Anda di halaman 1dari 44

Press

akasia
hibrida
(A. mangium x A. auriculiformis)
Varietas Baru untuk
Bahan Baku Industri
Pulp dan Kertas

AKASIA HIBRIDA
(A. mangium x A. auriculiformis)
VARIETAS BARU UNTUK BAHAN
BAKU INDUSTRI PULP
DAN KERTAS

Disusun oleh:
Dr. Sri Sunarti, S.Hut, M.Sc
Dr. Ir. Arif Nirsatmanto, M.Sc
Teguh Setyaji, S.Hut., M.Sc
Dwi Kartikaningtyas, S.Hut.
Kerja sama:

Press
Penerbit IPP Press
Kampus IPB Taman Kencana,
Kota Bogor-Indonesia

c1/11.2014

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Judul Buku:
AKASIA HIBRIDA (A. mangium x A. auriculiformis) VARIETAS BARU
UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI PULP DAN KERTAS
Pengarah:
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas
Hutan
Penanggung jawab:
Kepala Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Kerjsama:
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan dengan
Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan
Penyusun:
Dr. Sri Sunarti, S.Hut, M.Sc
Dr. Ir. Arif Nirsatmanto, M.Sc
Teguh Setyaji, S.Hut., M.Sc
Dwi Kartikaningtyas, S.Hut.
Editor:
Prof. Dr. Ir. Mohammad Naiem, M.Agr.Sc.
Dr. Ir. Mahfudz, MP
Ir. Sigit Baktya Prabawa, M.Sc
Edisi/Cetakan:
Cetakan Pertama, November 2014
PT Penerbit IPB Press
Kampus IPB Taman Kencana
Jl. Taman Kencana No. 3, Bogor 16128
ISBN: 978-979-493-725-9
Dicetak oleh IPB Press Printing, Bogor - Indonesia
Isi Diluar Tanggung Jawab Percetakan
2014, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit

Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku ini dapat tersusun. Buku ini
disusun dengan maksud untuk memberikan panduan tentang teknik
budidaya dan pengembangan jenis yang dapat dipraktekan oleh para
pengguna baik petani hutan, pengelola KPH dan masyarakat luas.
Materi yang disajikan bersifat populer tentang praktek budidaya jenis
untuk tanaman penghasil bahan baku kayu energi, bahan baku pulp
dan kertas, kayu pertukangan, pangan, bioenergi, atsiri dan jenis-jenis
untuk antisipasi kondisi kering. Buku-buku ini sebagai salah satu bentuk
desiminasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada penulis, MFP
dan semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan dan penerbitan
buku ini kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Semoga
buku ini bermanfaat bagi para pengguna.

Yogyakarta, November 2014


Kepala Balai Besar PBPTH,
Dr. Ir. Mahfudz, MP

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

iii

Sambutan

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Pada saat ini pemerintah khususnya Kementerian Lingkungan Hidup


dan Kehutanan ingin terus mendorong percepatan pembangunan
kehutanan yang berbasis pada peran serta masyarakat menuju
kesejahteraan yang berkeadilan. Oleh karenanya Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan telah menyiapkan IPTEK budidaya jenis
unggulan dan peluncuran serta pelepasan bibit unggul yang bermanfaat
baik untuk kegiatan rehabilitasi hutan, pembangunan Hutan Rakyat,
Hutan Tanaman Rakyat maupun pembangunan Hutan Tanaman guna
mendorong percepatan pembangunan kehutanan.
Untuk mendesiminasikan hasil penelitian, maka Badan Litbang
Kehutanan terus mendorong penyusunan buku-buku hasil penelitian
dalam bentuk populer yang dapat secara langsung dipraktekkan oleh
para pengguna seperti buku-buku budiaya jenis tanaman yang telah
diterbitkan ini. Kami berharap buku-buku panduan budidaya ini
menjadi modal dalam memajukan Hutan Tanaman, Hutan Rakyat,
Hutan Tanaman Rakyat maupun kegiatan rehabilitasi hutan serta dapat
meningkatkan pengetahuan pengelola Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) dalam mengembangkan jenis-jenis komersial di kawasannya.
Akhirnya kepada Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan, penulis dan semua pihak yang berkontribusi dalam
penyusunan dan penerbitan buku ini kami sampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat bagi para pihak
yang berkepentingan.
Jakarta,
November 2014
Kepala Badan,
Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, MSc

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

Sambutan

Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan

Pada masa yang akan datang paradigma pembangunan kehutanan terus


berubah dari pengelolaan hutan alam kepada pengelolaan hutan tanaman
yang berbasis kepada kesejahteraan masyarakat. Kesatuan Pengelolaan
Hutan (KPH) sebagai unit manajemen pengelolaan hutan mempunyai
peran yang strategis dalam memajukan dan memulihkan kondisi hutan.
KPH merupakan wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan
peruntukannya yang dikelola secara efisien dan lestari.
Untuk meningkatkan kemampuan teknis pengelola KPH khususnya
dibidang budidaya tanaman hutan yang sudah tersedia benih unggulnya,
kami menyambut baik penerbitan buku-buku budidaya jenis ini. Kami
berharap di setiap KPH Produksi mempunyai usaha pengembangan
jenis potensial yang dapat mendukung keberlangsungan operasionalisasi
KPHP tersebut. Oleh karenanya buku-buku yang diterbitkan ini dapat
dijadikan referensi dalam paraktek-praktek budidaya di KPHP oleh
pengelola.
Akhirnya kepada Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan, penulis dan semua pihak yang berkontribusi dalam
penyusunan dan penerbitan buku ini kami sampaikan ucapan selamat,
penghargaan dan ucapan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat bagi
para pengelolan KPHP dan pihak-pihak yang bergerak di pengembangan
hutan tanaman.
Jakarta,
November 2014
Direktur Jenderal,
Ir. Bambang Hendroyono, MM

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

vii

Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................... iii
Sambutan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.........v
Sambutan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan.................................vii
Daftar Isi...................................................................................................... ix
Daftar Gambar............................................................................................. xi

