Anda di halaman 1dari 79

BAB I

LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan
Nasional. Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan
berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia
Indonesia.
Untuk mencapai pembangunan di bidang kesehatan diselenggarakan
berbagai upaya secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dan Puskesmas
merupakan penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan
perorangan pada jenjang pertama.
Dalam era Globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik di bidang
kesehatan maupun di bidang teknologi. Perubahan-perubahan ini berdampak
terhadap perkembangan kesehatan di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan bagi
dunia kesehatan untuk menghadapi hal tersebut.
Upaya-upaya kesehatan yang ada baik preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif sebagai dasar dari sistem kesehatan harus terus dikembangkan
sehingga derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik dapat lebih ditingkatkan.
Diharapkan dengan penanganan yang tepat maka visi dari Departemen Kesehatan
yang disampaikan Menteri Kesehatan yaitu Menuju Indonesia Sehat 2025 dapat
segera tercapai.
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga tidak ketinggalan dalam
mencanangkan visi daerah di bidang kesehatan yaitu Jakarta Sehat untuk semua.
Untuk mencapai visi tersebut Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta menetapkan syarat - syarat yang harus dicapai oleh jajarannya yaitu
melalui Standard Pelayanan Minimal (SPM) DKI Jakarta yang telah dibuat acuan
dalam Surat Keputusan Gubernur No. 12 Tahun 2007.
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading sebagai salah satu unit pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan DKI Jakarta memiliki kewajiban untuk melaksanakan SK
Gubernur tersebut dengan menerapkan pola-pola pelayanan kesehatan baik secara

Individu maupun Kesehatan Masyarakat yang mengacu kepada SPM tersebut.


Melalui Visi dan Misi yang telah dicanangkan oleh Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading diharapkan pencapaian tersebut dapat dilakukan secara optimal.
1.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kelapa Gading
1.1.1.1.

Keadaan Geografis

Kecamatan Kelapa Gading dengan luas 14,867 Km 2, terdiri atas tiga


kelurahan, yaitu Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur, dan Pegangsaan
Dua. Berdasarkan laporan kelurahan terdapat 68 Rukun Warga (RW) dan Rukun
Tetangga (RT) sebanyak 706 di Kecamatan Kelapa Gading.Populasi warga Kelapa
Gading sekitar 5% dari jumlah penduduk Jakarta dan 20% penduduk Jakarta
Utara. Hampir 65 % penduduknya adalah warga keturunan Tionghoa.
Luas wilayah Kecamatan Gading terbagi menjadi 3 (Tiga) Kelurahan yaitu :
a

Kelurahan Kelapa Gading Timur

Kelurahan Kelapa Gading Barat

Kelurahan Pegangsaan Dua

1.1 Gambar Peta Wilayah Kelapa Gading


Batas wilayah Kecamatan Kelapa Gading
a. Sebelah Utara : Kali Bendungan Batik Kelurahan Tugu Selatan danRawaBadak
Kecamatan Kelapa Gading.
b. Sebelah Timur :Kali Cakung dan Kali Pertukangan KecamatanCakung.

c. Sebelah Selatan: Jl Raya Bekasi Kecamatan Cakung Jakarta Timur.


d. Sebelah Barat: Jl Raya Yos Soedarso Kecamatan Tanjung Priok.
1.1.1.2. Keadaan Demografi
Jumlah seluruh penduduk di Kecamatan Kelapa Gading adalah 138.153
orang dengan tingkat kepadatan 26.804/Km2. Wilayah terpadat penduduknya di
kelurahan Kelapa Gading Timur dengan tingkat kepadatan penduduk 10,898/Km2.
Berikut rincian jumlah penduduk yang ada di kecamatan Kelapa Gading periode
Januari Februari 2014.
Tabel 1.1. LuasWilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
diWilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari Februari 2014

1.

Kelapa Gading Timur

Luas
Wilayah
(km2)
3.5513

2.

Kelapa Gading Barat

3.

Pegangsaan Dua

No. Kelurahan

Jumlah

38.507

Kepadatan
Penduduk
(per km2)
10843,07

5.0312

44.155

8776,24

6.2845

27.746

8433,43

14.867

138.153

9.289

Jumlah
Penduduk

Sumber:Laporan Bulanan Statistik Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan


Kelapa Gading tahun 2014

Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Puskesmas


Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari Februari 2014
No
1
2

Keterangan
Jumlah
Laki-laki
69.274
Perempuan
68.879
Jumlah
138.153
Sumber : Laporan Bulanan Statistik Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan
Kelapa Gading Periode Januari Februari 2014
Tabel.1.3. Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga (KK), Rukun Warga (RW),
dan Rukun Tetangga (RT) di Wilayah Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari Februari 2014
No
.

Kelurahan

Jumlah
Penduduk

Jumlah KK

Jumla
h RW

Jumla
h RT

1.

Kelapa Gading Timur

38.507

247

21

241

2.

Kelapa Gading Barat

44.155

204

21

217

3.

Pegangsaan Dua

27.746

124

25

248

138.153

575

67

706

Jumlah

Sumber : Laporan Bulanan Statistik Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan


Kelapa GadingPeriode Januari Februari 2014

Berikut merupakan data demografi kecamatan Kelapa Gading :


A Data penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah
Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari Februari 2014
No

Tingkat Pendidikan Laki-laki

Perempuan

Tidak sekolah

4.070

7.571

Tidak tamat sekolah


dasar

15.761

4.240

No

Tingkat Pendidikan

Laki-laki

Perempuan

Tamat SD

10.411

12.594

Tamat SLTP

10.435

9.229

Tamat SLTA

13.472

11.266

Tamat Akademi / Perguruan


tinggi

10.263

8703

Sumber : Laporan Bulan Statistik Kependudukandan Catatan Sipil Kecamatan


Kelapa Gading Periode Januari Februari 2014
Berdasarkan tabel 1.4. dapat disimpulkan bahwa :
a) Tingkat pendidikan paling banyak adalah tamat Sekolah Dasar.
b) Tingkat pendidikan paling sedikit adalah tidak sekolah.

B Data Penduduk Menurut Pekerjaan


Tabel 1.5.JumlahPenduduk Menurut Pekerjaan di Wilayah Kecamatan
Kelapa Gading Periode Januari Februari 2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sumber

Pekerjaan
Laki-laki
Tani
416
Karyawan swasta/pemerintah/ABRI 23.430
Pedagang
6.867
Nelayan
442
Buruh tani
284
Pensiunan
4.793
Pertukangan
643
Pengangguran
4.449
Fakir miskin
2.406
Lain-lain
10.241
: Laporan Bulanan Statistik Kependudukan dan

Perempuan
342
23.140
6.321
252
195
4.279
0
4.354
1.918
10.613
Catatan Sipil

KecamatanKelapa Gading
Periode Januari Februari 2014
Berdasarkan tabel 1.5 dapat dilihat bahwa :
a) Pekerjaan paling banyak adalah karyawan swasta/pemerintah/ABRI.
b) Pekerjaan paling sedikit adalah buruh tani.

ata Sarana Peribadatan


Tabel 1.6. Sarana Peribadatan di Wilayah Kecamatan
Kelapa Gading Tahun 2014
No
Sarana peribadatan
Jumlah
1
Masjid
28
2
Mushola
43
3
Gereja
36
4
Wihara
2
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun 2014
Berdasarkan tabel 1.6 dapat dilihat bahwa :
a) Sarana peribadatan paling banyak adalah mushola.
b) Sarana peribadatan paling sedikit adalah wihara.
C Data Sarana Kesehatan

Tabel 1.7. Sarana Kesehatan di Wilayah Kecamatan


Kelapa Gading Tahun 2014
No
Sarana kesehatan
Jumlah
1
Rumah sakit swasta
4
2
Puskesmas
5
3
RB.puskesmas
1
4
RB.swasta
4
5
Klinik 24 jam
3
6
Apotek
64
7
Praktek dokter umum
119
8
Praktek dokter gigi
79
9
Praktek dokter spesialis
241
10
Praktek bidan swasta
4
11
Laboratorium klinik
5
12
Posyandu
42
13
Balai pengobatan
24
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading tahun 2014
Berdasarkan tabel 1.7 dapat dilihat bahwa :
a) Sarana kesehatan paling banyak adalah praktek dokter spesialis.
b) Sarana kesehatan paling sedikit adalah Ruang Bersalin Puskesmas.
D Data Sarana Perdagangan dan Hiburan
Tabel 1.8. Sarana Perdagangan dan Hiburan di Wilayah Kecamatan Kelapa
Gading Tahun 2014
No

Sarana
perdagangan
dan
Jumlah
hiburan
1
Hotel
5
2
Pasar tradisional
7
3
Pasar swalayan
9
4
Rumah makan
72
5
Jasa boga
21
6
Salon
53
7
Konveksi
1
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun 2014
Berdasarkan tabel 1.8 dapat dilihat bahwa :
a) Sarana perdagangan dan hiburan paling banyak adalah rumah makan.
b) Sarana perdagangan dan hiburan paling sedikit adalah konveksi.

