Anda di halaman 1dari 40

ABSTRAK

Motor DC adalah suatu motor yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Prinsip kerja motor DC adalah bila arus listrik dialirkan melalui satu konduktor
yang ditempatkan pada suatu medan magnet, maka akan timbul gaya mekanis yang arahnya
ditentukan oleh aturan tangan kiri.Pada praktikum ini dilakukan 2 percobaan yaitu percobaan
motor DC beban nol dan percobaan motor DC shunt berbeban (beban yang digunakan adalah
generator 3 phase). Untuk percobaan motor DC beban nol, data yang diberikan adalah besar
tegangan sumber yang nilainya 50, 55, 60, 65, dan 70 , sedangkan yang dicari adalah arus IL
dan Rpm. Kemudian untuk percobaan motor DC Shunt berbeban, data yang diberikan adalah
tegangan sumber nilainya 100 dan besar eksitasi 0,1, 0,2, 0,3, 0,4 dan 0,5, sedangkan yang
dicari adalah arus IL dan Rpm. Setelah itu maka dihitung daya input, rugi besi dan mekanis,
pada beban nol naik dan turun. Hasil praktikum ketika beban nol naik, Vt 85 volt didapatkan
putaran sebnyak 1733 rpm, IL sebesar 4,41, nilai If 0,623, Ia sebesar 3,79, Pin sebesar 374,85
W, nilai w tembaga sebesar 64,41 dan W(b+m) sebesar 37,485. Ketika beban nol turunVt 115
volt didapatkan putaran sebnyak 2197 rpm, IL sebesar 5,3, nilai If 0,842, Ia sebesar 4,46, Pin
sebesar 609,5 W, nilai w tembaga sebesar 112,78 dan W(b+m) sebesar 60,95 Watt. Ketika
diberi beban naik Vt 100 volt didapatkan putaran sebnyak 1948 rpm, nilai exitasi 0,1, IL
sebesar 4,85, nilai If 0,733, Ia sebesar 4,12, Pin sebesar 485 W, nilai w tembaga sebesar 86.82
dan W(b+m) sebesar 48,5, Wtot 135,32, Pout 349,68, efisiensi 0,72 dan torsi 1,95. Ketika
diberi beban turun Vt 110 volt didapatkan putaran sebnyak 2001 rpm, nilai exitasi 0,6, IL
sebesar 6,35, nilai If 0,806, Ia sebesar 5,54, Pin sebesar 698,5 W, nilai w tembaga sebesar
113,23 dan W(b+m) sebesar 69,85, Wtot 183,08, Pout 515,42, efisiensi 0,73 dan torsi 2.79.
Peralatan yang dipakai adalah motor DC shunt, voltmeter, tangmeter, multitester, regulator,
penyearah arus (rectifier), tachometer, generator dan kabel penghubung. Aplikasi didunia
marine adalah motor DC sebagai penggerak pompa balas, penggerak pompa bahan bakar dan
sebagai penggerak crane pada saat di pelabuhan.

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Motor DC atau arus searah adalah mesin yang bekerja mengubah tenaga listrik
menjadi tenaga gerak. Prinsip kerja motor DC yaitu arus listrik yang masuk berupa arus AC
menjadi keluaran motor DC. Arus akan mengenai medan magnet dan menimbulkan gaya,
akibatnya medan magnet akan berputar. Motor DC tersusun dari 2 bagian saja, yaitu stator
dan rotor. Stator merupakan bagian yang diam yang terdiri dari rangka motor, sikat- sikat, dan
slip ring. Rotor adalah bagian yang bergerak dan terdiri dari komutator, jangkar, dan lilitan
jangkar.
Keuntungan penggunaan motor DC adalah motor DC mempunyai karakteristik kopel
kecepatan yang menguntungkan dibandingkan motor lainnya, motor DC dapat diubah
menjadi generator DC dimana perbedaannya terletak pada arah arus dan kecepatan mudah
diatur. Aplikasi motor DC di dunia marine adalahcrane pada pelabuhan untuk memindahkan
kontainer- kontainer yang diperlukan atau tidak (bongkar-muat),sistem propulsi hybrid shaft
generator, baterai pada kapal selam, penggerak alat navigasi.
I.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Motor DC antara lain :
1. Percobaan Motor DC Shunt Beban Nol

Mengetahui besarnya rugi besi dan mekanis pada saat motor dijalankan dengan
beban nol

Menghitung besar efisiensi motor dari daya output saat beban penuh

2. Percobaan Motor DC Shunt Berbeban

Menghitung besarnya torsi motor pada beban tertentu

Menentukan putaran motor dalam keadaan beban tertentu

Menghitung daya motor dalam keadaan beban tertentu

Menghitung efisiensi motor dan membuat kurva efisiensi fungsi beban

I.3 Rumusan Permasalahan

Buatlah grafik dari torsi fungsi putaran, arus fungsi putaran?

Buatlah perhitungan daya motor serta kerugiannya?

Jelaskan pengertian tahanan medan dan tahanan jangkar?

Jelaskan perbedaan motor DC dan motor AC?

Jelaskan pengertian arus eksitasi?

Apakah aplikasi motor DC di dunia marine?

Jelaskan dan Buatlah grafik lorser berimekanis fungsi putaran?

Buatlah grafik efisiensi fungsi beban?

BAB II
DASAR TEORI

II.1 Pengertian Motor DC


Motor DC adalah sebuah peralatan listrik yang dapat merubah energi listrik menjadi
energi mekanik. Motor DC juga disebut atau sama dengan motor arus searah. Selain memiliki
jenis yang beragam antara lain tipe magnet tetap dan elektromagnet ( seri,shunt, atau jenis
magnet coumpound). Pada jenis elektromagnet, pembentukan medan magnet sering disebut
eksitasi ( penguatan ) yang terbagi menjadi penguatan sendiri dan penguatan di dalam motor.

Gambar 1. Motor DC
(okanandaferry.wordpress.com)
II.2 Prinsip Kerja

Gambar 2. Medan Magnet

( https://listrikpemakaian.files.wordpress.com/2009/03/sistem2bkerja2bmotor.jpg/ )

Motor listrik arus searah adalah sebuah peralatan listrik yang berfungsi mengubah
energi listrik arus searah menjadi energi mekanik. Sebagai masukan pada motor ini adalah
energi listrik arus searah dan keluarannya adalah energi mekanis putar, yang merupakan
kebalikan dari generator. Konstruksi motor arus searah sama dengan generator arus searah.
Oleh karena itu, mesin listrik ini dapat berfungsi sebagai motor maupun generator. Prinsip
dasar motor listrik arus searah adalah jika kumparan jangkar yang dialiri listrik dan kumparan
medan diberi penguatan, maka akan timbul gaya lorenz pada tiap-tiap sisi kumparan jangkar
tersebut.

