hasil tangkapan. Meningkatnya kualitas penanganan hasil
tangkapan nelayan hand line, maka mutu ikan yang dihasilkan akan lebih baik.
Baiknya mutu dari hasil tangkapan nelayan akan meningkatkan pula nilai jualnya.
37
6 PEMBAHASAN UMUM
Produk perikanan merupakan salah satu jenis pangan yang perlu mendapat
perhatian terkait dengan keamanan pangan. Mengingat di satu sisi, Indonesia
merupakan negara maritim terbesar di Asia Tenggara sehingga sektor perikanan
memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Terutama dalam
penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan nelayan dan sumber devisa negara.
Perlunya perhatian pada produk perikanan ini juga karena mengingat ikan
merupakan salah produk pangan yang mudah mengalami penurunan mutu
(DJPT 2014). Salah satu contoh produk perikanan yang memiliki nilai ekonomis dan
dapat membantu meningkatkan pendapatan nelayan serta pendapatan devisa negara
yaitu ikan tuna.
Ikan tuna tersebar dihampir seluruh perairan laut Indonesia. Salah satu perairan
laut Indonesia yang masih memiliki sumber daya ikan tuna tersebut yaitu WPP 713
Selat Makassar. Potensi sumber daya ikan tuna di WPP ini masih memiliki potensi
yang menjanjikan jika dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pemanfaatan yang
berkelanjutan ini salah satunya yaitu menggunakan alat tangkap yang ramah
lingkungan. Salah satu alat tangkap yang tergolong ramah lingkungan adalah alat
tangkap hand line.
Hand line merupakan alat tangkap yang sangat baik khsusnya untuk
menangkap ikan tuna. Hand line banyak digunakan oleh nelayan bagian timur
Indonesia. Salah satu contoh nelayan yang menggunakan alat tangkap hand line yaitu
nelayan PPI Donggala. Hasil tangkapan yang banyak dihasilkan oleh nelayan
tersebut yaitu ikan tuna jenis yellow fin dengan berat 40 kg. Hasil tangkapan
nelayan ini memiliki nilai jual yang rendah dikarenakan mutu yang kurang baik.
Penanganan ikan hasil tangkapan di atas kapal merupakan perlakuan terpenting
dalam menjaga mutu hasil tangkapan tersebut. Mutu ikan tidak dapat diperbaiki
tetapi hanya dapat dipertahankan. Kerusakan atau penurunan mutu ikan dapat
terjadi segera setelah ikan mengalami kematian. Mengingat pentingnya mutu ikan
maka perlu penanganan yang baik sejak ikan diangkat dari alat tangkap, selama
penyimpanan, dan pembongkarannya, sehingga ikan memiliki mutu yang baik
sampai ke tangan buyer atau konsumen. Baiknya mutu hasil tangkapan dapat
meningkatkan nilai jual dan kepercayaan buyer atau konsumen.
Hasil analisis diagram fishbone sistem penangkapan dan penanganan yang
dilakukan oleh nelayan hand line PPI Donggala diperoleh empat masalah yang
menyebabkan mutu hasil tangkapan tersebut kurang baik. Empat belas (14) masalah
tersebut yaitu (1) keterampilan nelayan yang masih rendah; (2) pengetahuan tentang
mutu yang masih minim; (3) trip penangkapan yang kurang tepat; (4) lamanya proses
hauling; (5) cara mematikan ikan tuna yang masih kurang tepat; (6) penyiangan
insang dan isi perut yang kurang bersih; (7) tidak dilakukan pembuangan darah;
(8) pendinginan awal yang kurang tepat; (9) wadah penyimpanan yang kurang
terawat; (10) es yang digunakan kurang tepat sasarannya; (11) kayu pemukul yang
tidak efektif; (12) pisau yang digunakan bukan dari bahan stainless steel; (13) suhu
penyimpanan tidak terkontrol; dan (14) adanya kontak langsung dengan sinar
matahari. Keempat belas permasalahan ini dapat teratasi dengan hanya melakukan
perbaikan terhadap beberapa faktor prioritas permasalahan yang dihadapi oleh
nelayan tersebut.
