Anda di halaman 1dari 44

ABSTRAK

Sebuah hasil produksi atau benda kerja dapat dikatakan sama dengan
yang kita inginkan apabila sudah dilakukan pengukuran dan hasilnya tidak
melebihi daerah toleransi. Pengukuran ini dapat berupa pengukuran panjang,
massa, sudut, dan lain-lain. Untuk mengklasifikasikan hasil produksi yang cacat
atau tidak, salah satunya adalah dengan melakukan pengukuran. Oleh karena
itulah pengukuran ini dilakukan untuk lebih memahami cara-cara pengukuran dan
jenis-jenis alat ukur serta cara pembacaan pada skala alat ukur ini.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan 4 jenis alat ukur yaitu,
micrometer, jangka sorong, dial indicator, dan bevel protactor. Pada alat ukur
micrometer, untuk mengukur diameter luar. Jangka sorong untuk mengukur
diameter dalam, luar, dan kedalaman. Bevel protactor untuk mengukur sudut, dial
indicator untuk mengukur toleransi perbedaan kerataan dan height gauge untuk
mengukur diameter. Pengukuran ini dilakukan sebanyak 5 kali percobaan.
Setelah melakukan praktikum ini, maka hasil yang didapatkan adalah
berupa nilai dari diameter luar, diameter dalam, kedalaman, sudut, dan ketinggian.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
taufik dan hidayah Nya maka laporan hasil praktikum pengukuran teknik modul
I ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini berisi tentang hasil praktikum
dan pembahasan hasil praktikum yang telah kami lakukan. Pada praktikum ini
kami melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur mikrometer, jangka
sorong, dial indicator, dan bevel protactor.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Untuk itu
tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Dosen dosen mata kulia pengukuran teknik yang telah membimbing kami

2.

selama proses perkuliahan,


asisten Laboratorium Manufaktur yang tela membantu kami selama

3.

praktikum dan penyelesaian laporan ini,


teman teman yang telah membantu kami.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula laporan ini. Untuk itu kritik

dan saran selalu kami terima demi perbaikan laporan ini ke depannya.

Surabaya, 7 Desember 2011

PENULIS

DAFTAR ISI
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar dan Daftar Tabel
Bab I

Pendahuluan
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6

Bab II

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Praktikum
Manfaat Praktikum
Sistematika Penulisan

Dasar Teori
2.1

Pengukuran
2.1.1 Alat Ukur dan Bagian Bagiannya

Bab III

Bab IV

Bab V

2.2

Sifat Sifat Alat Ukur

2.3

Faktor Kesalahan Pengukuran

Metodologi Percobaan
3.1

Peralatan yang Digunakan

3.2

Langkah Langkah Percobaan

Analisa Data dan Pembahasan


4.1

Data Acuan

4.2

Data Praktikan

4.3

Contoh Perhitungan Standar Deviasi dan Rata Rata

Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

1.1

Latar Belakang
Dalam perkembangan industri dunia yang semakin pesat sekarang
ini, masalah-masalah yang muncul juga semakin kompleks. Agar industri
dapat menyelesaikan masalah yang muncul di industry, perlu ketersediaan
peralatan pengukuran yang sekaligus ditunjang oleh SDM yang mampu
mengoperasikan peralatan pengukuran dengan baik dan sesuai standard
penggunaan alat.
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum pengukuran teknik ini
untuk

memberikan

pengetahuan

kepada

mahasiswa

agar

mampu

menggunakan dan melakukan pengukuran pada beberapa alat ukur, seperti


mikrometer, jangka sorong, dial indikator, dan bevel protektor.
1.2

Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara menggunakan berbagai jenis alat ukur, seperti
2.

mikrometer, jangka sorong, dial indikator, dan bevel protektor?


Bagaimana cara menetapkan ukuran benda ukur berdasarkan hasil
pengukuran dengan berbagai jenis alat ukur, seperti mikrometer, jangka
sorong, dial indikator, dan bevel protektor?

1.3

Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari praktikum ini, antara lain :

1.4

1.
2.

Peralatan atau alat ukur sudah dikalibrasi dengan baik.


Suhu ruangan dianggap sesuai dan tidak mempengaruhi hasil

3.

pengamatan.
Spesimen yang diukur permukaannya dianggap rata.

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mampu menggunakan berbagai jenis alat ukur, yaitu mikrometer,
2.

jangka sorong, dial indikator, dan bevel protektor.


Mampu menetapkan ukuran benda ukur berdasarkan hasil pengukuran
dengan berbagai jenis alat ukur, seperti mikrometer, jangka sorong, dial
indikator, dan bevel protektor.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

1.5

Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini, yaitu :
1. Mengetahui aplikasi berbagai jenis alat ukur, yaitu mikrometer, jangka
2.

sorong, dial indikator, dan bevel protektor.


Mengetahui bagaimana cara menetapkan

dimensi

benda ukur

berdasarkan kecermatan alat ukur.


1.6

Sistematika Penulisan
Sistematika dari laporan ini, yaitu abstrak yang berisi tentang
rangkuman dari laporan ini. Bab I adalah Pendahuluan yang terdiri latar
belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan praktikum, manfaat
praktikum, dan sistematika laporan. Bab II berisi tentang dasar teori dari
praktikum, yang berisi tentang pengukuran, sifat-sifat alat ukur, dan faktor
kesalahan pengukuran. Bab III yaitu metodologi percobaan yang berisi
peralatan yang digunakan dan langkah-langkah percobaan. Bab IV yaitu
analisa data dan pembahasan yang terdiri data acuan, data praktikum, contoh
perhitungan standar deviasi dan rata-rata, dan pembahasan. Bab V berisi
tentang kesimpulan dan saran.

BAB 2
DASAR TEORI
2.1

Pengukuran
Pengukuran dalam arti umum adalah membandingkan suatu besaran
dengan besaran acuan/ pembanding/ referensi. Proses pengukuran akan
menghasilkan angka yang diikuti dengan nama besaran acuan ini. Bila tidak
diikuti nama besaran acuan, hasil pengukuran menjadi tidak berarti. Besaran
acuan ini merupakan besaran yang telah dibakukan (distandarkan).

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Pada bermacam macam jenis alat ukur akan ditemukan skala


ukuran. Skala tersebut menunjukkkan satuan panjang yang berupa bagian
dari meter, dapat berupa milimeter maupun mikrometer yang menunjukkan
kecermatan alat ukur yang bersangkutan.
2.1.1 Alat Ukur dan Bagian Bagiannya
Alat ukur dapat diterangkan dari segi pemakaiannya, maka
secara garis besar dpat dikelompokkan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Alat ukur linier langsung


Alat ukur linier tak langsung
Alat ukur sudut
Alat ukur kedataran, kelurusan dan kerataan
Metrologi ulir
Metrologi roda gigi
Alat ukur kebulatan dan beberapa kesalahan bentuk
Alat ukur kekasaran permukaan.

2.1.1.1

Alat Ukur Linier Langsung


Alat ukur linier langsung adalah alat ukur yang hasil
pengukurannnya dapat langsung dibaca pada bagian
penunjuk (skala) dari alat ukur tersebut. Berikut adalah
beberapa jenis alat ukur linier langsung.
1.

Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur linier serupa

dengan mistar ukur. Alat ukur ini memiliki skala linier


pada batang dengan ujung yang berfungsi sebagai sensor
penahan benda ukur (dinamakan rahang ukur tetap). Suatu
peluncur dengan sisi yang

dibuat sejajar dengan

permukaan rahang ukur tetap dinamakan sebagai rahang


ukur gerak yang bisa digeser pada batang ukur (lihat
gambar 2.1).