BAB 1 Pendahuluan.......................................................................... 1
BAB 2 Diskripsi Jenis........................................................................ 4
2.1 Taksonomi.................................................................................. 4
2.2 Karakter Morfologi................................................................... 4
2.3 Ekologi........................................................................................ 5
2.4 Manfaat....................................................................................... 6
BAB 3 Produksi Benih....................................................................... 8
3.1 Benih Akasia hibrida Alami (natural hybrid)..................... 8
3.2 Benih Akasia Hibrida buatan (artificial hybrid)................. 9
BAB 4 Perbanyakan dan Penanaman............................................ 12
4.1 Perbanyakan............................................................................. 12
4.2 Penanaman............................................................................... 21
BAB 5 Klon Unggul.......................................................................... 23
BAB 6 Penutup................................................................................ 26
Daftar Pustaka............................................................................................ 27

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

ix

Daftar Gambar
1. Pohon Akasia hibrida (A. mangi-um x A. auriculiformis)
umur 1,5 tahun (a), kulit batang Akasia hibrida (b) dan tulang
daun (main veins) Akasia hibrida (c)................................................... 5
2. Kebun benih Akasia hibrida (Hybrid Seed Orchard) umur
3 tahun di Wonogiri, Jawa Tengah........................................................ 8
3. Bunga A. mangium yang telah mekar sempurna (anthesis)
(a), bunga A. mangium yang telah diemaskulasi (b), proses
penyerbukan buatan A. mangium x A. auriculiformis (c)...............10
4. Metode hibridisasi langsung (anther method/direct method),
bunga mekaar sempurna (anthesis) (a), proses penyerbukan
buatan secara langsung tanpa melalui emaskulasi (b).....................10
5. Benih Akasia hibrida bernas (sound seeds) (a) dan benih
kosong (poor seeds) (b)...........................................................................11
6. Bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam perbanyakan
stek Akasia hibrida dengan teknik stek pucuk.................................13
7. Pottray yang telah diisi media stek siap untuk digunakan..............14
8. Ranting yang telah diambil dari kebun pangkas mini (a),
ranting yang telah dipotong menjadi stek (b), stek direndam
dalam air yang telah diberi Zat Pengantur Tumbuh (c) siap
untuk ditanam.........................................................................................15
9. Pelubangan media tanam untuk persiapan penanaman stek (a),
pemberian hormon (b) dan penamanam stek (c)............................16
10. Label pada stek terdapat informasi nomor klon, tanggal
penanaman dan pangkasan keberapa..................................................17
11. Inisiasi perakaran pada stek Akasia hibrida di dalam ruang
pengkabutan (misting house) (a), stek siap dipindahkan ke
ruang aklimatisasi (b).............................................................................18

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

xi

12. Aklimatisasi stek yang telah berakar selama kurang lebih


2 minggu...................................................................................................19
13. Semai siap untuk ditanam di lapangan, ditandai dengan
batang semai telah mengeras (a) dan perakarannya telah
kompak (b)...............................................................................................20
14. Uji klon Akasia hibrida umur 10 bulan di Wonogiri, Jawa
Tengah (a), Evaluasi (pengukuran klon Akasia Hibrida umur
1,5 tahun (b), dan Klon Akasia Hibrida umur 10 bulan di
Wonogiri Jawa Tengah (c).....................................................................24

xii

Daftar Gambar

BAB 1

Pendahuluan
Acacia mangium merupakan jenis tanaman yang banyak dikembangkan
dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Sumatera dan
Kalimantan sebagai penyedia bahan baku pembuatan pulp dan kertas.
Sifat-sifat silvika A. mangium sebagai bahan baku pembuatan pulp
dan kertas dibandingkan dengan A. auriculiformis, relatif lebih baik
walaupun sifat-sifat kayu dan toleransi terhadap serangan hama/penyakit
lebih baik pada A. auriculiformis (Ibrahim, 1993). Namun demikian,
A. auriculiformis jarang dikembangkan dalam hutan tanaman industri
penyedia bahan baku industri pulp dan kertas. Hal tersebut disebabkan
karena bentuk batang A. auriculiformis kebanyakan bengkok-bengkok
dan tinggi bebas cabangnya sangat pendek serta kebanyakan berbatang
ganda.
Tanaman dengan sifat gabungan dari sifat-sifat unggul A. mangium dan
A. auriculiformis merupakan tanaman yang sangat ideal sebagai bahan
baku pulp dan kertas. Sebagaimana disampaikan oleh Kim et al. (2009)
bahwa syarat silvika tanaman yang diperlukan sebagai bahan pembuatan
pulp dan kertas antara lain adalah mempunyai pertumbuhan cepat,
berbatang lurus, mudah dibudidayakan, dan mempunyai sifat-sifat kayu
yang baik dengan kandungan selulosa tinggi, kandungan lignin rendah,
dan rendemen bubur kayu yang tinggi serta mempunyai dimensi serat
yang baik.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menggabungkan sifat-sifat
unggul tersebut adalah dengan melakukan persilangan atau hibridisasi.
Hibridisasi antara A. mangium dan A. auriculiformis dapat dilakukan
secara alami maupun secara buatan. Persilangan atau hibridisasi tersebut
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

akan menghasilkan varietas baru yaitu Akasia hibrida. Apabila A.