1.1.2. Gambaran umum puskesmas


1.1.2.1. Definisi
Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) ialah suatu unit pelaksana
teknis

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

yang

bertanggung

jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah


kecamatan, yang mempunyai misi :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Memberdayakan masyarakat & keluarga dalam pembangunan
kesehatan
3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu
secara menyeluruh dan terpadu.
Berdasarkan misi tersebut, Puskesmas mempunyai kewenangan dan
tanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat
yang secara administrative berdomisili di wilayah kerjanya.
Untuk dapat mencapai misi Puskesmas diatas digunakan strategi sebagai berikut :
a. Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan
b. Mengembangkan

dan

menetapkan

asas

kemitraan

serta

pemberdayaan masyarakat dan keluarga


c. Meningkatkan profesionalisme petugas
d. Mengembangkan kemandirian puskesmas sesuai degan kewenangan
yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.
Mengacu kepada misi dan strategi di atas, maka fungsi puskesmas adalah sebagai
berikut :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, artinya
puskesmas bertindak bertindak sebagai motivator, fasilitator dan
memantau terselenggaranya proses pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan


kesehatan, artinya pemberdayaan masyarakat yaitu masyarakat tahu,
mau dan mampu menjaga serta mengatasi masalah kesehatannya
secara mandiri ; arti pemberdayaan keluarga yaitu menjaga keluarga
sehat tetap sehat dan keluarga sakit menjadi sehat.
c. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama, artinya penyelenggaran
pelayanan kesehatan dasar dalam upaya meningkatkan status
kesehatan masyarakat, meliputi upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan.
Sebagai suatu unit organisasi yang melaksanakan berbagai usaha di bidang
kesehatan, puskesmas memiliki wewenang dan tanggung jawab didalam wilayah
kerja tertentu, biasanya satu wilayah kecamatan atau sebagian wilayah kecamatan.
Penentuan luas wilayah kerja puskesmas di dasarkan atas beberapa faktor yaitu :
a.

Jumlah penduduk

b.

Keadaan geografis

c.

Keadaan saran perhubungan

d.

Keadaan infra struktur masyarakat lainnya.

Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk


mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan.
Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi
pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi :
kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya,
kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods
serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas.
Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada

tiap puskesmas sesuai

kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun


puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi
kesepakatan nasional.

Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan


kesehatan nasional secara komprehensif. Tidak terbatas pada aspek kuratif dan
rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan
oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah
maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu
terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi Paradigma
Sehat. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep
yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
a. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya
kuratif dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus padaupaya preventif
dan kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif,
b. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilahpilah (fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu
(integrated),
c. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari
pemerintah, berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak
dari masyarakat
d. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang
semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya,
e. Pergeseran

pemahaman

tentang

kesehatan

dari

pandangan

konsumtifmenjadi investasi,
f. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh
pemerintah, akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat
sebagai mitra pemerintah (partnership),
g. Pembangunan

kesehatan

yang

semula

bersifat

terpusat

(centralization), menjadi otonomi daerah (decentralization),


h. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up
seiring dengan era desentralisasi.

10

1.1.2.2. Wilayah Kerja


Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik,
dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh
Walikota/Bupati,

dengan

saran

teknis

dari

kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah


sekitar 30.000 penduduk. Untuk jangkauan yang lebih luas, dibantu oleh
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas di ibukota kecamatan
dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas
Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan
juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.1.2.3. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Kuratif (pengobatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan
jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.
1.1.2.4. Peran Puskesmas
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran
yang vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan
kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan
yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.

11

1.1.2.5. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
1. Promosi kesehatan masyarakat
2. Kesehatan lingkungan
3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak)
4. KB (Keluarga Berencana)
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular)
7. Pengobatan dasar

12

Berikut ini akan ditampilkan upaya kesehatan wajib dalam bentuk tabel, yaitu :
Tabel 1.9. Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas
No
1

Upaya Kesehatan
Wajib
Promosi Kesehatan

Kesehatan Lingkungan

Kesejahteraan ibu dan


anak

Keluarga Berencana

Pemberantasan penyakit
menular

Gizi

Kegiatan

Indikator

Penyuluhan di Tatanan sehat


Dalam dan di Perbaikan perilaku sehat
Luar Gedung
Penyehatan
Cakupan air bersih
pemukiman
Cakupan
jamban
keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
ANC
Cakupan K1, K4
Pertolongan
Cakupan linakes
persalinan
MTBS
Cakupan MTBS
Imunisasi
Cakupan imunisasi
Pelayanan
Cakupan MKET
Keluarga
Berencana
Diare
Cakupan kasus diare
ISPA
Cakupan kasus ISPA
Malaria
Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisASI
Tuberkulosis
Cakupan
penemuan
kasus
Angka penyembuhan

Distribusi
vit Cakupan vit A / Fe / cap
A / Fe / cap yodium
yodium
PSG
% gizi kurang / buruk,
SKDN
Promosi
% kadar gizi
Kesehatan
7
Pengobatan
Medik dasar
Cakupan pelayanan
UGD
Jumlah
kasus
yang
ditangani
Laboratorium
Jumlah pemeriksaan
sederhana
Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes

13

1.1.2.6. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas


Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah
ada, yaitu :
1

Upaya Kesehatan Sekolah

Upaya Kesehatan Olahraga

Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

Upaya Kesehatan Kerja

Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya Kesehatan Jiwa

Upaya Kesehatan Mata

Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya


inovasi yaitu upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.

14

Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di
puskesmas kecamatan Kelapa Gading periode Januari Februari 2014 adalah :
A. Upaya Kesehatan Dasar
1

Upaya Promosi Kesehatan

Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak

Upaya Keluarga Berencana

Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Upaya Kesehatan Lingkungan

Upaya Pengendalian Penyakit Menular

Upaya Pengobatan

B. Upaya Kesehatan Pengembangan


1

Upaya Kesehatan Sekolah

Upaya Kesehatan Olah Raga

Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya Kesehatan Jiwa

Upaya Kesehatan Mata

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus


menerapkan

azas

penyelenggaraan

puskesmas

secara

terpadu.

Azas

penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar


pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran
puskesmas yang dimaksud adalah :

15

1.1.2.7.

Azas pertanggungjawaban wilayah


Puskesmas

bertanggung

jawab

meningkatkan

derajat

kesehatan

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas


harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat
kecamatan sehingga berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan

upaya

kesehatan

strata

pertama

(primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.


1

Azas pemberdayaan masyarakat


Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,

agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas. Untuk ini,
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
a

KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)

Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)

Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi


(Kadarzi)

Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair),


Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan


Pesantren (Poskestren)

Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda

Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

16

Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat


(TPKJM)

Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga


(TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).

Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang

optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara


terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu :
a

Keterpaduan Lintas Program

Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang


menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara
lain :
1

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA


dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.

UKS : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi


kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi
remaja dan kesehatan jiwa.

Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,


Gizi, promosi kesehatan, & kesehatan gigi.

Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan


jiwa & promosi kesehatan.

Keterpaduan Lintas Sektor

Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program


dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan
dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara lain :
1

UKS : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala


desa, pendidikan & agama.

17

Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan


dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan
pertanian.

KIA : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala


desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan
PLKB.

Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,


lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperASI,
dunia usaha dan organisasi kemasyarakatan.

Kesehatan Kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan


camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.

Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang

dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung


dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk
meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata
sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a

Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit

tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan


kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan
upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :

18

Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan


tindakan medis (contoh : operasi) dan lain-lain.

Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan


laboratorium yang lebih lengkap.

Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga


yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga
puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medis
spesialis di puskesmas.

Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
1

Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan


fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan
bahan pakaian.

Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan


kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum
kesehatan, gangguan kesehatan karena bencana alam.

Rujukan

operasional,

yakni

menyerahkan

sepenuhnya

kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah


kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan
masyarakat ke periode

dinas kesehatan kabupaten/kota.

Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak


mampu.

19

Gambar 1.2. Sistem Rujukan Puskesmas


Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan
evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak.
Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas :
1

Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan


Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat

dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan


kesehatan bagi institusi dan warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur
melalui Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS).Ada tiga tatanan yang bisa
diukur yaitu :
a. Tatanan sekolah
b. Tatanan tempat kerja
c. Tatanan tempat-tempat umum
2.

Pusat pemberdayaan masyarakat


Segala upaya fasilitasi yag bersifat non-instruktif guna meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan & melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan
potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik instansi lintas sektoral maupun
LSM dan tokoh mayarakat.

20

Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :


a.

Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

b.

Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan

c.

Tumbuh

dan

berfungsinya

konsil

kesehatan

kecamatan

atau

BPKM(Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan


Penyantun Puskesmas).
3.

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama


Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam IPMS
(Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan dan kualitas
program puskesmas. IPMS minimal mencakup seluruh indikator cakupan
upaya kesehatan wajib dan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan.

1.1.3. Gambaran umum Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading


Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yang terletak di Jl. Pelepah Elok
No.7 berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 4000 m. Berupa bangunan empat
lantai didirikan pada

tahun 2000 dan siap dipergunakan awal tahun 2001.

Puskesmas ini merupakan pindahan dari Puskesmas Pegangsaan Dua. Puskesmas


ini membawahi empat Puskesmas yang tersebar di 3 (tiga) kelurahan :

Gambar 1.3. Peta Pembagian Wilayah Kerja

21

Keterangan :
1. Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading beralamat di jln. Pelepah
elok no.7 berlokasi pada Kelapa Gading Barat.
2. Puskesmas Kelurahan Kelapa Gading Barat beralamat di jln. Merah
jambu no 20 berlokasi Kelurahan pada Kelapa Gading Barat.
3. Puskesmas Kelurahan pegangsaan dua A beralamat di jln. Kepu no
32 berlokasi pada Kelurahan Pegangsaan Dua.
4. Puskesmas kelurahan Pegangsaan dua B beralamat di jln. Gamelan
no 23 berlokasi pada Kelurahan Pegangsaan Dua.
5. Puskesmas Kelurahan Kelapa Gading Timur beralamat di jln.
Puskesmas no 1 berlokasi pada Kelurahan Kelapa Gading Timur.

