Bab Ii
Bab Ii
Tentang
Congestive Heart Failure
Oleh :
Affandi Zulkarnain ( 1010070100010)
Widya Isra
( 10 10070100112 )
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa yang telah memberikan taufik, hidayah, dan inayah-NYA, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul Congestive Heart
Failure ini.
Penyusunan case ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari segenap pihak.
Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Ibu dr. Lidia
Dewi,Sp.Pd dan teman- teman sejawat yang telah membantu menyelesaikan referat
ini dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa referat masih jauh dari sempurna, karena
keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan. Maka dengan senang hati kami
sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya referat ini. Selanjutnya kami mengharapkan semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama
pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia.
Sindroma gagal jantung ini merupakan masalah yang penting pada usia lanjut,
dikarenakan prevalensi yang tinggi dengan prognosis yang buruk. Prevalensi
gagal jantung kongestif akan meningkat seiring dengan meningkatnya
populasi usia lanjut, karena populasi usia lanjut dunia bertambah dengan cepat
dibanding penduduk dunia seluruhnya, malahan relatif bertambah besar pada
Negara berkembang termasuk Indonesia.
Penyakit jantung dewasa ini merupakan penyebab paling utama
keadaan sakit dan kematian bangsa berindustri maju. Di Amerika Serikat,
penyakit jantung menujukkan angka kematian dua kali lipat dari pada kanker
(penyebab kematian kedua paling sering), yang merupakan kira-kira 37%
sebab kematian. Kira-kira 88% di sebabkan karena penyakit jantung iskemia
(ICHD) yang juga merupakan penyakit jantung koroner (CHD).
Dari data tersebut di dapat tanda-tanda terang dengan jumlah kematian
sebagai akibat penyakit jantung yang dilaporkan berkurang dalam hampir dua
decade terakhir ini, yang kenyataannya sebagian besar disebabkan penurunan
angka kematian. Kematian sebagai akibat penyakit jantung
biasanya
3.Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
Gagal jantung adalah keadadaan patofisiologis ketika jantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
(1)
Gagal jantung kongestif adalah keadaan saat terjadi bendungan
sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya.Gagal
jantung kongestif perlu dibedakan dari istilah yang lebih umum yaitu kongestif
sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya
volume darah pada gagal jantung atau akibat sebab-sebab di luar jantung
( misal, transfusi berlebihan atau anuria).(1)
2. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi tersering dari segala jenis penyakit
jantung
Kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang dapat menyebabkan
gagal jantung meliputi keadaan-keadaan yang (1) meningkatkan beban awal,
(2)
meningkatkan
beban
akhir, atau
(3)
menurunkan
kontraktilitas
mekanis; respon mekanis yang sinkron dan efektif tidak akan dihasilkan tanpa
adanya ritme jantung yang stabil. Respon tubuh terkadap infeksi akan
memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang
meningkat. Emboli paru secara mendadak akan meningkatkan resistensi
terhadap ejeksi ventrikel kanan, memicu terjadinya gagal jantung kanan.
Penanganan gagal jantung yang efektif membutuhkan pengenalan dan
penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis penyakit yang
mendasari, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal
jantung. (1)
Gagal jantung kongestif juga dapat disebabkan oleh :
Kelainan otot jantung : Gagal jantung sering terjadi pada penderita
kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi
yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis
koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
1. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung.
Peradangan
mngakibatkan
3. Patofisiologi
Mekanisme dasar
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada
gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi volume sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Dengan meningkatnya EDV ( volume akhir diastolik) ventrikel, terjadi
peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajat
peningkatan
tekanan
bergantung
pada
kelenturan
ventrikel.
Dengan
yang
gagal
terhadap
ransangana
katekolaminmenyebabkan
miokardium
susunan
pasti
sarkomernya,
hipertrofi
miokardium
akan
kurva
disosiasi
oksigen-hemoglobin
bergeser
ke
kanan,
untuk
pembahasan
oksihemoglobin).
Ekstraksi
lebih
oksigen
lanjut
dari
mengenai
darah
kurva
disosiasi
ditingkatkan
untuk
namniun
akhirnya
mekanisme
memiliki
efek
yang
kompensatorik
dapat
dan kebutuhan
Gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel.
Gagal jantung diastolik didefinisiskan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi
lebih dari 50 %. Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan doppler-ekokardiografi aliran
darah mintral dan aliran vena pulmonalis. Tidak adapat dibedakan dengan
pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan jasmani saja. Ada 3 macam gangguan fungsi
diastolik ; 1) gangguan relaksasi, 2) pseudo-normal, 3) tipe restriktif.