mangium berperan sebagai pohon induk betina, maka hasil hibridanya
diberi nama hibrida A. mangium x A. auriculiformis dan sebaliknya
(Kha, 2001).
Akasia hibrida yang dihasilkan dari suatu persilangan atau hibridisasi
baik secara alami maupun buatan tidak semuanya mempunyai sifatsifat unggul seperti yang diharapkan. Walaupun belum diketahui secara
pasti mekanisme untuk mendapatkan hibrida yang unggul, namun
hampir seluruh breeder di dunia berpendapat bahwa hibrida yang baik
dihasilkan dari perkawinan antara induk-induk yang baik pula (Kha,
2001; Hardiyanto 2004). Untuk mendapatkan Akasia hibrida yang
unggul dengan sifat-sifat yang diinginkan diperlukan strategi pemuliaan
yang baik diantaranya adalah dengan menggunakan pohon induk yang
telah dimuliakan (co-improvement) (Hardiyanto, 2004).
Akasia hibrida yang mempunyai sifat-sifat unggul biasanya disebut
dengan istilah hibrida vigor atau heterosis positif dan sebaliknya. Untuk
mempertahankan keunggulan tersebut satu-satunya cara yang dapat
ditempuh adalah melalui perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan
secara generatif atau melalui benih sangat tidak disarankan karena
variasinya sangat besar dan biasanya mempunyai kinerja yang lebih
buruk dari induknya (Hardiyanto, 2004).
Perbanyakan vegetatif pada Akasia hibrida telah banyak dilakukan. Darus
(1993) melaporkan bahwa Akasia hibrida dapat diperbanyak melalui
teknik kultur jaringan (tissue culture) dan stek pucuk (mini-cutting).
Perbanyakan dengan teknik kultur jaringan mempunyai keberhasilan
lebih tinggi dibandingkan pada jenis murni A. mangium yaitu mampu
mencapai 73.3% (Galiana et al.,2003). Perbanyakan dengan stek pucuk
juga mudah dilakukan, dengan menggunakan zat pengatur tumbuh
berupa IBA (indole butyrid acid) 100 ppm keberhasilan stek berakar
2

Pendahuluan

mencapai lebih dari 92% (Kijkar, 1992). Hasil penelitian Sunarti


(2003) menunjukkan bahwa pada klon-klon Akasia hibrida tertentu
kemampuan berakar steknya mencapai 100%.
Untuk menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah besar, maka
pembangunan kebun pangkas mutlak dilakukan sebagai sumber
pangkasan. Kebun pangkas (hegde orchard) perlu dikelola dengan
baik sehingga dapat menghasilkan tunas-tunas yang baik pada periode
waktu tertentu. Pengelolaan kebun pangkas yang baik akan menunjang
keberhasilan pembangunan hutan tanaman jenis Akasia hibrida ini.

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

BAB 2

Diskripsi Jenis
2.1 Taksonomi
Akasia hibrida merupakan hasil persilangan antara A. mangium dan A.
auriculiformis dengan nama taksonomi sebagai berikut (Kijkar, 1992):
Kerajaan : Plantae
Devisi : Magnoliophyhta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili : Fabaceae
Sub-famili : Mimosoideae
Genus :
Acacia
Spesies : A. mangium x A. auriculiformis
2.2 Karakter Morfologi
Ciri-ciri morfologi Akasia hibrida sangat bervariasi tergantung kombinasi
gen yang mendominasi kenampakan morfologinya. Namun demikian
ciri morfologi Akasia hibrida kebanyakan menyerupai kedua induknya
atau menyerupai gabungan dari kedua induknya (intermediet). Beberapa
ciri morfologi Akasia hibrida tersebut dapat digunakan sebagai salah
satu parameter untuk menentukan vigoritasnya atau keunggulannya.
Kijkar (1992) melaporkan bahwa Akasia hibrida vigor mempunyai ciri
morfologi berbatang lurus dan bulat dengan percabangan ringan dan
mudah gugur serta bertajuk ringan (Gambar 1a). Selain itu kulit batang
berwarna lebih terang dan lebih halus dibandingkan dengan A. mangium
(Gambar 1b). Daun semu atau filodia pada Akasia hibrida berukuran
4

Diskripsi Jenis

lebih kecil dibandingkan A. mangium dan lebih besar dibandingkan A.


auriculiformis dengan tulang daun kebanyakan berjumlah 3 (Gambar 1c).
Tinggi tanaman umur 2 tahun mencapai 8-10 meter dengan diameter
7,5-9 sentimeter. Seperti halnya A. mangium tanaman Akasia hibrida
bersifat precocious, yaitu mulai berbunga pada umur sangat muda yaitu
sekitar 18-24 bulan dengan bulan berbunga biasanya 2 kali setahun,
yaitu bulan Juli-Agustus dan November-Desember. Bunga merupakan
bunga majemuk dalam untaian malai. Panjang malai sekitar 8-10 cm.
Bunga berwarna kuning muda agak putih. Kebanyakan jenis bunga
tidak berputik (staminate) atau bunga jantan dan kebanyakan terletak
dipangkal malai. Karena sebagian besar kuntum bunganya adalah bunga
jantan (staminate), maka produksi buah/polong sangat rendah, yaitu
kurang dari 3% (Kijkar, 1992).
2.3 Ekologi
Akasia hibrida dilaporkan
pertama kali dijumpai di
Malaysia pada tahun 1972
(Kha, 2001). Akasia hibrida
tersebut ditemukan pada
tanaman peneduh di sepanjang
jalan dalam suatu kawasan
perkotaan. Beberapa tahun
kemudian dilaporkan juga
dijumpai Akasia hibrida Alami
di beberapa daerah di Vietnam
dan Thailand serta China. Di
Vietnam, Akasia hibrida alami
antara lain dijumpai pada areal

Gambar 1. Pohon Akasia hibrida (A. mangium x A. auriculiformis) umur 1,5


tahun (a), kulit batang Akasia
hibrida (b) dan tulang daun (main
veins) Akasia hibrida (c).