38
Hasil uji banding berpasangan, dari empat belas masalah tersebut dihasilkan
5 (lima) masalah prioritas. Lima masalah prioritas tersebut yaitu (1) pengetahuan
tentang mutu ikan tuna masih minim; (2) keterampilan menangani tuna masih kurang
baik; (3) cara mematikan ikan tuna masih kurang tepat; (4) proses hauling yang yang
cukup lama; dan (5) suhu penyimpanan yang tidak terkontrol. Kelima masalah ini
merupakan inti masalah yang membutuhkan solusi atau perbaikan-perbaikan dengan
tujuan agar menjadi lebih baik.
Perbaikan dapat dilakukan dengan pembuatan strategi melalui pendekatan
SWOT. Hasil dari analisis SWOT yang telah dibahas pada bab sebelumnya
ditemukan empat strategi dalam mengatasi masalah yaitu kombinasi strategi SO, ST,
WO dan WT. Ke empat startegi baik untuk diterapkan, namun melihat posis sistem
penanganan nelayan hand line berada pada kuadran V (lima), maka kombinasi
strategi WO dan ST merupakan strategi yang sangat tepat diterapkan. Strategi WO
dapat dilakukan dengan cara yaitu (1) penyuluhan tentang mutu ikan; (2) pelatihan
penanganan ikan tuna yang baik; (3) penggunaan ring tuna saat dilakukan hauling;
dan (4) penggunaan killing spike untuk mematikan ikan tuna. Kemudian strategi ST
itu sendiri dapat dilakukan dengan cara (1) pembuatan SOP penanganan yang baik;
serta (2) peningkatan kompetensi kerja.
Penyuluhan tentang mutu dan pelatihan penanganan ikan tuna yang baik sangat
membantu nelayan dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya. Jika
pengetahuan dan keterampilan nelayan meningkat, maka kecil kemungkinan untuk
melakukan kesalahan-kesalahan teknis dalam melakukan penanganan mutu di atas
kapal hand line. Penggunaan ring tuna bertujuan untuk menahan gerakan ikan agar
ikan tuna tidak kelelahan yang dapat memicu cepatnya terjadinya proses penurunan
mutu saat ikan mati, selain itu agar waktu yang digunakan saat hauling lebih efisien.
Pengunaan killing spike untuk mematikan ikan tuna dengan menusuk tepat pada otak
ikan bertujuan agar ikan yang dimatikan langsung. Penggunaan kedua alat bantu
penanganan ini sangat membantu nelayan hand line PPI Donggala dalam menjaga
mutu hasil tangkapan, sehingga dengan demikian mutu ikan tuna yang dihasilkan
bisa bersaing di pasar global.
Hal lain yang perlu juga dilakukan dalam membantu nelayan meningkatkan
mutu hasil tangkapan yaitu pembuatan SOP penanganan yang baik dan peningkatan
kompetesni kerja. Tujuan dari pembuatan SOP ini agar memudahkan nelayan
melakukan poroses penanganan ikan tuna yang sesuai dengan standar yang berlaku,
sedangkan peningkatan kompetensi kerja ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan
kemampuan kerja nelayan secara khusus dalam penangan mutu hasil tangkapan.
Berhasilnya strategi sistem penanganan ikan tuna yang baik pada nelayan
hand line PPI Donggala perlu kerja sama yang antara nelayan dan instansi terkait,
dalam hal ini adalah Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah.
Sebagaimana diketahui bahwa suatu sistem tidak akan bisa berjalan dengan efektif
tanpa ada kesatuan prinsip di dalamnya sehingga terbentuk kerja sama yang baik
antara pelaku-pelaku sistem.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Ardansyah, Wasilawati. 2014. Pengawasan kerja, dan kinerja pegawai Badan Pusat
Statistik Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal JMK (16)2:153-162.
[BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2009. Profil Potensi Investasi
Provinsi Sulawesi Tengah. Palu (ID): BKPM.
[BBPPI] Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. 2014. Seri Alat Tangkap
Ikan, Kontruksi, dan Keunggulan Bubuh Kubah. Semarang (ID): BBPPI.
David FR. 2003. Strategic Management, Concepts and Cases, 10th edition. New
Jersey: Pearson Education Inc. P:110-151.
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. Pedoman Pemantauan dan Pembinaan
Revitalisasi Perikanan Tuna. Palu (ID): DKP.
