Motor DC adalah suatu motor yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Prinsip kerja motor DC adalah bila arus listrik dialirkan melalui satu konduktor
yang ditempatkan pada suatu medan magnet, maka akan timbul gaya mekanis yang arahnya
ditentukan oleh aturan tangan kiri.Pada praktikum ini dilakukan 2 percobaan yaitu percobaan
motor DC beban nol dan percobaan motor DC shunt berbeban (beban yang digunakan adalah
generator 3 phase). Untuk percobaan motor DC beban nol, data yang diberikan adalah besar
tegangan sumber yang nilainya 50, 55, 60, 65, dan 70 , sedangkan yang dicari adalah arus IL
dan Rpm. Kemudian untuk percobaan motor DC Shunt berbeban, data yang diberikan adalah
tegangan sumber nilainya 100 dan besar eksitasi 0,1, 0,2, 0,3, 0,4 dan 0,5, sedangkan yang
dicari adalah arus IL dan Rpm. Setelah itu maka dihitung daya input, rugi besi dan mekanis,
pada beban nol naik dan turun. Hasil praktikum ketika beban nol naik, Vt 85 volt didapatkan
putaran sebnyak 1733 rpm, IL sebesar 4,41, nilai If 0,623, Ia sebesar 3,79, Pin sebesar 374,85
W, nilai w tembaga sebesar 64,41 dan W(b+m) sebesar 37,485. Ketika beban nol turunVt 115
volt didapatkan putaran sebnyak 2197 rpm, IL sebesar 5,3, nilai If 0,842, Ia sebesar 4,46, Pin
sebesar 609,5 W, nilai w tembaga sebesar 112,78 dan W(b+m) sebesar 60,95 Watt. Ketika
diberi beban naik Vt 100 volt didapatkan putaran sebnyak 1948 rpm, nilai exitasi 0,1, IL
sebesar 4,85, nilai If 0,733, Ia sebesar 4,12, Pin sebesar 485 W, nilai w tembaga sebesar 86.82
dan W(b+m) sebesar 48,5, Wtot 135,32, Pout 349,68, efisiensi 0,72 dan torsi 1,95. Ketika
diberi beban turun Vt 110 volt didapatkan putaran sebnyak 2001 rpm, nilai exitasi 0,6, IL
sebesar 6,35, nilai If 0,806, Ia sebesar 5,54, Pin sebesar 698,5 W, nilai w tembaga sebesar
113,23 dan W(b+m) sebesar 69,85, Wtot 183,08, Pout 515,42, efisiensi 0,73 dan torsi 2.79.
Peralatan yang dipakai adalah motor DC shunt, voltmeter, tangmeter, multitester, regulator,
penyearah arus (rectifier), tachometer, generator dan kabel penghubung. Aplikasi didunia
marine adalah motor DC sebagai penggerak pompa balas, penggerak pompa bahan bakar dan
sebagai penggerak crane pada saat di pelabuhan.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Motor DC atau arus searah adalah mesin yang bekerja mengubah tenaga listrik
menjadi tenaga gerak. Prinsip kerja motor DC yaitu arus listrik yang masuk berupa arus AC
menjadi keluaran motor DC. Arus akan mengenai medan magnet dan menimbulkan gaya,
akibatnya medan magnet akan berputar. Motor DC tersusun dari 2 bagian saja, yaitu stator
dan rotor. Stator merupakan bagian yang diam yang terdiri dari rangka motor, sikat- sikat, dan
slip ring. Rotor adalah bagian yang bergerak dan terdiri dari komutator, jangkar, dan lilitan
jangkar.
Keuntungan penggunaan motor DC adalah motor DC mempunyai karakteristik kopel
kecepatan yang menguntungkan dibandingkan motor lainnya, motor DC dapat diubah
menjadi generator DC dimana perbedaannya terletak pada arah arus dan kecepatan mudah
diatur. Aplikasi motor DC di dunia marine adalahcrane pada pelabuhan untuk memindahkan
kontainer- kontainer yang diperlukan atau tidak (bongkar-muat),sistem propulsi hybrid shaft
generator, baterai pada kapal selam, penggerak alat navigasi.
