MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Filsafat dan Teori Pendidikan
Yang dibina oleh Bapak Suharjo
Oleh:
Kelompok 9
Izka Khullati Murdifin
Nayla Fitri Aulia
Presty Kusumawardani
(130151612067)
(130151612059)
(130151612094)
Offering D3-B
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat, petunjuk dan kekuatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah
ini. Terselesaikannya makalah ini dengan judul Eksistensialisme merupakan
hasil kerja keras yang tidak terlepas dari dukungan, doa, semangat maupun
sumbangan-sumbangan
ide
dari
semua
pihak
yang
turut
membantu
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
BAB I
iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Eksistensialisme .......................................................
DAFTAR RUJUKAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat eksistensialisme memfokuskan pembahasan pada pengalamanpengalaman individu. Eksistensialisme merupakan filsafat yang memandang
segala gejala berpangkal pada eksistensi. Sedangkan eksistensi itu sendiri ialah
cara manusia berada di dunia. Untuk lebih memberikan kejelasan tentang filsafat
eksistensialisme ini, perlu kiranya dibedakan dengan filsafat eksistensi. Yang
dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah benar-benar seperti arti katanya, yaitu
filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia
individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan
secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya
bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi
seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya
masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan diatas, muncul beberapa masalah,
antara lain:
1. Apa yang dimaksud Eksistensialisme ?
2. Bagaimanakah sejarah Eksistensialisme ?
3. Apa sajakah filsafat umum Eksistensialisme itu ?
4. Bagaimanakah implikasi Eksistensialisme dalam pendidikan ?
5. Siapa sajakah tokoh-tokoh filsafat Eksistensialisme ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian eksistensialisme.
2. Untuk mengetahui sejarah Eksistensialisme.
3. Untuk mengetahui filsafat umum Eksistensialisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Setelah selesai Perang Dunia Kedua, penulis-penulis Amerika (terutama
wartawan) berbondong-bondong pergi menuju filosof eksistensialisme, misalnya
mengunjungi filosof Jerman Martin Heidegger (lahir 1839) di gubuknya yang
terpencil di Pegunungan Alpen sekalipun ia telah bekerja sama dengan Nazi.
Tatkala seorang filosof eksistensialisme, Jean Paul Sartre (lahir 1905),
mengadakan perjalanan keliling Amerika, dia disebut oleh surat-surat kabar
Amerika sebagai the king of Existentialism. Bila cerita-cerita sandiwaranya
dipentaskan, orang telah menyiapkan ambulans untuk mengangkut penonton yang
jatuh pingsan. Demikianlah sekadar penggambaran kehebatan filsafat
eksistensialisme. Sayangnya filsafat ini sulit dipahami oleh pemula. Marilah kita
mulai dengan memperhatikan lebih dulu definisi eksistensialisme.
Tidak mudah membuat definisi eksistensialisme. Kesulitannya ialah
karena exsistensialism embraces a variety of stye and convictions (Encyclopedia
Americana: 10:762). Kaum eksistensialis sendiri tidak sepakat mengenai rumusan
tentang apa sebenarnya eksistensialisme itu (Hassan, 1974:8). Sekalipun
demikian, ada sesuatu yang disepakati: baik filsafat eksistensi maupun filsafat
eksistensialisme sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema
sentral.
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari kata Latin
ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah
berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Pikiran semacam ini dalam bahasa Jerman
disebut dasein. Da berarti disana, sein berarti berada. Berada bagi manusia selalu
berarti di sana, di tempat. Tidak mungkin ada manusia tidak bertempat. Bertempat
berarti terlibat dalam alam jasmani, bersatu dengan alam jasmani. Akan tetapi,
bertempat bagi manusia tidaklah sama dengan bertempat bagi batu atau pohon.
Manusia selalu sadar akan tempatnya. Dia sadar bahwa ia menempati. Ini berarti
suatu kesibukan, kegiatan, melibatkan diri. Dengan demikian, manusia sadar akan
dirinya sendiri. Jadi, dengan keluar dari dirinya sendiri manusia sadar tentang
dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi.
B. Sejarah Eksistensialisme
Lahirnya Eksistensialisme
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi
krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba
apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian, filsafat adalah perjalanan dari satu
krisis ke krisis yang lain. Ini berarti bahwa manusia yang berfilsafat sennatiasa
meninjau kembali dirinya. Mungkin tidak secara tegas manusia itu meninjau
dirinya, maisalnya ia mempersoalkan Tuhan atau dunia sekelilingnya, tetapi dalam
hal seperti itu manusia sesungguhnya masih mempersoalkan dirinya juga. Bahwa
dalam filsafat eksistensi manusia tegas-tegas dijadikan tema senteral, menunjukan
bahwa di tempat itu (Barat) sedang berjangkit suatu krisis yang luar biasa
hebatnya (Beerling, 1966:211-12). Bagaimana keadaan krisis itu? Uraian berikut
ini meninjau keadaan dunia pada umumnya dan Eropa Barat pada khususnya yang
merupakan tempat yang bertanggung jawab atas timbulnya filsafat
eksistensialisme.
Sifat materialisme ternyata merupakan pendorong lahirnya
eksistensialisme. Yang dimaksud dengan eksistensi ialah cara orang berada di
dunia. Kata berada pada manusia tidak sama dengan beradanya pohon atau batu.
Untuk menjelaskan arti kata berada bagi manusia, aliran eksistensialisme mulamula menghantam materialisme.
Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain
tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi, cara
beradanya tidak sama. Manusia berada di dalam dunia; ia mengalami beradanya
di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi
dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti
guna pohon, batu, dan salah satu di antaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya
mempunyai arti. Apa arti semua ini? Artinya ialah bahwa manusia adalah subjek.
Subjek artinya yang menyadari, yang sadar. Barang-barang yang disadarinya
disebut objek.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya Filsafat Eksistensialisme lebih memfokuskan pada
pengalaman - pengalaman individu. Eksistensialisme juga memandang segala
gejala berpangkal pada cara manusia berada di dunia (eksistensi). Dalam proses
belajar mengajar eksistensialisme lebih mengutamakan kebebasan, maksudnya
siswa diberi kebebasan untuk dapat menyampaikan ide idenya/ inspirasinya
sehingga terjadi sebuah dialog antara siswa yang satu dengan yang lainnya dan
guru sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk menemukan jati diti para
siswa tersebut. Para siswa juga intelektualnya diusahakan untuk bisa berfikir
sehingga dimasa yang akan datang akan menjadi manusia yang sempurna dapat
menemukan jati dirinya.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kesalahan baik itu dari segi
isi maupun tulisan. Mohon pembaca dapat memberikan saran atau kritik supaya di
kemudian hari akan lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
From, Erich. 2004. Konsep Manusia Menurut Marx.Yogyakarta: Pusataka Pelajar.
Jalaluddin, dkk. 2013. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soegiono, 2012. Filsafat Pendidikan Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syam, M. Noor. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
Surabaya: Usaha Nasional.
Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum. Bandung: Rosda Karya
http://kaniayuliawulandari.blogspot.co.id/2015/01/artikeleksistensialisme.html