[DJPT] Direktorat Jendral Perikanan Perikanan Tangkap. 2014. Jaminan Mutu dan
Keamanan Pangan di Kapal Perikanan. Jakarta (ID): DJPT.
[DJPT] Direktorat Jendral Perikanan Perikanan Tangkap. 2014. Tata Kelola Yang
Baik Pada Sektor Perikanan dan Kelautan. Jakarta (ID): DJPT.
Ferdinand F, Maulina I, Rosidah. 2012. Analisis permintaan ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) konsumsi di Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu.
Jurnal Perikanan dan Kelautan (3)4:93-98.
Gaspersz V. 1997. Penerapan Konsep VINCENT dalam Manajemen Bisnis Total.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Gram L, Dalgaard P. 2002. Fish spoilage bacteria-problems and solutions. Journal
Current Opinion in Biotechnology University of Denmark (13)3:262-266.
Howara D dan Laapo A. 2008. Analisis determinasi usaha perikanan tangkap nelayan
di Kabupaten Tojo Unauna. Jurnal Agroland Universitas Tadulako
(15)4:302-308.
Hastrini R, Rosyid D, Putut H. 2013. Ananalisis penanganan (handling) hasil
tangkapan kapal purse seine yang didaratkan di pelabuhan perikanan pantai
Baomulyo Kabupaten Pati. Journal of Fisheries Resources Utilization
Management and Technology Universitas Diponegoro (2)3:1-10.
Huda MA, Baheramsyah A, Cahyono B. 2013. Desain sistem pendingin ruang muat
kapal ikan tradisional dengan menggunakan campuran es kering dan cold ice
yang berbahan dasar Propylene glycol. Jurnal Teknik Pomits (2)1:2301-9271.
Hubeis AVS. 2007. Motivasi, kepuasan kerja dan produktivitas penyuluhan pertanian
lapangan di Kabupaten Sukabumi. Jurnal Penyuluhan Institut Pertanian Bogor
(3)2:90-99.
Junais, Brasit N, Latief R. 2014. Kajian strategi pengawasan dan pengedalian mutu
produk ebi furay PT. Bogatama Marinusa. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology Universitas Diponegoro (2)5:15-20.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 52 Tahun 2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan pada proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.
Jakarta (ID): KKP.
Kantun W, Mallawa A, Rapi NL. 2014. Struktur ukuran dan jumlah tangkapan tuna
Madidihang Thunnus albacares menurut waktu penangkapan dan kedalaman
di perairan Majene Selat Makassar. Jurnal Saintek Perikanan Universitas
Hasanuddin Makassar (9)2:39-48.
41
Lintang CJ, Labaro IL, Teller ATL. 2012. Kajian musim penangkapan ikan tuna
dengan alat tangkap hand line di Laut Maluku. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Perikanan Tangkap Universitas Samratulangi (1)1:6-9.
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Maulana H, Afrianto E, Rustikawati I. 2012. Analisis bahaya dan penentuan titik
pengendalian kritis pada penanganan tuna segar utuh di PT. Bali Ocean
Anugrah Linger Indonesia Benoa-Bali. Jurnal Perikanan dan Kelautan
Indonesia Universitas Padjajaran (3)4:1-5.
Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): Grasindo.
Mulyadi D, Muslihat A, Priyanto A. 2012. Analisis strategi pemasaran jasa lembaga
pembiayaan non bank pada PT Multiartha Karawang. Jurnal Manajemen
(9)2:1-9.
Nurani TW. 2010. Model Pengelolaan Perikanan Suatu Kajian Pendekatan Sistem.
Bogor (ID): Departemen PSP-FPIK IPB.
Nurani TW, Astarini JE, Nareswari M. 2011. Sistem penyediaan dan pengendalian
kualitas produk ikan segar di Hypermarket. Jurnal Pengelolaan Hasil
Perikanan Indonesia Institut Pertanian Bogor (14)1:56-62.
Olodosu, Ajayai RN, George FOA, Obasa SO, Bankole MO. 2011. Bacterial load,
composition and succession in the African catfish, Clarias gariepinus held at
ambient temperatures. Journal Researcher University Ota Ogun State Nigeria
(3)7:67-73.
Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisni-Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
Reo AR. 2010. Pengaruh beberapa cara kematian ikan terhadap mutu ikan kakap
(Lutjanus sp.) Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis (6)3:145-148.