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Gambar 2.1 Bagian dari Jangka Sorong


Pembacaan skala linier (skala utama) dilakukan
melalui garis indeks yang terletak pada peluncur (yang
bersatu dengan rahang ukur gerak) dan posisinya relatif
terhadap skala diinterpolasikan dengan skala nonius atau
dengan memakai jam ukur.
Pada jangka sarang nonius ada dua jenis utama
sebagaimana ditunjukkan gambar 2.1. Jenis yang pertama
hanya digunakan untuk mengukur dimensi luar dan
dimensi dalam, sedangkan jenis kedua selain untuk
mengukur dimensi luar dan dalam dapat juga digunakan
untuk mengukur kedalaman celah.
Bagian bagian utama dari jangka sorong adalah
sebagai berikut:
1. Rahang dalam
Rahang dalam digunakan untuk mengukur sisi luar dari
suatu benda. Terdiri atasrahang tetap dan rahang geser.
2. Rahang luar
Rahang luar digunakan untuk mengukur sisi dalam dari
suatu benda. Terdiri atasrahang tetap dan rahang geser.
3. Depth probe

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Depth probe digunakan untuk mengukur kedalaman dari


suatu benda.
4. Skala Utama (dalam cm)
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1cm sehingga dua
sekala utama yang berdekatan berukuran 0,1 cm atau
samadengan 1 mm.
5. Skala utama (dalam inchi)
Pada skala utama, angka 0 - 6 menunjukan skala dalam
inchi sedangkan garis -garis yang lebih pendeknya dalam
fraksi.
6. Skala nonius (dalam 1/10 mm)
Pada jangka sorong di atas, untuk setiap garis skala
menunjukan 1/10 mm. Tetapiada juga yang memiliki skala
1/20, dll. Sepuluh skala nonius memiliki panjang 9mm,
sehingga jarak dua skala nonius yang saling berdekatan
adalah 0,9 mm.Dengan demikian, perbedaan satu skala
utama dan satu skala nonius adalah 1 mm- 0,9 mm = 0, 1
mm atau 0,01 cm. Dengan melihat skala terkecil dari
jangka sorong ini, maka ketelitian dari jangkasorong
adalah setengah dari skala terkecil jangka sorong tersebut,
yaitu:atau 0,005 cm.
7. Skala Nonius (untuk inchi)
Menunjukan skala pengukuran fraksi dari inchi
8. Pengunci
Digunakan untuk menahan bagian - bagian yang bergerak
ketika pengukuranseperti rahang atau Depth probe
Biasanya jangka sorong mempunyai kapasitas ukur
sampai dengan 150 mm, sementara untuk jenis yang besar
dapat mencapai 1000 mm. Kecermatan pembacaan
bergantung pada skala noniusnya yaitu 0,10, 0,15, atau
0,02 mm.
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

2.

Mikrometer
Mikrometer

merupakan

alat

ukur

linier

yang

mempunyai kecermatan yang lebih tinggi dibandingkan


jangka sorong, umumnya menpunyai kecermatan sebesar
0,01 mm. Jenis khusus memang ada yang dibuat dengan
kecermatan 0.0005 mm, 0,002 mm, 0,001 mm dan bahkan
sampai 0,0005 mm (dibantu dengan skala nonius).
Meskipun demikian, karena keterbatasan dari ketelitian
pembuatan ulir yang merupakan komponen utama dari
sistem pengubah ini, maka derajat kpercayaan atas hasil
pengukuran akan turun apabila mikrometer tersebut
mempunyai kecermatan yang lebih kecil dari 0,005 mm.
Bagian bagian utama dari mikrometer adalah:
1. Rahang tetap yang berisi skala utama yang dinyatakan
dalamsatuan mm. Panjang skala utama mikrometer
pada umumnya mencapai25 mm. Skala Utama, terdiri
dari skala : 1, 2, 3, 4, 5 mm, danseterusnya Dan nilai
tengah : 1,5; 2,5; 3,5; 4,5; 5,5 mm, danseterusnya.
Jarak antara 2 skala utama yang saling berdekatan
adalah0,5 mm.
2. Poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar
(bidal). Pada ujung bidal terdapat garis skala yang
membagi menjadi 50 bagian yangsama yang disebut
skala nonius.
3. Rahang geser yang dihubungkan dengan bidal, yang
digunakanuntuk memegang benda yang akan diukur
bersama dengan rahangtetap.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Gambar 2.2 Mikrometer Luar dengan Kapasitas Ukur 0 25 mm


2.1.1.2 Alat Ukur Linier Tak Langsung
pengukuran tak langsung yang dilaksanakan dengan
dua jenis alat ukur yaitu, alat ukur standart dan alat ukur
pembanding. Alat ukur standar adalah:
1. Blok ukur
2. Batang ukur
3. Kaliber induk tinggi
Alat ukur pembanding adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
1.

Jam ukur (dial indicator)


Jam ukur test/pupitas
Pembanding (comparator)
Jam Ukur (Dial Indicator)
Jam ukur (dial indicator) merupakan alat ukur

pembanding yang banyak digunakan dalam industri


permesinan

bagian

produksi

maupun

pada

bagian

pengukuran. Prinsip kerjanya adalah secara mekanis


dimana gerakan linier dari sensor diubah menjadi gerakan
putaran dari jarum penunjuk pada piringan yang berskala
dengan perantaraan batang bergigi dan susunan roda gigi.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Gambar 2.3 Dial Indicator


Pegas koil berfungsi sebagai penekan batang bergigi
sehingga sensor selalu menekan ke bawah, sedangkan
pegas spiral berfungsi sebagai penekan sistem transmisi
roda gigi sehingga permukaan gigi yang berpasangan
selalu menekan pada sisi yang sama untuk kedua arah
putaran (guna menghindari backlash yang mugkin terjadi
karena profil gigi yang tidak sempurna atau karena
keausan).
Kecermatan pembacaan skala adalah 0,01, 0,005
atau 0,002 mm dengan kapasitas ukur yang berbeda,
misalnya 20, 10, 5, 2 atau 1 mm. Untuk kapasitas ukur
yang besar biasanya dilengkapi dengan jam kecil pada
piringan jam yang besar, dimana satu putaran penuh dari
jarum yang besar adalah sesuai dengan satu angka dari
jam yang kecil.
Dalam pemakaiannya, jam ukur dipasangkan pada
dudukan. Tinggi sensor disesuaikan dengan tinggi nominal
dari produk yang akan diperiksa dimensinya. Dalam
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

proses produksi, jam ukur dapat dipasang pada mesin


perkakas pada tempat dan posisi tertentu sedemikian rupa
sehingga pada saat proses permesinan hampir berakhir
maka melalui jam ukur gerakan perkakas potong relatif
terhadap benda kerja dapat dibaca oleh operator sehingga
2.1.1.3

proses permesinan dapat dihentikan tepat pada saatnya.


Alat Ukur Sudut
Setelah pengukuran linier, pengukuran sudut
merupakan hal yang penting untuk menjamin sifat
ketertukaran komponen yang pada gilirannya setelah
mereka dirakit, akan memiliki andil bagi penjaminan
kualitas fungsional mesin/perkakas yang bersangkutan.
Sebagaimana dengan pengukuran linier, pengukuran sudut
dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu, cara langsung
dan cara tak langsung. Beberapa jenis alat ukur sudut
langsung adalah sebagai berikut:
1. Busur baja
2. Busur bilah
3. Profil proyektor
4. Clinometer
Sedangkan alat ukur sudut tak langsung antara lain:
1.
2.
3.
4.
1.