Gambar 3. Visualisasi Gaya Lorentz


(http://www.conspiracyoflight.com/Lorentz/Lorentzforce.html)
Interaksi medan magnet dari kawat berarus dengan medan magnet tetap akan
menghasilkan gaya magnet. Pada peristiwa ini terdapat hubungan antara arus listrik, medan
magnet tetap, dan gaya magnet. Hubungan besaran-besaran itu ditemukan oleh fisikawan
Belanda,

Hendrik

Anton

Lorentz

(18531928).

Dalam

penyelidikannya

Lorentz

menyimpulkan bahwa besar gaya yang ditimbulkan berbanding lurus dengan kuat arus, kuat
medan magnet, panjang kawat dan sudut yang dibentuk arah arus listrik dengan arah medan
magnet. Untuk menghargai jasa penemuan H.A. Lorentz, gaya tersebut disebut gaya Lorentz.

Gambar 4. Konsep Gaya lorentz


https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/
Jika arus listrik mengalir dari A ke B ternyata pita dari alumunium foil melengkung
ke atas , ini berarti ada sesuatu gaya yang berarah keatas akibat adanya medan magnet
homogen dari utara ke selatan. Gaya ini selanjutnya disebut sebagai gaya magnetic atau gaya
Lorentz . Jika arus listrik dibalik sehingga mengalir dari B ke A, ternyata pita dari alumunium
foil melengkung ke bawah. Jika arus listrik diperbesar maka alumunium foil akan
melengkung lebih besar. Ini berarti besar dan arah gaya Lorentz tergantung besar dan arah
arus listrik.
Karena gaya Lorentz ( FL ) , arus listrik ( I ) dan medan magnet ( B ) adalah besaran vector
maka peninjauan secara matematik besar dan arah gaya Lorentz ini hasil perkalian vector
( cros-product ) dari I dan B.

Gambar 5. Arah Gaya Lorentz


https://belajar.kemdikbud.go.id/SumberBelajar/
Besarnya

gaya

Lorentz

dapat

dihitung

dengan

rumus

FL =

I.B

Rumus ini berlaku untuk panjang kawat 1 meter.


Perhitungan diatas adalah gaya Lorentz yang mempengaruhi kawat tiap satuan panjang.

sin

Jadi jika panjang kawat = , maka besar gaya Lorentz dapat dihitung dengan rumus :
FL = I . . B . Sin

FL = gaya Lorentz dalam newton ( N )

I = kuat arus listrik dalam ampere ( A )

= panjang kawat dalam meter ( m )

B = kuat medan magnet dalam Wb/m2 atau tesla ( T )

= sudut antara arah I dan B

Dari rumus di atas ternyata jika besar sudut adalah :

=90o , arah arus listrik dan medan magnet ( I dan B ) saling tegak lurus maka FL
mencapai maksimum

= 0o , arah arus listrik dan medan magnet ( I dan B ) saling sejajar maka FL = 0
atau kawat tidak dipengaruhi gaya Lorentz

Hubungan antara FL , I dan B dapat lebih mudah dipelajari dengan menggunakan kaidah
tangan kiri. Yaitu dengan mengangan-angankan jika ibu jari, jari telunjuk dan jari
tangah kita bentangkan saling tegak lurus, maka :

Ibu jari

: menunjukan arah gaya Lorentz ( FL ) Arah gaya Lorentz

Jari telunjuk : menunjukkan arah medan magnet ( B )

Jari tengah

: menunjukkan arah arus listrik ( I )

II.3 Komponen Utama Motor DC


Motor DC tersusun dari dua bagian yaitu bagian diam (stator) dan bagian bergerak
(rotor).
1. Bagian Stator :
o Rangka generator atau Motor
Fungsi utama adalah sebagai tempat mengalirnyafluks magnet yang dihasilkan
oleh kutub-kutub magnet, karena itu rangka motordibuat dari bahan ferro magnetik.
Dan rangka motor juga berfungsiuntuk melindungi stator dan rotor.

Gambar 6. rangka motor DC


http://cyber180.wordpress.com/2011/08/03/motor-dc/

o Inti kutub magnet dan Lilitan Penguat Magnet


Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik agar terjadiproses elektro magnet
sehingga terjadi suatu magnet buatan sedangkan intikutub magnet merupakan tempat
dihasilkannya fluks magnet.

Gambar 7.kutub magnet


http://cyber180.wordpress.com/2011/08/03/motor-dc/

o Sikat-sikat dan Slip Ring


Berfungsi untuk jembatan bagi aliran arus dari lilitanjangkar beban, aliran arus
tersebut akan mengalir dari sumber dan diterimaoleh sikat-sikat (Brushes). Sedangkan
fungsi slip ring adalah sebagai kontak hubungan dengan sikat-sikat, yang dipakai
untuk melewatkan aliran arus atau teganganarus bolak-balik.

Gambar 8.sikat dan slip ring motor DC


http://www.cvel.clemson.edu/auto/actuators/motors-dc-brushed.html

2. Bagian Rotor :
o Komutator
Komutator berfungsi sebagai penyalur arus dari lilitan jangkar beban, yang
bersama-samadengan sikat membentuk suatu kerjasama yang disebut komutasi.
Supayamenghasilkan penyalur arus yang lebih baik, maka komutator yang
digunakanjumlahnya banyak. Karena itu tiap belahan/segmen komutator tidak
lagimerupakan bentuk sebagian selinder, tetapi sudah berbentuk lempeng- lempeng.