Sondang P. 2003. Manajemen Strategi. Jakarta (ID): PT Bumi Askara.
Saaty TL, Peniwati K, Shang JS. 2004. The analytic hierarchy process and human
resource allocation: half the story. Jurnal Mathematical and Computer
Modelling (41)1:22-37.
Satria B, Isya M, Sugianto. 2012. Studi alternatif lokasi lahan terminal bus Kota
Sabang. Jurnal Teknik Sipil (1)1:121-133.
Sani. 2012. Standar operasional prosedur (SOP) pelayanan perizinan mendirikan
bangunan (IMB) di Kota Pontianak. Jurnal EKSOS (8)3:156-163.
Surti T, Ari W. 2013. Kajian Terhadap Indeks Kesegaran Secara Kimiawi pada Ikan
Berdaging Merah dan Berdaging Putih. Semarang (ID): UNDIP.
Taher N. 2010. Penilaian mutu organoleptik ikan mujair (Tilapia mossambica) segar
dengan ukuran yang berbeda selama penyimpanan dingin. Jurnal Kelautan dan
Perikanan Universitas Manado (6)1:8-12.
Winarno FG, Surono. (2004). GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik.
Bogor (ID): M-BRIO PRESS.
[WWF] World Wide Fund for Nature. 2011. Panduan Perikanan Skala Kecil
Penangkapan dan Penangnan Tuna. Jakarta (ID): WWF-Indonesia.
42
43
LAMPIRAN
44
Pabrik es
SPDN Solar
45
Nama Kapal
Elmy
Jabal Nur
Sumber Bangunan
Setia Amal
Nurul Himah
Rahmat Ilahi
Putra Donggala 01
Pelita Mandar
Citra Bahari
Cakalang 01
Rua Piolo
Sumber Nelayan
Pembuka Rahmat
Nur Masita
Rizki Bahari
Rahmat Ilahi 02
Sumber Laut 02
Pammase Puang
Bukit Arafah
Cahaya Buana
Cakalang 05
Citra Abadi
Seta Wanda
Suka Damai
Rusma Indah
Miftahul hair
Hajratul Aswad
Riziq
Sumber Hasil 2
Lapan-Lapan
Cahaya Alam
Cici Umrah
Cahaya Indah
Cahaya Nur
Nurul
Cahya Akbar
Cahaya Rahma
Doa Restu
Rasmal
Titipan Ilahi
Cahaya Abadi 03
Arrahman
Nurul Taqwa
Harapan Baru
Sumber Rezeki
Sinar mutiara
Jabal Rahma
Cahya Surga
Cahya Baru
Nur Garinsan
Cari Sahabat
Lulual Marjan
Rembulan
Cahaya Rizki
Nama Pemilik
H. Amrullah
Mahmud
Ambo Ridwan
M. Daming
H. Rahmatullah
Abd. Kadir
Aminuddin H. Arsyad
Bugisman
Aswad
Aminuddin Y
Nasri Cilo
Iskandar
Aris
Budi
Niluh Asih Febriani, SE
Abd. Rahim
H. Idris Umar
Anto
Salama
Salim
M. Malaka Wijaya
Majid
Sahabuddin
Jafri
Saimuddin
Jamaluddin
Abd. Kadir
Rusdin Lalandu
Mulyadi AS Siratang
Jumain
Kasman
Salman
M.Ibrahim
H. Muh. Saleh
Muh. Dinar
Zainuddin
Basri
Samsul
Amiruddin
Sahil
Lukman
Basri
Abd. Rahman
Suaib
Sahlan
Muh. Arif
Baharuddin
Bahtiar
Muis
Taslin
Ismail
Kabuddin
Rahimin
Sofyan
GT
11
5
5
5
5
5
10
5
8
12
5
4
6
5
6
12
5
5
4
5
12
4
5
5
6
7
5
10
5
5
5
5
4
5
7
5
4
5
5
8
7
5
6
7
5
6
5
5
4
7
5
5
7
5
46
Lampiran data kapal hand line nelayan PPI Donggala (lanjutan)
No
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
6
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
Nama Kapal
Gua Hira
Setia Amal
Maspol
Nur Hidayatullah
Jaba Rahma
Cahaya Rizki
Amanat