Blok ukur
Pelingkup sudut
Alat ukur sinus
Angle Dekkor
Busur Bilah (Bevel Protractor)
Untuk pengukuran sudut antara dua permukaan benda

ukur dengan kecermatan lebih kecil dari satu derajat, dapat


digunakan busur bilah. Konstruksi busur bilah ini serupa
dengan busur baja. Bagian bagian dari busur bilah ini
adalah sebagai berikut:
1. Busur derajat
Busur derajat satu lingkaran penuh dipasang pada
rangka.Pada busur derajat terdapat garis-garis skala ukur
sudut dalam suatu derajat mulai dari 0-180 derajat.
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

2. Rangka
Rangka terbuat dari baja tuang pada rangka ini terdapat
busur derajat,mistar baja,dan blok dengan posisi yang
dapat diatur sesuai dengan posisi sudut yang diinginkan
3. Mistar
Mistar dipasang pada rangka dengan posisi dapat
diatur, baik posisi sudutnya maupun jarak atau panjang
terhadap benda ukur atau balok ukurnya.Yaitu dengan
menyetel baut penyetel.
4. Baut penyetel
Baut penyetel digunakan untuk menyetel posisi sudut
busur derajat terhadap

mistar atau mengatur panjang

mistar terhadap beda ukurnya.


5. Blok ukur
Rangka atau rumah dengan blok ukur dengan bagian
bawwah berbentuk permukaan rata sebagai blok untuk
meletakkan bevel protractor pd permukaan benda yg akan
diukur

Gambar 2.4 Busur Bilah


Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Harga sudut yang ditunjukkan oleh skala pada busur


bilah adalah sudut antara sisi bilah utama dan sisi kerja
plat dasar, jadi bukan sudut sesungguhnya dari obyek ukur.
Oleh sebab itu, pemakaian busur bilah harus dilakukan
dengan saksama supaya sudut busur bilah betul betul
sesuai dengan sudut benda ukur. Tiga hal penting yang
harus diperhatikan dalam pemakaian busur bilah adalah:
a. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja busur
bilah harus bersih. Adanya debu atau geram dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran ataupun dapat
merusak busur bilah. Aturlah kedudukan bilah utama
dengan memakai kunci bilah.
b. Bidang busur bilah harus berimpit atau sejajar dengan
bidang sudut yang diukur (bidang normal). Apabila
kondisi

ini

tidak

dipenuhi,

harga

sudut

yang

dibacapada bususr bilah mungkin lebih kecil daripada


sudut benda ukur.
c. Sisi kerja plat dasar dan salah satu sisi bilah utama
harus betul betul berimpit dengan permukaan benda
ukur, tidak boleh terjadi celah. Untuk mempermudah
pengukuran benda ukur yang besar, kunci piringan
indeks dapat dikendorkan, kemudian busur bilah
digeserkan menuju permukaan yang menyudut sampai
bilah utama terputar dan berimpit dengan permukaan
tersebut. Bacalah harga sudut pada kedudukan ini atau
kunci terlebih dahulu piringan indeks, kemudian baru
dibaca harga sudutnya dengan cara memiringkan busur
bilah

untuk

mempermudah

pembacaan

skala

noniusnya.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Gambar 2.5 Pemakaian Busur Bilah Nonius


2.2

Sifat Sifat Alat Ukur


2.2.1 Rantai Kalibrasi dan Keterlacakan (Treacibility)
Dalam kalibrasi yang diukur adalah obyek ukur yang diketahui
harga sebenarnya yang menjadi acuan kalibrasi. Harga sebenarnya
adalah harga yang dianggap benar dalam kaitannya dengan tingkat
kebenaran yang diperlukan oleh alat ukur yang dikalibrasi.
Jika suatu prosedur kalibrasi ini dianggap suatu mata rantai,
rantai kalibrasi akan mencakup rangkaian mata rantai sebagai
berikut:
Tingkat 1

Kalibrasi alat ukur kerja dengan memakai acuan alat


ukur standart kerja.

Tingkat 2

Kalibrasi alat ukur standart kerja dengan memakai


acuan alat ukur standart.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Tingkat 3

Kalibrasi alat ukur standart dengan acuan alat ukur


standart dengan tingkatan yang lebih tinggi (standart
nasional atau yang telah ditera secara nasional).

Tingkat 4

Kalibrasi standart nasional dengan acuan standart


meter (internasional).

Dengan menjalankan sistem kalibrasi berantai, setiap alat ukur


akan memiliki keterlacakan, yaitu sampai sejauh mana mata rantai
kalibrasi dirangkai. Jika secara meyakinkan seorang/badan dapat
menyatakan bahwa keterlacakan suatu alat ukur adalah sampai pada
rantai kedua berarti alat ukur tersebut pernah dikalibrasi dengan
memakain acuan standart kerja yang mana acuan standart kerja ini
pernah dikalibrasi dengan acuan alat ukur standart.
2.2.2 Kecermatan (Resolution)
Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecermatan skala dengan
cara pembacaannya. Bagi skala yang dibaca melalui garis indeks
atau jarum penunjuk kecermatan alat ukur sama dengan kecermatan
skala yaitu arti jarak antar garis skala. Bila dibaca dengan
pertolongan skala nonius (satu atau dua dimensi), kecermatan alat
ukur sama dengan kecermatan interpolasi nonius. Jika digunakan
penunjuk digital kecermatan alat ukur diwakili oleh angka paling
kanan (angka satuan terkecil).
Kecermatan

dirancang

sesuai

dengan

rancangan

bagian

pengubah dan penunjuk alat ukur dengan memperhatikan kepekaan,


keterbacaan, dan kapasitas ukur.
.
2.2.3 Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh bagian pengubah,
sesuai dengan prinsip kerja yang diterapkan padanya. Dalam hal ini,
kepekaan alat ukur adalah kemampuan alat ukur untuk menerima,

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

mengubah dan meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke


bagian penunjuk, pencatat, atau pengolah data pengukuran).

Gambar 2.6 Kepekaan Secara Matematis


2.2.4 Keterbacaan (Readability)
Karena pengamat akan dapat lebih mudah dan cepat membaca
hasil pengukuran maka, secara umum, keterbacaan penunjuk digital
dikatakan lebih tinggi daripada keterbacaan skala dengan jarum
penunjuk, garis indeks, atau garis indeks dengan skala nonius. Istilah
keterbacaan dalam metrologi secara khusus lebih dikaitkan pada
bagian penunjuk dengan skala.
2.2.5 Histerisis (Histerysis)
Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan yang timbul
sewaktu dilakukan pengukuran secara berkesinambungan dari dua
arah yang berlawanan (mulai dari skala nol hingga skala maksimum
kemudian diulangi dari skala maksimum ke skala nol). Histerisis
muncul karena adanya gesekan pada bagian pengubah alat ukur.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Gambar 2.7 Histerisis yang Terjadi pada Jam Ukur