Gambar 9. komutator
http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112210018raisatrianurrahman/2013/04/30/mesin-dc/

o Jangkar dan Lilitan Jangkar


Jangkar yang digunakan dalam motor DC adalah yangberbentuk silinder yang
diberi alur-alur pada permukaannya sebagai tempatmelilitkan kumparan agar
terbentuk ggl induksi. Seperti halnya inti kutub magnet, maka jangkar dibuat dari
bahan ferro magnetik berlapis-lapis tipisuntuk mengurangi panas yang terbentuk
karena adanya arus liar. Bahan yangdigunakan untuk jangkar sejenis ini campuran
baja silikon. Untuk lilitan jangkar berfungsi untuk tempat timbulnya tenaga putar
motor.
o Rectifier
Rectifier adalah alat yang digunakan untuk mengubah sumber arus bolak-balik
(AC) menjadi sinyal sumber arus searah (DC). Gelombang AC yang berbentuk
gelombang sinus hanya dapat dilihat dengan alat ukur CRO. Rangkaian rectifier
banyak menggunakan transformator step down yang digunakan untuk menurunkan
tegangan sesuai dengan perbandingan transformasi transformator yang digunakan.

Gambar10. Diagram rectifier


Arus yang diubah oleh rectifier adalah sebagai berikut :

(a)

(b)

Gambar (a) diagram arus AC sebelum diubah oleh rectifier (b) diagram
arus setelah diubah oleh rectifier.
( www.mekanikumum.blogspot.com)

II. 4 Perbedaan motor AC dan motor DC


Tabel 1. Perbedaan motor AC dengan DC
No

Perbedaan

Motor AC

Motor DC

1.

Adanya
komutator

Tidak ada, melainkan


menggunakan slippring

Ada

2.

Supply
motor

Sumber AC

Sumber DC

3.

Torsi yang
dihasilkan

Umumnya rendah biasa


Untuk pelayanan torsi tinggi
digunakan untuk (motor, pompa, (mesin bubut, Drills, dll)
kompressor)

4.

Kecepatan
motor

Tidak mudah dikendalikan


sehingga butuh inverter

Mudah dikendalikan

5.

Gambar
arus

II.5Jenis-jenis motor DC
a. Berdasarkan sumber arus penguat magnetnya, motor DC dapat dibedakan atas :

Motor DC penguat terpisah , yaitu motor DC yang menggunakan arus


penguat magnet yang diperoleh dari sumber arus searah di luar motor.

Gambar 11 penguat terpisah


http://azzahratunnisa.wordpress.com/2009/05/27/jenis-jenis-motor-dc/

Motor DC pengiat sendiri, yaitu motor DC yang menggunakan arus penguat


magnet berasal dari motor Dc itu sendiri.

b. Berdasarkan hubungan lilitan penguat magnet terhadap lilitan jangkar motor arus
searah dengan penguat sendiri dapat dibedakan :

Motor DC Shunt : motor DC yang menggunakan kumparan penguat yang


disambungkan pararel ( shunt ) dengan lilitan jangkar.

Gambar 12rangkaian motor shunt


http://azzahratunnisa.wordpress.com/2009/05/27/jenis-jenis-motor-dc/

Motor DC seri : motor DC yang menggunakan lilitan penguat magnet yang


dihubungkan seri dengan lilitan jangkar.

Gambar 13rangkaian motor seri


http://azzahratunnisa.wordpress.com/2009/05/27/jenis-jenis-motor-dc/

Motor DC kompon : Motor DC yang menggunakan lilitan penguat magnet


yang disambungkan seri dan pararel.
a. Motor DC kompon Panjang adalahmotor seri diberi penguat
shunt tambahan seperti gambar dibawah disebut motor kompon
shunt panjang

Gambar 14rangkaian motor kompon panjang


http://azzahratunnisa.wordpress.com/2009/05/27/jenis-jenis-motor-dc/

b. Motor DC kompon Pendekadalah motor shunt diberi tambahan


penguat seri seperti gambar dibawah disebut motor kompon
shunt pendek

Gambar 15rangkaian motor kompon pendek


http://azzahratunnisa.wordpress.com/2009/05/27/jenis-jenis-motor-dc/

II. 6 Rugi, Efisiensi dan Torsi Motor DC


Pada motor searah terdapat rugi / losses yaitu :
Rugi listrik
Rugi ini diakibatkan oleh pemakaian konduktor tembaga. Rugi listrik dapat dihitung
dengan rumusan :
Rugi = I2.R ; R = tahanan konduktor (ohm)
I = Arus listrik (Ampere)
Rugi besi
Diakibatkan oleh pemakaian besi ferromagnetik. Terdiri dari rugi histeris dan rugi
arus eddy. Rugi ini bersifat konstan, sehingga kita tidak dapat mengetahui berapa
besarnya.
1. Arus Pusar (Eddy Current)
Inti pada stator dan inti pada jangkar motor terdiri dari tumpukan pelat tipis dari
bahan ferromagnetis. Tujuan dari pemilihan plat tipis adalah untuk menekan rugirugi arus Eddy yang terjadi pada motor DC.
Pe = Ke x f2 x t2 x B2 (watt/m2)
(https://www.academia.edu/7379774/03_Bab_06_Motor_Listrik_DC)
Ke

= Konstanta Arus Pusar

= frekuensi jala-jala (Hz)

= Ketebalan Laminasi (m)

= Kerapatan Fluks maksimum (T)

2. Rugi Histerisis

(https://www.academia.edu/7379774/03_Bab_06_Motor_Listrik_DC)
Rugi Besi dan Mekanis (W(b+m)

Rugi mekanis terdiri dari rugi geser pada sikat, rugi geser pada sumbu, dan rugi
angin. Seperti pada rugi besi, rugi mekanis juga bersifat konstan. Pertama, dicari nilai
dari rugi tembaga (Wtem) dengan rumus= (Ia 2xRa) + (If2xRsh) , setelah itu mencari
nilai W(B+M) yaitu rugi besi dan mekanis. Caranya adalah dengan rumus W
(B+M)=(10-20)% x Pin. Dalam hal ini dipilih 20%.
Sumber : Buku Theraja Vol II-Chap 26- Hal 926 -Motor DC
Pada saat tidak berbeban (beban = 0) maka tidak ada faktor daya luar yang
menghambat daya input.
P input = P luar + Losses
= 0 + Losses
Vt. Im = Rugi tembaga + Rugi ( besi + mekanis )
Dan Rugi terbagi atas rugi besi + rugi mekanis. Karena P input dan rugi tembaga
dapat dihitung, maka besarnya rugi tetap dapat diketahui. Saat motor DC berbeban,
karena P input dan rugi tembaga dapat dihitung dengan rugi besi dan mekanis yang
sudah diketahui besarnya, maka effisiensi dan P luar, dan torsinya dapat dihitung
dengan rumusan :