I.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Motor DC antara lain :
1. Percobaan Motor DC Shunt Beban Nol
Mengetahui besarnya rugi besi dan mekanis pada saat motor dijalankan dengan
beban nol
Menghitung besar efisiensi motor dari daya output saat beban penuh
BAB II
DASAR TEORI
Gambar 1. Motor DC
(okanandaferry.wordpress.com)
II.2 Prinsip Kerja
( https://listrikpemakaian.files.wordpress.com/2009/03/sistem2bkerja2bmotor.jpg/ )
Motor listrik arus searah adalah sebuah peralatan listrik yang berfungsi mengubah
energi listrik arus searah menjadi energi mekanik. Sebagai masukan pada motor ini adalah
energi listrik arus searah dan keluarannya adalah energi mekanis putar, yang merupakan
kebalikan dari generator. Konstruksi motor arus searah sama dengan generator arus searah.
Oleh karena itu, mesin listrik ini dapat berfungsi sebagai motor maupun generator. Prinsip
dasar motor listrik arus searah adalah jika kumparan jangkar yang dialiri listrik dan kumparan
medan diberi penguatan, maka akan timbul gaya lorenz pada tiap-tiap sisi kumparan jangkar
tersebut.
Hendrik
Anton
Lorentz
(18531928).
Dalam
penyelidikannya
Lorentz
menyimpulkan bahwa besar gaya yang ditimbulkan berbanding lurus dengan kuat arus, kuat
medan magnet, panjang kawat dan sudut yang dibentuk arah arus listrik dengan arah medan
magnet. Untuk menghargai jasa penemuan H.A. Lorentz, gaya tersebut disebut gaya Lorentz.
gaya
Lorentz
dapat
dihitung
dengan
rumus
FL =
I.B
sin
Jadi jika panjang kawat = , maka besar gaya Lorentz dapat dihitung dengan rumus :
FL = I . . B . Sin
=90o , arah arus listrik dan medan magnet ( I dan B ) saling tegak lurus maka FL
mencapai maksimum
= 0o , arah arus listrik dan medan magnet ( I dan B ) saling sejajar maka FL = 0
atau kawat tidak dipengaruhi gaya Lorentz
Hubungan antara FL , I dan B dapat lebih mudah dipelajari dengan menggunakan kaidah
tangan kiri. Yaitu dengan mengangan-angankan jika ibu jari, jari telunjuk dan jari
tangah kita bentangkan saling tegak lurus, maka :
Ibu jari
Jari tengah
2. Bagian Rotor :
o Komutator
Komutator berfungsi sebagai penyalur arus dari lilitan jangkar beban, yang
bersama-samadengan sikat membentuk suatu kerjasama yang disebut komutasi.
Supayamenghasilkan penyalur arus yang lebih baik, maka komutator yang
digunakanjumlahnya banyak. Karena itu tiap belahan/segmen komutator tidak
lagimerupakan bentuk sebagian selinder, tetapi sudah berbentuk lempeng- lempeng.
Gambar 9. komutator
http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112210018raisatrianurrahman/2013/04/30/mesin-dc/
(a)
(b)
Gambar (a) diagram arus AC sebelum diubah oleh rectifier (b) diagram
arus setelah diubah oleh rectifier.
( www.mekanikumum.blogspot.com)
Perbedaan
Motor AC
Motor DC
1.
Adanya
komutator
Ada
2.
Supply
motor
Sumber AC
Sumber DC
3.
Torsi yang
dihasilkan
4.
Kecepatan
motor
Mudah dikendalikan
5.