2.2.6 Kepasifan/Kelambatan Reaksi (Passivity)
Kepasifan dikaitkan dengan waktu yang digunakan perjalanan
isyarat mulai dari sensor sampai pada penunjuk. Suatu alat ukur
dapat memiliki kepekaan tinggi dengan kepasifan yang tinggi atau
sebaliknya, sebab antara kepekaan dan kepasifan tidak ada
kaitannya.
2.2.7 Pergeseran (Shifting, Drift)
Pergeseran terjadi bila jarum penunjuk atau pena pencatat
bergeser dari posisi yang semestinya. Proses pergeseran biasanya
berjalan lambat dan pengamat tak menyadari gara gara jarum
penunjuk atau pena pencatat berfungsi secara dinamik mengikuti
perubahan isyarat sensor. Pergeseran bisa diamati dengan jelas bila
selama isyarat sensor tak diubah (sensor diusahakan pada posisi
tetap, nol atau harga tertentu) secara perlahan dan pasti posisi jarum
penunjuk atau pena pencatat bergeser ke satu arah. Jadi, pergeseran
merupakan suatu penyimpangan yang membesar dengan berjalannya
waktu.
2.2.8 Kestabilan Nol (Zero Stability)
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Kestabilan nol merupakan penyebab penyimpangan hasil


pengukuran dengan harga yang tetap atau berubah ubah secara
rambang (acak) tak stabil. Serupa dengan pergeseran, kestabilan nol
dapat diperiksa secara periodik dengan melakukan pengukuran ulang
dengan menggunakan obyek ukur acuan sehingga alat ukur
menunjukkan harga acuan (nol atau harga tertentu). Jika harga ini
berubah ubah secara acak (kadang besar, kecil, positif, negatif, atau
tak ada perubahan) pada setiap kali pengecekan berati kestabilan nol
alat ukur (sistem pengukuran) tidak baik.
2.2.9 Pengambangan/Ketidakpastian (Floating)
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk selalu berubah
posisi (bergetar) atau angka terakhir/paling kanan penunjuk digital
berubah ubah. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan (noise)
yang menyebabkan perubahan perubahan yang kecil yang
dirasakan sensor yang kemudian diperbesar oleh bagian pengubah
alat ukur.

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1

Peralatan Yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1.
2.
3.
4.
5.

Mikrometer
Jangka sorong
Dial Indicator
Bevel protactor
Benda benda yang akan diukur

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

3.2

Langkah Langkah Percobaan


3.2.1 Mikrometer
Langkah langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran
menggunakan mikrometer adalah
1. Tentukan ketelitian alat ukur yang dipakai.
2. Permukaan benda ukur dan mulut ukur harus dibersihkan terlebih
dahulu menggunakan alkohol dan tisu halus.
3. Periksa kedudukan titik nol dari mikrometer, bila tidak segaris
maka harus disetel terlebih dahulu.
4. Buka mulut ukur sampai melebihi dimensi ukur. Gunakan poros
ukur untuk membuka mulut ukur, jangan sekali kali
menggunakan rahang mikrometer.
5. Pada waktu mengukur, maka penekanan poros ukur pada benda
ukur jangan terlalu keras. Gunakan pembatas momen putar
ketika poros ukur hampir mencapai permukaan benda ukur.
6. Lakukan pengukuran dan catat pada lembar data.
7. Ulangi pengukuran hingga 5 kali pengambilan data.
3.2.2 Jangka Sorong
Langkah langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran
menggunakan jangka sorong adalah
1. Tentukan kecermatan dan jangka sorong yang digunakan.
2. Bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukur sebelum
dilakukan pengukuran.
3. Sebelum jangka sorong yang digunakan, pastikan skala nonius
dapat bergeser dengan bebas.
4. Pastikan angka nol pada kedua skala bertemu dengan tepat.
5. Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat
mungkin dengan skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi
pengukur menghasilkan pengukuran yang kurang akurat.
6. Tempatkan jangka sorong tegal lurus dengan benda yang diukur.
7. Tekanan pengukuran jangan terlalu kuat, karena akan
menyebabkan terjadinya pembengkokkan pada rahang ukur
maupun pada lidah pengukur kedalaman.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

8. Kencangkan baut pengunci agar rahang rahang tidak bergeser,


tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak ulir dari baut
pengunci.
9. Dalam membaca skala nonius upayakan setelah jangka sororng
diangkat keluar dengan hati hati dari benda ukur.
10. Lakukan pengukuran diameter luar, diamter dalam dan
kedalaman.
11. Catat hasi pengukuran pada lembar data.
12. Ulangi langkah 10 sampai 11 sebanyak 5 kali untuk masing
masing pengukuran.
3.2.3 Dial Indicator
Langkah langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran
menggunakan dial indicator adalah
1. Set alat ukur seperti gambar 3.1

Gambar 3.1 Set Alat Ukur untuk Pengukuran dengan Dial Indicator
2. Lakukan pengukuran ketinggian benda ukur pada suatu titik.
3. Catat hasil pengukuran pada lembar data.
4. Lakukan langkah 2 dan 3 sebanyak 5 kali.
3.2.4 Bevel Protactor
Langkah langkah percobaan yang dilakukan untuk pengukuran
menggunakan bevel protactor adalah
1. Lakukan pengukuran terhadap sudut pada benda seperti pada
gambar 3.2
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Gambar 3.2 Benda Ukur untuk Pengukuran Bevel Protactor


2. Catat hasil pengukuran pada lembar data.
3. Ulangi langkah 1 dan 2 sebanyak 5 kali.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

BAB 4
ANALISA DATA dan PEMBAHASAN
4.1 Data Acuan
Tabel 4.1 data acuan
No Alat Ukur

Pengukuran

Diameter luar 58,75 mm

Jangka Sorong

Diameter dalam 53,40 mm


Kedalaman 40,75 mm
2

Mikrometer

Diameter luar 5,46 mm

Bevel Protactor

Sudut 140

Dial Indicator

711 m

4.2 Data Praktikan

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Praktikan
Sani
Dani
Aulia
Feri
Manan
Dana
Data Acuan

D luar (jangka sorong)


1
2
3
58,45
58,45
58,50
58,45
58,40
58,50
58,70
58,70
58,70
58,55
58,55
58,55
54,80
54,80
54,80
58,80
58,70
58,70
58,75
58,75
58,75

4
58,35
58,50
58,70
58,55
54,80
58,70
58,75

5
58,45
58,50
58,70
58,55
54,80
58,70
58,75

Praktikan
Sani
Dani
Aulia
Feri
Manan
Dana
Data Acuan

D dalam (jangka sorong)


1
2
3
53,90
53,80
53,95
54,00
53,90
53,95
53,85
53,80
53,85
53,80
53,80
53,70
54,80
54,80
54,80
53,85
53,90
53,90
53,40
53,40
53,40

4
54,05
53,85
53,85
53,80
54,80
53,90
53,40

5
53,95
53,90
53,80
53,80
54,80
53,90
53,40

Praktikan
Sani
Dani
Aulia
Feri
Manan
Dana
Data Acuan

kedalaman (jangka sorong)


1
2
3
40,70
40,80
40,85
40,85
41,00
41,20
40,90
40,75
40,75
40,90
40,90
40,90
40,25
40,25
40,25
40,90
40,80
40,90
40,75
40,75
40,75

4
40,95
40,80
40,80
40,90
40,05
40,90
40,75

5
40,90
41,15
40,90
40,90
40,05
40,85
40,75

Praktikan
Sani
Dani
Aulia
Feri
Manan
Dana
Data Acuan

D luar (mikrometer)
1
2
3
5,45
5,44
5,45
5,44
5,44
5,45
5,44
5,44
5,44
5,45
5,45
5,45
5,45
5,45
5,45
5,44
5,33
5,33
5,46
5,46
5,46

4
5,44
5,44
5,44
5,45
5,45
5,33
5,46

5
5,44
5,44
5,43
5,45
5,45
5,44
5,46

Praktikan
Sani
Dani
Aulia
Feri
Manan
Dana
Data Acuan

sudut (bevel protactor)