Pelita Mila
Rahmat
Lidya
Cinta Arafah
Hasriadi
Bura Mandar 2
Cahaya Rahma
Bura Mandar 1
Emas Selatan
Cahaya Indah
Cahaya Inadah 2
Titipan Ilahi
Terbit Terang
Kurnia Ilahi
Pelita Mandar 01
Pelita Alam
JP SPN Tunnaja 13
Cahay Mulia
Darma Indah
Merpati
Purnama 01
Juru Alam
Anugrah
Sipakainga
Bina Bahari
Nur Alahissalam
Purnama 02
Sartika
Buana 02
Nurul Taqwa
Raoda 1
Nur Hidayatullah
Jawahir Bihar
Cahaya Nur
Gajah Mada
Setia Damai
Cahaya Torman
Mega Buana 5
Adinda 1
Sipatuo 01
Ega Buanan 3
Karya Remaja
Sisa 1
Nama Pemilik
Rambo
Daming
Ahmadi
Karuddin
Baharuddin
Sofyan Ambo
Taufik
Hasbullah
Tahir
Benny B. Laggaligo
Saenul
Sidi
Busman
Basri
Mustar
Rahman
Rustam
Abd. Rajab
Sahil
Rahman
Herman
Saharudding
Ruslan
Rahim
Muh. Yunus
Hammadong
Anda
Kuding
Alimin
Lepong
Muh. Yusuf
Hamran
Ruslan
Suddin
Kaco Musa
Syamsuddin
Abd. Rahman
Gustiawan
Nurdin
Sirajuddin
Rahmadi
Yahya Saeni
Anwar
Raas H. Siarah L
Amiluddin M
Ahmad H. Sarinah
Baharullah
Amiluddin M
Makkawaru
Hafid
GT
5
5
4
6
5
5
5
5
7
5
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
5
4
6
5
6
4
4
5
5
6
5
6
6
4
4
7
4
6
6
5
4
4
5
8
7
8
5
8
5
4
47
Lampiran data kapal hand line nelayan PPI Donggala (lanjutan)
No
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
Nama Kapal
Mega Buana 02
Cahaya Madinah
Putra JP
Sirip Biru
Fatimah
Galaxi
Cakalang 02
Adinda 02
Inka Mina 220
Selebes
Sinar Bahari
Sipatuo 01
Sinar Harapan
Bintang Harapan
Dini Mandiri
Palu Jaya
Masita
Bintang Remaja
Putra Dongala 03
Putra Donggala 05
Mitra Abadi
Mitra Donggala
Cipta Karya
Samudra
Damai
UD. Nur
Bintang Selatan
Pammase
UD. Nur 02
Fajar Alam
Alam Raya
Banawa 01
Mitra Abadi
Nama Pemilik
Baharullah
Marwan H. Arsyad
Jufri
SMKN 1 Banawa
Sony
Sony
Nurdin
Ahmad H. Sarinah
Marwan H. Arsyad
Astun H. Arsyad
Michael Sunarso
Baharullah
Hendrik
H. Muslimuin
Syaidiman
PT. Palu Jaya Utama
Arifin
H. Muslimuin
Aminuddin H. Arsyad
Aminuddin H. Arsyad
Abd. Rahim
Abd. Rahim
Hendra H. Zainuddin
Rauf
Sonny
Abdullah P. Usman
Agus Chandra
Abd. Samad
Abdullah P. Usman
Effendi
Effendi
Mansur Lengge
Abd. Rahim
GT
7
8
8
24
7
7
11
7
30
6
7
7
7
7
7
26
6
6
8
8
6
7
7
6
6
7
4
4
7
7
29
7
7
48
10
11
12
13
14
1/7
1/3
1/5
1/3
1/3
1/3
1/3
1/3
1/2
1/2
1/2
1/3
1/5
1/4
1/5
1/5
1/3
1/5
1/5
1/5
1/3
1/5
1/5
1/3
1/3
1/3
1/3
1/3
1/5
1/3
1/3
1/5
1/3
1/5
1/5
1/5
1/3
1/3
10
1/3
1/3
11
1/3
1/3
1/4
1/5
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1/7
12
1/3
1/3
1/5
1/7
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1/7
13
1/5
1/5
14
1/3
1/7
1/8
1/8
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1/7
31,33
11,69
6,39
4,60
11,50
41,00
28,67
40,00
12,67
12,67
51,00
54,00
16,50
62,00
Total
Matriks Dinormalisasi
VP
0,032
0,012
0,052
0,043
0,029
0,024
0,035
0,075
0,026
0,026
0,059
0,056