22

Gambar 1.4. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Tahun


2014

23

1.1.3.1. Visi Dan Misi


Visi
a

Terwujudnya

masyarakat

yang

sejahtera,

mandiri

melalui

penyelenggara pemeliharaan pelayanan kesehatan prima yang


profesional dan manusiawi sejajar dengan kota besar lainnya di dunia.
b

Dalam kaitannya dengan peran puskesmas sebagai suatu unit


organisasi kesehatan yang merupakan pusat pengembangan yamg
melaksanakan, pembinaan dan juga memberikan pelayanan para
kesehatan upaya kesehatan secara menyuluruh dan terpadu di wilayah
kerjanya.

Misi
a

Membina komitmen dan profesionalisme tenaga kesehatan.

Mengembangkan upaya sistem pelayanan kesehatan paripurna yang


bermutu prima dan kompetitif sesuai dengan kebutuhan kemampuan
masyarakat DKI Jakarta.

Memberdayakan masyarakat menuju kemandirian dan berprilaku


hidup bersih dan sehat.

Menjalin kerukunan dengan organisasi kesehatan yang lain dan non


kesehatan, serta masyarakat.

1.1.3.2Tugas
Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dengan mengutamakan
upaya penyembuhan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara
terpadu dengan upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan (promotif) serta
melaksanakan pemberdayaan puskesmas keluruhan.
Fungsi
1

Penyusunan rencana kerja dan anggaran puskesmas kecamatan.

Pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan perorangan.

24

Penyelenggaraan pelayanan medis umum.

Penyelenggaraan asuhan keperawatan.

Penyelenggaraan pelayanan persalinan.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan spesialis terbatas kebidanan,


kesehatan anak, penyakit dalam, mata dan telinga, hidung dan
tenggorokan.

Penyelenggaraan rawat inap terbatas.

10 Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laboratorium, radiologi,


gizi, farmasi dan optik.
11 Penyelenggaraan pelayanan ambulans rujukan.
12 Penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana.
13 Penyelenggaraan pelayanan imunisasi.
14 Penyelenggaraan pelayanan 24 jam.
15 Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
16 Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan.
17 Penyelenggaraan pemberdayaan puskesmas kelurahan.
18 Penyelenggaraan pencatatan medis.
19 Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan peralatan kedokteran,
peralatan keperawatan, peralatan perkantoran dan perawatan medis
lainnya.
20 Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan.
21 Penyusunan Standar Operasional Prosedur.
22 Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat
dan kearsipan serta kebersihan, keamanan dan keindahan puskesmas.
23 Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja.
24 Pemeriksaan Jenazah.
25 Pengumpulan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan tugas
dan fungsi yang diselenggarakan oleh puskesmas kelurahan.
26 Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi puskesmas
kecamatan.

25

27 Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi


puskesmas kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap triwulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Suku
Kepala Dinas Kesehatan.
1.1.3.3 Sumber Daya Manusia
Potensi tenaga kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kelapa Gading periode Januari - Februari 2014 berjumlah 105 orang, dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 1.10. Jumlah Pegawai di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kelapa GadingPeriode Januari Februari 2014
Medis
No

1
2

Puskesmas

PN
S

Paramedi
s
Non
PN
PN
S
S

Umum

Non
PN
PN
S
S

Kec. Kelapa Gading


6
4
26
8
8
Kel.KelapaGading
2
0
4
1
2
Timur
3
Kel.Kelapa.Gading
2
0
6
1
0
Barat
4
Kel.Pegangsaan Dua
3
0
9
2
2
A dan B
Jumlah
13
4
45
12
12
Sumber: Laporan Bulanan Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari Februari 2014

Jumla
h

Non
PN
S
11

63

11

11

20

19

105

26

1.1.3.4. Sarana dan Prasarana


Di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading juga dilengkapi fasilitas
perlengkapan medis dan non medis. Perlengkapan medis dan non medis adalah
perlengkapan dan alat-alat tidak habis pakai yang diberikan kepada puskesmas.
Perlengkapan alat-alat medis diantaranya :
1

Basic Equipment

Public

Health

/
Nursing

and

Midwifery kit.
3

Diagnostic

a
l

and

Surgical

Equipment.

Physician ki.

Health Education Equipment.

Laboratory Equipment.

Nebulizer.

Screening

kit

bagi

UKS

di

Puskesmas.
9

Alat-alat Imunisasi.

10 Alat-alat penyuluhan

11 Perangkat peralatan gigi.

12 P

a
p

27

a
n

13 U

14 E

15 T

l
16 S

18 O

17 O

28

i
n

l
o

21 R

19 A

22 K

n
i

B
20 B

23 Test Ishihara

24 Akupunktur
25 Inkubator neonatus

29

Sedangkan perlengkapan non medis yang dimiliki Puskesmas Kecamatan


Kelapa Gading adalah:
1. Meubel
a.

Meja periksa 16 buah

b. Meja rapat 2 buah


c. Meja kerja 40 buah
d. Kursi 60 buah
e.

Bangku tunggu 60 buah

2. Kendaraan/transportasi
a. Mobil puskesmas keliling 2 buah
b. Sepeda motor 9 buah.
3. Perlengkapan kantor
a. Administrasi (formulir,kertas,map,dll)
b. Mesin ketik (portable, elektronik)
c. Mesin hitung
d. Brankas
e. Personal komputer 3 (tiga) unit
f. LCD
4

Alat komunikasi : Telepon, intercom

Alat penerangan : PLN dan generator diesel

Alat Rumah Tangga Kantor :


a

Televisi

Radio kaset/radio

Kulkas

Peralatan dapur

Kasur, bantal, gorden, taplak

Alat-alat kebersihan.

1.2

Kesehatan Lingkungan
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Kesehatan lingkungan dapat
diartikan

sebagai

upaya

untuk melindungi

kesehatan

manusia

melalui

pengelolaan, pengawasan, dan pencegahan faktor-faktor lingkungan yang dapat


mengganggu kesehatan manusia. (Sumengen Sutomo, 1991)
Kesehatan lingkungan merupakan salah satu program dasar dari
Puskesmas termasuk di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading. Tenaga kesehatan
untuk program kesehatan lingkungan di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
memiliki 1 tenaga kesehatan yaitu di Puskemas Kecamatan untuk di Puskesmas
Kelurahan memiliki tenaga kesahatan tetap untuk kesehatan lingkungan.
Setiap pelaksanaan program kesehatan lingkungan Puskesmas Kecamatan
yang melaksanakan, sedangkan Puskesmas Kelurahan memberikan satu tenaga
bantuan. Selain itu Puskesmas Kecamatan dibantu oleh kader dan setiap RT di
kelurahan memiliki satu kader untuk membantu tenaga kesahatan program
kesehatan lingkungan.

1.2.1 Tujuan Kesehatan Lingkungan


Tujuan kesehatan lingkungan secara umum, antara lain:
1.

Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan


ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

2.

Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumbersumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraan hidup manusia.

3.

Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara


masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga non pemerintah
dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.

1.2.2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup
kesehatan lingkungan, yaitu:
1.

Penyediaan air minum

2.

Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

3.

Pembuangan sampah padat

4.

Pengendalian vektor

5.

Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta


manusia

6.

Hygiene makanan, termasuk hygiene susu

7.

Pengendalian pencemaran udara

8.

Pengendalian radiasi

9.

Kesehatan kerja

10.

Pengendalian kebisingan

11.

Perumahan dan pemukiman

12.

Aspek kesling dan transportasi udara

13.

Perencanaan daerah dan perkotaan

14.

Pencegahan kecelakaan

15.

Rekreasi umum dan pariwisata

16.

Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan


keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk

17.

Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin


lingkungan

1.2.3. Sasaran Kesehatan Lingkungan


Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
a.Tempat Umum: hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha
yang sejenis
b.

Lingkungan pemukiman: rumah tinggal, asram/yang sejenis

c.Lingkungan kerja: perkantoran, kawasan industri/yang sejenis

d.

Angkutan umum: kendaraan darat, laut, dan udara yang digunakan


untuk umum

e.Lingkungan lainnya: misalnya bersifat khusus seperti lingkungan yang


berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara
besar-besaran, reactor/tempat yang bersifat khusus.