Gambar
arus
II.5Jenis-jenis motor DC
a. Berdasarkan sumber arus penguat magnetnya, motor DC dapat dibedakan atas :
b. Berdasarkan hubungan lilitan penguat magnet terhadap lilitan jangkar motor arus
searah dengan penguat sendiri dapat dibedakan :
2. Rugi Histerisis
(https://www.academia.edu/7379774/03_Bab_06_Motor_Listrik_DC)
Rugi Besi dan Mekanis (W(b+m)
Rugi mekanis terdiri dari rugi geser pada sikat, rugi geser pada sumbu, dan rugi
angin. Seperti pada rugi besi, rugi mekanis juga bersifat konstan. Pertama, dicari nilai
dari rugi tembaga (Wtem) dengan rumus= (Ia 2xRa) + (If2xRsh) , setelah itu mencari
nilai W(B+M) yaitu rugi besi dan mekanis. Caranya adalah dengan rumus W
(B+M)=(10-20)% x Pin. Dalam hal ini dipilih 20%.
Sumber : Buku Theraja Vol II-Chap 26- Hal 926 -Motor DC
Pada saat tidak berbeban (beban = 0) maka tidak ada faktor daya luar yang
menghambat daya input.
P input = P luar + Losses
= 0 + Losses
Vt. Im = Rugi tembaga + Rugi ( besi + mekanis )
Dan Rugi terbagi atas rugi besi + rugi mekanis. Karena P input dan rugi tembaga
dapat dihitung, maka besarnya rugi tetap dapat diketahui. Saat motor DC berbeban,
karena P input dan rugi tembaga dapat dihitung dengan rugi besi dan mekanis yang
sudah diketahui besarnya, maka effisiensi dan P luar, dan torsinya dapat dihitung
dengan rumusan :
Pluar
100%
Pinput
Torsi
Psh Ea.Ia
2n
2n
To = 0,639T
(http://elektronika-dasar.web.id/metode-pengereman-pada-motor-listrik/)
Kita dapat membuktikan bahwa waktu mekanis ini konstan diberikan oleh :
T0 =
Jn21
131.5 P 1
(http://elektronika-dasar.web.id/metode-pengereman-pada-motor-listrik/)
di mana
To = waktu untuk kecepatan motor jatuh ke satu-setengah dari nilai sebelumnya [s]
J = momen inersia dari bagian yang berputar, yang disebut poros motor [kg m]
n1 = awal laju pengereman motor saat mulai [r / min] P1 = awal daya yang dikirim oleh
motor ke pengereman resistor [W]
131,5 = konstan [exact value = (30 / p) 2 loge 2]
0,693=konstan
[exact
value
=
loge
2]
Persamaan ini didasarkan pada asumsi bahwa efek pengereman sepenuhnya karena
energi pengereman didisipasi di resistor. Secara umum, motor dikenakan tambahan akibat
torsi pengereman windage dan gesekan, sehingga waktu pengereman akan lebih kecil dari
yang diberikan oleh persamaan diatas.
2.Metode Pengereman Secara Plugging
Kita bisa menghentikan motor bahkan lebih cepat dengan menggunakan metode yang
disebut plugging. Ini terdiri dari tiba-tiba membalikkan arus angker dengan membalik
terminal sumber seperti ditunjukan pada gambar dibawah.
Konfigurasi Hubungan Amature Dan Sumber DC Es
NO
FOTO + SUMBER
Crane
(www.Truenortmark.com)
Windlass
(http://www.amgc-marine.com/windlasses.html)
(http://poetrayogha.blogspot.co.id/)
Azimuth Podded
Propeller
(https://www.thrustmaster.net/azimuth-thrusters/azimuthhydraulic-podded-drive/)
Radar
(anton-rivai.blogspot.com)
Di Darat
NO
KEGUNAAN
Elevator
FOTO + SUMBER
(elevation.wikia.com)
Automatic Gate
(http://geovaniorlando.blogspot.co.id)
3
Kompressor Udara
(http://alatcucimobil.com/2010/09/01/kompresor-udaraunite)
Vacum cleaner
Industri
(www.alamobil.com)
Pengering Rambut
(www.bukalapak.com)
BAB III
DATA PRAKTIKUM
III.1 Peralatan dan Fungsi
No
.
