Anda di halaman 1dari 2

Bahan Utama : Panagariya, Arvind. International Trade. Foreign Policy, No. 139 (2003): hlm.

20-22, 24,
26, 28.
Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional sebenarnya jika dilihat lebih lanjut tidak hanya memberikan kerugian saja
khususnya terhadap negara berkembang. Panagariya dalam tulisannya membahas sisi baik dari adanya
perdagangan internasional. Tulisan ini terbagi menjadi dua bagian, pada bagian pertama adalah ringkasan
dari bahan utama dan bagian kedua adalah pendapat penulis terhadap bahan utam tersebut.
Negara dengan pendapatan rendah tidak dapat mengelakan keterbukaan perdagangan internasional
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Hal ini dialami oleh India dan Tiongkok yang sebelumnya
paling terkenal dengan rezim kebijakan perdagangan tertutupnya pada tahun 1980an yang mulai secara
berangsur-angsur mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi sejak membuka ekonomi mereka.
Keterbukaan terhadap perdagangan internasional memang mempromosikan pertumbuhan di segala bidang.
Pengusaha didorong untuk meningkatkan efisien dikarenakan mereka harus berkompetensi melawan
pengusaha lainnya di tingkat internasional. Keterbukaan juga memberikan akses terhadap teknologi terbaik
dan memungkinkan adanya spesialisasi produk dari masing-masing negara dengan produk-produk terbaik
yang bisa mereka hasilkan. Namun demikian, keterbukaan tidak secara sendirinya cukup untuk
mempromosikan pertumbuhan, makroekonomi dan stabilitas politik serta kebijakan lainnya juga turut
diperlukan.
Rata-rata negara miskin memiliki hambatan tarif yang lebih tinggi daripada negara kaya. Akan tetapi
tidak semua negara miskin menerapkan kebijakan yang proteksionis, bahkan di antara mereka jika
dibandingkan negara kaya ada yang lebih terbuka terhadap perdagangan. Melihat sejarah, negara yang lebih
terbuka terhadap perdagangan bebas lebih berkemungkinan besar untuk mengurungi kemiskinannya.
Terlihat dari negara industrialisasi baru seperti Singapura, Korea Selatan, dan Hongkong yang telah
membuka ekonomi sejak 40 tahun yang lalu telah terbebas dari kemiskinan berbeda dengan india yang
masih tetap tertutup ekonominya, belum mengalami pengurangan kemiskinan selama periode tersebut.
Perdagangan membantu percepatan ekonomi melalui tiga cara yang meliputi: pertumbuhan menyerap tenaga
kerja, menghasilkan sumber daya fiskal berlebih yang dapat digunakan untuk program anti kemiskinan, dan
pertumbuhan membantu menaikan pendapatan keluarga miskin sehingga meningkatkan kemampuan mereka
untuk mengakses layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan.
Pernyataan bahwa proteksi pertanian di negara maju memperburuk kemiskinan global adalah belum
tentu. Jika negara maju menghilangkan segala bentuk proteksionisme semacam pemberian subsidi untuk
produser domestik dan penentuan kuota untuk produk impor, produksi dalam negeri akan menurun dan
menyebabkan harga pertanian dunia akan mengalami kenaikan. Oleh karena itu, negara miskin yang
mempunyai produser pertanian yang efisien justru akan diuntungkan dari harga yang tinggi ini dan akses
1

terhadap pasar ekspor baru. Namun, hal ini juga dapat merugikan negara miskin yang bergantung dengan
produk pertanian impor. Jika perdagangan diliberalisasi dan harga naik, beberapa negara miskin akan
menjadi eksporter pertanian, tetapi hal ini tidak berlaku bagi semua negara miskin.
Pernyataan jika negara miskin seharusnya tidak membuka pasar

mereka jika negara kaya

mempertahankan hambatan perdagangan yang tinggi adalah kesalahan besar. Mungkin akan terasa terdengar
munafik jika negara kaya yang mendorong terciptanya liberalisasi perdagangan justru menerapkan hambatan
perdagangan yang tinggi. Apakah negara kaya menurunkan hambatan perdagangan atau tidak, negara
miskinlah yang harus secara sepihak membongkar kebijakan proteksionis mereka sendiri untuk
meningkatkan perdagangan dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

Demikian juga dengan tidak ada

pembangunan dalam Doha Development Agenda adalah salah. Lebih dari empat dekade negara-negara
miskin meminta negara kaya untuk menghapus hambatan tarif yang diterapkan pada barang-barang padat
karya dan secara eksplisit deklarasi Doha menyatakan tujuan ini. Berkebalikan dengan kepercayaan yang
terkenal di antara banyak NGO barat dan politisi di negara berkembang bahwa WTO merugikan negara
berkembang, WTO adalah teman terbaik yang ada untuk ekporter di negara miskin. Dengan prinsip most
favoured nation, membuat pasar terbuka untuk semua anggota GATT termasuk negara berkembang.
Pernyataan bahwa perdagangan bebas memberikan dampak buruk terhadap lingkungan adalah salah.
Tentu saja kekuatan perdagangan dapat membahayakan lingkungan hidup global tetapi perdagangan terbuka
mampu membawa manfaat tersendiri bagi lingkungan seperti menggantikan penggunaan pestisida dengan
pupuk kandang alami di negara berkembang. Ketika hasil dari perdagangan memberikan dampak yang
buruk terhadap lingkungan solusi yang tepat bukanlah melarang atau membatasi perdagangan, melainkan
pemerintah diperlukan untuk mengadopsi kebijakan lingkungan yang sesuai untuk meraih tujuan lingkungan
dan memungkinkan kebijakan perdagangan yag sesuai dengan tujuan ekonomi yang ditargetkan.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis setuju dengan Panagariya yang melihat berbagai
kemungkinan/dampak buruk dari perdagangan internasional bergantung pada kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Pemerintah kiranya memiliki peran yang sangat besar dalam perdagangan internasional. Untuk
itulah pemerintah seharusnya menerapkan kebijakan yang sesuai dengan keadaan domestik serta keadaan
internasional saat membuat kebijakan tersebut. Bagaimana hasil yang didapat nanti, perdagangan
internasional merugikan atau tidak bergantung pada kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah saat itu.

Anda mungkin juga menyukai