1.2.4. Upaya Dasar Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kelapa


Gading
1. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU)
Tempat umum adalah suatu bangunan atau tempat yang
dipergunakan untuk sarana pelayanan umum. Suatu tempat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat umum seperti: hotel, terminal, pasar,
rumah sakit, pertokoan, depot air minum isi ulang, bioskop, tempat
wisata, kolam renang, tempat ibadah, restoran.
Tempat umum yang memenuhi syarat : terpenuhinya sanitasi
dasar (seperti air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian
vektor, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria atau
persyaratan atau standar kesehatan.
2. Penyehatan tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Tempat pengolahan makanan (TPM) merupakan suatu bangunan
yang dipergunakan untuk mengelola makanan. Suatu tempat yang
dimanfaatkan oleh masyarakat umum seperti : pengrajin makanan,
jasaboga, pembuat kue, dll.
TPM yang memenuhi syarat: terpenuhinya sanitasi dasar (seperti:
air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vektor,
higiene sanitasi makanan minuman, pencahayaan, dan ventilasi sesuai
dengan kriteria, persyaratan atau standar kesehatan.
3. Pembinaan Sanitasi Depo Air Minum Isi Ulang (AMIU)
Pemeriksaan depot air minum untuk melihat kandungan dalam
air, apakah memenuhi persyaratan untuk konsumsi air minum yang

baik. Program ini dilakukan pada 15 depot air minum yang dapat
mewakili jumlah keseluruhan depot air minum di wilayah tersebut.
Pengambilan sampel AMIU dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun
dan secara berkelanjutan. Pembinaan dilakukan sebelum pengambilan
sampel air. Pemeriksaan sampel air dilakukan oleh Laboratorium
Kesehatan Daerah dengan menggunakan kriteria air minum bersih yang
telah ditetapkan oleh Permenkes RI No.492/MenKes/Per/VI/2010
Tentang Kualitas Air Minum.
4. Pelaksanaan Monitoring PSN
Kegiatan

pemberantasan

sarang

nyamuk

terdiri

dari

perhitungan Angka Bebas Jentik (ABJ) disertai dilakukan kegiatan 3M


(Menguras, Mengubur, dan Menggali) dan Abate.
Jumantik adalah singkatan dari Juru Pemantau Jentik Nyamuk.
Petugas Jumantik berasal dari warga dilingkungan sekitar yang
bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk
demam berdarah, Aedes aegypti dan Aedes albopictus di sarana rumah
tangga, sekolah, sarana usaha, apotik dan sarana prasarana lain di
wilayahnya dan tempat- tempat penampungan air (container) seperti
bak mandi, pot bunga, ember dll. Pemantauan jentik dilakukan lebih
dari satu kali dalam seminggupada pagi hari. Selesai bertugas para
Jumantik harus melaporkan hasil ABJ (Angka Bebas Jentik) dan
CI(Container Index) ke Kelurahan atau Desa masing-masing secara
rutin dan berkesinambungan. Target untuk Angka bebas jentik yang
ingin dicapai oleh tiap kelurahan di Kelapa Gading adalah> 95 %.
Sedangkan Target untuk Container Index yang ingin dicapai oleh tiap
kelurahan di Kelapa Gading adalah < 5 %. Jumantik yang bertugas di
daerah masing-masing, sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dari
dinas terkait. Dalam bertugas jumantik dilengkapi dengan tanda
pengenal, dan perlengkapan berupa alat pemeriksa jentik seperti
cidukan, senter, pipet, wadah-wadah plastik, dan alat tulis.

Kegiatan pemeriksaan sarang nyamuk dilaksanakan oleh petugas


kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gadingdibantu oleh jumantik pada setiap RT dan berkoordinasi dengan
petugas kesehatan lingkungan yang ada di SudinKes Jakarta Pusat.
Tugas para Jumantik dalam kegiatan memantau wilayah tersebut
adalah:
1. Memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat
penampungan air di dalam dan di luar rumah, dan tempat-tempat
yang dapat tergenang air. Apabila dijumpai jentik dan
keadaannya tidak tertutup, maka petugas mencatatnya sambil
memberikan

penyuluhan

agar

dibersihkan

dan

ditutup

rapat(3M). 3M adalah kegiatan menutup tempat penampungan


air, menguras bak mandi dan menguburbarang- barang bekas.
Untuk tempat-tempat air yang sulit dikuras dan dibersihkan
seperti tangki air biasanya tidak diperiksa, tetapi diberikan
bubuk larvasida atau pembunuh jentik, tiga bulan sekali
(ABATE).
2. Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak
membiarkan banyak tumpukan pakaian atau banyak pakaian
yang tergantung di dalam rumah. Ketiga, Mengecek kolam
renang dan kolam ikan agar bebas dari jentik nyamuk. Keempat,
Memeriksa rumah kosong atau tidak berpenghuni untuk melihat
keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air
yang ada.
5. Pemeriksaan Jentik Berkala
PJB adalah kegiatan pemantauan di pemukiman atau
tempat-tempat umum/industri (TTU/I) di desa/kelurahan endemis
dan sporadis pada tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk

Aedes di 100 rumah/bangunan yang dipilih secara acak


dilaksanakan 4 kali setahun (3 bulan sekali).

1.2.5. Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kecamatan


Kelapa Gading Periode Januari-Februari Tahun 2016
1. Penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU)
Hasil kegiatan TTU dilaksanakan pada bulan Januari-Februari
2016. Namun pada periode saat ini baru terlaksana pada Kelurahan
Pegangsaan Dua sehingga data belum lengkap dan belum dapat
ditampilkan.
2. Penyehatan Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Hasil kegiatan TPM dilaksanakan pada bulan Januari-Februari
2016. Didapatkan sebanyak 12 tempat pengolahan makanan yang
memenuhi syarat dan 10 tempat pengolahan makanan yang belum
memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan kurangnya higiene sanitasi
makanan minuman pada tempat pengolahan makanan tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapatkan bahwa penyehatan
tempat pengolahan makanan belum memenuhi target (> 75%).

No

Wilayah

Jumlah
yang ada

Jumlah
yang
diperiksa

Hasil
pemeriksaan
MS

TMS

Keteranga
n

Kelapa Gading
Timur

124

71%

Kelapa Gading
Barat

196

44%

Pegangsaan Dua

88

50%

408

22

12

10

54%

TOTAL

Tabel 1.11. Hasil Pemeriksaan Penyehatan Tempat Pengolahan Makanan di


Wilayah Kecamatan Kelapa Gading Periode Januari Februari 2016

3. Pembinaan Sanitasi Depo


Kegiatan Pembinaan Depo AMIU adalah kegiatan Program
Kesehatan Lingkungan yang merupakan program dari Pemerintah
Daerah. Kegiatan tersebut belum dilaksanakan pada bulan JanuariFebruari 2016 terkait pendanaan puskesmas.
4. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
Hasil kegiatan PSN sesuai hasil pemeriksaan ABJ dilaksanakan
pada bulan Januari-Februari 2016. Untuk target rumah yang diperiksa
telah memenuhi target yaitu >100 rumah tetapi hasil ABJ Kecamatan
Kelapa Gading belum memenuhi target yaitu sebesar ( >95%). Angka
Bebas Jentik adalah persentase rumah yang tidak ditemukan jentik pada
pemeriksaan jentik. Angka bebas jentik ini di peroleh dari suatu survey
jentik (Larva Survey) yang biasanya di lakukan oleh pemerintah
melalui departemen kesehatannya untuk menentukan apakah suatu
wilayah atau daerah sudah bebas jentik atau belum. Sedangkan
Container index adalah container yang menjadi sarang aedes aegypti di
suatu daerah. Untuk target container index (CI) belum memenuhi target
yaitu sebesar (<5%).

Tabel 1.12.Rekapitulasi Program Kesling PSN (Pemberantasan


Sarang Nyamuk) Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari-Februari 2016
No

Kelurahan

Jumlah rumah
Diperiksa

- Jentik

ABJ (%)

Kelapa Gading Barat

186

165

88.7

Kelapa Gading Timur

138

128

92.7

Pegangsaan Dua

160

139

86,8

Kelapa Gading

484

432

89.3

5. Pemeriksaan Jentik Berkala


Hasil kegiatan PJB sesuai hasil pemeriksaan ABJdilaksanakan pada
bulan

Maret 2016 (Triwulan I). Untuk target rumah yang

diperiksa telah memenuhi target yaitu >100 rumah tetapi hasil ABJ
Kecamatan

Kelapa Gading belum memenuhi target yaitu sebesar

(>95%).
Tabel 1.13. Jumlah Rumah Diperiksa, Jumlah Rumah (-) Jentik,
dan ABJ(%)
No.

Kelurahan

Jumlah
Rumah
Diperiksa

Jumlah
Rumah (-)
Jentik

ABJ (%)

100

90

90.0

100

89

89.0

110
310

99
278

90.0
89.6

Kelapa Gading
Barat
Kelapa Gading
Timur
Pegangsaan Dua
Jumlah

1.
2.
3.

1.3

Identifikasi Masalah
Dari lima kegiatan Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Kecematan Kelapa Gading, tidak ada satu kegiatan program belum
dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2016. Kegiatan yang telah
dilaksanakan dengan data target beserta cakupan terdapat untuk kegiatan
TTU, TPM, PSN, dan Sarana Pendidikan.
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) di Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading maka dengan cara menghitung dan membandingkan nilai
kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah

terjadi (observed) akan dipilih satu masalah yang menjadi prioritas utama
untuk diselesaikan.
Dari hasil pemeriksaan (angka bebas jentik) pada Program
Kesehatan Lingkungan yang dievaluasi di Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading periode Januari Februari 2016, maka didapatkan identifikasi
masalah pertama sebagai berikut:
1. Cakupan

sampel

Tempat

Pengolahan

Makanan

pada

kecamatan Kelapa Gading pada periode Januari-Februari 2016


sebesar 55%
2. Cakupan Angka Bebas Jentik

pada se-kecamatan Kelapa

Gading pada periode Januari Februari 2016 sebesar 89,3 %


3. Cakupan Angka Bebas Jentik pada se-kecamatan Kelapa
Gading pada periode Maret 2016 sebesar 89,6 %
1.4.

Rumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah dari program wajib Puskesmas
se-Kelurahan Kelapa Gading maka dipilih program yang menjadi masalah,
dengan cara menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa
yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi (observed),
selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan
yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.
Rumusan masalah dari Program Kesling di Puskesmas adalah sebagai
berikut :
1. Cakupan sampel Tempat Pengolahan Makanan pada sekecamatan Kelapa Gading pada periode Januari-Februari 2016
sebesar 55% tidak mencapai target (> 75%).
2. Cakupan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Angka Bebas
Jentik pada se-kecamatan Kelapa Gading pada periode Januari
Februari 2016 sebesar 89,3 % tidak mencapai target >95%

3. Cakupan Pemeriksaan Jentik Berkala dengan Angka Bebas

Jentik pada se-kecamatan Kelapa Gading pada periode Maret


2016 sebesar 89,6 % tidak mencapai target >95%.