1.
Motor DC Shunt
Berfungsi
untuk
mengubah
energi
listrik menjadi energi
mekanik.
2.
Voltmeter
Berfungsi
mengukur
tegangan
rangkaian
3.
Tangmeter
Berfungsi
untuk
mengukur besar arus
yang mengalir pada
rangkaian
Nama Alat
Gambar
Keterangan
untuk
besar
pada
4.
Multitester
Berfungsi
untuk
mengukur
besar
tegangan / hambatan
pada rangkaian
5.
Regulator
Berfungsi
untuk
mengatur tegangan
beban
sekaligus
sebagai beban pada
rangkaian.
6.
Penyearah Arus
(rectifier)
Berfungsi
untuk
mengubah arus AC
menjadi DC yang
dipakai
untuk
mengoperasikan
motor DC Shunt
7.
Tachometer
Berfungsi
untuk
mengukur
banyaknya putaran
pada motor DC
Shunt (RPM)
8.
Generator
Berfungsi
untuk
mengubah
energi
mekanik
menjadi
energi listrik
9.
Kabel
penghubung
Berfungsi
untuk
menghubungkan
komponen
listrik
antara satu dengan
yang lainnya.
3. Motor DC dicatu daya dari sumber DC (dari sumber AC yang telah melewati penyearah
arus) melalui voltage regulator.
4. Pada saat motor diberi ditegangan yang bervariasi (50, 60, 70, 80 volt atau sesuai
dengan ketentuan Grader) mengamati besarnya arus yang mengalir dengan
menggunakan multitester atau dengan ampere meter bentuk tang dan juga besarnya
putaran motor diamati dengan menggunakan tachometer.
1. Dari data yang ada eksitasi / pembebanan, tegangan terminal dan data yang dicari
melalui putaran dan arus listrik yang ada.
2. Motor DC dicatu daya dari sumber DC (dari sumber AC telah melewati penyearah arus)
melalui voltase regulator.
3. Pembebanan dilakukan dengan pemberian arus eksitasi pada generator dengan nilai
tertentu (0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 A atau sesuai dengan ketentuan Grader) yang
dilakukan dengan menggunakan pengatur tegangan (regulator B dan dikuatkan
penyearah arus atau rectifier B )
4. Kemudian regulator A diatur sedemikian rupa sehingga tegangannya tetap sebesar 80
volt atau sesuai dengan ketentuan grader.
5. Amati dan catatlah besarnya rpm dan arus dari motor.
G = Generator
M = Motor DC Shunt
A = Ampere meter
V = Voltmeter
Rpm
1730,4
1811,5
1895,4
1974,2
2050,4
Vt
85
90
95
100
105
IL
4,18
4,33
4,50
4,65
4,81
No
Rpm
1.
2212,2
2.
2128,8
3.
1972,8
4.
1799,6
5.
1643,5
2. a. Percobaan berbeban naik
Vt
115
110
100
90
80
IL
5,16
4,95
4,65
4,29
3,98
No
1.
2.
3.
4.
5.
Exitasi
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
Rpm
1969,4
1947,1
1922,3
1898,8
1881,6
Vt
100
100
100
100
100
IL
4,83
5,14
5,65
6,12
6,45
Rpm
1914,5
1931,4
1956,5
1982,3
2009,4
Vt
105
105
105
105
105
IL
6,91
6,55
6,16
5,69
5,24
Exitasi
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan
Diketahui :
tahanan medan (Rsh)= 138,
tahanan jangkar (Ra) = 0,15,
Nilai tersebut diperoleh dari pengukuran dengan ohm meter, dengan prinsip tahanan
medan selalu lebih besar karena hanya membutuhkan arus yang sedikit, dan tahanan jangkar
lebih kecil karena membutuhkan arus lebih banyak.
