Anda di halaman 1dari 13

EKSISTENSIALISME

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Filsafat dan Teori Pendidikan
Yang dibina oleh Bapak Suharjo

Oleh:
Kelompok 9
Izka Khullati Murdifin
Nayla Fitri Aulia
Presty Kusumawardani

(130151612067)
(130151612059)
(130151612094)

Offering D3-B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Mei 2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat, petunjuk dan kekuatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah
ini. Terselesaikannya makalah ini dengan judul Eksistensialisme merupakan
hasil kerja keras yang tidak terlepas dari dukungan, doa, semangat maupun
sumbangan-sumbangan

ide

dari

semua

pihak

yang

turut

membantu

terselesaikannya makalah ini. Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih


kepada:
Bapak Suharjo selaku dosen mata kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan,
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi untuk membuat makalah
ini.
Kami menyadari penulisan dalam makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua dan dapat
menambahkan ilmu pengetahuan baru bagi kita semua.

Malang, 1 Mei 2016


Tim Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI
BAB I

iii

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN
A. Eksistensialisme .......................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR RUJUKAN

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat eksistensialisme memfokuskan pembahasan pada pengalamanpengalaman individu. Eksistensialisme merupakan filsafat yang memandang
segala gejala berpangkal pada eksistensi. Sedangkan eksistensi itu sendiri ialah
cara manusia berada di dunia. Untuk lebih memberikan kejelasan tentang filsafat
eksistensialisme ini, perlu kiranya dibedakan dengan filsafat eksistensi. Yang
dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah benar-benar seperti arti katanya, yaitu
filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia
individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan
secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya
bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi
seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya
masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan diatas, muncul beberapa masalah,
antara lain:
1. Apa yang dimaksud Eksistensialisme ?
2. Bagaimanakah sejarah Eksistensialisme ?
3. Apa sajakah filsafat umum Eksistensialisme itu ?
4. Bagaimanakah implikasi Eksistensialisme dalam pendidikan ?
5. Siapa sajakah tokoh-tokoh filsafat Eksistensialisme ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian eksistensialisme.
2. Untuk mengetahui sejarah Eksistensialisme.
3. Untuk mengetahui filsafat umum Eksistensialisme.

4. Untuk mengetahui implikasi filsafat Eksistensialisme dalam pendidikan.


5. Untuk mengetahui tokoh-tokoh filsafat Eksistensialisme.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Setelah selesai Perang Dunia Kedua, penulis-penulis Amerika (terutama
wartawan) berbondong-bondong pergi menuju filosof eksistensialisme, misalnya
mengunjungi filosof Jerman Martin Heidegger (lahir 1839) di gubuknya yang
terpencil di Pegunungan Alpen sekalipun ia telah bekerja sama dengan Nazi.
Tatkala seorang filosof eksistensialisme, Jean Paul Sartre (lahir 1905),
mengadakan perjalanan keliling Amerika, dia disebut oleh surat-surat kabar
Amerika sebagai the king of Existentialism. Bila cerita-cerita sandiwaranya
dipentaskan, orang telah menyiapkan ambulans untuk mengangkut penonton yang
jatuh pingsan. Demikianlah sekadar penggambaran kehebatan filsafat
eksistensialisme. Sayangnya filsafat ini sulit dipahami oleh pemula. Marilah kita
mulai dengan memperhatikan lebih dulu definisi eksistensialisme.
Tidak mudah membuat definisi eksistensialisme. Kesulitannya ialah
karena exsistensialism embraces a variety of stye and convictions (Encyclopedia
Americana: 10:762). Kaum eksistensialis sendiri tidak sepakat mengenai rumusan
tentang apa sebenarnya eksistensialisme itu (Hassan, 1974:8). Sekalipun
demikian, ada sesuatu yang disepakati: baik filsafat eksistensi maupun filsafat
eksistensialisme sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema
sentral.
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari kata Latin
ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah
berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Pikiran semacam ini dalam bahasa Jerman
disebut dasein. Da berarti disana, sein berarti berada. Berada bagi manusia selalu
berarti di sana, di tempat. Tidak mungkin ada manusia tidak bertempat. Bertempat
berarti terlibat dalam alam jasmani, bersatu dengan alam jasmani. Akan tetapi,
bertempat bagi manusia tidaklah sama dengan bertempat bagi batu atau pohon.
Manusia selalu sadar akan tempatnya. Dia sadar bahwa ia menempati. Ini berarti
suatu kesibukan, kegiatan, melibatkan diri. Dengan demikian, manusia sadar akan