Pluar
100%
Pinput

Torsi

Psh Ea.Ia

2n
2n

II. 7 Pengereman Motor DC


1.Metode Pengereman Dinamis Pengereman yang dilakukan dengan melepaskan jangkar
yang berputar dari sumber tegangan dan memasangkan tahanan pada terminal jangkar. Oleh
karena itu kita dapat berbicara tentang waktu mekanis T konstan dalam banyak cara yang
sama kita berbicara tentang konstanta waktu listrik sebuah kapasitor yang dibuang ke dalam
sebuah resistor. Pada dasarnya, T adalah waktu yang diperlukan untuk kecepatan motor jatuh
ke 36,8 persen dari nilai awalnya. Namun, jauh lebih mudah untuk menggambar kurva
kecepatan-waktu dengan mendefinisikan konstanta waktu baru To yang merupakan waktu
untuk kecepatan dapat berkurang menjadi 50 persen dari nilai aslinya. Ada hubungan
matematis langsung antara konvensional konstanta waktu T dan setengah konstanta waktu
TOBukuini
diberikan
oleh
:

To = 0,639T
(http://elektronika-dasar.web.id/metode-pengereman-pada-motor-listrik/)
Kita dapat membuktikan bahwa waktu mekanis ini konstan diberikan oleh :
T0 =

Jn21
131.5 P 1

(http://elektronika-dasar.web.id/metode-pengereman-pada-motor-listrik/)
di mana
To = waktu untuk kecepatan motor jatuh ke satu-setengah dari nilai sebelumnya [s]
J = momen inersia dari bagian yang berputar, yang disebut poros motor [kg m]
n1 = awal laju pengereman motor saat mulai [r / min] P1 = awal daya yang dikirim oleh
motor ke pengereman resistor [W]
131,5 = konstan [exact value = (30 / p) 2 loge 2]
0,693=konstan
[exact
value
=
loge
2]
Persamaan ini didasarkan pada asumsi bahwa efek pengereman sepenuhnya karena
energi pengereman didisipasi di resistor. Secara umum, motor dikenakan tambahan akibat
torsi pengereman windage dan gesekan, sehingga waktu pengereman akan lebih kecil dari
yang diberikan oleh persamaan diatas.
2.Metode Pengereman Secara Plugging
Kita bisa menghentikan motor bahkan lebih cepat dengan menggunakan metode yang
disebut plugging. Ini terdiri dari tiba-tiba membalikkan arus angker dengan membalik
terminal sumber seperti ditunjukan pada gambar dibawah.
Konfigurasi Hubungan Amature Dan Sumber DC Es

Gambar 16. Rangkaian Pengereman Secara Plugging


Di bawah kondisi motor normal, angker arus / 1 diberikan oleh :
I 1 = ( Es Eo ) I R
(http://elektronika-dasar.web.id/metode-pengereman-pada-motor-listrik/)
di mana Ro adalah resistansi armature. Jika kita tiba-tiba membalik terminal sumber
tegangan netto yang bekerja pada sirkuit angker menjadi (Eo + Es). Yang disebut counter-ggl
Eo dari angker tidak lagi bertentangan dengan apa-apa tetapi sebenarnya menambah tegangan
suplai Eo. Bersih ini tegangan akan menghasilkan arus balik yang sangat besar, mungkin 50
kali lebih besar daripada beban penuh arus armature. Arus ini akan memulai suatu busur
sekitar komutator, menghancurkan segmen, kuas, dan mendukung, bahkan sebelum baris
pemutus sirkuit bisa terbuka.
Untuk mencegah suatu hal yang tidak diinginkan, kita harus membatasi arus balik
dengan memperkenalkan sebuah resistor R dalam seri dengan rangkaian pembalikan. Seperti
dalam pengereman dinamis, resistor dirancang untuk membatasi pengereman awal arus
I2sampai sekitar dua kali arus beban penuh.

Dengan memasukkan rangkaian, torsi reverse dikembangkan bahkan ketika angker


telah datang berhenti. Akibatnya, pada kecepatan nol, Eo = 0, tapi aku 2 = Eo / R, yaitu
sekitar satu setengah nilai awalnya. Begitu motor berhenti, kita harus segera membuka sirkuit
angker, selain itu akan mulai berjalan secara terbalik. Sirkuit gangguan biasanya dikontrol
oleh sebuah null-kecepatan otomatis perangkat terpasang pada poros motor.
3. Pengereman Regeneratif
Pengereman jenis ini, energi yang tersimpan pada putaran dikembalikan kepada
sistem jala-jala. Cara ini biasa digunakan pada kereta api listrik. Ketika kereta api
kecepatannya menurun, kecepatan motor laju sekali, karena Ea > Vt , yang mengakibatkan
daya dikembalikan kepada sistem jala-jala untuk keperluan lain. Pada saat daya dikembalikan
jala-jala, kecepatan menurun dan proses pengereman berlangsung seperti pada pengereman
dinamik.
Gambar Kurva Kecepatan Pengereman

Gambar 17. Kurva kecepatan pengereman


Lekuk pada gambar diatas memungkinkan kita untuk membandingkan pengereman plugging
dan dinamis untuk pengereman awal yang sama saat ini. Perhatikan bahwa memasukkan
motor benar-benar berhenti setelah selang waktu 2 To. Di sisi lain, jika pengereman dinamis
digunakan, kecepatan masih 25 persen dari nilai aslinya pada saat ini. Meskipun demikian,
kesederhanaan komparatif pengereman dinamis menjadikan lebih populer di sebagian besar
aplikasi.
II. 8 Aplikasi motor DC

NO

Pada Bidang Marine


KEGUNAAN

FOTO + SUMBER

Crane

(www.Truenortmark.com)

Windlass

(http://www.amgc-marine.com/windlasses.html)

Propulsi pada Kapal

(http://poetrayogha.blogspot.co.id/)

Azimuth Podded
Propeller
(https://www.thrustmaster.net/azimuth-thrusters/azimuthhydraulic-podded-drive/)

Radar

(anton-rivai.blogspot.com)

Di Darat
NO

KEGUNAAN

Elevator

FOTO + SUMBER

(elevation.wikia.com)

Automatic Gate

(http://geovaniorlando.blogspot.co.id)
3

Kompressor Udara

(http://alatcucimobil.com/2010/09/01/kompresor-udaraunite)

Vacum cleaner
Industri

(www.alamobil.com)

Pengering Rambut

(www.bukalapak.com)

BAB III
DATA PRAKTIKUM
III.1 Peralatan dan Fungsi
No
.
1.