1
2
3
140,45 140,15 140,30
140,00 140,75 141,50
139,58 139,75 139,50
140,25 140,25 140,33
140,67 140,25 139,75
140,00 140,00 140,05
140,00 140,00 140,00

4
140,30
141,00
139,17
140,33
140,75
140,33
140,00

5
140,15
141,50
139,58
140,33
140,42
140,17
140,00

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya
1

dial indikator
2
3

4.3 Contoh Perhitungan Standar Deviasi dan rata rata


Jangka sorong pengukuran kedalaman menggunakan data milik Sani. Data
hasil pengukuran sebagai berikut :
Rata-Rata
k

x
n 1

40,70 40,80 40,85 40,95 40,90


40,84
5

Standar Deviasi
k

S [

(x
n 1

x) 2

n 1

1/ 2

40,70 40,84 2 40,80 40,84 2 40,85 40,84 2 40,95 40,84 2


5 1

=0.096

4.4 Pembahasan
4.4.1 Dial Indikator
a. Grafik

Gambar 4.1 Grafik perbandingan pengukuran kerataan dengan menggunakan


dial indikator antara data praktikan dengan data acuan

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

b. One-Sample T
One-Sample T: Sani, Dani, Aulia, Feri, Manan, Ardana, Acuan
Test of mu = 711 vs not = 711
Variable
Sani
Dani
Aulia
Feri
Manan
Ardana
Acuan

N
5
5
5
5
5
5
5

Mean
758.0
693.60
663.00
747.6
767.90
675.20
711.000

StDev
25.0
7.02
2.55
33.8
12.00
3.19
0.000

SE Mean
11.2
3.14
1.14
15.1
5.37
1.43
0.000

95% CI
( 726.9,
789.1)
( 684.88, 702.32)
( 659.83, 666.17)
( 705.6,
789.6)
( 753.00, 782.80)
( 671.23, 679.17)
(711.000, 711.000)

T
4.20
-5.54
-42.10
2.42
10.60
-25.07
*

P
0.014
0.005
0.000
0.073
0.000
0.000
*

* NOTE * All values in column are identical.

c. One-way ANOVA
One-way ANOVA: Sani, Dani, Aulia, Feri, Manan, Ardana, Acuan
Source
Factor
Error
Total

DF
6
28
34

S = 16.81

Level
Sani
Dani
Aulia
Feri
Manan
Ardana
Acuan

N
5
5
5
5
5
5
5

SS
52270
7915
60185

MS
8712
283

R-Sq = 86.85%

F
30.82

Mean
758.00
693.60
663.00
747.60
767.90
675.20
711.00

StDev
25.02
7.02
2.55
33.81
12.00
3.19
0.00

P
0.000

R-Sq(adj) = 84.03%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
-----+---------+---------+---------+---(----*---)
(---*----)
(---*----)
(----*---)
(---*----)
(---*---)
(---*----)
-----+---------+---------+---------+---665
700
735
770

Pooled StDev = 16.81

d. Pembahasan
Dari grafik perbandingan pengukuran ketinggian menggunakan dial
indikator antara data data praktikan dengan data acuan terlihat bahwa di antara
keenam praktikan tidak ada hasil pengukurannya yang kelima datanya sama
dengan data acuan yaitu 711 m. Range hasil pengukuran praktikan adalah yang
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

terbesar 797 mdan yang terkecil adalah 695 m. Data praktikan yang memiliki
ketelitian paling besar adalah milik Dani dan yang ketepatannya paling tinggi
adalah milik Aulia. Dari grafik diatas dapat dilihat data praktikan Dani hampir
mendekati data acuan, dan grafiknya semakin turun seiring penambahan nilai x.
Begitu juga grafik yang diperoleh dari data praktikan Manan dan Feri yang
semakin turun seiring bertambahnya nilai x. Namun grafik dari data praktikan
Manan dan Feri berada diatas grafik data acuan. Sementara grafik dari data
praktikan Aulia dan Dana yang berada dibawah grafik data acuan cenderung naik
seiring bertambahnya nilai x. Dari keenam grafik yang didapatkan praktikan
didapatkan hasil-hasil yang berbeda, hal ini terjadi dikarenakan pada tiap grafik
terbuat dari data yang didapatkan oleh praktikan yang berbeda-beda pula, selain
itu alat dial indicator yang dipakai bergantian terus menerus tanpa dilakukan
kalibrasi, sehingga memungkinkan kesalahan pengukuran.
Dari One Sample T data hasil pengukuran ketinggian menggunakan dial
indikator di atas dapat dilihat bahwa data hasil pengukuran yang didapatkan oleh
enam praktikan nilai P value-nya berbeda- beda. Dimana pengertian dari nilai P
value ini adalah nilai dari rumus t yang telah dikonversi dengan rumus yang
kompleks dengan nilai satuan P yang sama dengan nilai satuan alpha ( ). Nilai P
merupakan fungsi dari nilai z atau t atau f dan lainnya. Nilai t didapat dari

perhitungan dengan rumus

. Untuk menunjukkan bahwa data hasil

pengukuran dapat diterima atau tidak adalah dengan membandingkan nilai P value
dan nilai . Apabila nilai P value lebih besar daripada nilai maka data tersebut
dapat diterima. Untuk data hasil pengukuran diatas dengan menggunakan CI 95 %
nilai adalah 5 % atau sama dengan 0,05 maka nilai P value yang didapatkan oleh
kelima praktikan Sani, Dani, Aulia, Manan, dan Ardana adalah lebih kecil
daripada nilai sehingga data mereka tidak ada yang diterima. Sementara nilai P
value yang didapatkan oleh Feri adalah lebih besar dari nilai, sehingga datanya
dapat diterima. Dari Anova di atas, data hasil pengukuran yang didapatkan oleh
enam praktikan ditunjukkan oleh garis range hasil pengukuran sebanyak enam
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

garis yang sejajar. Jika nilai mean dari keenam garis yang sejajar tersebut berada
diantara batas bawah dan batas atas data acuan, maka data hasil pengukuran dapat
diterima atau dapat dianggap masih dalam batas toleransi yang diberikan terhadap
data acuan. Bila nilai mean dari keenam garis tersebut ada yang tidak berada
diantara batas bawah dan batas atas data acuan, maka data hasil pengukuran
ditolak atau tidak dalam batas toleransi yang diberikan terhadap data acuan. Untuk
anova pada pengukuran menggunakan dial indikator, dapat dilihat bahwa nilai
mean data pengukuran oleh semua praktikan Sani, Dani, Aulia, Feri, Manan, dan
Ardana tidak berada antara batas atas dan batas bawah data acuan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data-data pengukuran tersebut ditolak.
Dari 3 pembahasan di atas yaitu berdasarkan Grafik, One Sample T, dan
Annova didapatkan data hasil pengukuran kelompok kami tidak sesuai dengan
data acuan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor sifat-sifat alat ukur

yang

digunakan, antara lain :


-Kepekaan sangat tinggi, sehingga hal ini dapat memungkinkan adanya perubahan
jarum ketika terdapat perubahan kondisi sekecil apapun.
- Kestabilan nol pada alat ukur, yaitu nilai yang ditunjukkan oleh jarum tidak
stabil/berubah-ubah.
- Pemakaian alat ukur secara terus-menerus

dan bergantian antar praktikan

sehingga perlu dilakukan kalibrasi ulang pada setiap pergantian praktikan.