dirinya sendiri. Jadi, dengan keluar dari dirinya sendiri manusia sadar tentang
dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi.
B. Sejarah Eksistensialisme
Lahirnya Eksistensialisme
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi
krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba
apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian, filsafat adalah perjalanan dari satu
krisis ke krisis yang lain. Ini berarti bahwa manusia yang berfilsafat sennatiasa
meninjau kembali dirinya. Mungkin tidak secara tegas manusia itu meninjau
dirinya, maisalnya ia mempersoalkan Tuhan atau dunia sekelilingnya, tetapi dalam
hal seperti itu manusia sesungguhnya masih mempersoalkan dirinya juga. Bahwa
dalam filsafat eksistensi manusia tegas-tegas dijadikan tema senteral, menunjukan
bahwa di tempat itu (Barat) sedang berjangkit suatu krisis yang luar biasa
hebatnya (Beerling, 1966:211-12). Bagaimana keadaan krisis itu? Uraian berikut
ini meninjau keadaan dunia pada umumnya dan Eropa Barat pada khususnya yang
merupakan tempat yang bertanggung jawab atas timbulnya filsafat
eksistensialisme.
Sifat materialisme ternyata merupakan pendorong lahirnya
eksistensialisme. Yang dimaksud dengan eksistensi ialah cara orang berada di
dunia. Kata berada pada manusia tidak sama dengan beradanya pohon atau batu.
Untuk menjelaskan arti kata berada bagi manusia, aliran eksistensialisme mulamula menghantam materialisme.
Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain
tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi, cara
beradanya tidak sama. Manusia berada di dalam dunia; ia mengalami beradanya
di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi
dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti
guna pohon, batu, dan salah satu di antaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya
mempunyai arti. Apa arti semua ini? Artinya ialah bahwa manusia adalah subjek.
Subjek artinya yang menyadari, yang sadar. Barang-barang yang disadarinya
disebut objek.

Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadap idealisme.


Materialisme dan idealisme adalah dua pandangan filsafat tentang hakikat yang
ekstrem. Kedua-duanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi kedua-duanya juga
salah. Eksistensialisme ingin mencari jalan keluar dari kedua ekstremitas
itu.Eksistensialisme juga didorong munculnya oleh situasi dunia pada umumnya.
Di sini eksistensialisme lahir sebagai reaksi terhadap dunia pada umumnya,
terutama dunia Eropa Barat.
C. Filsafat Umum Eksistensialisme
1. Metafisika
Martin Heidegger menyebut realistas fisik dan material sebagaiyang
berada (seiende), yang artinya realitas yang bersifat fisik atau benda-benda
terletak begitu saja (voourhanden) di depan manusia, tanpa adanya hubungan
dengan manusia itu sendiri. Realitas ini tidak memiliki kesadaran dan
penyadaran diri; dan realitas ini hanya akan berarti jika dihubungkan dengan
manusia. Jaen Paul Sartre menyebutkan bahwa realitas fisikatau material
tersebut yang berada dalam diri. Menurut Sartre, realitas fisik tidak
memiliki hubungan dengan keberadaannya. Sebagai contoh
sebuah handphone tidak memiliki hubungan dengan keberadaannya
sebagai handphone. Handphone tidak bertanggung jawab atas fakta bahwa ia
adalah sebuah handphone. Atau bisa dengan contoh-contoh yang lain.
Semua yang berada dalam diri bersifat tidak aktif,tetapi juga tidak pasif.
Dengan kata lain, segala sesuatu yang ada dalam diri akan bermakna ketika
diberikan makna oleh manusia itu sendiri.
Terdapat perbedaan dengan realitas fisik (material), Tuhan menciptakan
manusia dalam arti bahwa manusia bertanggung jawab atas eksistensinya.
Manusia sadar diri dan memiliki penyadaran diri.Dasein (berada di sana, di
tempat) biasa disebut juga sebagai eksistensi.
Menurut pada kaum eksistensialisme, keberadaan manusia di dunia ini karena
terlempardan terdampar, tahu-tahu sudah ada di dunia. Keberadaan
manusia di dunia bukan atas kemauannya, meliankan inilah sebuah realitas dan
nasib manusia. Memang awalnya keberadaan manusia di dunia ini masih
belum jelas(absurd) hanya saja seiring berjalannya waktu manusia dihadapkan
4