BAB II
2.1

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB


MASALAH
2.1.1 Penetapan Prioritas Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected)
dengan apa yang aktual terjadi (observed). Pada laporan ini, yang diharapkan
merupakan target pada kegiatan dan yang aktual terjadi merupakan data
cakupan yang telah dilaporkan. Perlu ditentukan masalah yang menjadi
prioritas karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan
tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap
awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas
masalah yang harus dipecahkan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring
perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan
secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok
diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah

yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:


1 Menetapkan Kriteria
2 Memberikan bobot masalah
3 Menentukan skoring tiap masalah

2.1.2. Non-Scoring Technique


Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang
lazim digunakan adalah teknik non skoring. Dengan menggunakan teknik ini,
masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut
Nominal Group Technique (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:
A Metode Delbecq

Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui


diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama
keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan
penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman
peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini
adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
BMetode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyaikeahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta
diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa
masalah pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan
tersebut, menjadi prioritas masalah.

2.1.3. Scoring Technique


Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan
teknik skoring antara lain:
A Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
1 Prevalence
Besarnya masalah yang dihadapi
2 Seriousness
Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam
masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka
3
4

kematian akibat masalah kesehatan tersebut.


Manageability
Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya
Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah Kesehatan tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin

dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan


adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris
untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke
bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor
akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai
prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil

yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk
menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
B Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalahmasalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan
digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah :
1. Magnitude
Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang
ditunjukkan dengan angka prevalens.
2. Severity
Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality
rate masing- masing penyakit.
3. Vulnerability
Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk
mengatasi masalah tersebut.
4. Community and political concern
Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau
kegusaran masyarakat dan para politisi.
5. Affordability
Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.
C. METODE MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan
prioritas masalah adalah :
1 Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga
menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam
kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai
berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain,
maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun
2

angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.


Greatest member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk
yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang
berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate.

Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan


cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah
3

program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.


Expanding Scope
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap
sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan
adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak
jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar

sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.


Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa
mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah
ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan,
fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta
ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.

5. Policy
Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah
masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah
masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah
kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian
masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat
lebih obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria
dan bobot yang akan digunakan.
Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang
satu dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang
mempunyai bobot yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas,
didapatkan kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi.
Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah
kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5 : paling penting
Bobot 4 : sangat penting sekali

Bobot 3 : sangat penting


Bobot 2 : penting
Bobot 1 : cukup penting
Dari teknik skoring yang ada ditetapkan untuk digunakan teknik
MCUA atas alasan agar dapat

menilai prioritas masalah secara lebih

sensitive dengan mengatur nilai bobot untuk setiap kriteria.


2.1.4. Emergency
1. Menunjukkan besar kerugian yang timbul. Ini ditunjukkan dengan Case
Fatality Rate (CFR) masing-masing penyakit. ProxyCFR adalah suatu
angka yang digunakan untuk masalah-masalah yang tidak berhubungan
secara langsung dengan penyakit, tetapi dapat mempengaruhi terjadinya
suatu penyakit. Nilai proxyCFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi,
argumentasi, serta justifikasi. Angka proxy yang akan digunakan untuk
masalah CakupanTPM yang memenuhi syarat tidak mencapai target di
Kecamatan Kelapa Gading pada periode Januari Februari 2016
sebesar 54% tidak mencapai target 75% adalah CFR Diare. CFR diare
di Indonesia pada tahun 2012 ditemukan sebesar 1,45% yaitu sebanyak
1450 orang per 100 000 orang penduduk. CFR untuk DBD ditemukan
sebesar 0,7% di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 700 orang
per 100 000 orang penduduk.
Dari jumlah penduduk tersebut berdasarkan CFR, ditentukan skoring berdasarkan
skala per 100 000 penduduk seperti yang dapat terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Penentuan ScoreEmergency dari nilai Proxy
Total Nilai

Score

5 15

16 25

Tabel 2.2
Score
Masalah

No

Masalah

Kesehatan
berdasarkan
pada
Kecamatan

Periode
Februari 2016

Cakupan sampel Tempat Pengelolaan


Makanan
di
TPM
Se
KecamatanKelapa
Gading
pada
periode Januari Februari 2016
sebesar 55%, tidak mencapai target
>75%
Cakupan Pemeriksaan Jentik Berkala
dengan Angka Bebas Jentik pada sekecamatanKelapa
Gading
pada
periode Januari Februari 2016
sebesar 89,6 % tidak mencapai target
>95%.
Cakupan
Pemberantasan Sarang
Nyamuk dengan Angka Bebas Jentik
pada se-kecamatanKelapa Gading
pada periode Maret 2016 sebesar 89,3
% tidak mencapai target >95%

Besar
Masalah
(Target
(%) Pencapaia
n (%))

Proxy

Total
Nilai
(Besar
Masalah
+ Proxy)

Penentuan
Scor
e

Emergency
Program
Lingkungan
proxy CFR

20

Persentase
CFR diare
1,45%

Puskesmas
21,45

Kelapa Gading
Januari 2016

5,7

Persentase
CFR DBD
0,7%

6,4

5,4

Persentase
CFR DBD
0,7%

6,1

Greatest Member
Greatest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena

masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan jumlah penduduk.

Tabel 2.3 Skala Score Greatest Member


Range (%)
0 15.000
15.001 30.000

Skor
1
2

Tabel 2.4 Penentuan Score Greatest Member Program Kesehatan Lingkungan


pada Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari 2016 Februari 2016

No

Masalah

Cakupan
sampel
Tempat
Pengelolaan Makanan di TPM
sekecamatan Kelapa Gading
pada
periode
Januari
Februari 2016 sebesar 55%
tidak mencapai target >75%

Cakupan Pemeriksaan Jentik


Berkala dengan Angka Bebas
Jentik
pada
se-kecematan
Kelapa Gading pada periode
Januari
Februari
2016
sebesar
89,6%
tidak
mencapat target >95 %
Cakupan
Pemeberantasan
Sarang
Nyamuk
dengan
Angka Bebas Jentik pada sekecamatan Kelapa Gading
pada periode Maret 2016
sebesar
89,3
%
tidak
mencapai target >95 %

Besar
Masalah
(Target
(%) Pencapaian
(%))

Jumlah
Pendudu
k

Total Nilai
(Besar
masalah x
jumlah
penduduk
)

Score

138.153

27.630

5,7

138.153

7874

5,4

138. 153

7.460

20

Expanding Scope

Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan


terhadap sektor lain diluar kesehatan, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah
tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan
dengan masalah tersebut.
Untuk keterpaduan lintas program dan sektor diberi nilai 4 karena pada masalah
tersebut dapat menimbukan masalah pada lintas program dan sektor secara
langsung. Keterpaduan lintas sektoral saja diberikan nilai 3 karena masalah
tersebut hanya menimbulkan masalah sektoral secara langsung tanpa keterkaitan
lintas program. Keterpaduan lintas program saja diberikan nilai 2 karena masalah
tersebut hanya menimbulkan masalah antar program secara langsung tanpa
Score

Keterpaduan

Tidak ada keterpaduan lintas


program dan sektor

Ada keterpaduan lintas


program

Ada keterpaduan lintas sektor

Ada keterpaduan lintas


program dan sektor

keterkaitan lintas sektoral. Tidak terdapatnya keterpaduan lintas program dan


sektor diberi nlai 1.
Tabel 2.5 Penentuan Score Pengaruh Sektor

Tabel 2.6. Skoring Expanding Scope Terhadap Program Kesehatan Lingkungan di Kecamatan Kelapa Gading Periode JanuariFebruari 2016

No
Masalah
1
Cakupan sampel Tempat Pengelolaan Makanan di TPM Se
KecamatanKelapa Gading pada periode Januari Februari 2016 sebesar
55%, tidak mencapai target >75%
2

Cakupan Pemeriksaan Jentik Berkala dengan Angka Bebas Jentik pada se- 2
kecamatanKelapa Gading pada periode Januari Februari 2016 sebesar
89,6 % tidak mencapai target >95%.

Cakupan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Angka Bebas Jentik 2


pada se-kecamatanKelapa Gading pada periode Maret 2016 sebesar 89,3 %
tidak mencapai target >95%

Score
4

Feasibility
Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa

mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah
kriteria kualitatif. Oleh karena itu, perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga
penilaian terhadap kriteria ini menjadi objektif.

Adapun parameter yang

digunakan untuk menilai apakah suatu masalah dapat diselesaikan meliputi :


1

Rasio tenaga kerja puskesmas terhadap jumlah penduduk (Sumber Daya


Manusia). Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan
semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga
kesehatan di setiap puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang
menjadi sasaran program kesehatan di masing-masing wilayah puskesmas.
Karena pada masalah yang ditemukan adalah masalah se-kecamatan maka
penentuan scoring rasio tenaga kerja tidak disertakan. Karena tidak ada
perbedaan skor masalah pada se-kecamatan kelapa gading.

Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang


dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu
masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan
oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk

fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut. Kategori fasilitas


digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan alat/obat dan ketersediaan
tempat. Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi, ada namun
kurang mencukupi dan tidak ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari
kegiatan pelaksanaan program tidak ada maasalah yaitu selalu tersedia dan
diberi nilai dua. Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau
terlambat datang, atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai satu. Dan
tidak ada bila tidak tersedia dan diberi nilai nol.