Faktor-faktor diatas juga berlaku untuk semua alat ukur lainnya pada pratikum
ini.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

4.4.2 Jangka sorong


4.4.2.1 Diameter Luar
a. Grafik

Gambar 4.2 Grafik perbandingan pengukuran diamater luar dengan


menggunakan jangka sorong antara data praktikan dengan
data acuan
b. One-Sample T
One-Sample T: sani, dani, aul, feri, manan, ardana, data acuan
Test of mu = 58.75 vs not = 58.75
Variable
sani
dani
aul
feri
manan
ardana
acuan

N
5
5
5
5
5
5
5

Mean
58.4400
58.4700
58.7000
58.5500
58.9400
58.7200
58.7500

StDev
0.0548
0.0447
0.0000
0.0000
0.2191
0.0447
0.0000

SE Mean
0.0245
0.0200
0.0000
0.0000
0.0980
0.0200
0.0000

95%
(58.3720,
(58.4145,
(58.7000,
(58.5500,
(58.6680,
(58.6645,
(58.7500,

CI
58.5080)
58.5255)
58.7000)
58.5500)
59.2120)
58.7755)
58.7500)

T
-12.66
-14.00
*
*
1.94
-1.50
*

P
0.000
0.000
*
*
0.124
0.208
*

* NOTE * All values in column are identical.

c. One-way ANOVA
One-way ANOVA: sani, dani, aul, feri, manan, ardana, data acuan
Source
Factor
Error
Total

DF
6
28
34

S = 0.08864

SS
0.93971
0.22000
1.15971

MS
0.15662
0.00786

R-Sq = 81.03%

F
19.93

P
0.000

R-Sq(adj) = 76.96%

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Level
sani
dani
aul
feri
manan
ardana
data acuan

N
5
5
5
5
5
5
5

Mean
58.4400
58.4700
58.7000
58.5500
58.9400
58.7200
58.7500

StDev
0.0548
0.0447
0.0000
0.0000
0.2191
0.0447
0.0000

Individual 95% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
--+---------+---------+---------+------(---*---)
(---*----)
(---*---)
(---*----)
(---*---)
(---*---)
(---*----)
--+---------+---------+---------+------58.40
58.60
58.80
59.00

Pooled StDev = 0.0886

d.Pembahasan
Dari grafik perbandingan pengukuran diameter luar dengan jangka sorong
terhadap data acuan, diketahui bahwa range terbesar adalah 59,05 mm dan terkecil
adalah 58,4 mm . Data praktikan yang memiliki ketelitian terbesar adalah milik
Feri dan Aulia sedangkan data yang memiliki ketepatan terbesar milik Dana .
Dengan menggunakan metode one-sample T diketahui bahwa nilai = 0.005 dan
nilai P untuk masing-masing data praktikan adalah Sani sebesar 0, Dani sebesar
0 , Aul tak terhingga , Feri tak terhingga, Manan sebesar 0.124, dan Ardana
sebesar 0.208 . Sehingga dapat diketahui data yang masih dalam batas tolerasi
adalah milikFeri, Aul, Ardana dan Manan karena nilai P lebih besar dari
sedangkan data yang lain ditolak. Dan dengan menggunakan metode one-way
ANOVA tampak ada 6 garis sejajar yang merupakan range data dan terdapat titik
ditengahnya yang merupakan mean.Jika diperhatikan, data yang masih dalam
batas toleransi adalah milik Aul dan Ardana karena titik meannya masih terletak
pada range data acuan . Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
data praktikum kami tidak sesuai dengan data acuan.

4.4.2.2. Diameter dalam


Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

a. Grafik

Gambar 4.3 Grafik perbandingan pengukuran diamater dalam


dengan menggunakan jangka sorong antara data praktikan
dengan data acuan.
b. One-Sample T
One-Sample T: sani, dani, aul, feri, manan, ardana, data acuan
Test of mu = 53.4 vs not = 53.4
Variable
sani
dani
aul
feri
manan
ardana
data acuan

N
5
5
5
5
5
5
5

Mean
53.9300
53.9200
53.8500
53.8200
54.8000
53.8900
53.4000

StDev
0.0908
0.0570
0.0354
0.0447
0.0000
0.0224
0.0000

SE Mean
0.0406
0.0255
0.0158
0.0200
0.0000
0.0100
0.0000

95%
(53.8172,
(53.8492,
(53.8061,
(53.7645,
(54.8000,
(53.8622,
(53.4000,

CI
54.0428)
53.9908)
53.8939)
53.8755)
54.8000)
53.9178)
53.4000)

T
13.05
20.40
28.46
21.00
*
49.00
*

P
0.000
0.000
0.000
0.000
*
0.000
*

* NOTE * All values in column are identical.

c. One-way ANOVA
One-way ANOVA: sani, dani, aul, feri, manan, ardana, data acuan
Source
Factor
Error
Total

DF
6
28
34

S = 0.04668

SS
5.28286
0.06100
5.34386

MS
0.88048
0.00218

R-Sq = 98.86%

F
404.15

P
0.000

R-Sq(adj) = 98.61%

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Level
sani
dani
aul
feri
manan
ardana
data acuan

N
5
5
5
5
5
5
5

Mean
53.9300
53.9200
53.8500
53.8200
54.8000
53.8900
53.4000

StDev
0.0908
0.0570
0.0354
0.0447
0.0000
0.0224
0.0000

Individual 95% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
------+---------+---------+---------+--(*)
(*)
(*)
(*-)
(*)
(*)
(*)
------+---------+---------+---------+--53.60
54.00
54.40
54.80

Pooled StDev = 0.0467

d. Pembahasan
Dari grafik perbandingan pengukuran kedalaman dengan jangka sorong
terhadap data acuan, diketahui bahwa range terbesar adalah 54,8 mm dan terkecil
adalah 53,7 mm . Data praktikan yang memiliki ketelitian terbesar adalah milik
Manan sedangkan data yang memiliki ketepatan terbesar milik Feri . Dengan
menggunakan metode one-sample T diketahui bahwa nilai = 0.05 dan nilai P
untuk masing-masing data praktikan adalah Sani sebesar 0 , Dani sebesar 0 , Aul
sebesar 0, Feri 0, Manan sebesar 0, dan Ardana sebesar 0 . sehingga dapat
diketahui tidak ada data yang masih dalam batas tolerasi karena nilai P lebih kecil
dari . Dan dengan menggunakan metodeone-way ANOVA tampak ada 6 garis
sejajar yang merupakan range data dan terdapat titik ditengahnya yang merupakan
mean .jika diperhatikan,tidak ada data yang masih dalam batas toleransi karena
semua titik meannya terletak di luar range data acuan . Dari data-data tersebut
dapat disimpulkan bahwa nilai data praktikum kami tidak sesuai dengan data
acuan.

4.4.2.3. Kedalaman
a. Grafik
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Gambar 4.4 Grafik perbandingan pengukuran kedalaman dengan


menggunakan jangka sorong antara data praktikan dengan data acuan
b. One Sample T
One-Sample T: Sani, Dani, Aul, Feri, Manan, Ardana, Data acuan
Test of mu = 40.75 vs not = 40.75
Variable
Sani
Dani
Aul
Feri
Manan
Ardana
Data acuan

N
5
5
5
5
5
5
5

Mean
40.8400
41.0000
40.8200
40.9000
40.570
40.8700
40.7500

StDev
0.0962
0.1768
0.0758
0.0000
0.438
0.0447
0.0000

SE Mean
0.0430
0.0791
0.0339
0.0000
0.196
0.0200
0.0000

95%
(40.7206,
(40.7805,
(40.7258,
(40.9000,
( 40.026,
(40.8145,
(40.7500,

CI
40.9594)
41.2195)
40.9142)
40.9000)
41.114)
40.9255)
40.7500)

T
2.09
3.16
2.06
*
-0.92
6.00
*

P
0.105
0.034
0.108
*
0.410
0.004
*

c .One-way ANOVA
One-way ANOVA: Sani, Dani, Aul, Feri, Manan, Ardana, Data acuan
Source
Factor
Error
Total

DF
6
28
34

SS
0.5454
0.9610
1.5064

S = 0.1853

Level
Sani

MS
0.0909
0.0343

R-Sq = 36.21%

F
2.65

N
5

Mean
40.840

StDev
0.096

P
0.037

R-Sq(adj) = 22.54%

Individual 95% CIs For Mean Based on


Pooled StDev
+---------+---------+---------+--------(-------*-------)

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Dani
5 41.000 0.177
(-------*-------)
Aul
5 40.820 0.076
(-------*-------)
Feri
5 40.900 0.000
(-------*-------)
Manan
5 40.570 0.438
(-------*--------)
Ardana
5 40.870 0.045
(-------*--------)
Data acuan 5 40.750 0.000
(-------*--------)
+---------+---------+---------+--------40.40
40.60
40.80
41.00
Pooled StDev = 0.185

d. Pembahasan
Dari grafik perbandingan pengukuran kedalaman dengan jangka sorong
terhadap data acuan, diketahui bahwa range terbesar adalah 41,2 mm dan terkecil
adalah 40,25 mm . Data praktikan yang memiliki ketelitian terbesar adalah milik
Feri sedangkan data yang memiliki ketepatan terbesar milik Aul . Dengan
menggunakan metode one-sample T diketahui bahwa nilai = 0.05 dan nilai P
untuk masing-masing data praktikan adalah Sani sebesar 0.105 , Dani sebesar
0.034 , Aul sebesar 0.108, Feri tak terhingga, Manan sebesar 0.410, dan Ardana
sebesar 0.004 . sehingga dapat diketahui data yang masih dalam batas tolerasi
adalah milik Sani, Feri, Aul, dan Manan karena nilai P lebih besar dari ,
sedangkan data yang lain ditolak. Dan dengan menggunakan metodeone-way
ANOVA tampak ada 6 garis sejajar yang merupakan range data dan terdapat titik
ditengahnya yang merupakan mean .jika diperhatikan, data yang masih dalam
batas toleransi adalah milik Sani, Aul, Feri, dan Ardana karena titik meannya
masih terletak pada range data acuan . Dari data-data tersebut dapat disimpulkan
bahwa nilai data praktikum kami tidak sesuai dengan data acuan.

4.4.3. Mikrometer
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Gambar 4.5 Grafik perbandingan diamater dengan menggunakan mikrometer


antara data praktikan dengan data acuan
b. One-Sample T
One-Sample T: Sani; Dani; Aulia; Feri; Manan; Dana; Data Acuan
Test of mu = 5,45 vs not = 5,45
Variable
N
Sani
5
Dani
5
Aulia
5
Feri
5
Manan
5
Dana
5
Data Acuan 5

Mean
5,44400
5,44200
5,43800
5,45000
5,45000
5,3740
5,45000

StDev SE Mean
0,00548 0,00245
0,00447 0,00200
0,00447 0,00200
0,00000 0,00000
0,00000 0,00000
0,0602
0,0269
0,00000 0,00000

95% CI
(5,43720; 5,45080)
(5,43645; 5,44755)
(5,43245; 5,44355)
(5,45000; 5,45000)
(5,45000; 5,45000)
( 5,2992; 5,4488)
(5,45000; 5,45000)

T
-2,45
-4,00
-6,00
*
*
-2,82
*

P
0,070
0,016
0,004
*
*
0,048
*

* NOTE * All values in column are identical.

c. One-Way ANOVA
One-way ANOVA: Sani, Dani, Aulia, Feri, Manan, Dana, Data Acuan
Source
Factor
Error
Total

DF
6
28
34

S = 0.02299

SS
0.024554
0.014800
0.039354

MS
0.004092
0.000529

R-Sq = 62.39%

F
7.74

P
0.000

R-Sq(adj) = 54.33%

Individual 95% CIs For Mean Based on


Pooled StDev

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Level
Sani
Dani
Aulia
Feri
Manan
Dana
Data Acuan

N
5
5
5
5
5
5
5

Mean
5.4440
5.4420
5.4380
5.4500
5.4500
5.3740
5.4600

StDev
0.0055
0.0045
0.0045
0.0000
0.0000
0.0602
0.0000

-+---------+---------+---------+-------(-----*-----)
(-----*-----)
(-----*-----)
(-----*-----)
(-----*-----)
(-----*-----)
(-----*-----)
-+---------+---------+---------+-------5.355
5.390
5.425
5.460

Pooled StDev = 0.0230

d. Pembahasan
Grafik diatas adalah grafik data pengukuran diameter luar yang diambil
saat praktikum oleh praktikan dengan menggunakan Mikrometer. Dari keenam
grafik secara umum grafik milik Sani, Dani, Aulia, Feri, dan Manan memiliki
kecenderungan tren grafik yang sama, sedangkan grafik Dana mengalami
penurunan yang drastis dari 1 ke 2 dan kenaikan yang drastis dari 4 ke 5. Dari
grafik data diatas milik Feri dan Manan adalah data yang paling teliti dan tepat.
Untuk one sample T dengan menggunakan CI 95 % nilai adalah 5 % atau 0,05.
Jika nilai P value yang lebih besar dari berarti data hasil pengukuran dapat
diterima atau dianggap masih dalam batas toleransi yang diberikan terhadap data
acuan dan sebaliknya. Masing-masing nilai p value praktikan antara lainSani
0,070, untuk Dani 0,016, untuk Aulia 0,004, untuk Feri dan MananP value tak
terhingga yakni sama dengan data acuan, untuk Dana didapatkan 0,048. Dari
keenam nilai P value di atas yang sama dengan data acuan adalah milik Feri dan
Manan,

hal

ini

menunjukkan

data

mereka

berduasama

dengan

data

acuan.Sedangkan P value milik Sani, Dani, Aulia, dan Dana dibawah , berarti
data di luar batas toleransi terhadap data acuan.Dari Anova di atas, data hasil
pengukuran yang didapatkan olehenam praktikan ditunjukkan oleh garis range
hasil pengukuran sebanyak enam garis yang sejajar. Jika keenam garis yang
sejajar tersebut dapat dipotong oleh satu garis tegak lurus yang merupakan data
acuan, maka data hasil pengukuran dapat diterima atau dapat dianggap masih
dalam batas toleransi yang diberikan terhadap data acuan dan sebaliknya. Untuk
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

anova pada pengukuran menggunakan Mikrometer, dapat dilihat bahwa terdapat 1


garis yang tidak terpotong, yaitu milikDana, sedangkan garis yang terpotong yaitu
Sani,Dani, Aulia, Feri, dan Manan
4.4.4. Bevel Protaktor
a. Grafik

Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Pengukuran Sudut Menggunakan Bevel


Protactor antara Data Data Praktikan dengan Data Acuan
b. One sample T
One-Sample T: Sani; Dani; Aulia; Feri; Manan; Dana
Test of mu = 140 vs not = 140
Variable
Sani
Dani
Aulia
Feri
Manan
Dana

N
5
5
5
5
5
5

Mean
140,450
140,950
139,516
140,298
140,368
140,200

StDev
0,209
0,622
0,214
0,044
0,399
0,217

SE Mean
0,094
0,278
0,096
0,020
0,178
0,097

95%
(140,190;
(140,177;
(139,250;
(140,244;
(139,873;
(139,931;