Perhitungan Pada Beban Nol
Setelah diketahui besarnya tahanan medan dan tahanan jangkar, maka kita dapat
menghitung arus medan ( If ), arus jangkar ( Ia ), Arus masuk ( Im ), Daya masuk (P in), rugi
tembaga ( W tembaga ) dan rugi besi dan mekanis ( Wb+m ) sebagai berikut :
Pada beban nol / naik,
untuk Vt = 85 Volt
Vt
Rf
If
=
= 85/141.8 = 0.60 A
Ea . Ia
2 n/ 60
79,98 x 3,58
( 2 x 3.14 x 1730,4 )
60
Ea = Vt Ia.Ra
= 85 ( 3,58 x 1,4)
= 79,98 V
= 1,58 Nm
1730.4
Teg
sumb
er
85
1811.5
N
o
RPM
Arus
IL
Ia
If
Pin
Wtem
4.18
3.58
0.60
355.3
68.90
90
4.33
3.70
0.63
389.7
1895.4
95
4.5
3.83
0.67
1974.2
100
4.65
3.94
2050.4
105
4.81
4.07
W(b+
m)
Tors
i
W tot
Ea
71.06
139.96
79.99
1.58
76.24
77.94
154.18
84.83
1.65
427.5
84.18
85.5
169.68
89.64
1.73
0.71
465
92.31
93
185.31
94.48
1.80
0.74
505.05
100.94
101.01
201.95
99.30
1.88
W(b+
m)
W tot
Ea
Tor
si
Arus
IL
2212.2
115
2128.8
No
RPM
Pin
Wte
m
Ia
If
5.16
4.35
0.81
593.4
119.74
118.68
238.42
108.91
2.05
110
4.95
4.17
0.78
544.5
109.73
108.9
218.63
104.16
1.95
1972.8
100
4.65
3.94
0.71
465
92.31
93
185.31
94.48
1.80
1799.6
90
4.29
3.66
0.63
386.1
75.83
77.22
153.05
84.88
1.65
1643.5
80
3.98
3.42
0.56
318.4
61.47
63.68
125.15
75.22
1.49
Vt
Rf
If
=
= 100/141,8 = 0,71 A
Pout
Pin
Ea . Ia
2 n/60
94,4 x 4.21
2 x 3,14 x 1864 /60
= 1,89 Nm
Torsi
Jangkar
=(
94,2
4,12)/(2x3,14x1969,4/60)
Ea = Vt Ia.Ra
=100 ( 4,12x0,71 )
= 94,2 V
Vt
IL
Ia
483
W(te
m)
94,34
W(b+
m)
96,60
100
4,83
190,94
0.2
100
0,71
514
98,06
102,80
0.3
4,94
0,71
565
104,75
6,12
5,41
0,71
612
6,45
5,74
0,71
645
If
Pin
4,12
0,71
5,14
4,43
100
5,65
0.4
100
0.5
100
292,06
Ef
(%)
60,47
tors
i
1,89
94,2
1969,4
200,86
313,14
60,92
2,04
93,7
1947,1
113,00
217,75
347,25
61,46
2,29
93,0
1922,3
111,57
122,40
233,97
378,03
61,77
2,52
92,4
1898,8
116,73
129,00
245,73
399,27
61,90
2,68
91,9
1881,6
W tot
P out
ea
rpm
Berbeban turun
Perhitungan beban turun sama dengan perhitungan pada beban naik.