pada kenyatan bahwa manusia harus terus bereksistensi. Dalam menjalankan


dan mempertahankan eksistensinya, manusia selalu dihadapkan pada
keharusan dan pilihan, tetapi manusia memiliki kebebasan untuk menentukan
pilihannya. Disamping kebebasan, manusiapun disandingkan dengan tanggung
jawab atas kebebasan yang dimiliki. Dalam menjalani perannya sebagai
manusia, seorang individu akan terus memujudkan apa saja yang telah
direncanakan, inilah yang disebut manusia meg-ada-kan dirinya sendiri.
2. Epistimologi
Pengalaman dalam hidup manusia adalah sebagai media pembelajaran,
dengan pengalaman manusia menjadi banyak mengetahui. Lalu apakah sama
pengertian pengalaman menurut para filsuf eksistensialisme dengan aliran yang
lain seperti empirisme atau realism ?
Usut punya usut ternyata frame mengenai pengalaman antara filsuf
eksistensialisme berbeda dengan filsusf aliran lainnya. Bagi para filsuf
eksistensialisme, pengalaman adalah pengalaman yang terhayati oleh individu
sebagai subjek atau pribadi.
Seperti kita tahu dalam filsafat kebenaran tidaklah mutlak, kebenaran
bersifat relatif untuk setiap pertimbangan individu. Untuk itu manusia harus
menentukan mana yang benar dan mana yang penting untuk hidupnya. Para
filsuf eksistensialisme lebih cenderung bersikap skeptis terhadap pengetahuan
yang bersifat objektif, tetapi mereka mengakui adanya kemungkinan manusia
untuk dapat mencapai kebenaran.
3. Aksiologi
Seperti halnya kebenaran, para filsuf menyakini bahwa nilai bersifat
tidak absolut sebab nilai ditentukan dari luar. Disinilah peran kebebasan
memilih setiap individu perseorangan berperan. Untuk itu terdapat kebebasan
pada manusia untuk mengikuti suatu nilai norma pada masyarakat. Namun,
meskipun demikian dalam masyarakat tentulah terdapat standar sebagai titik
tolak yang bersifat wajib untuk diikuti.

E.Implikasi dalam Pendidikan


a. Tujuan Pendidikan
Tujuan utama pendidikan menurut para filsuf Eksistensialisme adalah
untuk membimbing individu ke dalam suatu penyadaran diri dan
mengembangkan (to promote) komitmen yang berhasil mengenai sesuatu yang
penting dan bermakna bagi eksistensinya.
Tujuan khusus pendidikan menurut para filsuf Eksistensialisme adalah
untuk:
1. mengembangkan penyadaran diri secara individual
2. menyediakan kesempatan-kesempatan kepada individu untuk bebas
menentukan pilihan-pilihan etis
3. mendorong pengembangan pengetahuan diri (self knowledge)
4. mengembangkan rasa tanggung jawab diri pribadi (self responsibility)
5. membangun rasa komitmen individual
b. Kurikulum Pendidikan
1. suatu kurikulum aktivitas
2. minat peserta didik sebagai dasar perencanaan aktivitas
3. kebebasan yang penuh dari peserta didik untuk belajar secara
individual