0,020
0,048
0,04
0,223
0,086
0,052
0,109
0,087
0,122
0,105
0,125
0,079
0,079
0,059
0,056
0,061
0,113
0,10
0,096
0,257
0,156
0,109
0,174
0,098
0,174
0,075
0,237
0,237
0,078
0,093
0,303
0,129
0,16
0,160
0,171
0,313
0,217
0,261
0,122
0,174
0,075
0,237
0,237
0,098
0,130
0,303
0,129
0,19
0,096
0,086
0,078
0,072
0,087
0,122
0,105
0,125
0,079
0,079
0,137
0,130
0,061
0,113
0,10
0,032
0,017
0,039
0,043
0,017
0,024
0,012
0,025
0,016
0,016
0,059
0,056
0,012
0,048
0,03
0,032
0,029
0,031
0,043
0,029
0,073
0,035
0,075
0,026
0,026
0,059
0,056
0,020
0,048
0,04
0,011
0,017
0,052
0,072
0,017
0,024
0,012
0,025
0,016
0,016
0,059
0,056
0,012
0,048
0,03
0,096
0,086
0,052
0,072
0,087
0,122
0,105
0,125
0,079
0,079
0,098
0,093
0,061
0,081
0,09
0,096
0,086
0,052
0,072
0,087
0,122
0,105
0,125
0,079
0,079
0,098
0,093
0,061
0,081
0,09
0,011
0,029
0,039
0,043
0,012
0,008
0,012
0,008
0,016
0,016
0,020
0,019
0,009
0,016
0,02
0,011
0,029
0,031
0,031
0,012
0,008
0,012
0,008
0,016
0,016
0,020
0,019
0,009
0,016
0,02
0,096
0,086
0,031
0,043
0,087
0,122
0,105
0,125
0,079
0,079
0,137
0,130
0,061
0,113
0,09
0,011
0,012
0,020
0,027
0,012
0,008
0,012
0,008
0,016
0,016
0,020
0,019
0,009
0,016
0,01
1,000
49
Lampiran analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi
nelayan hand line PPI Donggala (lanjutan)
Keterangan :
1: trip penangkapan yang kurang tepat (40 jam > 1 hari)
No
1
VP
0,0385 (0,04)
0,0967 (0,10)
0,1582 (0,16)
0,1876 (0,19)
0,0978 (0,10)
0,0297 (0,03)
0,0416 (0,04)
0,0312 (0,03)
0,0882 (0,09)
10
0,0882 (0,09)
11
0,0183 (0,02)
12
0,0169 (0,02)
13
0,0924 (0,09)
14
0,0146 (0,01)
10
11
12
13
14
0,04
0,10
0,16
0,19
0,10
0,03
0,04
0,03
0,09
0,09
0,02
0,02
0,09
0,01
1/7
1/3
1/5
1/3
1/3
1/3
1/3
1/3
1/2
1/2
1/2
1/3
1/5
1/4
1/5
1/5
1/3
1/5
1/5
1/5
1/3
1/5
1/5
1/3
1/3
1/3
1/3
1/3
1/5
1/3
1/3
1/5
1/3
1/5
1/5
1/5
Permasalahan
1/3
1/3
10
1/3
1/3
11
1/3
1/3
1/4
1/5
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1/7
12
1/3
1/3
1/5
1/7
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1/7
13
1/5
1/5
14
1/3
1/7
1/8
1/8
1/7
1/3
1/3
1/3
1/5
1/5
1/7
50
Lampiran analisis uji banding berpasangan permasalahan yang dihadapi nelayan hand line
PPI Donggala (lanjutan)
aij x VP
VA
0,04
0,01
0,05
0,04
0,03
0,03
0,04
0,09
0,03
0,03
0,06
0,05
0,03
0,04
0,58
0,27
0,10
0,05
0,09
0,10
0,15
0,12
0,16
0,09
0,09
0,06
0,05
0,09
0,10
1,52
0,12
0,29
0,16
0,09
0,20
0,12
0,21
0,09
0,26
0,26
0,07
0,08
0,46
0,12
2,54
0,19
0,19
0,32
0,19
0,29
0,15
0,21
0,09
0,26
0,26
0,09
0,12
0,46
0,12
2,95
0,12
0,10
0,08
0,06
0,10
0,15
0,12
0,16
0,09
0,09
0,13
0,12
0,09
0,10
1,50
0,04
0,02
0,04
0,04
0,02
0,03
0,01
0,03
0,02
0,02
0,06
0,05
0,02
0,04
0,43
0,04
0,03
0,03
0,04
0,03
0,09
0,04
0,09
0,03
0,03
0,06
0,05
0,03
0,04
0,64
0,01
0,02
0,05
