GANGREN DIABETIKUM (Pre Revisi)
GANGREN DIABETIKUM (Pre Revisi)
Anggota Kelompok
Irma Nuraeni Hidayat
G1A011005
G1A011006
G1A011034
Rachman Fadhilla
G1A011035
Ahmad Albera
G1A011058
Arrosy Syarifah
G1A011059
G1A011084
G1A011085
G1A011110
G1A011111
HALAMAN PENGESAHAN
Kelompok 3, anggota :
Irma Nuraeni Hidayat
G1A011005
G1A011006
G1A011034
Rachman Fadhilla
G1A011035
Ahmad Albera
G1A011058
Arrosy Syarifah
G1A011059
G1A011084
G1A011085
G1A011110
G1A011111
Menyatakan bahwa referat Gangren Diabetikum ini telah diperiksa dan disahkan
oleh pembimbing pada tanggal ............................
Pembimbing,
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I
Latar Belakang
Tujuan
BAB II
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Patomekanisme
Patofisiologi
Penegakan Diagnosis
12
Penatalaksanaan
16
Prognosis
21
BAB III
Kesimpulan
23
DAFTAR PUSTAKA
24
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinis kelainan klinis yang
ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi
insulin, defek kerja insulin atau keduanya (Waspadji, 2009). Prevalensi
penderita diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2000 adalah sekitar 8,4
juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun
2030. Hal ini menempatkan Indonesia ke posisi empat besar negara dengan
jumlah penderita diabetes terbanyak setelah India, Cina dan Amerika Serikat
(Wild et al., 2004).
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada
penderitanya baik secara mikrovaskular maupun makrovaskular. Salah satu
komplikasi kronis dari diabetes melitus adalah kaki diabetes dan gangren
diabetik yang dapat menyebabkan amputasi pada ekstremitas (Oya et al.,
2011). Hal ini menyebabkan ganggren diabetikum menjadi salah satu
komplikasi diabetes melitus yang paling ditakuti. Hasil pengelolaan gangren
diabetikum sering mengecewakan baik bagi dokter yang mengelola maupun
penyandang diabetes dan keluarga.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan refrat ini adalah menambah pengetahuan dan
wawasan mahasiswa kedokteran , Universitas Jenderal Soedirman angkatan
2011
mengenai
gangren
diabetikum
melai
dari
definisi
hingga
BAB II
A. Definisi
Seringnya
yang kemudian akan menjadi nekrotik dan gangren, keadaan ini mungkin
akan menjadi dasar yang disebut dengan gangren diabetikum (Rani A.A,
Sugando S et al, 2006; Subekti I, 2005).
Ulkus
menjadi
pintu
gerbang
masuknya
bakteri
dan
sering
aerob 29,8% (Pseudomonas sp. 20,8%, Proteus sp. 9%) dan 13,5%
disebabkan oleh kuman anaerob (Bakterioides fragilis) (Fitria N, 2008).
D. Patomekanisme
Proses kejadian gangren diabetikum berawal dari hiperglikemia
berkepanjangan yang berakibat terjadinya kerusakan pada sistem saraf perifer
yaitu komponen motorik divisi somatik otonom. Kejadian ini bermula pada
gangguan persyarafan neuropati diabetes yang disebabkan oleh hipoksia selsel saraf, sehingga aktivitas tersebut menyebabkan kematian sel dalam jumlah
besar dan mengakibatkan bakteri mudah masuk ke tubuh. Dengan luka sedikit
saja akan ada infeksi pada gangren sehingga gangren cepat meluas ke
jaringan di sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya toksin-toksin oleh
bakteri yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Berbagai penelitian
menemukan gangren ini disebabkan oleh gangren khusus yang
terjadi
sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri aerob yang
disebut clostridium (Flier, 2005).
E. Patofisiologi
Diabetes mellitus (DM) menyebabkan atherosklerosis dan neuropati,
dimana keduanya akan menyebabkan risiko pembentukan ulkus pada
ekstremitas meningkat. Ulkus ini rentan terinfeksi bakteri, misalnya
Clostridium, sehingga akan menyebabkan produksi toksin dan gas gangren
yang menyebabkan berbagai dampak merugikan bagi tubuh (Rowe et al.,
2012).
Atherosklerosis pada DM disebabkan oleh adanya penebalan membran
basalis kapiler, hyanolisis arteriolar, dan proliferasi endotelial. Pada populasi
penderita DM ditemukan peningkatan kalsifikasi dan penebalan arteri media.
Arteri yang bisa mengalami sklerosis antara lain A. aortoiliac, A.
femoropopliteal, dan A.infrapopliteal. Sklerosis ini sangat terkait dengan
tingginya kadar high low-density lipoprotein (LDL) dan very-low-density
penyakit
vaskular
ini
sedikit
banyak
mempengaruhi
10
11
berakibat
pada
fraktur
tulang.
Fraktur
akan
sedemikian
12
13
a. Faktor genetik.
b. Faktor vascular.
c. Faktor metabolik faktor glukosa darah dan metabolit lain yang
abnormal (Antono, 2012).
3. Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium penderita gangrene diabetikum
a. Kadar glukosa darah
Penderita diaberik tentunya mengalami hiperglikemi ayang
disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin, atau
keduanya. Hiperglikemia juga dapat terjadi akibat masukan karbohidrat
berlebih, namun pemakaian glukosa tepi berkurang, dan akibat produksi
glukosa hati bertambah. Sehingga, glukosa tersebut akan masuk ke
aliran darah juga akan meningkat. Hal ini akan mempengaruhi
konsentrasi hemoglobin, dan oksigenasi ke jaringan jaringan. Faktorfaktor tersebut dapat berpengaruh pada kesembuhan luka. Karena itu,
diperlukan pemeriksaan kadar glukosa untuk mengetahui dan
mengontrol agar glukosa selalu senormal mungkin (Sudoyo et al.,
2009).
b. Pemeriksaan vaskularisasi kaki
Hiperglikemia menyebabkan kelainan pembuluh darah pula.
Kelainan neuropati yang mengakibatkan perubahan pada kulit dan otot
juga menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki,
yang selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Pemeriksaan
vaskularisasi untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah tersebut
bisa dengan cara non invasive, invasive, atau semiinvasiv. Antara lain,
pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI), ankle pressure, toe pressure,
dan juga pemeriksaan ekhodopler (Sudoyo et al., 2009 et Grace, 2007).
c. Arteriografi
Pemeriksaan arteriografi hampir sama dengan pemeriksaan
vaskularisasi diatas. Hanya, pemeriksaan ini lebih spesifik fokus ke
arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior. Biasanya diikuti dengan
pemeriksaan
tekanan
darah.
Tujuannya
untuk
mempermudah
14
15
tentu
akan
menghambat
faktor
risiko
terkait
aterosklerosis
i.
Hiperglikemia
ii.
Hipertensi
iii.
Dislipidemia
b.1.3.
Walking program.
Latihan kaki merupakan domain usaha yang
dapat
diisi
oleh
jajaran
rehabilitasi
medic
(waspadji,2009).
c. Terapi farmakologis
Mengacu pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada
kelainan akibat aterosklerosis ditempat lain ( jantung, otak), mungkin
16
untuk
menganjurkan
pemakain
obat
secara
rutin
guna
klaudikasio
revaskularisasi
intermiten
dapat
yang
dianjurkan.
hebat,
tindakan
Sebelum
tindakan
rutin
pada
pengelolaan
umum
kaki
diabetes
(waspadji,2009).
c.2.Wound control.
Perawatan luka sejak pertama kali pasien dating
merupakan hal yang harus dikerjakan dengan baik dan teliti.
Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin klasifikasi
ulkus PEDIS dilakuakan setelah debridement yang adekuat.
Saat ini terdapat banyak sekali macam dressing(pembalut )
17
carbonated
dressing,
alginate
dressing
akan
mengurangi
jaringan
nekrotik
yang
harus
dimanfaatkan
untuk
mempercepat
pembersihan
seperti
hydrocolloid
dressing
yang
dapat
suasana
sekitar
luka
yang
kondusif
untuk
dalam
keadaan
optimal,
dengan
demikian
inflamasi
masih
ada,
proses
18
selanjutnya
epitelialisasi.
yaitu
Untuk
proses
granulasi
menjaga
suasana
dan
kemudian
kondusif
bagi
dan
negatif
(misalnya
golongan
sefalosporin)
19
leng
thening,
partial
calcanetomy
(waspadji,2009).
2. Nonfarmakologi
Edukasi sangat penting untuk setiap tahap pengelolaan kaki diabetes.
Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus/gangrene
diabetic maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan
mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka
yang optimal. Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang
harus dilaksanakan untuk pengelolaan kaki diabetes. Bahkan sejak
pencegahan terjadinya ulkus diabetic dan kemudian segera setelah
perawatan, keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk
mengurangi kecatatan yang mungkin timbul pada pasien. Keterlibatan ahli
rehabilitasi medis berlanjut sampai jauh sesudah amputasi, untuk
memberikan bantuan bagi para amputee menghindari terjadinya ulkus
baru. Pemakaian alas kaki/ sepatu khusus untuk mengurangi tekanan
plantar akan sangat membantu mencegah terjadinya ulkus baru. Ulkus
yang terjadi berikut memberikan prognosis yng jauh lebih buruk daripada
ulkus yang pertama(waspadji,2009).
H. Prognosis
Penyembuhan luka yang lambat dan meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi cenderung terjadi, gangren dapat berkembang, dan terdapat resiko
tinggi perlu dilakukannya amputasi tungkai bawah (Morison, 2004).
Di Amerika pernah dilaporkan bahwa 50% dari semua amputasi nontraumatik terjadi pada pasien diabetes, dengan resiko khusus pada pasien
lansia dan laki-laki secara signifikan beresiko lebih tinggi daripada wanita.
Lebih jauh lagi, amputasi tungkai kontralateral memiliki prognosis yang
20
buruk, 42% pasien mengalami amputasi kedua dalam 1-3 tahun dan 56%
dalam 3-5 tahun (Morison, 2004).
Diperkirakan 50% sampai 75% dari amputasi tersebut sebenarnya bisa
dicegah, namun penatalaksanaan jangka panjang pada pasien diabetes dan
pencegahan terhadap komplikasinya masih memerlukan pendekatan tim
multidisiplin yang terkoordinasi, yang melibatkan dokter, perawat spesialis
diabetes, siropordis, dan orthoist, serta pada beberapa kasus memerlukan ahli
bedah vaskuler dan ahli bedah ortopedi (Morison, 2004).
21
BAB III
Kesimpulan
1. Ganggren diabetikum adalah salah satu komplikasi diabetes melitus yang
dapat menimbulkan kecacatan dan kematian pada penderita.
2. Ganggren diabetikum dapat ditangani dengan melakukan kontrol
metabolik, kontrol vaskular,terapi farmakologi dan edukasi kepada
penderita.
22
DAFTAR PUSTAKA
Antono. 2012. Peran intervensi perifer pada kasus kaki diabetik. Available at:
http://www.medistra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=175
Brook I. 2005. Recovery of anaerobic bacteria from wounds after lawn-mower
injuries. Pediatr Emerg Care. Feb 2005;21(2):109-10.
Bryant AE. Biology and pathogenesis of thrombosis and procoagulant activity in
invasive infections caused by group A streptococci and Clostridium
perfringens. Clin Microbiol Rev. Jul 2003;16(3):451-62.
Burke A., 2002. Diabetic Foot Infection in Chasles S (Ed), Vol. 2:1-10
Butalia S, Palda VA, Sargeant RJ, Detsky AS, Mourad O. 2008. Does this patient
with diabetes have osteomyelitis of the lower extremity?. JAMA. Feb 20
2008;299(7):806-13.
Fitra, Nanang., 2008. Pola Kuman Aerob dan Senditifitas Pada Diabetik, Vol. 2:
6-16
Flier, J. 2005. Obesity. Dalam : D.F. Kasper. 2005. Harrisons Principle of
Internal Medicine. New York: McGraw-Hill.
Folstad SG. 2004. Soft tissue infections. In: Tintinalli JE, et al, eds. Emergency
Medicine: A Comprehensive Study Guide. 6th ed. McGraw Hill; 2004:979986.
Frykberg RG, Veves A. 1996. Diabetic foot infections. Diabetes Metab Rev. Oct
1996;12(3):255-70.
Grace, Piece A., Borley, Neil R. Alih bahasa: Umami, Vidhia. 2007. At a Glance
Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga
23
Headley AJ. 2003. Necrotizing soft tissue infections: a primary care review. Am
Fam Physician. Jul 15 2003;68(2):323-8.
Kamal K, Powell RJ, Sumpio BE. 1996. The pathobiology of diabetes mellitus:
implications for surgeons. J Am Coll Surg. Sep 1996;183(3):271-89.
Levin ME. 1995. Preventing amputation in the patient with diabetes. Diabetes
Care. Oct 1995;18(10):1383-94.
Misnadiarly., 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,
Menanggulangi Dan Mencegah Komplikasi Edisi 1. Jakarta : Pustaka
Populer Obor. pp. 30-31
Morison, M.J., 2004. Manajemen Luka. Jakarta: EGC. pp. 181-182
Parlindungan L, Zein U ed al., 2002. Pola Kuman Bakteri Anaerob dan Resistensi
Antibiotik pada Ganggren Diabetik.
Piliang S., 1999.Kaki Diabetic Klasifikasi,Patogenesis Dan Diagnosis Dalam
Simposium Kaki Diabetic. Medan. pp. 1 -5
Rani AA, Sugondo S et al., 2005. Panduan Peyanan Medik Perhimpunan
Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta:Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. pp. 9 15
Rowe VL, Kaufman JL, Talavera F. 2012. Diabetic Ulcers. Medscape Article. Sep
25 2012;460282-overview a0104.
Septiyanti, Shahab A, 2006., The Profile of Diabetic Ganggren Patient
Hospitalized in Internal Medicine RSMH; in Kongres Nasional
Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia XIII, Palembang. pp. 88 -89
Subekti I, 2005. Pathogenesis of Diabetic Neuropathy in Jakarta Diabetic
Meeting, Jakarta:Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI. pp. 53 60
Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang., Alwi, Idrus, et al. 2009. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 3 Edisi V. Jakarta: Interna Publishing
24
at:
http://www.scribd.com/doc/55464085/Manajemen-Ulkus-
Kaki-Diabetik
Wild, Sarah, Gojka Roglic, Anders Green, Richard Sicree & Hilary King. 2004.
Global Prevalence of Diabetes : Estimates for The Year 200 and Projections for
2030. Diabetes Care 27 : 1047-1053.
25