Motor DC Shunt

Berfungsi
untuk
mengubah
energi
listrik menjadi energi
mekanik.

2.

Voltmeter

Berfungsi
mengukur
tegangan
rangkaian

3.

Tangmeter

Berfungsi
untuk
mengukur besar arus
yang mengalir pada
rangkaian

Nama Alat

Gambar

Keterangan

untuk
besar
pada

4.

Multitester

Berfungsi
untuk
mengukur
besar
tegangan / hambatan
pada rangkaian

5.

Regulator

Berfungsi
untuk
mengatur tegangan
beban
sekaligus
sebagai beban pada
rangkaian.

6.

Penyearah Arus
(rectifier)

Berfungsi
untuk
mengubah arus AC
menjadi DC yang
dipakai
untuk
mengoperasikan
motor DC Shunt

7.

Tachometer

Berfungsi
untuk
mengukur
banyaknya putaran
pada motor DC
Shunt (RPM)

8.

Generator

Berfungsi
untuk
mengubah
energi
mekanik
menjadi
energi listrik

9.

Kabel
penghubung

Berfungsi
untuk
menghubungkan
komponen
listrik
antara satu dengan
yang lainnya.

III.2 Langkah Kerja


Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk pengamatan pada motor DC
Shunt berbeban nol maupun dengan berbeban.

Percobaan Motor DC Shunt Beban Nol

1. Mengukur besar tahanan kemampuan motor DC shunt dan selanjutnya menentukan


kumparan medan dan kumparan jangkar.
2. Merangkai alat-alat sebagai berikut.

3. Motor DC dicatu daya dari sumber DC (dari sumber AC yang telah melewati penyearah
arus) melalui voltage regulator.
4. Pada saat motor diberi ditegangan yang bervariasi (50, 60, 70, 80 volt atau sesuai
dengan ketentuan Grader) mengamati besarnya arus yang mengalir dengan
menggunakan multitester atau dengan ampere meter bentuk tang dan juga besarnya
putaran motor diamati dengan menggunakan tachometer.

Percobaan Motor DC Shunt Berbeban

1. Dari data yang ada eksitasi / pembebanan, tegangan terminal dan data yang dicari
melalui putaran dan arus listrik yang ada.
2. Motor DC dicatu daya dari sumber DC (dari sumber AC telah melewati penyearah arus)
melalui voltase regulator.
3. Pembebanan dilakukan dengan pemberian arus eksitasi pada generator dengan nilai
tertentu (0,1 ; 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 A atau sesuai dengan ketentuan Grader) yang
dilakukan dengan menggunakan pengatur tegangan (regulator B dan dikuatkan
penyearah arus atau rectifier B )
4. Kemudian regulator A diatur sedemikian rupa sehingga tegangannya tetap sebesar 80
volt atau sesuai dengan ketentuan grader.
5. Amati dan catatlah besarnya rpm dan arus dari motor.

Gambar rangkaian motor DC berbeban


Keterangan:

G = Generator
M = Motor DC Shunt
A = Ampere meter
V = Voltmeter

III.3 Tabel dan Hasil Praktikum


1. a. Beban nol / naik
No
1.
2.
3.
4.
5.

Rpm
1730,4
1811,5
1895,4
1974,2
2050,4

Vt
85
90
95
100
105

IL
4,18
4,33
4,50
4,65
4,81

No
Rpm
1.
2212,2
2.
2128,8
3.
1972,8
4.
1799,6
5.
1643,5
2. a. Percobaan berbeban naik

Vt
115
110
100
90
80

IL
5,16
4,95
4,65
4,29
3,98

b. Beban nol / turun

No
1.
2.
3.
4.
5.

Exitasi
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5

Rpm
1969,4
1947,1
1922,3
1898,8
1881,6

Vt
100
100
100
100
100

IL
4,83
5,14
5,65
6,12
6,45

Rpm
1914,5
1931,4
1956,5
1982,3
2009,4

Vt
105
105
105
105
105

IL
6,91
6,55
6,16
5,69
5,24

b. Percobaan berbeban turun


No
1.
2.
3.
4.
5.

Exitasi
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan
Diketahui :
tahanan medan (Rsh)= 138,
tahanan jangkar (Ra) = 0,15,
Nilai tersebut diperoleh dari pengukuran dengan ohm meter, dengan prinsip tahanan
medan selalu lebih besar karena hanya membutuhkan arus yang sedikit, dan tahanan jangkar
lebih kecil karena membutuhkan arus lebih banyak.
Perhitungan Pada Beban Nol
Setelah diketahui besarnya tahanan medan dan tahanan jangkar, maka kita dapat
menghitung arus medan ( If ), arus jangkar ( Ia ), Arus masuk ( Im ), Daya masuk (P in), rugi
tembaga ( W tembaga ) dan rugi besi dan mekanis ( Wb+m ) sebagai berikut :
Pada beban nol / naik,
untuk Vt = 85 Volt

Vt
Rf

If
=

= 85/141.8 = 0.60 A

Ia = IL If = 4.18 0.6= 3.58 A


Pin = Vt x IL = 85 x 4.18 = 355.3 watt
Wtembaga = ( Ia2 x Ra ) + ( If2 x Rf ) = [ (3.58)2 x 1.4 ] + [ (0.60)2 x (141.8)]
= 68.9 Watt
W (b + m) = 20 % x Pin = 20 % x 355.3 = 71.06 Watt
W total = Wtembaga +W (b + m) = 51,6 + 71,06 = 139,96Watt
Torsi Jangkar =

Ea . Ia
2 n/ 60
79,98 x 3,58
( 2 x 3.14 x 1730,4 )
60

Ea = Vt Ia.Ra
= 85 ( 3,58 x 1,4)
= 79,98 V

= 1,58 Nm

(sumber,marine electrical:sardono sarwito)

Tabel IV.1 Perhitungan beban nol / naik

1730.4

Teg
sumb
er
85

1811.5

N
o

RPM

Arus
IL

Ia

If

Pin

Wtem

4.18

3.58

0.60

355.3

68.90

90

4.33

3.70

0.63

389.7

1895.4

95

4.5

3.83

0.67

1974.2

100

4.65

3.94

2050.4

105

4.81

4.07

W(b+
m)