Tabel 2.7. Penentuan Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di


Puskesmas Kecamatan Kelapa GadingPeriode Januari Februari2016
No
Kategori
1 Tempat
2 Alat/ Obat

Ketersediaan
Ada dan memadai
Ada tetapi kurang memadai
Tidak ada
Ada dan lengkap
Ada tetapi kurang
Tidak ada

Score
3
2
1
3
2
1

Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan


Puskesmas penilaian dibagi tiga yaitu tidak ada, kurang dan cukup.
Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala
Puskesmas terkait.

Tabel 2.8. Penentuan Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di


Puskesmas Kecamatan Kelapa GadingPeriode Januari Februari2016
Dana

Score

Ada dan cukup

Ada tetapi kurang

Tidak ada

Tabel 2.9. Penentuan Score Feasibility Program Kesehatan Lingkungan


Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari Februari2016
No

Daftar Masalah

Fasilitas
Tempat Alat/
Obat

Cakupan
sampel
Tempat
Pengelolaan Makanan di TPM
Se Kecamatan Kelapa Gading
pada periode Januari Februari
2016 sebesar 55%, tidak
mencapai target >75%

Cakupan Pemeriksaan Jentik


Berkala dengan Angka Bebas
Jentik
pada se-kecamatan
Kelapa Gading pada periode
Januari Februari 2016 sebesar
89,6 % tidak mencapai target
>95%.

Dan
a

Total

Cakupan Pemberantasan Sarang


Nyamuk dengan Angka Bebas
Jentik
pada
se-kecamatan
Kelapa Gading pada periode
Maret 2016 sebesar 89,3 %
tidak mencapai target >95% .
Feasibility tertinggi pada program Kesehatan lingkungan adalah Cakupan
TPM yang memenuhi syarat tidak mencapai target di Kecamatan Kelapa
Gadingpada periode Januari Februari2016 sebesar 18,18% tidak mencapai target
30% dengan nilai total 8 poin.

Policy
Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari

suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap


masalah

tersebut.

Parameter

yang

concernpemerintah adalah kebijakan

digunakan

untuk

menilai

seberapa

pemerintah yang concern terhadap

permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai


media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling
mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak
memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor
tanpa adanya iklan di media cetak dan elektronik diberikan 1. Sedangkan untuk
iklan di media cetak diberikan nilai 2. Begitupun dengan media elektronik yang
memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan media cetak. Maka
untuk adanya publikasi masalah kesehatan tersebut di media elektronik diberikan
nilai 3.
Total score policy terbesar adalah Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada
se-kecamatanKelapa Gading pada periode Januari Februari 2016 dengan nilai
total 7 poin.

Tabel 2.10. Penentuan Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program


Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode
JanuariFebruari2016
Parameter
Tidak ada kebijakan
Publikasi kebijakan di media
cetak (poster, majalah, koran)
Publikasi kebijakan di media
elektronik (TV, radio, internet)

Score
1
2
3

Tabel 2.11. Penentuan Score Policy Program Kesehatan Lingkungan Terhadap Kegiatan di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Periode Januari-Februari 2016
No

Masalah

Skor

Cakupan sampel Tempat Pengelolaan Makanan di


TPM Se KecamatanKelapa Gading pada periode
Januari Februari 2016 sebesar 55%, tidak
mencapai target >75%

Cakupan Pemeriksaan Jentik Berkala dengan Angka


Bebas Jentik pada se-kecamatanKelapa Gading
pada periode Januari Februari 2016 sebesar 89,6
% tidak mencapai target >95%.

Cakupan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan


Angka Bebas Jentik pada se-kecamatanKelapa
Gading pada periode Maret 2016 sebesar 89,3 %
tidak mencapai target >95%.

Setelah diklasifikasikan berdasarkan lima kriteria di atas, keseluruhan hasil


penghitungan dari kriteria-kriteria tersebut dimasukan ke dalam tabel penentuan
masalah program Kesling menurut metode MCUA untuk dikalikan dengan bobot
masing-masing kriteria. Kemudian hasil perkaliannya dijumlahkan.
Tabel 2.12. Penentuan Masalah Program Kesehatan Lingkungan Menurut
Metode MCUA MS 1-MS 3 di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading Periode
Januari Februari 2016
KRITERIA

No
1
2
3
4
5

Expanding
score
Greatest
Member
Emergency
Feasibilty
Policy
Jumlah
MS

MS 1
BN

MS 2
BN

MS 3
BN

20

10

10

3
2
1

2
9
1

6
18
1
53

1
8
3

3
16
3
36

1
6
3

BOBOT

12
3
32

Cakupan sampel Tempat Pengelolaan Makanan di TPM Se


KecamatanKelapa Gading pada periode Januari Februari 2016
sebesar 55%, tidak mencapai target >75%

Cakupan Pemeriksaan Jentik Berkala dengan Angka Bebas Jentik


pada se-kecamatanKelapa Gading pada periode Maret 2016 sebesar
89,6% tidak mencapai target >95%.

Cakupan Pemberantasan Sarang Nyamuk denganAngka Bebas


Jentik pada se-kecamatanKelapa Gading pada periode JanuariFebruari 2016 sebesar 89,3 % tidak mencapai target >95% .

Berdasarkan perhitungan tabel MCUA dari 3 masalah di atas didapatkan prioritas


masalah sebagai berikut:
1

Cakupan sampel Tempat Pengelolaan Makanan di TPM Se


KecamatanKelapa Gading pada periode Januari Februari 2016
sebesar 55%, tidak mencapai target >75%

Cakupan Pemberantasan SarangNyamuk dengan Angka Bebas


Jentik pada se-kecamatanKelapa Gading pada periode Maret 2016
sebesar 89,3 % tidak mencapai target >95%.

2.2

Mnentukan Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya


ditentukan

kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian

yang ada terlebih dahulu. Pada tahap sebelumnya telah dicoba mencari apa yang
menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang merupakan prioritas. Pada
tahap ini digunakan diagram sebab-akibat yang disebut juga dengan diagram
tulang ikan (fishbone) atau diagram ishikawa. Dengan memanfaatkan pengetahuan
dan dibantu dengan data yang tersedia, dapat disusun berbagai penyebab masalah
secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu
sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya antara lain man
(sumber daya manusia), money (dana), material (sarana), method (cara).
Sedangkan proses merupakan kegiatan sistem. Melalui proses, inputakan diubah
menjadi output, yang terdiri dari:
a. Planning (perencanaan)
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai
dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.
b. Organizing (pengorganisasian)
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya
(potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Actuating (pelaksanaan)
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal
menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah
dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.

d. Controlling (monitoring)
Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
(evaluating) jika terjadi penyimpangan.

2.3 Diagram Ishikawa/Fishbone sampel Cakupan TPM yang memenuhi syarat tidak mencapai target pada Program
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Kecamatan Kelapa GadingPeriode Januari-Februari 2016
Material

Metho

Pembinaan kepada
petugas TPM kurang
efektif

Money

Pertemuan Petugas
Puskesmas dan
petugas TPM jarang.

Kelalaian petugas
Puskesmas dalam menilai
TPM yang bersih dan sehat

Pendanaan
program tidak
tercukupi
Petugas tidak
menganggap
penting

Alat penunjang
program tidak
terpenuhi

kurangnya komunikasi
yang baik antar
petugas puskesmas
dengan petugas TPM

Man

Tidak
menyiapkan alat
untuk program
tersebut

Petugas Puskesmas
menganggap program
sudah berjalan dengan baik

Managemen uang
dialokasikan ke
program yang lain

Pengetahuan
petugas kurang
mengenai syarat
tempat pengelolaan
makanan yang

Cakupan TPM yang


memenuhi syarat di
Kecamatan Kelapa
Gading

pada

periode Januari
Kurangnya
pengetahuan pemilik
warung dalam
mengenali tanda

Terbatasnya waktu
yang dimiliki oleh
pemilik warung
Kurangnya peran
serta pemilik
warung dalam
program TPM

Environm
ent

Program
kekurangan SDM
untuk mengawas

Petugas TPM
tidak
mengontrol
kinerja pemilik
Tidak
menerapkan
sistem
pengelolaan
makanan dengan

Controllin
g

Kurangnya
pembinaan
terhadap pemilikpemilik warung

Kurangnya
komunikasi yang
dilakukan petugas

Petugas jarang
turun ke
lapangan

Tidak
memahami
kondisi
lapangan

Kurangnya kerjasama
antara Ptgs TPM dan
tempat-tempat pengelolaan
makanan

Kinerja petugas TPM


kurang optimal
dalam melakukan
pembinaan pada
Kurangnya
TPM
pemahaman
Kurangnya
pengarahan petugas pengurus program
TPM ke pemilik warungmengenai

Februari

sebesar 55%, tidak


mencapai
75%

Kesalahan
dalam
menentukan
sasaran

pembinaan

Actuatin
g

Organizin
g

2016

Planning

Bagan 2.1DiagramIshikawa/Fishbone Sampel Pengelolaan Makanan di TPM yang memenuhi syarat tidak mencapai target pada
Program Kesehatan Lingkungandi Puskesmas KecamatanKelapa Gading Periode Januari-Februari2016

64

target

2.4 Cakupan Angka Bebas jentik Sekecamatan Kelapa Gading


Cakupan Angka Bebas Jentik pada sekecamatan Kelapa Gading pada periode Maret 2016 sebesar 89,6 % tidak mencapai target >95 %.
Dari diagram fishbone ditemukan sembilan akar penyebab masalah
Method

Material
rial

Man

Money

Distribusidanauntuk program tidak merata


Pelaksana program bekerja dengan tidak fokus

kader jumantik berjalan 1kali dalam 1bulan yang seharusnya 4 kali dalam 1 bulan

Alat penunjang program tidak dipenuhi


keterbatasan
dana untuk
perencanaan
pelaksanaan
program.
Cakupan
Angka
Bebas dan
Jentik
pada
sekecamatan
Kelapa
pada
Pelaksana
program
melaksanakan
seluruh Gading
program sendiri

periode Mar

etugas jumantik tidak dilakukan secara berkala dan pelaksanaan yang tidak tepat waktu
Anggaran yang turun tidak tepat waktu untuk pelaksanaan dan perencanaan program
Tenaga untuk melaksanakan program tidak memadai
Alat dan bahan untuk kegiatanPSN terbatas

Jumlah penduduk padat dan jalanan sempit


PSN pada
saat
jam kesehatan
kerja
Koordinasi
antara
petugas
dan petugas jumantik tidak berjalan dengan baik
Pengawasan untuk programPelaksanaan
tidak maksimal

Kurangnya sosialisasi pencapaian target kepada petugas jumantik

Wilayah kerja tersebar luas dan akses sulit

Kegiatan PSN hanya dilakukan dibeberapa tatanan


Penduduk tidak berada dirumah saat dilaksanaan PSN

Program yang dilaksanakan oleh pelaksana lebih dari satu

Petugas puskesmas dan petugas jumantik tidak merencanakan kegiatan dengan matang

Tempat melakukan program jauh dari puskesmas

Kurangnyapelatihanpetugasuntuk program PSN dan


pertemuan
dengan
petugaskader
jumantik.
Tumpang
tindih
pekerjaan
saat di lapangan

Environment

Controlling

Actuating

Organizing

Planning

hbone Cakupan Angka Bebas Jentik pada sekecamatan Kelapa Gading pada periode Maret 2016 dengan rata-rata 89,6%% tidak mencapai65tartarget >95

2.3 Akar Penyebab pada masalah Cakupan TPM yang memenuhi syarat di Kecamatan
Kelapa Gading pada periode Januari Februari2016 sebesar 18,18%, tidak mencapai target
30%
1

Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :


a. Man
Pengetahuan petugas kurang mengenai syarat tempat pengelolaan makanan

yang bersih dan sehat


b. Money
Managemen uang dialokasikan ke program yang lain
c. Material
Tidak menyiapkan alat untuk program tersebut
d. Method
Pertemuan Petugas Puskesmas dan petugas TPM jarang.
2. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :
a. Planning
Petugas jarang turun ke lapangan
b. Organizing
Kurangnya komunikasi yang dilakukan petugas TPM
c. Actuating
Kurangnya pembinaan terhadap pemilik warung
d. Controlling
Program kekurangan SDM untuk mengawasi pemilik-pemilik warung
3. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkunganadalah:
a. Environment
Kurangnya pengetahuan pemilik warung dalam mengenali tanda bahaya TPM
tidak bersih
Dari Sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan dua akar
penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Dua akar penyebab masalah yang paling
dominan tersebut yang didapatkan dari wawancara penanggung jawab program
kesehatan lingkungan di puskesmas kecamatan Kelapa Gading. Masalah tersebut
berupa:
1.
Pengetahuan petugas kurang mengenai syarat tempat pengelolaan makanan
yang bersih dan sehat (Man).
2.
Program kekurangan SDM untuk mengawas pemilik-pemilik warung
(Controlling)

66

2.4 Akar Penyebab pada masalah Cakupan Pemeriksaan Jentik Berkala dengan Angka Bebas
Jentik pada se-kecamatan Kelapa Gading pada periode Maret 2016 sebesar 89,6 % tidak
mencapai target >95 %.
1. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :
a. Man
Tenaga untuk melaksanakan program tidak memadai
b. Money
Anggaran yang turun tidak tepat waktu untuk pelaksanaan dan perencanaan
program
c. Material
Alat dan bahan untuk kegiatan PSN terbatas
d. Method
Pembinaan petugas jumantik tidak dilakukan secara berkala dan pelaksanaan
yang tidak tepat waktu
2. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah :
a. Planning
Kurangnya sosialisasi pencapaian target kepada petugas jumantik
b. Organizing
Koordinasi antara petugas kesehatan dan petugas jumantik tidak berjalan
dengan baik
c. Actuating
Pelaksanaan PSN pada saat jam kerja
d. Controlling
Pengawasan untuk program tidak maksimal.
3. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkunganadalah:
a. Environment
Jumlah penduduk padat dan jalanan sempit.
Dari Sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar
penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Tiga akar penyebab masalah yang paling
dominan tersebut yang didapatkan dari wawancara penanggung jawab program
67

kesehatan lingkungan di puskesmas kecamatan kelapa gading. Masalah tersebut


berupa:
1. Anggaran yang turun tidak tepat waktu untuk pelaksanaan dan
perencanaan program. (Money).
2. Koordinasi antara petugas kesehatan dan petugas jumantik tidak berjalan
dengan baik (Organizing)
3. Pelaksanaan PSN pada saat jam kerja (Actuating)

68

BAB III
MENETAPKAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
3.1. Menetapkan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah menentukan penyebab masalah yang paling dominan, untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan akar penyebab masalah yang paling dominan
tersebut maka ditentukan beberapa alternative pemecahan masalah. Penetapan
alternative pemecahan masalah dengan menggunakan metode MCUA (Multiple
Criteria Utility Assesment), yaitu dengan memberikan skoring 1 3 pada bobot
berdasarkan hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi kelompok.
Parameter diletakkan pada baris, sedangkan alternative diletakkan pada kolom.
Selanjutnya kepada setiap masalah diberikan nilai dari kolom kiri kekanan sehingga
hasil yang didapatkan merupakan perkalian antara bobot criteria dengan skor dari
setiap alternative masalah dan dijumlahkan tiap baris menurut setiap criteria
berdasarkan masing masing alternative masalah tersebut.
Kriteria dalam penetapan alternative masalah yang terbaik adalah :
1. Mudah dilaksanakan.
Diberi nilai terbesar jika alternative masalah tersebut paling mudah dilaksanakan
dan diberi nilai terkecil jika masalah yang paling sulit dilaksanakan.
2. Murah biayanya.
Diberi nilai terbesar jika alternative masalah paling murah biayanya dan diberi
nilai terkecil jika biaya yang paling mahal untuk pelaksanaan.
3. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama.
Diberi nilai terbesar jika alternative masalah tersebut waktu penerapan sampai
masalah terpecahkan tidak lama untuk dilaksanakan dan diberi nilai terkecil jika
waktu penerapan sampai masalah terpecahkan lama.
4. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna
Diberi nilai terbesar jika alternative masalah dapat memecahkan masalah dengan
sempurna dan diberi nilai terkecil jika masalah tidak dapat memecahkan
masalah dengan sempurna.
69

3.2 Alternatif pemecahan masalah pada cakupan sampel Tempat Pengolahan Makanan
pada se-kecamatan Kelapa Gading pada periode Januari-Februari 2016 sebesar 55%
tidak mencapai target (> 75%).
Dari dua akarpenyebab masalah yang paling dominan, ditetapkan alternatif pemecahan
masalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Akar penyebab masalah dan alternatif pemecahan masalah
NO

AKAR PENYEBAB MASALAH

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Pengetahuan petugas kurang


mengenai syarat tempat pengelolaan
makanan yang bersih dan sehat
(Man).

Peningkatan Pengetahuan petugas dengan


melaksanakan penyuluhan/pembinaan
tentang pengelolaan makanan sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh
DepKes

Program kekurangan SDM untuk


mengawas pemilik-pemilik warung

Memperkerjakan pekerja honorer untuk


membantu mengawas TPM

(Controlling)

Tabel 3.2 Proporsi Cakupan TPM yang memenuhi syarat di Kecamatan KelapaGading
pada periode Januari Februari 2016
No

Parameter

Bobot

Dapat memecahkan masalah dengan sempurna

2
3
4

AL 1
N BN
3
6

AL 2
N BN
3
6

Mudah dilaksanakan

Waktu penerapannya sampai masalah


terpecahkan tidak lama
Murah biayanya

Jumlah

24

22

70

Keterangan :
AL-1

Peningkatan

pengetahuan

petugas

dengan

melaksanakan

penyuluhan/pembinaan tentang pengelolaan makanan sesuai dengan yang telah


ditetapkan oleh DepKes.
AL-2 : Menentukan kader dari masyarakat untuk membantu mengawas TPM.

Dari hasil penetapan alternative pemecahan masalah dengan menggunakan metode


MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Peningkatan Pengetahuan petugas dengan melaksanakan penyuluhan/pembinaan
tentang pengelolaan makanan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh DepKes
2. Menentukan kader dari masyarakat untuk membantu mengawas TPM.

71

3.3 Alternatif pemecahan masalah Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada sekecamatan Kelapa Gading pada periode Maret 2016 dengan cakupan ABJ pada sekecamatan Kelapa Gading sebesar 89,6 % tidak mencapai target >95%
Dari tiga akarpenyebab masalah yang paling dominan, ditetapkan alternatif pemecahan
masalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Akar penyebab masalah dan alternatif pemecahan masalah
NO

AKAR PENYEBAB MASALAH

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Anggaran yang turun tidak tepat


waktu untuk pelaksanaan dan
perencanaan program (Money).