Tabel IV.4 Perhitungan Berbeban Turun
Exita
si
0.6
Vt
IL
Ia
If
Pin
W(b+
m)
145,11
W tot
P out
725,55
W(te
m)
133,36
105
6,91
6,30
0,74
0.5
105
6,55
5,82
0.4
105
6,16
0.3
105
0.2
105
447,08
Ef(
%)
61,62
tors
i
3,02
278,47
0,74
687,75
125,21
137,55
262,76
424,99
61,79
5,23
0,74
646,8
116,08
129,36
245,44
401,36
5,69
4,72
0,74
597,45
108,97
119,49
228,46
5,24
4,26
0,74
550,2
103,19
110,04
213,23
ea
Rpm
96,1
1914,5
2,79
96,8
1931,4
62,05
2,50
97,6
1956,5
368,99
61,76
2,24
98,3
1982,3
336,97
61,25
2,01
99,0
2009,4
4.2 Grafik
GRAFIK BEBAN NOL NAIK
Vt VS RPM (Naik)
2240
2140
2040
RPM 1940
1840
1740
1640
70
75
80
85
90
95
Vt
Vt x Ia x Ra
Konstanta motor x flux
tersebut, dan membuat nilai putaran dan tegangan bebanding lurus Vt adalah sumber
tegangan, C adalah Konstanta dari kumparan jangkar, n adalah putaran, adalah flux
magnetik dari kumparan medan, Ia adalah arus jangkar, Ra adalah hambatan jangkar.
GRAFIK BEBAN NOL TURUN
Vt Vs RPM
(Turun)
RPM
95
90
85
80
75
70
Vt
Vt x Ia x Ra
Konstanta motor x flux
tersebut, dan membuat nilai putaran dan tegangan bebanding lurus .Vt adalah sumber
tegangan, C adalah Konstanta dari kumparan jangkar, n adalah putaran, adalah flux
magnetik dari kumparan medan, Ia adalah arus jangkar, Ra adalah hambatan jangkar.
GRAFIK BEBAN NOL NAIK
RPM
1800
1700
1600
1.50 1.55 1.60 1.65 1.70 1.75 1.80 1.85 1.90 1.95
Torsi
Grafik diatas menunjukkan bahwa grafik hubungan antara RPM dengan torsi
pada beban nol naik adalah berbanding terbalik. Dimana apabila torsi besar maka
putaran akan turun. Dan begitu pula sebaliknya.
GRAFIK BEBAN NOL TURUN
RPM
2.20
2.00
1.80
1.60
1.40
1.20
1500
1.00
Torsi
Arus Eksitasi
Grafik diatas menggambarkan hubungan antara arus eksitasi dan efisiensi saat berbeban
naik.Dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami mendapatkan data data seperti beban
arus dan rpm. Grafik diatas menyatakan bahwa jika diberikan beban yang naik menyebabkan
Pin dan efisiensi naik juga namun tidak drastis. Dimana seharusnya jika diberi beban yang
nilainya sama atau nilainya lebih, efisiensi akan bernilai stabil atau tetap, malah bisa juga
menurun. Jadi intinya beban eksitasi mempengaruhi besar kecilnya nilai efisiensi.
GRAFIK PERCOBAAN BERBEBAN NAIK ANTARA TORSI DENGAN PUTARAN
(RPM)
RPM
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
TORSI
terbalik dengan torsi, karena pada rumus tersebut nilai putaran (n) menjadi
pembagi untuk menghasilkan nilai torsi
GRAFIK PERCOBAAN BERBEBAN TURUN ANTARA EFISIENSI DENGAN ARUS
EKSITASI
EFISIENSI 0.64
0.62
0.61
0.62
0.62
0.62
0.62
0.60
0.58
0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65
ARUS EKSITASI
Grafik diatas menggambarkan hubungan antara arus eksitasi dan efisiensi saat berbeban
turun. Dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami mendapatkan data data seperti beban
arus dan rpm. Grafik diatas menyatakan bahwa jika diberikan beban yang turun
menyebabkan Pin dan efisiensi naik namun tidak dratis serta ada kalanya efisiensi tersebut
turun. Hal ini sesuai dengan teori, dimana seharusnya jika diberi beban yang nilainya sama
atau nilainya lebih, efisiensi akan bernilai stabil atau tetap, malah bisa juga menurun. Jadi
intinya beban eksitasi mempengaruhi besar kecilnya nilai efisiensi.
3.02
2.79
2.50
2.50
2.24
2.00
2.01
TORSI 1.50
1.00
0.50
0.00
1900
1920
1940
1960
1980
2000
2020
RPM
Grafik diatas menunjukkan bahwa grafik hubungan antara RPM dengan torsi.