Tors
i

W tot

Ea

71.06

139.96

79.99

1.58

76.24

77.94

154.18

84.83

1.65

427.5

84.18

85.5

169.68

89.64

1.73

0.71

465

92.31

93

185.31

94.48

1.80

0.74

505.05

100.94

101.01

201.95

99.30

1.88

W(b+
m)

W tot

Ea

Tor
si

Pada beban nol / turun


Perhitungan sama dengan beban nol / naik.
Tabel VI.2 Perhitungan beban nol / turun
Teg
sumb
er

Arus
IL

2212.2

115

2128.8

No

RPM

Pin

Wte
m

Ia

If

5.16

4.35

0.81

593.4

119.74

118.68

238.42

108.91

2.05

110

4.95

4.17

0.78

544.5

109.73

108.9

218.63

104.16

1.95

1972.8

100

4.65

3.94

0.71

465

92.31

93

185.31

94.48

1.80

1799.6

90

4.29

3.66

0.63

386.1

75.83

77.22

153.05

84.88

1.65

1643.5

80

3.98

3.42

0.56

318.4

61.47

63.68

125.15

75.22

1.49

Perhitungan Pada Berbeban


Berbeban naik
Dibawah ini merupakan contoh perhitungan untuk Vt = 100 Volt, eksitasi = 0,1,
IL = 4,83

Vt
Rf

If
=

= 100/141,8 = 0,71 A

Ia = IL If`= 4,83 0.71 = 4,12 A


Pin = Vt x IL = 100 x 4,83 = 483 watt
Wtembaga = ( Ia2 x Ra ) + ( If2 x Rf ) = [ (4,12)2 x 1,4] + [ (0,71)2 x (141,8)]
= 94,34 Watt
W(b + m) = 20% x Pin = 20% x 483 = 96,6
Wtot = Wtembaga + W (b + m) = 94,34 + 96,6= 190,94 Watt
Pout = Pin Wtot = 483 190,94 = 292,06 watt
Efisiensi () =

Pout
Pin

x 100% = 292,06/483 x 100% = 60,47 %

Ea . Ia
2 n/60

94,4 x 4.21
2 x 3,14 x 1864 /60

= 1,89 Nm

Torsi

Jangkar

=(

94,2

4,12)/(2x3,14x1969,4/60)

Ea = Vt Ia.Ra
=100 ( 4,12x0,71 )
= 94,2 V

(sumber,marine electrical:sardono sarwito)

Tabel IV.3 Perhitungan Beban Naik


Exita
si
0.1

Vt

IL

Ia

483

W(te
m)
94,34

W(b+
m)
96,60

100

4,83

190,94

0.2

100

0,71

514

98,06

102,80

0.3

4,94

0,71

565

104,75

6,12

5,41

0,71

612

6,45

5,74

0,71

645

If

Pin

4,12

0,71

5,14

4,43

100

5,65

0.4

100

0.5

100

292,06

Ef
(%)
60,47

tors
i
1,89

94,2

1969,4

200,86

313,14

60,92

2,04

93,7

1947,1

113,00

217,75

347,25

61,46

2,29

93,0

1922,3

111,57

122,40

233,97

378,03

61,77

2,52

92,4

1898,8

116,73

129,00

245,73

399,27

61,90

2,68

91,9

1881,6

W tot

P out

ea

rpm

Berbeban turun
Perhitungan beban turun sama dengan perhitungan pada beban naik.
Tabel IV.4 Perhitungan Berbeban Turun
Exita
si
0.6

Vt

IL

Ia

If

Pin

W(b+
m)
145,11

W tot

P out

725,55

W(te
m)
133,36

105

6,91

6,30

0,74

0.5

105

6,55

5,82

0.4

105

6,16

0.3

105

0.2

105

447,08

Ef(
%)
61,62

tors
i
3,02

278,47

0,74

687,75

125,21

137,55

262,76

424,99

61,79

5,23

0,74

646,8

116,08

129,36

245,44

401,36

5,69

4,72

0,74

597,45

108,97

119,49

228,46

5,24

4,26

0,74

550,2

103,19

110,04

213,23

ea

Rpm

96,1

1914,5

2,79

96,8

1931,4

62,05

2,50

97,6

1956,5

368,99

61,76

2,24

98,3

1982,3

336,97

61,25

2,01

99,0

2009,4

4.2 Grafik
GRAFIK BEBAN NOL NAIK

Vt VS RPM (Naik)
2240
2140
2040
RPM 1940
1840
1740
1640
70

75

80

85

90

95

100 105 110 115 120

Vt

Grafik 1. Vt dan RPM pada Beban Nol (Naik)


Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa RPM berbanding lurus dengan Vt
( Tegangan ). Apabila Vt yang digunakan semakin tinggi, maka RPM yang dihasilkan pun
akan semakin tinggi.Hal ini sesuai dengan rumus Vt = (C x n x ) + (Ia x Ra) =
N=

Vt x Ia x Ra
Konstanta motor x flux

. yang mana Nilai Vt menjadi faktor pengali pada rumus

tersebut, dan membuat nilai putaran dan tegangan bebanding lurus Vt adalah sumber
tegangan, C adalah Konstanta dari kumparan jangkar, n adalah putaran, adalah flux
magnetik dari kumparan medan, Ia adalah arus jangkar, Ra adalah hambatan jangkar.
GRAFIK BEBAN NOL TURUN

Vt Vs RPM
(Turun)

RPM

120 115 110 105 100

95

90

85

80

75

70

Vt

Grafik 3. Vt dan RPM pada Beban Nol (Turun)


Pada grafik tersebut dapat kita lihat bahwa RPM dan Tegangan berbanding lurus.
Apabila tegangan yang divariasikan untuk turun, maka RPM yang dihasilkan pun akan
semakin turun. Begitupun sebaliknya apabila tegangan dinaikkan, maka RPM juga akan
meningkat. Hal ini sesuai dengan rumus Vt = (C x n x ) + (Ia x Ra) =
N=

Vt x Ia x Ra
Konstanta motor x flux

. yang mana Nilai Vt menjadi faktor pengali pada rumus

tersebut, dan membuat nilai putaran dan tegangan bebanding lurus .Vt adalah sumber
tegangan, C adalah Konstanta dari kumparan jangkar, n adalah putaran, adalah flux
magnetik dari kumparan medan, Ia adalah arus jangkar, Ra adalah hambatan jangkar.
GRAFIK BEBAN NOL NAIK

Torsi Vs RPM ( Naik )


2100
2000
1900

RPM

1800
1700
1600
1.50 1.55 1.60 1.65 1.70 1.75 1.80 1.85 1.90 1.95

Torsi

Grafik 2. RPM Vs Torsi Beban Nol ( Naik )

Grafik diatas menunjukkan bahwa grafik hubungan antara RPM dengan torsi
pada beban nol naik adalah berbanding terbalik. Dimana apabila torsi besar maka
putaran akan turun. Dan begitu pula sebaliknya.
GRAFIK BEBAN NOL TURUN

Torsi Vs RPM (turun)


2500
2000

RPM
2.20

2.00

1.80

1.60

1.40

1.20

1500
1.00

Torsi

Gambar 4. Torsi Vs RPM Beban Nol ( Turun )


Grafik hubungan diatas menjelaskan hubungan antara torsi dan RPM saat
motor bekerja. Dapat dilihat bahwa semakin turun rpm dari motor maka torsi juga
semakin kecil.