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

pertanaman komersial A. mangium dan telah dikembangkan secara


masal sebagai tanaman komersial (Kha, 2001).
Seperti halnya A. mangium, Akasia hibrida mampu tumbuh dengan
baik pada lahan-lahan marginal. Di India dilaporkan bahwa Akasia
hibrida mampu tumbuh baik pada lahan yang miskin hara (Galiana et
al. 2003) bahkan pada lahan berpasir dan berlumpur (sandy loamy)
(Rukeya, 2010). Di Indonesia Akasia hibrida mampu tumbuh dengan
baik pada tanah gambut, tanah spodosol dan tanah mediteran merah.
Pada dasarnya tanaman akan tumbuh baik pada suhu udara 12-35C
dengan rata-rata curah hujan tahunan 1.200 1.850 mm per tahun
(Kijkar, 1992).
Perbanyakan Akasia hibrida tidak disarankan menggunakan benih
karena akan menghasilkan anakan dengan kinerja yang cenderung
lebih buruk dan rendah produktivitasnya. Oleh karena itu satu-satunya
jalan yang disarankan untuk mempertahankan keunggulannya adalah
melalui perbanyakan secara vegetatif (Hardiyanto, 2004). Perbanyakan
secara vegetatif telah berhasil dilakukan baik dengan melalui stek pucuk
maupun dengan kultur jaringan (Ahmad, 1991; Galiana, et al. 2003;
Sunarti, 2013). Kemampuan bertunas dan berakar terbukti masih
tinggi walaupun tanaman telah berumur 3 tahun. Hal tersebut berbeda
dengan A. mangium, dimana keberhasilan perbanyakan vegetatif sangat
dipengaruhi oleh umur tanaman. Semakin tua umur tanaman, semakin
kecil keberhasilan perbanyakannya atau biasa dikenal dengan efek umur
(ageing effect).
2.4 Manfaat
Akasia hibrida merupakan hasil persilangan antara A. mangium dan
A. auriculiformis, sehingga merupakan sifat-sifat yang dimilikinya
merupakan perpaduan sifat antara kedua induknya. Ditinjau dari sifat
6

Diskripsi Jenis

silvikanya, A. mangium mempunyai sifat-sifat kayu yang sesuai sebagai


bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Sedangkan A. auriculiformis,
lebih banyak dimanfaatkan sebagai kayu pertukangan karena sifat
kayunya lebih keras dan bentuk batangnya yang kebanyakan bengkok
(Yahya et al., 2010).
Ditinjau dari sifat silvikanya, Akasia hibrida vigor sangat sesuai digunakan
sebagai bahan baku pulp dan kertas. Pertumbuhannya yang cepat dan
mudah dibudidayakan merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki
oleh jenis ini selain sifat-sifat kayunya yang baik. Kayunya bersifat lebih
keras dibandingkan A. mangium dengan kandungan selulosa yang lebih
tinggi serta kandungan lignin yang lebih rendah (Kha, 2001; Syafii
dan Siregar, 2006; Kim et al., 2009). Dengan keunggulan tersebut,
jenis tanaman ini sangat berpotensi untuk dikembangkan dalam hutan
tanaman industri yang menyediakan bahan baku pulp dan kertas.
Sifatnya yang sangat adaptif dengan lingkungan menjadikan jenis
tanaman ini sangat sesuai digunakan sebagai tanaman penghijauan
dan tanaman rakyat. Selain mudah tumbuh, Akasia hibrida juga mampu
mengikat nitrogen dari udara sehingga mampu memperbaiki kesuburan
tanah. Masyarakat dapat mengembangkan jenis ini dalam skala kecil
atau skala besar dalam bentuk hutan rakyat karena nilai jual kayunya
cukup menjanjikan.

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

BAB 3

Produksi Benih
3.1 Benih Akasia hibrida Alami (natural hybrid)
Hibrida antara A. mangium dan A. auriculiformis adalah hibrida antar
spesies dalam satu genus (inter-spesifik) yang dapat diperoleh secara
alami (natural hybrid) ataupun secara buatan dengan bantuan manusia
(artificial hybrid) (Chaudary, 1984). Benih Akasia hibrida alami dapat
diperoleh dengan menanam A. mangium dan A. auriculiformis pada
lokasi yang sama dengan jarak tanam yang tidak terlalu jauh (Ibrahim
dan Awang, 1991). Untuk mendapatkan benih Akasia hibrida alami
dalam jumlah cukup banyak, dapat dilakukan dengan membangun
kebun benih hibrida (hybrid seed orchard) (Gambar 2).
Keberhasilan produksi benih hibrida dalam kebun benih hibrida ini
sangat ditentukan oleh sinkronisasi pembungaan antara A. mangium
dan A. auriculiformis. Semakin lama waktu sinkronisasi pembungaan
antara A. mangium dan A. auriculiformis, kemungkinan terjadinya
penyerbukan secara alami antara A. mangium dan A. auriculiformis
semakin besar sehingga
kemungkinan dihasilkan benih
hibrida akan semakin besar pula.
Selain faktor pembungaan, faktor
serangga penyerbuk atau polinator
juga turut menentukan keberhasilan
produksi benih hibrida di kebun
Dokumentasi: Arif Nirsatmanto
benih hibrida. Jumlah serangga Gambar 2. Kebun benih Akasia hibrida
(Hybrid Seed Orchard) umur
penyerbuk yang cukup akan
3 tahun di Wonogiri, Jawa
Tengah

Produksi Benih

menjamin terjadinya penyerbukan alami antara A. mangium dan A.


auriculiformis (Ibrahim, 1993).
Benih yang dihasilkan dari penyerbukan terbuka antara A. mangium
dan A. auriculiformis dalam kebun benih hibrida ini, tidak semuanya
benih hibrida, kemungkinan munculnya benih hasil penyerbukan
sendiri (selfing) masih ada. Oleh karena itu semai yang dihasilkan
harus diidentifikasi dan diverifikasi untuk mendapatkan semai hibrida
yang sejati. Identifikasi semai hibrida dilakukan dengan mengamati
perkembangan bentuk daun semai sejak munculnya daun sejati pertama
(once-pinnate) sampai munculnya daun semu/filodia (phyllode).
Perkembangan bentuk daun semai tersebut digunakan sebagai
parameter untuk menentukan status hibrida semai yang pertama kali
diperkenalkan oleh Rufelds (1988) dan disederhanakan oleh Gan dan
Sim (1991). Apabila semai hibrida telah diperoleh, maka dapat segera
diperbanyak secara vegetatif menggunakan metode kultur jaringan atau
stek pucuk.
3.2 Benih Akasia Hibrida buatan (artificial hybrid)
Hibrida antara A. mangium dan A. auriculiformis (artificial hybrid) secara
buatan dapat dilakukan dengan bantuan manusia melalui penyerbukan
buatan atau kontrol polinasi (control pollination) (Chaudary, 1984).
Hibridisasi buatan dapat dilakukan secara langsung tanpa melalui
emaskulasi ataupun melalui proses emaskulasi (pengebirian) (Gambar
3.b) yaitu dengan menghilangkan bunga jantannya (stamen). Hibridisasi
buatan dengan melalui proses emaskulasi akan menghasilkan benih hibrida
100% sedangkan hibridisasi buatan secara langsung tanpa melalui proses
emaskulasi tidak akan menghasilkan benih hibrida 100% (Gambar 3).

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

Gambar 3. Bunga A. mangium yang telah mekar sempurna (anthesis) (a), bunga A.
mangium yang telah diemaskulasi (b), proses penyerbukan buatan A. mangium
x A. auriculiformis (c)

Gambar 4. Metode hibridisasi langsung (anther method/direct method), bunga mekaar


sempurna (anthesis) (a), proses penyerbukan buatan secara langsung tanpa
melalui emaskulasi (b)

Kendala yang dihadapi dalam proses penyerbukan buatan melalui


proses emaskulasi ini adalah ukuran bunga yang sangat kecil. Oleh
karena itu, pelaksanaan di lapangan kurang efektif karena memerlukan
waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Namun demikian untuk skala
penelitian, metode ini sangat disarankan karena benih yang dihasilkan
100% hibrida.

10

Produksi Benih

Keberhasilan produksi benih Akasia hibrida melalui hibridisasi buatan


ini juga sangat ditentukan oleh sinkronisasi pembungaan. Semakin
lama sinkronisasi waktu pembungaan, semakin besar peluang untuk
melakukan hibridisasi buatan sehingga semakin besar benih hibrida
yang akan diproduksi. Faktor lain yang juga harus diperhatian adalah
waktu pelaksanaan penyerbukan, karena waktu reseptif putik dan serbuk
sari sangat terbatas. Selain itu keberhasilan hibridisasi pada jenis Acacia
ini juga dipengaruhi oleh pemilihan pohon induk betina dan pohon
induk jantan. Hasil penelitian Ibrahim (1993) menyebutkan bahwa
pemilihan pohon induk A. mangium sebagai pohon induk betina akan
meningkatkan keberhasilan diperolehnya benh hibrida dibandingkan
apabila A. auriculiformis dipilih sebagai induk betina. Keberhasilan
hibridisasi dilakukan dengan menghitung produksi buah/polong dan
produksi biji bernas (sound seeds) (Gambar 5). Produksi polong dihitung
berdasarkan jumlah malai yang menghasilkan polong dan produksi biji
dihitung berdasarkan jumlah polong yang menghasilkan benih bernas.

Gambar 5. Benih Akasia hibrida bernas (sound seeds) (a) dan benih kosong (poor seeds) (b).

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

11

BAB 4

Perbanyakan dan
Penanaman
4.1 Perbanyakan
Perbanyakan pada Akasia hibrida dilakukan melalui perbanyakan secara
vegetatif dengan metode stek pucuk (mini cutting). Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam perbanyakan Akasia hibrida dengan metode
stek pucuk adalah sebagai berikut (Sunarti, 2011):
4.1.1 Bahan dan alat

Media stek yang digunakan adalah kompos, sekam bakar dan cocopeat
dengan perbandingan 1:1:1. Bahan lainnya adalah zat pengatur
pertumbuhan berupa hormon IBA dan bahan tanaman berupa stek
pucuk yang diambil dari kebun pangkas mini (mini cutting garden).
Peralatan yang diperlukan adalah pottray dari bahan plastik, gunting
stek, cutter yang tajam, ember plastik, mangkok plastik, telenan kayu/
plastik, label plastic, spidol permanen dan alat bantu lain yang diperlukan
(Gambar 6). Selain peralatan tersebut diperlukan prasarana berupa ruang
pengkabutan (misting house) dengan sistem pengairan yang terjamin
kualitas dan kesinambungannya.

12

Perbanyakan dan Penanaman

Gambar 6. Bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam perbanyakan stek Akasia
hibrida dengan teknik stek pucuk

4.1.2 Cara kerja

Cara kerja pada perbanyakan jenis tanaman Akasia hibrida terdiri atas
beberapa tahapan, yaitu tahapan persiapan, penanaman, pembentukan
perakaran dan aklimatisasi serta persemaian.
4.1.2.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan adalah berupa persiapan media tanam stek
dan bahan tanaman berupa stek.
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

13

1. Persiapan media tanam


Media tanam stek yang digunakan adalah campuran antara kompos,
sekam bakar dan cocopeat dengan perbandingan 1:1:1. Semua media
sebelum digunakan harus disterilisasi dengan cara menjemur di
bawah terik sinar matahari selama kurang lebih 1-3 hari. Semua
media yang telah steril kemudian dicampur dengan baik dan
dimasukkan pada pottray yang telah disiapkan (Gambar 7). Pottray
yang telah diisi media setiap hari disiram sedemikian rupa selama
kurang lebih 3 hari sehingga media menjadi kompak dan cocopeat
telah matang (berwarna kecoklatan). Metode penyiraman juga dapat
dilakukan dengan meletakkan pottray dalam ruang pengkabutan
(misting house).

Gambar 7. Pottray yang telah diisi media stek siap untuk digunakan

2. Persiapan bahan tanaman (stek)


Bahan tanaman yang digunakan berupa stek. Stek diambil dari
ranting yang cukup tua dan tidak terlalu muda/tua serta sehat dengan
diameter yang tidak terlalu kecil/besar (2-5 mm). Ranting diambil
14

Perbanyakan dan Penanaman

dari kebun pangkas mini (mini cutting garden) dengan cara memotong
ranting pada pangkalnya dan meletakkannya di dalam wadah yang
telah diisi air, kemudian dibawa ke rumah kaca untuk dibuat stek
(Gambar 8a). Stek dibuat dengan cara memotong 2-3 ruas pada
pucuknya dan 1-3 ruas di bawahnya setelah daun-daunnya dipotong
sebanyak tiga per empatnya (Gambar 8b). Cara pemotongan stek
dilakukan dengan cara melintang dengan menggunakan cutter yang
tajam dan steril. Pemotongan daun tersebut dimaksudkan untuk
mengurangi transpirasi selama proses pembentukan perakaran.
Pemotongan secara melintang dimaksudkan untuk memperluas
bidang serap Zat Pengatur Tumbuh/hormon, sehingga proses inisiasi
perakaran dapat berjalan dengan optimal. Penggunaan cutter yang
tajam dan steril mutlak diperlukan untuk menghindari terjadinya
luka atau pecahnya sel-sel yang memungkinkan masuknya jamur/
penyakit. Stek yang sudah siap tanam direndam dalam baskom
plastik yang telah diisi dengan air dan diberi Zat Pengatur Tumbuh/
hormon IBA dengan konsentrasi kurang lebih 1 gr/ lt. (Gambar 8c).

Gambar 8. Ranting yang telah diambil dari kebun pangkas mini (a), ranting yang telah
dipotong menjadi stek (b), stek direndam dalam air yang telah diberi Zat
Pengantur Tumbuh (c) siap untuk ditanam

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

15

4.1.2.2 Penanaman stek


Penaman stek dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Buat lubang-lubang pada media yang sudah siap pakai (Gambar 9a).
2. S tek yang akan ditanam terlebih dahulu diberi Zat Pengatur Tumbuh/
homon IBA yang berupa bubuk/powder pada pangkal steknya, diusahakan
hormon dapat menempel cukup banyak dengan cara hormon dicampur
dengan sedikit air sehingga menyerupai pasta (Gambar 9b). Setelah itu
stek siap ditanam pada lobang-lobang yang sudah disediakan, kemudian
dipadatkan dengan ujung jari atau alat bantu lain (Gambar 9c). Dalam
satu pottray diusahakan stek yang ditanam seragam, baik stek dari pucuk
maupun dari ruas sehingga memudahkan dalam pencatatan.
3. S etiap pottray diberi label sesuai dengan nomor klon yang distek beserta
tanggal penyetekan dan pangkasan keberapa (Gambar 10).

Gambar 9. Pelubangan media tanam untuk persiapan penanaman stek (a), pemberian
hormon (b) dan penamanam stek (c)

16

Perbanyakan dan Penanaman

Gambar 10. Label pada stek terdapat informasi nomor klon, tanggal penanaman dan
pangkasan keberapa

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

17

4.1.2.3 Pembentukan perakaran


Pembentukan perakaran atau inisiasi perakaran pada stek dilakukan
dengan meletakkan stek pada rak-rak di dalam ruangan pengkabutan
atau misting house (Gambar 11a). Sistem pengkabutan dilakukan
dengan mengatur waktu keluarnya kabut air dengan durasi 2 menit
setiap seperempat jam selama 10 jam perhari mulai pukul 08:00 17:00.
Stek yang telah diletakkan di dalam ruang pengkabutan sebaiknya tidak
dipindah-pindah sampai perakaran terbentuk selama kurang lebih 3-4
minggu hingga stek siap dipindahkan ke dalam ruang aklimatisasi
(Gambar 11b). Cara mengecek apakah stek sudah berakar atau belum
adalah dengan melihat bagian bawah pottray, apakah akar sudah ada
yang keluar dari lobang bawah pottray atau belum.

Gambar 11. Inisiasi perakaran pada stek Akasia hibrida di dalam ruang pengkabutan
(misting house) (a), stek siap dipindahkan ke ruang aklimatisasi (b)

18

Perbanyakan dan Penanaman

4.1.2.4 Aklimatisasi
Stek yang sudah berakar kemudian dipindahkan dalam ruang aklimatisasi
yaitu ruangan di dalam rumah kaca dengan intensitas cahaya kurang
lebih 50% (Gambar 11a).
Pottray diletakkan di atas rak-rak untuk memudahkan penyiraman,
pemberian pupuk dan pencatatan. Stek diletakkan di dalam ruang
aklimatisasi selama kurang lebih 4-5 minggu (Gambar 12). Selama
dalam waktu aklimatisasi ini, pemeliharaan dilakukan dengan cara
penyemprotan fungisida seminggu sekali dan pemupukan seminggu
sekali dengan dosis 5-10 gr/l.

Gambar 12. Aklimatisasi stek yang telah berakar selama kurang lebih 2 minggu

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

19

4.1.2.5 Persemaian
Stek yang telah stabil kemudian dipindahkan dari ruang aklimatisasi ke
persemaian. Pottray sebaiknya tetap diletakkan di atas rak-rak sehingga
setiap perakaran yang keluar dari bawah lobang pottray dapat dipotong.
Selama di persemaian pemeliharaan dilakukan dengan menyiangi rumput
yang tumbuh, penyemprotan dengan insektisida dan pemupukan
seminggu sekali dengan dosis 10 gr/l dan dinaikkan dosisnya 5 gr/l
setiap bulannya. Stek dipelihara di persemaian selama kurang lebih
4-6 bulan sehingga menjadi semai yang siap tanam. Semai yang siap
tanam adalah semai yang mempunyai ciri-ciri batang sudah berkayu/
mengeras (Gambar 13a) sehingga tidak mudah patah bila tertekuk dan
perakaran sudah kompak (Gambar 13b.) (Hardiyanto et al., 2010).
Selama dipersemaian penyiraman dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari
sesuai dengan cuaca saat itu.

(a)

(b)

Gambar 13. Semai siap untuk ditanam di lapangan, ditandai dengan batang semai telah
mengeras (a) dan perakarannya telah kompak (b)

20

Perbanyakan dan Penanaman

4.2 Penanaman
4.2.1 Penyiapan lahan

Penyiapan lahan dilakukan secara manual dengan menebas semak belukar


serta mendongkel perakaran bekas pohon yang ditebang. Setelah lahan
cukup bersih dari semak belukar dan perakaran sisa tebangan pohon,
persiapan berikutnya adalah pembuatan lubang tanam. Lubang tanam
dibuat secara manual menggunakan cangkul dengan ukuran kurang
lebih 20 x 20 x 20 cm. Setiap lubang tanam diberi pupuk dasar, yaitu
pupuk P sebanyak 75 g/lubang dan ditimbun tanah setebal kurang lebih
5 cm. Setelah itu diberi pupuk kandang sebanyak 1 kg per lubang. Setiap
lubang ditandai dengan ajir yang telah diberi label identitas klon yang
akan ditanaman sesuai dengan desain yang telah dipersiapkan.
4.2.2 Penanaman

Bibit pada pottray dikeluarkan dengan hati-hati dan diletakkan pada


lubang tanam sesuai dengan nomor identitas yang terdapat pada ajir.
Bibit ditanam pada lubang dengan menimbun dengan tanah dan
dipadatkan sehingga tidak terbentuk kantong udara. Kantong udara
apabila terisi air akan menyebabkan kematian akar/bibit karena terjadi
kekurangan oksigen. Sebelum penimbunan tanah dilakukan, terlebih
dahulu dilakukan pengecekan label identitas klon yang terletak pada
klon dengan label identitas klon yang ditempelkan pada ajir. Nomor
identitas klon yang terletak pada klon harus sama dengan identitas klon
yang ditempel pada ajir. Jarak tanaman yang digunakan adalah 3 x 3 m.
4.2.3 Pemeliharaan

Pemeliharaan selama tahun pertama dilakukan pada bulan ketiga dan


keenam berupa pembebasan gulma dengan cara gabungan mekanis dan
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

21

kimiawi. Semak belukar dan rumput yang tumbuh ditebas, 2 minggu


kemudian disemprot dengan herbisida (Round-up) dengan dosis 3 l/300
l air per hektar. Penyemprotan dilakukan dengan sangat hati-hati dan
untuk tanaman yang masih terlalu kecil dikerudungi dengan sarang
bambu yang telah dilapisi plastik, untuk menghindari kontak antara
Round-up dengan tanaman yang disebabkan oleh hembusan angin. Selain
pembersihan gulma juga dilakukan pemupukan dengan kandungan
unsur hara N, P2O5 da K2O masing-masing sebanyak 22,5 g/tanaman
pada musim hujan berikutnya. Pemeliharaan berupa penunggalan juga
dilakukan pada saat semai berumur 3-4 bulan dengan cara memotong
batang ganda dan meninggalkan satu batang yang terbaik. Pemeliharaan
berupa pemangkasan cabang dilakukan pada saat tanaman telah berumur
6 bulan. Pemangkasan dilakukan sebanyak maksimum 40% dari tinggi
pohon.

22

Perbanyakan dan Penanaman

BAB 5

Klon Unggul
Untuk mendapatkan klon Akasia hibrida unggul atau hibrida vigor
atau heterosis, harus dilakukan serangkaian uji di lapangan yang disebut
uji klon (clonal test). Uji klon terdiri atas beberapa tahapan uji yaitu
pemilihan pohon plus, pengujian kemampuan bertunas (sprouting
ability) dan kemampuan berakar stek (rooting ability) (Libby, 1992).
Seunggul apapun pohon plus yang telah diseleksi, apabila kemampuan
bertunasnya rendah, maka kemanfaatannya akan berkurang karena
tidak dapat diperbanyak secara vegetatif. Begitu pula sebesar apapun
kemampuan bertunasnya, kalau kemampuan berakar steknya rendah,
maka kemanfaatannya juga akan berkurang. Jadi untuk mendapatkan
klon unggul Akasia hibrida, harus dilakukan seleksi pohon plus yang
mempunyai kemampuan bertunas dan berakar steknya baik sehingga
diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup untuk diuji di lapangan. Jumlah
klon yang akan diuji sebaiknya tidak terlalu sedikit, yaitu kurang lebih
sekitar 20-25 klon.
Kinerja klon yang diuji di lapangan antara lain adalah pertumbuhan
tinggi, diameter, bentuk batang, percabangan dan sifat-sifat kayu yang
diinginkan. Selain itu dapat juga ditambahkan parameter uji yang lainnya
sesuai dengan kebutuhan, seperti ketahanan terhadap hama/penyakit
dan kemampuan adaptasi pada lokasi tertentu. Parameter lainnya bisa
ditambahkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Uji klon harus dilakukan di beberapa lokasi, terutama lokasi dimana
jenis tersebut akan dikembangkan. Klon yang mempunyai kinerja baik
di suatu lingkungan tertentu, belum tentu mempunyai kinerja yang
sama di lokasi yang yang lain. Perbedaan kinerja tersebut disebabkan
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

23

karena klon bersifat sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan tempat


tumbuhnya dibandingkan dengan material tanaman yang berasal dari
benih (Libby dan Ahuja, 1993).

c
Gambar 14. Uji klon Akasia hibrida umur 10 bulan di Wonogiri, Jawa Tengah (a), Evaluasi
(pengukuran klon Akasia Hibrida umur 1,5 tahun (b), dan Klon Akasia
Hibrida umur 10 bulan di Wonogiri Jawa Tengah (c)

24

Klon Unggul

Klon-klon unggul yang dihasilkan dari uji klon di lapangan merupakan


materi yang sangat penting dalam pembangunan perhutanan klon.
Oleh karena itu uji klon merupakan satu rangkaian kegiatan yang wajib
dilakukan untuk mendapatkan klon-klon unggul yang akan digunakan
untuk membangun hutan tanaman. Berbagai masalah yang timbul
berkaitan dengan perbanyakan klon merupakan tantangan utama dalam
pembangunan kehutanan klon. Keberhasilan perbanyakan klon suatu
spesies pohon dipengaruhi oleh banyak faktor terutama umur pohon
(Frampton dan Foster, 1993). Semakin tua umur pohon, biasanya
keberhasilan perbanyakannya akan cenderung menurun (Hartmann
et al., 1990).

Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

25

BAB 6

Penutup
Akasia hibrida adalah varietas baru hasil persilangan antara A. mangium
dan A. auriculiformis. Beberapa keunggulan yang dimiliki varietas baru
ini antara lain adalah pertumbuhan cepat, bentuk batang lurus dan bulat,
percabangan ringan, sifat-sifat kayunya sangat baik untuk bahan baku
pulp dan kertas. Selain itu dibandingkan dengan A. mangium, Akasia
hibrida lebih toleran terhadap serangan hama/penyakit dan mampu
tumbuh baik pada lahan marginal seperti tanah gambut, tanah spodosol
dan marine clay.
Pengembangan Akasia hibrida diperlukan dalam rangka untuk
mendapatkan klon unggul sebagai materi genetik untuk pembangunan
hutan tanaman penyedia bahan baku industri pulp dan kertas. Untuk
mendapatkan klon unggul, diperlukan serangkaian kegiatan uji klon di
lapangan yang diawali dengan pemilihan pohon plus dan perbanyakan
secara vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif telah berhasil dilakukan
menggunakan metode stek pucuk dan kultur jaringan.

26

Penutup

Daftar Pustaka
Ahmad, D.H. 1991. Micropropagation Technique for Acacia mangium x
Acacia auriculiformis. Dalam: Carron, L.T. dan Aken, K.M. (eds).
Breeding Technologies for Tropical Acacias. Proceeding ACIAR.
No 37. Canberra. pp. 119-121.
Chaudary,R.C. 1984. Introduction to plant breeding. Oxford & IBH
Publishing Co. New Delhi. Bombay. Calcuta. pp 130-134.
Galiana, A., Goh, D., Chavalenger, M.H. 2003. Micropropagation of
Acacia mangium x A. auriculiformis Hybrid in Sabah. Scientific
Note. 275(1):78-82.
Gan, E. and Sim , B. L. l991. Nursery identification of hybrid seedlings
in open plots. In: Breeding technologies for tropical Acacias.
Carron,L.T and Aken,K.M. (eds.). Proceeding ACIAR. No. 37.
Canberra.pp. 76-85.
Hardiyanto, E.B. 1998. Approaches to breeding acacias for growth and
form : the experience at PT. Musi Hutan Persada (Barito Pasific
Group). In: Developments in Acacias planting. J.W. Turnbull,
H.R. Cropton dan K. Pinyopusarerk (eds). ACIAR Proceedings.
No. 82.Canberra. Australia. pp. 178-183.
2004. Silvikultur dan Pemuliaan A. mangium. In:
Pembangunan Hutan Tanaman Industri. Pengalaman di PT. Musi
Hutan Persada,Selatan Selatan. Hardiyanto,E.B. dan Arisman,H.
(eds). Polydor. Yogyakarta. pp. 207-268.
Hartman, H.T., Kester, D.E. dan Davis, Jr. 1990. Plant Propagation Principles
and Practices. Prentice Hall Inc. Englewood Cliff. New Jersey.
Ibrahim, Z. 1993. Reproductive Biology. In:Acacia mangium. Growing
and utilization. Awang,K. and Taylor,D. (eds). Winrock
International and the Food and Agriculture Organization of the
United Nations. Bangkok.Thailand.pp. 21-30.
Akasia Hibrida (A. mangium X A. auriculiformis): Varietas Baru untuk Bahan Baku Industri Pulp dan Kertas

27

Ibrahim, Z. dan Awang, K. 1991. Flowering and Fruiting Phenology of


Acacia mangium and Acacia auriculiformis in Peninsular Malaysia.
Dalam: Carron, L.T. dan Aken, K.M. (eds). Breeding Technologies
for Tropical Acacias. ACIAR Proceeding. No. 37. Canberra. pp. 45.
Kha,L.D. 2001. Studies on the use of natural hybrids between Acacia
mangium and Acacia auriculiformis in Vietnam. Agriculture
Publising House. Hanoi. pp. 5-10.
Kijkar,S. 1992. Handbook on vegetatif propagation of Acacia mangium
x A. auriculiformis. ASEAN Canada Forest Tree Seed Center.
Saraburi. Thailand.
Kim, N.T., Matsumura, J., Oda, K., dan Cuong, N.V. 2009. Possibility
of Improvement in Fundamental Properties of Wood of Acacia
Hybrid by Artificial Hybridization. Journal of Wood Science. 1(5).
Springerlink. Japan.
Libby, W.J. dan Ahuja, M.R. 1993. Clonal Forestry. Dalam: Libby, W.J.
dan Ahuja, M.R. (eds). Clonal Forestri II. Springer-Verlag. Berlin.
Heidelberg. New York. pp.1-8.
Rufeld, C.W. 1988. Acacia mangium and Acacia auriculiformis and hybrid
A. mangium x A. auriculiformis. Seedling Morphology study.
Forest Research Centre Publication. No. 41. Sabah. Malaysia.
Sunarti, S. 2011. Perbanyakan padas Akasia Hibrida (A. mangium x
A. auriculiformis) dengan metode stek pucuk. Informasi Teknis
volume 9 Nomor 2. BBPBPTH ISSN-1693-7147.
Syafii, W. dan Siregar, I.Z. 2006. Sifat Kimia dan Dimensi Serat Kayu
Mangium (Acacia mangium Wild.) dari Tiga Provenans. Journal
of Tropical Wood Science and Technology. 4(1): 28-32.
Yahya, R., Sugiyama, J. and Gril, J. 2010. Some anatomical features
of Acacia hybrid, A. mangium and A. auriculiformis grown in
Indonesia with regard to pulp yield and strength paper. Journal
of Tropical Forest Science 33(3): 343-351.
28

Daftar Pustaka

Kerjasama:
BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
dan
DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN
Didukung oleh:

mfp
MULTISTAKEHOLDER
FO R E S T RY
PROGRAMME

ISBN: 978-602-7672-52-9

Anda mungkin juga menyukai