Dimana apabila torsi besar maka putaran akan turun. Hal ini sesuai dengan rumus
T =
Ea . Ia
2 n/60
pada rumus tersebut nilai putaran (n) menjadi pembagi untuk menghasilkan nilai
torsi.
4.3. Pembahasan
1. Beban nol
Berdasarkan teorinya, nilai tegangan dan putaran pada motor DC tanpa beban
berbanding lurus Hal ini sesuai dengan grafik pada pembahasan sebelumnya baik beban
nol naik dan beban nol turun. Nilai dari tegangan dan putaran memiliki perbandingan
yang lurus. Apabila tegangan naik maka putaran juga akan naik, dan jika tegangan turun
maka putarannya juga akan turun.
T=
Ea . Ia
2 n/ 60
T(2n) = Ea . Ia
Dari rumus tersebut didapatkan bahwa putaran (n) sebanding dengan
tegangannya. Tegangan didapatkan Ia = IL If dan dari If = Vt/Rsh dimana Tegangan
(Vt) juga sebanding dengan arusnya (If). Jadi Vt diwakilkan dengan If. Sehingga yang
dimaksudkan tegangan sebanding dengan putarannya adalah T ~ If.
2. Dengan beban
Adanya perbedaan pada saat kondisi berbeban baik beban naik maupun beban
turun, serta hasil perhitungan pada kondisi berbeban yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan dapat disebabkan karena beberapa sebab antara lain :
1. Kesalahan pengukuran pada saat kondisi beban nol, sehingga hasil perhitungan
rugi besi dan mekanis menjadi tidak tepat yang menyebabkan perhitungan pada
kondisi berbeban hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
2. Ketidaktelitian pada pengukuran putaran dengan menggunakan tachometer yang
meyebabkan angka yang ditunjukkan oleh tachometer bukanlah angka yang nilai
putaran yang sebenarnya.
3. Ketidaktelitian pada saat pengukuran voltmeter dan amperemeter akibat alat ukur
yang kondisinya kurang bagus.
Untuk percobaan motor shunt berbeban baik untuk beban naik atau beban turun,
didapatkan bahwa seiring dengan pertambahan nilai arus eksitasi/ pembebanan (dari
0,1 sampai 0,6 ampere), maka nilai IL, Pin, arus pada kumparan jangkar (Ia) juga
akan semakin besar, begitu juga dengan nilai rugi-rugi yang terjadi selama proses
tersebut. Tetapi, nilai-nilai tersebut akan berbanding terbalik bila dibandingkan
dengan nilai Pout, nilai effisiensi, dan nilai tegangan pada kumparan jangkar (Ea).
Namun untuk nilai torsi didapatkan ternyata semakin besar seiring bertambahnya
arus eksitasi/ pembebanan yang masuk kedalam rangkaian. Untuk lebih memperjelas
pernyataan diatas, dapat juga melihat grafik perbandingan arus eksitasi dengan
effisiensi (untuk berbeban naik dan berbeban turun) dan juga grafik perbandingan
RPM dengan torsi (untuk berbeban naik maupun berbeban turun).
Dari grafik yang pertama, yaitu grafik perbandingan arus eksitasi dengan
effisiensi, baik pada saat berbeban naik ataupun berbeban turun, didapatkan dengan
jelas bahwa nilai effisiensi akan berkurang bila arus eksitasi diperbesar.
Untuk grafik yang kedua, yaitu grafik perbandingan RPM dengan torsi untuk
percobaan berbeban naik maupun berbeban turun, dapat dilihat bahwa seiring
bertambahnya nilai RPM putaran motor, maka akan didapatkan nilai torsi yang
berbanding terbalik (semakin kecil). Hal ini dikarenakan nilai torsi dipengaruhi oleh
besar nilai putaran motor. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan untuk
Ea . Ia
2 n/ 60
Diagram Rectifier
Prinsip kerja dari penyearah gelombang penuh dengan 4 diode diatas dimulai pada saat
output transformator memberikan level tegangan sisi positif, maka D1, D4 pada posisi
forward bias dan D2, D3 pada posisi reverse bias sehingga level tegangan sisi puncak positif
tersebut akan di leawatkan melalui D1 ke D4. Kemudian pada saat output transformator
memberikan level tegangan sisi puncak negatif maka D2, D4 pada posisi forward bias dan
D1, D2 pada posisi reverse bias sehingan level tegangan sisi negatif tersebut dialirkan melalui
D2, D4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik output berikut.