GRAFIK PERCOBAAN BERBEBAN NAIK ANTARA EFISIENSI DENGAN ARUS


EKSITASI

HUBUNGAN ANTARA EFISIENSI DENGAN ARUS EKSITASI BERBEBAN NAIK


0.70
0.68
0.66
0.64
0.62
0.62
0.61
0.61
Efisiensi 0.62 0.60
0.60
0.58
0.56
0.54
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55

Arus Eksitasi

Grafik diatas menggambarkan hubungan antara arus eksitasi dan efisiensi saat berbeban
naik.Dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami mendapatkan data data seperti beban

arus dan rpm. Grafik diatas menyatakan bahwa jika diberikan beban yang naik menyebabkan
Pin dan efisiensi naik juga namun tidak drastis. Dimana seharusnya jika diberi beban yang
nilainya sama atau nilainya lebih, efisiensi akan bernilai stabil atau tetap, malah bisa juga
menurun. Jadi intinya beban eksitasi mempengaruhi besar kecilnya nilai efisiensi.
GRAFIK PERCOBAAN BERBEBAN NAIK ANTARA TORSI DENGAN PUTARAN
(RPM)

HUBUNGAN ANTARA TORSI DENGAN RPM BERBEBAN NAIK


1969.4
1947.1
1922.3
1898.8
1881.6

RPM

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

TORSI

Grafik diatas menggambarkan hubungan antara putaran dan torsi.Dimana grafik


tersebut menjelaskan bahwa hubungan antara RPM dan torsi , Torsi meningkat
tetapi RPM menurun. Hal tersebut sesuai dengan rumus Torsi adalah T =
Ea . Ia
2 n/60

. Dalam rumus tersebut kita ketahui bahwa putaran RPM berbanding

terbalik dengan torsi, karena pada rumus tersebut nilai putaran (n) menjadi
pembagi untuk menghasilkan nilai torsi
GRAFIK PERCOBAAN BERBEBAN TURUN ANTARA EFISIENSI DENGAN ARUS
EKSITASI

HUBUNGAN ANTARA EFISIENSI DENGAN ARUS EKSITASI BERBEBAN TURUN


0.70
0.68
0.66

EFISIENSI 0.64
0.62

0.61

0.62

0.62

0.62

0.62

0.60
0.58
0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65

ARUS EKSITASI

Grafik diatas menggambarkan hubungan antara arus eksitasi dan efisiensi saat berbeban
turun. Dari hasil praktikum yang kami lakukan, kami mendapatkan data data seperti beban
arus dan rpm. Grafik diatas menyatakan bahwa jika diberikan beban yang turun
menyebabkan Pin dan efisiensi naik namun tidak dratis serta ada kalanya efisiensi tersebut
turun. Hal ini sesuai dengan teori, dimana seharusnya jika diberi beban yang nilainya sama
atau nilainya lebih, efisiensi akan bernilai stabil atau tetap, malah bisa juga menurun. Jadi
intinya beban eksitasi mempengaruhi besar kecilnya nilai efisiensi.

GRAFIK PERCOBAAN BERBEBAN TURUN ANTARA TORSI DAN


PUTARAN (RPM)

HUBUNGAN ANTARA TORSI DENGAN RPM BERBEBAN TURUN


3.50
3.00

3.02

2.79

2.50

2.50

2.24

2.00

2.01

TORSI 1.50
1.00
0.50
0.00
1900

1920

1940

1960

1980

2000

2020

RPM

Grafik diatas menunjukkan bahwa grafik hubungan antara RPM dengan torsi.
Dimana apabila torsi besar maka putaran akan turun. Hal ini sesuai dengan rumus
T =

Ea . Ia
2 n/60

maka putaran RPM berbanding terbalik dengan torsi, karena

pada rumus tersebut nilai putaran (n) menjadi pembagi untuk menghasilkan nilai
torsi.

4.3. Pembahasan
1. Beban nol
Berdasarkan teorinya, nilai tegangan dan putaran pada motor DC tanpa beban
berbanding lurus Hal ini sesuai dengan grafik pada pembahasan sebelumnya baik beban
nol naik dan beban nol turun. Nilai dari tegangan dan putaran memiliki perbandingan
yang lurus. Apabila tegangan naik maka putaran juga akan naik, dan jika tegangan turun
maka putarannya juga akan turun.

T=

Ea . Ia
2 n/ 60

T(2n) = Ea . Ia
Dari rumus tersebut didapatkan bahwa putaran (n) sebanding dengan
tegangannya. Tegangan didapatkan Ia = IL If dan dari If = Vt/Rsh dimana Tegangan
(Vt) juga sebanding dengan arusnya (If). Jadi Vt diwakilkan dengan If. Sehingga yang
dimaksudkan tegangan sebanding dengan putarannya adalah T ~ If.