maupun secara kelompok

4. kurikulum yang didasarkan atas kebutuhn-kebutuhn yang dekat


c. Metode Pendidikan
Setiap individu harus bebas mengembangkan tujuan-tujuannya dan
diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut melalui kegiatan belajar
mereka sendiri. Masalah-masalah individual peserta didik harus direfleksikan
oleh pendidik (guru) sehingga dengan demikian menimbulkan pemahaman
peserta didik mengenai hakekat masalahnya sendiri.
d. Peranan Pendidik dan Peserta Didik
Peranan Pendidik adalah sebagai pembimbing yang demoratis, untuk
melindungi dan menjaga kebebasan akademik. Peranan Peserta Didik adalah
memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sesuai dengan pemenuhan
tujuan personal.

F. Tokoh-tokoh Aliran Filsafat


1. Karl Jaspers
Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua
pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif sehingga manusia
sadar akan dirinya sendiri dan memandang filsafat bertujuan mengembalikan
manusia kepada jatidirinya kembali. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu
eksistensi dan transendensi.
2. Soren Aabye Kiekeegaard
Mengedepankan teori bahwa eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang
kaku dan statis tetapi senantiasa terbentuk, manusia juga senantiasa melakukan
upaya dari sebuah hal yang sifatnya hanya sebagai spekulasi menuju suatu yang
nyata dan pasti, seperti upaya mereka untuk menggapai cita-citanya pada masa
depan.
3. Jean Paul Sartre
Manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada
dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri. Itu adalah salah satu statement dan
mungkin bernilai teori yang terkenal darinya.
4. Friedrich Nietzsche
Menurutnya manusia yang teruji adalah manusia yang cenderung melalui
jalan yang terjal dalam hidupnya dan definisi dari aliran eksistensialisme
menurutnya adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to
power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super dan yang
mempunyai mental majikan bukan mental budak supaya manusia tidak diam
dengan kenyamanan saja.
5. Martin Heidegger
Inti pemikirannya adalah memusatkan semua hal kepada manusia dan
mengembalikan semua masalah apapun ujung-ujungnya adalah manusia sebagai
subjek atau objek dari masalah tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya Filsafat Eksistensialisme lebih memfokuskan pada
pengalaman - pengalaman individu. Eksistensialisme juga memandang segala
gejala berpangkal pada cara manusia berada di dunia (eksistensi). Dalam proses
belajar mengajar eksistensialisme lebih mengutamakan kebebasan, maksudnya
siswa diberi kebebasan untuk dapat menyampaikan ide idenya/ inspirasinya
sehingga terjadi sebuah dialog antara siswa yang satu dengan yang lainnya dan
guru sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk menemukan jati diti para
siswa tersebut. Para siswa juga intelektualnya diusahakan untuk bisa berfikir
sehingga dimasa yang akan datang akan menjadi manusia yang sempurna dapat
menemukan jati dirinya.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kesalahan baik itu dari segi
isi maupun tulisan. Mohon pembaca dapat memberikan saran atau kritik supaya di
kemudian hari akan lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN
From, Erich. 2004. Konsep Manusia Menurut Marx.Yogyakarta: Pusataka Pelajar.
Jalaluddin, dkk. 2013. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soegiono, 2012. Filsafat Pendidikan Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syam, M. Noor. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
Surabaya: Usaha Nasional.
Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum. Bandung: Rosda Karya
http://kaniayuliawulandari.blogspot.co.id/2015/01/artikeleksistensialisme.html

Anda mungkin juga menyukai