Penatalaksanaan ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi penyebab
gangguan diastolik seperti fibrosis, hipertrofi, atau iskemia. Disamping itu kongesti
sistemik/pulmonal akibat dari gangguan diastolik tersebut adapat diperbaiki dengan
restriksi garam dan pemberian diuretik. Mengurangi denyut jantung agar waktu
diastolik bertambah, dapat dilakukan dengan pemberian penyekat beta atau penuekat
kalsium non-dihidropiridin.
Gagal jantung akut dan kronik
Contoh klasik gagal jantung akut adalah robekan daun katup secara tiba-tiba akibat
endokarditis, trauma atau infark miokard luas. Curah janutn yang menurun secara
tiba-tiba menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai edema perifer.
Contoj gagal jantung kronis adalah kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvular
yang terjadis ecara perlahan lahan. Kongesti perifer sangat menyolok, namun tekanan
darah masih terpelihara dengan baik.
Gambaran Klinis
Kerangka Konsep
Tiga metode konsep gagal jantung yang dipakai dalam menggambarkan
manifestasi klinis adalah: (1) perbandingan gagal ke depan dan gagal ke
belakang (2) perbandingan sistolik dan astolik, dan (3) perbandingan gagal
janjung kanan dan gagal jantung kiri. Gagal ke depan (gagal curah tinggi)
dicirikan dengan curah jantung melebihi nilai normal menurut usia, jenis
kelamin, dan ukuran tetapi curah jantung ini masih tidak mencukupi
kebutuhan tubuh akan darah teroksigenasi. Gagal ke belakang (gagal curahrendah) dicirikan dengan curah jantung yang sangat menurun di bawah nilai
normal menurut usia, jenis kelamin, dan ukuran. Tanda khas gagal ke depan
adalah mudah lelah, lemag dan gangguan mental akibat curah jantung
yangsangat menurun, sedangkan tanda khas gagal ke belakang adalah kongesti
paru dan edema yang menunjukkan aliran balik darah akibat gagal ventrikel.
Disfungsi sistolik dan diastolik, selain mencerminkan keadaan hemodinamik
jantung, mencermikan perubahan konfigurasi ventrikel. Disfungsi sistolik
mencerminkan menurunkan kapasitas pengosongan normal yang berkaitan
dengan peningkatan kompensatorik volume diastolic. Disfungsi diastolic
terjadi bila terdapoat gangguan pengisisan satu atau kedua ventrikel sementara
kapasitas pengosongan normal. Disfungsi sistolik dan diastolic berkaitan
dengan gagal ke depan dan gagal ke belakang. Disfungsi sistolik maupun
gagal ke belakang berkaitan dengan penurunan pengisian. Saat terjadi
disfungsi sistolik, ventrikel seringkali berdinding tebal dan hipertrofi
konsentris. Perubahan bentuk ventrikel disebut sebagai remodeling jantung.
Perubahan ini bersifatmelekular, selular, dan interstisialsehingga menyebakan
peruibahan bentuk, ukuran , dan fungsi jantung.
Gejalan dan Tanda
Kriteria framingham untuk mendiagnosis gagal jantung kongestif
Kriteria mayor
-
Kriteria minor
-
Edema ekstermitas
Batuk malam hari
Dispneu de effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardi (>120 x/menit)
Hemoptisis dapat disebabkan oleh perdarahn vena bronkial yang terjadi akibat
distensi vena. Distensi atrium kiri atau vena pulmonalis dapat menyebabkan
kompresi esophagus dan disfagia sulit menelan ).
Menurut Arif masjoer 2001 manifestasi kongesti dapat berbeda
tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
1. Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang
terjadi yaitu :
a. Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan
Batuk
Cheynes stokes
Orthopnea
Kogestif vena pulmonalis
Mudah lelah
meningkatnya
energi
yang
distress
gangguan oksigenasi
Penanganan
kegagalan jantung ditangani dengan tindakan umum umtuk mengurangi beban
krja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama fungsi
miokardium, baik secara sendiri-sendiri ataupun gabungan dari : (1) beban
awal (2) kontrakbilitas, dan timbul gejala saat beraktivitas biasa (NYHA kelas
fungsional II). Regimen penanganan secara progresif ditingkatkan sampai
mencapai respons klinis yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung
atau perkembangan menuju gagal jantung berat dapat menjadi alasan untuk
perawatan di rumah sakit dan oenganangan yang lebih agresif.
1. Pengurangan Beban Awal
Pembatasan asupan garam dalam makanan mengurangu beban awal dengan
menurunkan retensi cairan. Apabila gejala-gejala menetap dengan pembatasan
garam yang sedang, diperlukan pemberian diuretic oral untuk mengatasi
retensi natrium dan air. Biasanya, diberikan regimen diuretic maksimum
sebelum dilakuakan pembatasan asupan natrium yang ketat. Diet yang tidak
mempunyai rasa dapat menghilangkan nafsu makan dan menyebabkan gizi
buruk.
Vasodilatasi vena dapat menurunkan beban awal memalui redistribusi darah
dari sentral ke sirkulasi perifer. Venodilatasi menyebabkan mengalirnya darah
ke perifer dan mengurangi aliran balik vena ke jantung. Pada situasi yang
ekstrim mungkin diperlukan pengeluaran cairan melalui hemodialisis untuk
menunjang fungsi miokardium.
Perbaikan fungsi ventrikel yang menyertai pengurangan beban awal. Ventrikel
yang gagal akan bekerja menurut kurva fungsi ventrikel yang menurun dan
mendatar. EDV diturunkan dengan diuretic dan pembatasan natrium, titik pada
kurva yang berhubungan dengan pergeseran fungsi ventrikel dari A ke B.
Perhatikan bahwa gejala-gejala kongesti dapat diredakan dengan menurunnya
EDV. Namun, volume sekuncup dan curah jantung akan tetap stabil dengan
terapi beban awal yang optimal karena terjadi pergeseran disepanjang daerah
kurva yang mendatar.
2. Peningkatan Kontrakbilitas
Obat inotropik meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium. Mekanisme
pasti yang menghasilkan efek inotropik positif ini masih belum jelas. Tetapi,
petunjuk umum tampaknya adalah meningkatnya persediaan lkalsium
intraseluntuk protein-protein kontraktil, aktin dan myosin. Seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya, ion kalsium sangat penting untuk terbentuknya
jembatan penghubung antara protein kontraktil dan selanjutnya untuk
kontraksi otot.
Dua golomngan obat inotropik dapat dipakai:
(1) glikosida digitalis
(2) obat nonglikosida
Obat nonglikosida meliputi amin simpatomimetik, seperti epinefrin
dan norepinefrin, dan penghambat fosfodisterase, seperti amrinon dan
enoksimon. Amin sipmpatomimetik meningkatkan kontraktilitas secara
langsung dengan merangsang reseptor beta adrenergic pada miokardium, dan
secara tidak langsung dengan melepaskan norepinefrin dari medual adrenal.
Fosfodiesterase (PDE) adalah enzim yang menyebabkan pemecahan suatu
senyawa, adenisin monofosfat siklik (cAMP), yang memulai perpindahan
kalsium
kedalam
sel melalui
kalsium lambat.
Penghambatan
PDE
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, A Sylvia, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses Proses Penyakit Volume 1. Jakarta : EGC.
2. Sudoyo, Aru. W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 2 Volume
5. Jakarta : Interna Publishing.
3. Palmer, P.E.S.1995.Petunjuk Membaca foto untuk dokter umum. Jakarta :
EGC.
4. Mansjoer,Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI.
5.
Komplikasi
1. Gangguan fungsi ginjal
Gagal jantung melemahkan kemampuan jantung untuk memompa darah,hal
ini dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh termasuk ginjal.
Penurunan fungsi ginjal umumnya terjadi pada pasien dengan gagal
jantung,baik sebagai komlikasi gagal jantung dan sebagai komlikasi berbagai
penyakit lainnya yang berhubungan dengan gagal jantung seperti diabetes.
2. Aritmia
Fibrilasi atrium adalah penyebab utama terjadinya stroke yang sangat
berbahaya pada penderita gagal jantung.Takikardi ventrikel dan fibrilasi
ventrikel terjadi jika fungsi jantung secara signifikan terganggu.
3. Trombo emboli
Biasanya terjadi pada gagal jantung yang sudah parah.biasanya bersamaan
dengan terjadinya atrial fibrilasi
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien.
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang
sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan
Jadi,
gagal
jantung
kongestif
(CHF)
adalah
keadaan
jantung
ditangani
dengan
tindakan
umum
untuk
kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang
baik dan membangun sehingga, makalah ini menjadi sederhana dan
bermanfaat. Dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon
maaf karena kami hanyalah memiliki ilmu dan kemampuan yang
terbatas. Semoga askep ini dapat pula menambah wawasan bagi
mahasiswa lain.