2. Dengan beban
Adanya perbedaan pada saat kondisi berbeban baik beban naik maupun beban
turun, serta hasil perhitungan pada kondisi berbeban yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan dapat disebabkan karena beberapa sebab antara lain :
1. Kesalahan pengukuran pada saat kondisi beban nol, sehingga hasil perhitungan
rugi besi dan mekanis menjadi tidak tepat yang menyebabkan perhitungan pada
kondisi berbeban hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
2. Ketidaktelitian pada pengukuran putaran dengan menggunakan tachometer yang
meyebabkan angka yang ditunjukkan oleh tachometer bukanlah angka yang nilai
putaran yang sebenarnya.
3. Ketidaktelitian pada saat pengukuran voltmeter dan amperemeter akibat alat ukur
yang kondisinya kurang bagus.
Untuk percobaan motor shunt berbeban baik untuk beban naik atau beban turun,
didapatkan bahwa seiring dengan pertambahan nilai arus eksitasi/ pembebanan (dari
0,1 sampai 0,6 ampere), maka nilai IL, Pin, arus pada kumparan jangkar (Ia) juga

akan semakin besar, begitu juga dengan nilai rugi-rugi yang terjadi selama proses
tersebut. Tetapi, nilai-nilai tersebut akan berbanding terbalik bila dibandingkan
dengan nilai Pout, nilai effisiensi, dan nilai tegangan pada kumparan jangkar (Ea).
Namun untuk nilai torsi didapatkan ternyata semakin besar seiring bertambahnya
arus eksitasi/ pembebanan yang masuk kedalam rangkaian. Untuk lebih memperjelas
pernyataan diatas, dapat juga melihat grafik perbandingan arus eksitasi dengan
effisiensi (untuk berbeban naik dan berbeban turun) dan juga grafik perbandingan
RPM dengan torsi (untuk berbeban naik maupun berbeban turun).
Dari grafik yang pertama, yaitu grafik perbandingan arus eksitasi dengan
effisiensi, baik pada saat berbeban naik ataupun berbeban turun, didapatkan dengan
jelas bahwa nilai effisiensi akan berkurang bila arus eksitasi diperbesar.
Untuk grafik yang kedua, yaitu grafik perbandingan RPM dengan torsi untuk
percobaan berbeban naik maupun berbeban turun, dapat dilihat bahwa seiring
bertambahnya nilai RPM putaran motor, maka akan didapatkan nilai torsi yang
berbanding terbalik (semakin kecil). Hal ini dikarenakan nilai torsi dipengaruhi oleh
besar nilai putaran motor. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan untuk

menghitung besar nilai torsi yaitu T =


4.

Ea . Ia
2 n/ 60

Diagram Rectifier

Penyearah Gelombang Penuh (Full wave Rectifier) Penyearah gelombang penuh


dapat dibuat dengan 2 macam yaitu, menggunakan 4 diode dan 2 diode. Untuk membuat
penyearah gelombang penuh dengan 4 diode menggunakan transformator non-CT seperti
terlihat pada gambar berikut :

Prinsip kerja dari penyearah gelombang penuh dengan 4 diode diatas dimulai pada saat
output transformator memberikan level tegangan sisi positif, maka D1, D4 pada posisi

forward bias dan D2, D3 pada posisi reverse bias sehingga level tegangan sisi puncak positif
tersebut akan di leawatkan melalui D1 ke D4. Kemudian pada saat output transformator
memberikan level tegangan sisi puncak negatif maka D2, D4 pada posisi forward bias dan
D1, D2 pada posisi reverse bias sehingan level tegangan sisi negatif tersebut dialirkan melalui
D2, D4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik output berikut.

Formulasi pada penyearah gelombang penuh sebagai berikut.

BAB V
KESIMPULAN
1. Grafik menunjukkan antara efisiensi dengan torsi berbanding lurus. Namun
seharusnya efisiensi pada motor bernilai konstan. Dapat terjadi perubahan akibat
adanya rugi rugi oleh motor itu sendiri. Seperti rugi besi + mekanik dan jangkar.
2. Efisiensi berbanding terbalik dengan arus eksitasi. Semakin besar arus eksitasi maka
beban juga akan semakin besar sehingga mempengaruhi effisiensi. Namun sesuai sifat
efisiensi yang sudah tertentu pada motor, maka nilainya seharusnya adalah konstan.
3. Torsi berbanding terbalik dengan RPM. Terbukti dengan grafik percobaan yang telah
disebutkan, ketika kecepatan putaran ditingkatkan dengan cara menaikkan tegangan,
maka torsinya akan cenderung menurun. Pada grafik percobaan dapat dijelaskan
dengan baik bahwa hubungan antara kedua ukuran ini menunjukkan angka yang
bersesuaian.
4. Rugi yang diperlukan dalam perhitungan rugi total pada motor DC ada 3, yaitu Rugi
Jangkar, Rugi motor dan Rugi besi + mekanik
5. Rugi tembaga adalah rugi yang diakibatkan oleh terjadinya aliran didalam tembaga
tersebut. Rugi tembaga terdapat rugi rotor dan stator.
6. Rugi stator adalah rugi yang terjadi pada stator dengan rumus perkalian Rugi (W) =
If2 x Rf
7. Rugi jangkar (rotor) adalah rugi yang terjadi pada jangkar dengan rumus perkalian
Rugi (W) = Ia2 x Ra
8. Rugi besi dan mekanik adalah rugi yang nyatanya bernilai konstan dan tidak dapat
dihitung, namun pada sumber tertentu menyebutkan rugi besi dan mekanik adalah
rugi yang terjadi pada inti besi yang terdapat pada motor. Rumus yang digunakan
pada rugi besi dan mekanikadalah, W(b + m) = 20% x Pin
9. Nilai efisiensi harus lebih besar dari sama dengan 60%. Karena jika tidak terpenuhi
maka bisa jadi motor tersebut adalah motor yang kurang baik dan bisa jadi motor itu
tidak bisa berputar.
10. Pada percobaan berbeban naik dengan di ketahui Vt sebesar 95 volt, eksitasi sama
dengan 0,1 , IL sebesar 4.9 pada RPM sebesar 1864. Maka di dapatkan nilai If sebesar
0.69. Ia sebesar 4,21. Pin sebesar 465,5 watt. W tembaga sebesar 68,06. W b + m
sebesar 93,01. Sehingga di dapatkan W total dengan menjumlahkan W tembaga dan
W b + m di dapatkan nilai sebesar 161,16 Pout nya sebesar 304,34 watt. Effisiensinya 65
%. Nilai Ea nya sebesar 94,4 % sehingga di dapatkan nilai torsi sebesar 2,04.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wpcontent/uploads/2012/05/l2f009113_MKP.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_Lorentz
http://cyber180.wordpress.com/2011/08/03/motor-dc/
http://www.cvel.clemson.edu/auto/actuators/motors-dc-brushed.html
http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112210018raisatrianurrahman/2013/04/30/mesin-dc/
http://azzahratunnisa.wordpress.com/2009/05/27/jenis-jenis-motor-dc/

BAB V
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai