Anda di halaman 1dari 11

PRINSIP, KONSEP DAN PRAKTIK DALAM PROSTHODONTIK-1994

DEFINISI
1. Prostodontik adalah cabang ilmu dari kedokteran gigi yang berkaitan erat
dengan restorasi dan fungsi pemeliharaan oral, kenyamanan, penampilan,
dan kesehatan dari pasien dengan restorasi gigi permanen dan/atau
menggantikan gigi permanen yang hilang serta jaringan maksilofasial
dengan pengganti artifisial.
2. Prostodontik cekat adalah cabang ilmu dari prostodontik yang berfokus pada
penggantian dan/atau restorasi gigi dengan pengganti artifisial yang tidak
dicekatkan di dalam mulut.
3. Prostodontik lepasan adalah cabang ilmu dari prostodontik yang berfokus
pada penggantian gigi dan struktur yang berdekatan untuk pasien edentoulus
atau sebagian edentoulus dengan pengganti artifisial yang dapat dilepas dari
dalam mulut.
4. Maksilofasial prostetik adalah cabang ilmu dari prostodontik yang berfokus
pada restorasi dan/atau penggantian system stomagtognatik dan terkait
dengan struktur wajah menggunakan pengganti artifisial yang dapat dilepas
atau tidak dilepas.
5. Prostodontik implan adalah fase kedokteran gigi yang berfokus pada fase
restoratif dalam penempatan implan.

DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN


A. Mengumpulkan Informasi dalam Menentukan Diagnosis
1. Diagnosis adalah evaluasi ilmiah dari kondisi yang ada.

2. Pada kunjungan pertama, pasien harus didorong untuk menggambarkan


riwayat medis dan riwayat perawatan gigi. Dokter gigi harus memberikan
perhatian dan mencatat kekhawatiran pasien serta harapan pasien.
3. Sebuah daftar pertanyaan mengenai riwayat gigi sebelumnya, dapat
mengarahkan pasien untuk terbuka dalam memberikan informasi.
4. Diagnosis mungkin memerlukan informasi dari satu atau lebih sumber dari
berikut : riwayat medis dan perawatan gigi, pemeriksaan klinis, radiografi,
mode; diagnostik, konsultasi dengan praktisi kesehatan lainnya.
5. Tes, prosedur retreatment seperti protesis diagnostik, percobaan protesis,
dan operasi dapat memberikan informasi tambahan.
6. Pasien harus dianggap sebagai pembawa potensi penyakit menular. Dokter
gigi harus mengikuti pedoman saat ini dari American Dental Association
(ADA), Pusat AS untuk mengontrol penyakit dan Occupational Safety and
Health Association(OSHA) selama perawatan pasien.
7. Model diagnostik dipasang dengan benar biasanya diperlukan untuk
menentukan diagnosis dan rencana perawatan.
B. Pemeriksaan
1. Bentuk pemeriksaan yang sudah terstandarisasi dapat digunakan untuk
mencatat data selama pemeriksaan.
2. Rongga mulut, faring terlihat, struktur paraoral, dan kelenjar getah bening
harus diperiksa. Pasien berkebutuhan khusus mungkin memerlukan
pemeriksaan tambahan seperti analisis bicara, penilaian psikososial, analisis
oklusal, sialografi, diagnostic sounding procedure, foto, dan mekanisme
pengujian lainnya.
3. Semua pasien dengan gigi normal akan menerima seluruhnya pemeriksaan
periodontal klinis dan pemeriksaan radiografi, kedalaman poket, dan
evaluasi status periodontal.

4. Dokter gigi harus mengidentifikasi dan mencatat setiap proses penyakit aktif
serta efek yang ditimbulkan dari penyakit tersebut. Ketika diindikasikan,
dokter gigi harus merujuk pasien tersebut ke professional untuk menentukan
diagnosis dan rencana perawatan.
5. Penilaian kondisi berikut ini penting untuk pemeriksaan periodontal :
a) Gross periodontal pathosis termasuk evaluasi topografi gingiva dan
struktur sekitar.
b) Keberadaan dan tingkat inflamasi gingiva.
c) Kedalaman poket periodontal untuk menentukan level perlekatan
dan untuk memberikan informasi tentang kesehatan daerah
subgingiva.
d) Kemunculan dan distribusi plak dan kalkulus.
e) Tingkat mobilitas gigi.
f) Jumlah yang mencukupi dari kualitas diagnostik radiografi.
g) Mengdokumentasikan kehilangan dari gingiva cekat.
6. Prosedur eksplorasi bedah harus dirujuk ke dokter bedah yang tepat.
7. Mukosa mulut berubah di bawah gigi tiruan lepasan yang telah digunakan.
8. Bruxism dapat menghasilkan perubahan destruktif dalam mendukung
jaringan gigi tiruan lepasan.
9. Respon yang menguntungkan untuk menahan beban dari protesis telah
diobservasi di kedua tulang padat dan porotik. Namun kepadatan tulang
terlihat pada radiografi tidak selalu mampu memprediksi respon tulang
untuk menahan beban.
10. Resorpsi tulang dapat disebabkan oleh banyak faktor.
11. Bila memungkinkan, kesehatan periodontal yang optimal harus dilakukan
sebelum selesainya definitif restoratif dan perawatan prostetik. Pemeriksaan
periodontal harus berkontribusi menyeluruh untuk diagnosis yang dapat
membantu menentukan rencana perawatan yang logis. Sumber dari
periodontis mungkin akan membantu.
C. Faktor di dalam Diagnosis

1. Untuk pasien yang cacat dibagian wajah, evaluasi psikososial dapat menjadi
bantuan berharga untuk diagnosis dan perkembangan rencana perawatan.
2. Faktor-faktor meningkatkan kemampuan diagnostik termasuk pengetahuan
anatomi yang mendalam, embriologi, histologi, fisiologi, mikrobiologi,
patologi, psikologi, biokimia, farmakologi, dan fisiologi fungsi oral.
3. Cacat maksilofasial mungkin disebabkan faktor kongenital, yang diperoleh,
dan perkembangan.
4. Pola pertumbuhan normal harus dipahami sehingga penyimpangan dapat
dikenali dan dievaluasi.
5. Proses penyembuhan dari jaringan keras-lunak mulut dan perioral harus
dipahami.
6. Peradangan dapat menyebabkan perubahan pada penampilan dan fungsi dari
mukosa mulut.
7. Efek dan interaksi obat harus dipahami oleh pasien dan dokter.
8. Penuaan adalah faktor penyebab perubahan pada jaringan tubuh, organ, dan
fungsi yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap protesa.
9. Pengurangan dimensi pada tulang yang mendukung protesa dapat
menyebabkan hilangnya dimensi vertikal oklusi.
10. Menentukan dimensi vertikal oklusi biasanya dilakukan penilaian.
Umumnya metode dan pedoman yang digunakan mencakup berikut :
a) Sebuah pengukuran kurang dari 3 mm pada posisi istirahat
fisiologis.
b) Evaluasi dari ruang bicara terdekat.
c) Pilihan pasien.
d) Menggigit soft wax berbentuk kerucut.
e) Relative parallelism of ridges.
f) Penampilan umum dari midfasial.
11. Dimensi vertikal dari posisi istirahat postural sering berubah.
12. Sebuah catatan dari hubungan maksilomandibula dengan mandibular pada
terminal hinge position dianggap perlu menjadi komponen diagnosis
komprehensif.

13. Mengubah dimensi vertikal membutuhkan pertimbangan kritis. Ketika


dimensi vertikal diubah, masa percobaan posisi baru dapat digunakan untuk
memastikan apakah posisi baru diterima secara fisiologis.
14. Oklusi setiap pasien yang ditentukan oleh prosedur prostodontik harus
dievaluasi ulang secara berkala.
15. Dalam intercuspation maksimum, semua gigi posterior harus serentak
berkontak.
16. Penggeseran kontak oklusal dapat menyebabkan posisi rahang bawah
bergeser.
17. Kondisi sistemik harus diidentifikasi untuk memperoleh rencana perawatan
yang adekuat. Kondisi sistemik dapat mempengaruhi etiologi, pathogenesis,
dan perawatan penyakit periodontal. Kondisi sistemik memiliki potensi
untuk mengubah kesehatan periodontal.
D. Pertimbangan Rencana Perawatan
1. Struktur yang memberikan dukungan yang penting, stabilitas, dan retensi
untuk protesa maksilofasial harus dipertahankan.
2. Prosedur perawatan untuk pasien yang akan dirawat dengan implan gigi,
harus membuat artikulasi model diagnostik dengan percobaan penyusunan
gigi tiruan pada basis percobaan gigi tiruan. Sebuah presurgical diagnosis
prostodontik sangat penting untuk menentukan lokasi dan sudut implan.
3. Pemilihan gigi tiruan sebagian tetap atau lepasan sebagian besar tergantung
pada jumlah, lokasi, kondisi, mendukung struktur gigi sandaran dan ukuran
serta kontur ruang edentolus.

PROGNOSIS

1. Sebuah prognosis adalah pendapat atau penilaian mengenai prospek


keberhasilan terapi dan pemulihan. Karena prognosis adalah kemungkinan
hasil perawatan, prognosis diberikan sebelum perawatan dimulai.
2. Kebersihan mulut baik dan kontrol plak positif mempengaruhi gigi dan
umur yang panjang bagi restorasi.
3. Rongga mulut harus sehat sebelum penempatan definitif restorasi.
4. Pilihan yang tepat dari bahan dan eksekusi yang terampil dari perawatan
meningkatkan keberhasilan perawatan.
5. Adaptasi jaringan dan kemampuan beradaptasi pasien mempengaruhi
prognosis untuk protesa pendukung jaringan.
6. Dokter dan kompabilitas pasien serta cara dokter selama perawatan
mempengaruhi keberhasilan perawatan.
7. Status keadaan umum dan gizi dapat mempengaruhi kemampuan pasien
untuk menggunakan protesa apapun.
8. Faktor psikologis yang dapat menimbulkan hambatan harus diatasi agar
pemakaian gigi tiruan sukses.
9. Cacat fisik yang menjadi lebih besar, kesuksesan dalam pemakaian protesa
cenderung dikompromikan.

PERAWATAN PRERESTORATIF
Sistemik dan Lokal
1. Terjadi perubahan pada mukosa mulut mungkin manifestasi dari gangguan
sistemik seperti diabetes, avitaminosis, atau ketidakseimbangan hormon.
Hal ini mungkin menunjukkan kebutuhan untuk terapi suportif sebelum
memulai perawatan prostodontik.
2. Konseling diet mungkin bermanfaat bagi pasien prostodontik dengan respon
jaringan yang tidak menguntungkan, terutama individu usia lanjut.

3. Persiapan yang tepat dari struktur mulut yang tersisa meningkatkan


keberhasilan perawatan gigi tiruan lepasan.
4. Menyiapkan mukosa mulut dan otot orofacial pada pasien gigi tiruan
lepasan menjadi sesuatu yang penting.
5. Status emosional pasien dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan
prostodontik.
6. Gigi tiruan yang merangsang pasien untuk tersedak, mungkin memiliki
komponen psikologis.

Edukasi Pasien
1. Pasien yang memiliki informasi biasanya lebih reseptif dan kooperatif
daripada pasien yang kurang informasi.
2. Perawatan gigi tiruan bersifat individu dan tidak dapat distandarkan.
3. Berbicara tentang perawatan prostodontik lebih diinginkan dari fokus hanya
pada pembuatan gigi tiruan.
4. Pasien harus diedukasi tentang nilai dan keuntungan yang didapatkan dari
pemakaian gigi tiruan lengkap.
5. Seorang calon pasien harus diberitahu bahwa adaptasi neuromuscular
berkontribusi untuk keberhasilan dalam memakai protesa lepasan.
6. Informasi secara lisan dan cetak dapat membantu pasien memahami dan
menerima tujuan dari perawatan.
7. Edukasi, instruksi, dan diskusi tentang perawatan gigi harus berlanjut
selama masa pengobatan dan selama kunjungan berkala.
8. Perawatan gigi sukses meningkat apabila pasien mempraktikkan cara
menjaga kebersihan mulut dengan benar. Dokter gigi bertanggung jawab
mengajarkan prosedur tersebut dan pasien bertanggung jawab pada
pelaksanaannya.

9. Pasien harus diberitahu bahwa resorpsi residual ridge dapat terjadi dalam
berbagai derajat tidak terduga. Hal ini akan mempengaruhi adaptasi dan
fungsi gigi tiruan mereka.
10. Pasien harus dianjurkan untuk tidak menggunakan "do-it-yourself" alat
pelapisan ulang gigi tiruan karena berbahaya.
11. Instruksi kontrol plak dan periodik profilaksis harus sering menjadi bagian
dari perawatan untuk pasien yang sedang dalam perawatan terapi radiasi
kepala atau leher. Sebuah ujian bicara menjadi hal sangat penting. Fluoride
harus digunakan setiap hari.
12. Edukasi pasien dan kontrol penyakit mencakup berikut :
a) Pelajaran tentang diagnosis, etiologi, dan konsekuensi dari penyakit.
b) Pelatihan kontrol plak pribadi dan perawatan dari restorasi prostetik
13. Sebelum selesai perawatan, pasien harus diberi informasi berikut :
a) Prognosis, baik periodontal atau prostetik, dipengaruhi oleh diet,
faktor sistemik, dan kemampuan mereka untuk menjaga rongga
mulut bebas dari plak.
b) Walaupun perawatan yang dilakukan oleh professional tepat dan
perawatan pribadi, penyakit periodontal masih bisa terjadi.
c) Prognosis yang meragukan dalam mempertahankan gigi setelah
terapi periodontal dapat membahayakan umur dari restorasi. Bila
memungkinkan, gigi tersebut harus diekstraksi sebelum atau selama
terapi periodontal.

Perawatan Struktur Oral


1. Setiap prosedur perawatan harus diarahkan untuk menjaga jaringan mulut
dan fungsi normal sebisa mungkin.

2. Sebelum struktur yang hilang digantikan dengan protesa, patosis dari


jaringan lunak dan keras mulut harus diperbaiki bila memungkinkan.
Prosedur perawatan (tidak dalam urutan prioritas) mencakup berikut :
a) Terapi periodontal
b) Prosedur operasi oral, termasuk penempatan implan
c) Koreksi oklusal
d) Konservasi gigi
e) Endodontik
f) Ortodonti
g) Mahkota dan/atau gigi tiruan cekat parsial untuk mengembalikan
hubungan fungsional.
3. Oklusi traumatik harus dirawat dengan tepat. Perawatan mungkin termasuk
splints

interoklusal,restorasi

oklusal,

penyesuaian

oklusal

selektif,

pembedahan, orthodonti, pelatihan otot, atau metode perbaikan lainnya.


4. Sebelum dibuat protesa lepasan, program pengkondisian jaringan harus
dipertimbangkan ketika jaringan lunak meradang, iritasi, atau terdistorsi.
5. Jika pemeriksaan menunjukkan adanya penyakit periodontal, konsultasi
periodontal harus dilaksanakan.
6. Sebelum persiapan terakhir dari gigi sandaran, periodontal patosis harus
dilakukan, dan kesehatan periodontal harus dilakukan.
7. Ketika seorang pasien dirujuk ke seorang periodontis, prostodontik yang
merencanakan perawatan harus menulis permintaan surat rujukan.
Periodontis harus diberitahu tentang kriteria gigi yang tersisa harus
memenuhi syarat apabila gigi tersebut harus dipertahankan sebagai bagian
rencana perawatan prostodontik.
8. Rencana perawatan periodontal termasuk berikut:
a) Instruksi dalam menjaga kebersihan mulut sehari-hari.
b) Menghilangkan kalkulus supragingiva dan subgingiva.
c) Menghaluskan permukaan akar yang sesuai.
d) Evaluasi pasca perawatan periodontal.
e) Memperhatikan kebersihan mulut sehari-hari dan kontrol plak bila
diperlukan.
f) Rekonturing tulang pendukung.

g) Reorganisasi atau pembesaran unattached gingiva.


h) Ekstraksi gigi sebelum terapi periodontal dari gigi yang struktur
pendukungnya kurang cukup, bentuk mahkota, posisi yang sesuai
dengan prognosis protesa.
9. Pilihan perawatan saat kondisi periodontal lebih terlibat mencakup berikut :
a) Pengurangan poket jaringan lunak dan keras melalui prosedur
operasi.
b) Prosedur penyambungan untuk meningkatkan jaringan periodontal
yang hilang dan untuk memberikan zona memadai pada gingiva
yang melekat, terutama di sekitar gigi yang sedang dipersiapkan
untuk perawatan prostodontik.
c) Terapi oklusal untuk mengurangi trauma oklusal.
d) Membuat pergerakan kecil dari gigi.
10. Pasca operasi adalah tanggung jawab bersama dari periodontis dan
prostodontis, jika pasien dirawat oleh kedua spesialis tersebut.

Reevalusi dan Penyempurnaan Rencana perawatan


1. Setelah pengobatan prerestoratif selesai, rencana perawatan harus dievaluasi
ulang dan dimodifikasi seperti yang diindikasikan kepada pasien mencakup
hal berikut :
a) Edukasi
b) Upaya pencegahan dan kontrol penyakit
c) Prosedur eksplorasi dan uji coba
2. Setelah terapi periodontal aktif selesai mendukung perawatan, termasuk
reevaluasi status periodontal regular, menjaga kebersihan mulut pribadi, dan
menghilangkan

semua

etiologi

merupakan

faktor

pemeliharaan jangka panjang kesehatan gigi pasien.

penting

untuk

Anda mungkin juga menyukai