0,06
0,02
0,03
0,01
0,03
0,02
0,02
0,06
0,05
0,02
0,04
0,45
0,12
0,10
0,05
0,06
0,10
0,15
0,12
0,16
0,09
0,09
0,09
0,08
0,09
0,07
1,37
0,12
0,10
0,05
0,06
0,10
0,15
0,12
0,16
0,09
0,09
0,09
0,08
0,09
0,07
1,37
0,01
0,03
0,04
0,04
0,01
0,01
0,01
0,01
0,02
0,02
0,02
0,02
0,01
0,01
0,27
0,01
0,03
0,03
0,03
0,01
0,01
0,01
0,01
0,02
0,02
0,02
0,02
0,01
0,01
0,25
0,12
0,10
0,03
0,04
0,10
0,15
0,12
0,16
0,09
0,09
0,13
0,12
0,09
0,10
1,43
0,01
0,01
0,02
0,02
0,01
0,01
0,01
0,01
0,02
0,02
0,02
0,02
0,01
0,01
0,22
VP
VB
0,58
0,04
15,06
1,52
0,10
15,68
2,54
0,16
16,05
2,95
0,19
15,73
1,50
0,10
15,33
0,43
0,03
14,54
0,64
0,04
15,28
0,45
0,03
14,25
1,37
0,09
15,57
10
1,37
0,09
15,57
11
0,27
0,02
12
0,25
0,02
14,80
13
1,43
0,09
15,45
14
0,22
0,01
14,80
14,65
51
Lampiran 6 Es balok yang digunakan oleh nelayan hand line PPI Donggala
52
Lampiran 7 Pisau yang digunakan oleh nelayan hand line saat menyiangi
insang dan isi perut ikan tuna
53
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Lala Kecamatan Bangkurung
Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah pada
tanggal 13 Juni 1987. Penulis adalah anak dari Bapak Kandar
Mboto dan Ibu Luin Lift Daliman dan merupakan anak
terakhir dari lima bersaudara. Penulis lulus SDN 1 Lantibung
pada tahun 1999, melanjutkan sekolah di SLTP Sawerigading
Lantibung dan lulus tahun 2003. Pendidikan SMA di tempuh
pada tahun 2003 dan selesai tahun 2005 di Sekolah Usaha
Perikanan Menengah (SUPM) Banggai jurusan nautika
pelayaran. Lulus S1 pada 2010 di Sekolah Tinggi Perikanan
dan Kelautan Palu, dengan jurusan Teknologi Hasil Perikanan. Kesempatan untuk
melanjutkan studi S2 di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh
pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikannya di Program Studi Teknologi
Perikanan Laut dengan minat Kebijakan dan Manajemen Perikanan, Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB. Beasiswa pendidikan pascarsarjana
diperoleh melalui Drektorat Jendral Pendidikan Perguruan Tinggi (DIKTI) selama 2
tahun.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains, penulis
melakukan penelitian dengan judul Analisis Permasalahan Penanganan Ikan Tuna di
Atas Kapal Hand Line PPI Donggala. Penelitian yang dilakukan oleh penulis
tersebut dibimbing oleh Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi, Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi
dan Dr. Mustaruddin, STP. Penulis juga telah menuliskan sebuah artikel berjudul
Strategi Sistem Penanganan Ikan Tuna Segar Yang Baik Di Kapal Nelayan Hand
Line PPI Donggala diterbitkan pada Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan edisi
November Volume 5 No. 2 tahun 2014. Karya ilmiah tersebut merupkan bagian dari
program S-2 penulis.