Mencari sumber dana lain untuk


pelaksanaan program

Koordinasi petugas kesehatan dan


petugas jumantik tidak berjalan
dengan baik (organising)

Dilakukan pelatihan komunikasi anatar


petugas kesehatan dengan jumantik

Pelaksanaan PSN pada saat jam


kerja (Actuating)

Pelaksanaan dilakukan pada hari libur


dengan melakukan koordinasi dengan
RT/RW setempat

72

Tabel

3.4.

Proporsi

Cakupan

sampel

Rekapitulasi

PJB

pada

se-

kecamatanKelapaGading pada periode Maret 2016


No
1

Parameter
Dapat

memecahkan

Bobot
masalah

AL 1

AL 2

AL-3

N
3

BN
6

N
3

BN
6

N
3

BN
6

dengan sempurna

Mudah dilaksanakan

Waktu

penerapannya

sampai

masalah terpecahkan tidak lama

Murahbiayanya
Jumlah

24

22

19

Keterangan :
AL-1 : Mencari sumber dana lain untuk pelaksanaan program
AL-2 :Dilakukan pelatihan komunikasi antara petugas kesehatan dengan jumantik
AL-3 : Pelaksanaan dilakukan pada hari libur dengan melakukan koordinasi dengan
RT/RW setempat
Dari hasil penetapan alternative pemecahan masalah dengan menggunakan metode
MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:
3. Mencari sumber dana lain untuk pelaksanaan program
4. Dilakukan pelatihan komunikasi anatara petugas kesehatan dengan jumantik
5. Pelaksanaan dilakukan pada hari libur dengan melakukan koordinasi dengan RT/RW
setempat.

73

BAB IV
RENCANA USULAN DAN RENCANA PELAKSANAANKEGIATAN PEMECAHAN
MASALAH

4.1. Menyusun Rencana Pemecahan Masalah


Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah maka sampailah pada
tahap penyusunan rencana pemecahan masalah. Dalam tahap ini, diharapkan dapat
mengambil keputusan-keputusan untuk memecahkan akar masalah yang dianggap paling
dominan. Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok
yang dipandang paling penting dan akan dilakukan menurut urutannya guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan rencana
memecahkan masalah.

4.1.1 Cakupan TPM yang memenuhi syarat di Kecamatan Kelapa Gading


Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah dari kegiatan
meningkatkan cakupan target 30%pada Januari Februari 2016 di kecamatan Kelapa
Gading, maka dibuat rencana usulan kegiatan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

4.1.2 Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada se-kecamatan Kelapa Gading


Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah dari kegiatan
meningkatkan cakupan target > 95% PJBpada Maret 2016 di Wilayah Puskesmas seKecamatan Kelapa Gadingyang didapatkan dalam BAB III, maka dibuat rencana
usulan kegiatan yang dapat dilihat pada Tabel 4.2

74

Tabel 4.1 Rencana Pemecahan Masalah Untuk Cakupan TPM yang memenuhi syarat di Kecamatan Kelapa Gading
periode Januari - Februari 2016
No

ALTERNATIF

1.

Peningkatan
Pengetahuan
petugas dengan
melaksanakan
penyuluhan/pembin
aan tentang
pengelolaan
makanan sesuai
dengan yang telah
ditetapkan oleh
DepKes

2.

Menentukan kader
dari masyarakat
untuk membantu
mengawas TPM

RENCANA
KEGIATAN
Melakukan
pertemuan rutin
antara petugas
puskesmas dan
petugas.TPM
Mengevaluasi
metode, alat, dan
jadwal perawatan
pengelolaan makanan

Melakukan
pertemuan rutin
antara petugas TPM
kecamatan dengan
petugas TPM
kelurahan

TARGET
1. Diadakannya
pertemuan rutin antara
petugas puskesmas
dan petugas TPM
2.Penyesuaian metode dan
jadwal perawatan alatalat pengelolaan
makanan

Diadakannya
pertemuan rutin
antara petugas
TPM kecamatan
dan dan petugas
TPM kelurahan

VOLUME
KEGIATAN
2x/tahun

Rp. 2.555.000,-/kegiatan

Dilaksanakan
setiap bulan
(juni dan
Desember)
pada minggu I

2x/tahun

Rp. 2.555.000,-/kegiatan

Dilaksanakan
setiap bulan
(November dan
Desember)
pada minggu I

2x/tahun

Rp. 2.555.000,-/kegiatan

Dilaksanakan
setiap bulan
(juuly dan
Desember)
pada minggu I

2x/tahun

BIAYA

KETERANGAN

Dilaksanakan
setiap bulan
(November dan
Desember)
pada minggu I

75

Tabel 4.2 Rencana Pemecahan Masalah Untuk Cakupan sampel Rekapitulasi PJB pada se-Kecamatan Kelapa Gading
periode Maret 2016

No
1.

2.

ALTERNATIF

Mencari sumber
dana lain untuk
pelaksanaan
program

Dilakukan pelatihan
komunikasi antar
petugas kesehatan
dengan jumantik

RENCANA
KEGIATAN
Melakukan kegiatan
penjualan barang
yang berupa pin dan
kaos yang berisi
tentang penyuluhan
kesehatan.
Menghitung hasil
jumlah penjualan
barang yang sudah
terjual.

Melakukan kegiatan
pelatihan komunikasi
antar petugas
kesehatan dengan
jumantik

TARGET
1.Penjualan barang
terjual semua.

2. dana yang terkumpul


mencukupi untuk
pelaksanaan program.

1. Diadakan
kegiatan
pelatihan
komunikasi
antar petugas
kesehatan
dengan
jumantik

VOLUME
KEGIATAN
12x/tahun

BIAYA

KETERANGAN

Biaya operasional
Rp. 1.475.000,-/kegiatan

Dilaksanakan
setiap bulan
pada minggu I

6x/tahun

Biaya operasional
Rp. 300.000,-/kegiatan

Dilaksanakan
setiap 2 bulan
1 kali pada
minggu II

4x/tahun

Biaya operasional
Rp. 2.555.000,-/kegiatan

Dilaksanakan
setiap 3 bulan 1
kali pada Minggu
1

76

No
3.

ALTERNATIF

Pelaksanaan
dilakukan pada hari
libur dengan
melakukan
koordinasi dengan
RT/RW setempat.

RENCANA
KEGIATAN
Membuat jadwal
piket perencanaan
kegiaatan PJBdengan

koordinasi melalui
RT/RW setempat
pada pagi hari pukul

TARGET

1. Terbentuknya jadwal

VOLUME
KEGIATAN
4X/Tahun

BIAYA
Biaya operasional
Rp. 1.200.000,-

piket PJB untuk


kegiatan PSN pada
pagi hari pukul 10.00

KETERANGAN
Dilaksanakan setiap
3 bulan sekali

10.00

Mengevaluasi hasil
kegiatan piket PJB.

1. Kegiatan PJB tercapai


semua

4x/ tahun

Biaya operasional
Rp. 655.000,-

Dilaksanakan setiap
3 bulan sekali

77

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Ada satu program kesehatan dasar Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yang
dievaluasi, yaitu program Kesehatan Lingkungan. Dan didapatkan dua masalah yang
teridentifikasi sehingga didapatkan dua prioritas masalah selama periode Januari s/d
Februari 2016, yaitu Cakupan TPM yang memenuhi syarat di Kecamatan Kelapa
Gading pada periode Januari - Februari 2016 sebesar 55%, tidak mencapai target
yaitu 75% dan Cakupan Pemeriksaan Jentik Berkala dengan Angka Bebas Jentik
pada se-kecamatan Kelapa Gading pada periode Maret 2016 sebesar 89,6% tidak
mencapai target >95 %.
Setelah mencari kemungkinan penyebab masalah dengan diagram sebab akibat dari
Ishikawa atau fishbone di dapatkan akar-akar masalah dari setiap program di atas,
seperti yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya. Setelah ditemukan akar-akar
masalah setiap program, didapatkan

akar

penyebab masalah yang dominan serta

alternatif cara pemecahan masalah.


Akar penyebab masalah yang paling dominan pada masalah Cakupan TPM yang
memenuhi syarat di Kecamatan Kelapa Gading pada periode Januari Februari
2016 sebesar 55%, tidak mencapai target yaitu 75%:
1. Pengetahuan petugas kurang mengenai syarat tempat pengelolaan makanan yang
bersih dan sehat (Man).
2. Program kekurangan SDM untuk mengawas pemilik-pemilik warung
(Controlling)

78

Akar penyebab masalah yang paling dominan pada masalah Cakupan


Pemeriksaan Jentik Berkala dengan Angka Bebas Jentik pada se-kecamatan
Kelapa Gading pada periode Maret 2016 sebesar 89,6% tidak mencapai target >95
%.
1. Anggaran yang turun tidak tepat waktu untuk pelaksanaan dan perencanaan
program (Money)
2. Koordinasi petugas kesehatan dan petugas jumantik tidak berjalan dengan baik
(organising)
3.Pelaksanaan PSN pada saat jam kerja (Actuating)

1.2. Saran
Berdasarkan permasalahan program kesehatan dasar tersebut disarankan atau
direkomendasikan kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Kelapa Gadingsebagai berikut:
a) Memberikan pembinaan kepada petugas TPM mengenai pentingnya merawat dan
menjaga kebersihan pengelolaan makanan untuk kesehatan warga.
b) Meningkatkan pembinaan petugas TPM oleh Puskesmas.
c) Diadakan evaluasi setiap pertemuan agar target TPM tercapai oleh puskesmas
d) Evaluasi hasil kegiatan.
e) Memberikan pembinaan kepada kader jumantik mengenai pentingnya merawat
dan menjaga kebersihan pengelolaan makanan untuk kesehatan warga.

79

Anda mungkin juga menyukai