CI
140,710)
141,723)
139,782)
140,352)
140,863)
140,469)

T
4,81
3,41
-5,06
15,21
2,06
2,06

P
0,009
0,027
0,007
0,000
0,108
0,108

c. One-Way ANOVA
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

One-way ANOVA: Sani; Dani; Aulia; Feri; Manan; Dana


Source
Factor
Error
Total

DF
5
24
29

S = 0,3378

SS
5,371
2,739
8,110

Level
Sani
Dani
Aulia
Feri
Manan
Dana

N
5
5
5
5
5
5

MS
1,074
0,114

F
9,41

R-Sq = 66,23%

Mean
140,450
140,950
139,516
140,298
140,368
140,200

StDev
0,209
0,622
0,214
0,044
0,399
0,217

P
0,000

R-Sq(adj) = 59,19%

Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled


StDev
+---------+---------+---------+--------(----*----)
(----*----)
(----*----)
(----*----)
(----*-----)
(-----*----)
+---------+---------+---------+--------139,20
139,80
140,40
141,00

Pooled StDev = 0,338

d. Pembahasan
Dari grafik perbandingan pengukuran sudut menggunakan bevel protractor
antara data data praktikan dengan data acuan. Trenline grafik pada hasil
pengukuran milik Sani cenderung naik kemudian turun. Hasil pengukuran milik
Dani trenline cenderung meningkat. Hasil pengukuran milik Aulia cenderung
datar kemudian menurun. Hasil pengukuran milik Feri trenline grafik lurus. Hasil
pengukuran milik Manan cenderung turun kemudian naik lagi pada pengukuran
ke-4. Sedangkan hasil pengukuran miliki Dana cenderung naik kemudin turun.
Dari keenam hasil pengukuran praktikan tidak ada pengukuran yang sama dengan
trenline data acuan. Dari One Sample T data hasil pengukuran sudut
menggunakan bevel protactor di atas dapat dilihat bahwa data hasil pengukuran
yang didapatkan oleh enam praktikan nilai P value-nya berbeda- beda. . Dimana
pengertian dari nilai P value ini adalah nilai dari rumus t yang telah dikonversi
dengan rumus yang kompleks dengan nilai satuan P yang sama dengan nilai
satuan alpha ( ). Nilai P merupakan fungsi dari nilai z atau t atau f dan lainnya.
Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik
Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Nilai t didapat dari perhitungan dengan rumus

. Dengan menggunakan CI

95 % nilai adalah 5 % atau sama dengan 0,05. Jika nilai P value yang lebih
besar dari menunjukkan bahwa data hasil pengukuran dapat diterima atau
dianggap masih dalam batas toleransi yang diberikan terhadap data acuan dan
sebaliknya. Dari keenam nilai P value di atas yang melebihi adalah milik Manan
dan Dana, hal ini menunjukkan data mereka berempat dapat diterima atau
dianggap masih dalam batas toleransi yang diberikan terhadap data acuan. Dari
Anova di atas, data hasil pengukuran yang didapatkan olehenam praktikan
ditunjukkan oleh garis range hasil pengukuran sebanyak enam garis yang sejajar.
Bila mean dari keenam garis tersebut ada yang masih berada dalam range mean
dari data acuan, maka data hasil pengukuran diterima atau dalam batas toleransi
yang diberikan terhadap data acuan dan sebaliknya. Untuk anova pada
pengukuran menggunakan bevel protraktor, dapat dilihat bahwa terdapat 2 garis
yang tidak berada dalam range mean data acuan, yaitu milikDani dan Aulia,
sedangkan garis yang berada dalam range mean data acuan yaitu Sani, Feri,
Manan, dan Dana.Dari 3 pembahasan di atas, didapatkan data hasil pengukuran
kelompok kami terdapat empat orang yang tidak sesuai dengan data acua dan dua
rang yang sesuai dengan data acuan yaitu Manan dan Dana. Tidak sesuainya hasil
pengukuran dengan data acuan ini dapat disebabkan oleh alat ukur yang
digunakan kemungkinan belum dikalibrasi terlebih dahulu saat akan melakukan
pengukuran yang berulang. Selain itu keterbacaan yang kurang, sehingga
praktikan sulit untuk membaca skala pada alat ukur.

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisa data praktikum didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Jangka sorong pengukuran diameter luar
Data acuan
= 58.75 mm

Paling teliti

= Aul dan Feri

Paling tidak teliti

= Manan

Paling tepat

= Ardana

Paling tidak tepat

= Sani

Dari hasil data minitab one sample T yang diterima adalah data milik Aul,
Feri, Manan dan Ardana sedangkan data yang lainnya ditolak .

Dari hasil data minitab one-way anova data yang diterima adalah milik
aul dan Ardana

b. Jangka sorong pengukuran diameter dalam


Data acuan
= 53.4 mm

Paling teliti

= Manan

Paling tidak teliti

= Sani

Paling tepat

= Feri

Paling tidak tepat

= Manan

Dari hasil data minitab one sample T yang diterima adalahdata milik Dana
sedangkan data yang lainnya ditolak

Dari hasil data minitab one-way anova semua data ditolak .

c.jangka sorong pengukuran kedalaman


Data acuan
= 40.75 mm.

Paling teliti

= Feri

Paling tidak teliti

= Dani

Paling tepat

= Aul

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Paling tidak tepat

Dari hasil data minitab one sample T yang diterima adalah Sani, Feri, Aul,

= Dani

dan Manan

Dari hasil data minitab one-way anova data yang diterimah adalah milik
Sani, Aul, Feri dan Ardana

d. Mikrometer
Data acuan

= 5.46 mm

Paling teliti

= Feri dan Manan

Paling tidak teliti

= Ardana

Paling tepat

= Feri dan Manan

Paling tidak tepat

= Ardana

Dari hasil data minitab one sample T yang diterima adalah data milik Sani,
Feri, dan Manan sedangkan data yang lainnya ditolak .

Dari hasil data minitab one-way anova semua data diterima kecuali Ardana
.

e. Bevel Protactor

Data acuan

= 1400

Paling teliti

= Feri

Paling tidak teliti

= Dani

Paling tepat

= Ardana

Paling tidak tepat

= Dani

D Dari hasil data minitab one sample T yang diterima adalah data milik
Ardana dan Manansedangkan data lainnya ditolak

Dari hasil data minitab one-way anova data yang diterima adalah milik
Sani, Feri, Manan, dan Ardana sedangkan yang lain ditolak

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

f. Dial Indicator
Data acuan

= 711m.

Paling teliti

= Aul

Paling tidak teliti

= Feri

Paling tepat

= Dani

Paling tidak tepat

= Manan

Dari hasil data minitab one sample T datayang diterima adalah milikFeri,
sedangkan yang lainnya ditolak .

Dari hasil data minitab one-way anova tidak ada data yang diterima.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan mengenai praktikum ini adalah :

Bagi grader yang mendampingi saat dilakukannya praktikum, sebaiknya


alat alat yang digunakan dicek terlebih dahulu supaya kesalahan saat
praktikum dapat terhindarkan .

Bagi praktikan praktikan selanjutnya sebaiknya lebih teliti dalam melihat


skala yang ditunjukkan alat ukur agar data yang didapatkan lebih akurat .

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

DAFTAR PUSTAKA
Rochim, Taufik. 2001. Spesifikasi, Metrologi & Kontrol Kualitas
Geometrik. Bandung : ITB

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Laporan Resmi Praktikum Pengukuran Teknik


Laboratorium Metrologi Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS )Surabaya

Anda mungkin juga menyukai