BAB V
KESIMPULAN
1. Grafik menunjukkan antara efisiensi dengan torsi berbanding lurus. Namun
seharusnya efisiensi pada motor bernilai konstan. Dapat terjadi perubahan akibat
adanya rugi rugi oleh motor itu sendiri. Seperti rugi besi + mekanik dan jangkar.
2. Efisiensi berbanding terbalik dengan arus eksitasi. Semakin besar arus eksitasi maka
beban juga akan semakin besar sehingga mempengaruhi effisiensi. Namun sesuai sifat
efisiensi yang sudah tertentu pada motor, maka nilainya seharusnya adalah konstan.
3. Torsi berbanding terbalik dengan RPM. Terbukti dengan grafik percobaan yang telah
disebutkan, ketika kecepatan putaran ditingkatkan dengan cara menaikkan tegangan,
maka torsinya akan cenderung menurun. Pada grafik percobaan dapat dijelaskan
dengan baik bahwa hubungan antara kedua ukuran ini menunjukkan angka yang
bersesuaian.
4. Rugi yang diperlukan dalam perhitungan rugi total pada motor DC ada 3, yaitu Rugi
Jangkar, Rugi motor dan Rugi besi + mekanik
5. Rugi tembaga adalah rugi yang diakibatkan oleh terjadinya aliran didalam tembaga
tersebut. Rugi tembaga terdapat rugi rotor dan stator.
6. Rugi stator adalah rugi yang terjadi pada stator dengan rumus perkalian Rugi (W) =
If2 x Rf
7. Rugi jangkar (rotor) adalah rugi yang terjadi pada jangkar dengan rumus perkalian
Rugi (W) = Ia2 x Ra
8. Rugi besi dan mekanik adalah rugi yang nyatanya bernilai konstan dan tidak dapat
dihitung, namun pada sumber tertentu menyebutkan rugi besi dan mekanik adalah
rugi yang terjadi pada inti besi yang terdapat pada motor. Rumus yang digunakan
pada rugi besi dan mekanikadalah, W(b + m) = 20% x Pin
9. Nilai efisiensi harus lebih besar dari sama dengan 60%. Karena jika tidak terpenuhi
maka bisa jadi motor tersebut adalah motor yang kurang baik dan bisa jadi motor itu
tidak bisa berputar.
10. Pada percobaan berbeban naik dengan di ketahui Vt sebesar 95 volt, eksitasi sama
dengan 0,1 , IL sebesar 4.9 pada RPM sebesar 1864. Maka di dapatkan nilai If sebesar
0.69. Ia sebesar 4,21. Pin sebesar 465,5 watt. W tembaga sebesar 68,06. W b + m
sebesar 93,01. Sehingga di dapatkan W total dengan menjumlahkan W tembaga dan
W b + m di dapatkan nilai sebesar 161,16 Pout nya sebesar 304,34 watt. Effisiensinya 65
%. Nilai Ea nya sebesar 94,4 % sehingga di dapatkan nilai torsi sebesar 2,04.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/l2f009113_MKP.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_Lorentz
http://cyber180.wordpress.com/2011/08/03/motor-dc/
http://www.cvel.clemson.edu/auto/actuators/motors-dc-brushed.html
http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112210018raisatrianurrahman/2013/04/30/mesin-dc/
http://azzahratunnisa.wordpress.com/2009/05/27/jenis-jenis-motor-dc/
BAB V
KESIMPULAN