Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kata Pengantar.
BAB I
: Pendahuluan
1.1
BAB II
Latar Belakang..
: Pembahasan
2.1
Data Tutorial......
2.2
Skenario Kasus..........
2.3
Paparan
I.
Klarifikasi Istilah...................
II.
Identifikasi Masalah...............
III.
Analisis Masalah............................................
IV.
22
V.
Kerangka Konsep......................
40
Kesimpulan ......................................................................................
41
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Skenario Kasus
SKENARIO B BLOK 20 TAHUN 2013
Ny.L, umur 69 tahun, dibawa ke dokter karena sering tidak bisa pulang (lupa jalan pulang) dan
sering ketinggalan belanjaan di pasar. Kejadian ini sudah berlangsung 1 tahun dan semakin berat.
Sejak 1,5 tahun yang lalu penderita sudah sukar berjalan karena badannya kaku, tangannya
mengalami tremor kasar dan mudah jatuh.
Pemeriksaan Fisik
GCS 15, TD 170/100, nadi 82x/menit regular, RR 20x/ menit, temperature 37,2o C
Status neurologis
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kognitif
: MMSE 17/30
2.3 Paparan
2
I. Klarifikasi Istilah
1. Kaku: Tidak fleksibel
2. Tremor Kasar : Gemetar atau menggigil yang involunter yang getarannya lambat
3. Atropi: Menjadi kurus, pengecilan ukuran sel, jaringan, organ atau bagian tubuh
4. MMSE: Mini Mental Status Examination, sebuah pemeriksaan untuk menilai kemampuan
kognitif seseorang secara kuantitatif, termasuk orientasi, registrasi, atensi, kalkulasi, dan
bahasa. Scoring dari 0 s.d. 30
5. Kognitif: Berjalannya proses pikiran yang membuat kita waspada akan objek pikiran dan
persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran, dan ingatan
6. Lupa jalan pulang : Mengalami penurunan fungsi daya ingat
7. Mudah jatuh: Hilangnya kemampuan mempertahankan keseimbangan tubuh
II. Identifikasi Masalah
NO KENYATAAN
1
Ny.L, umur 69 tahun, dibawa ke dokter karena
sering tidak bisa pulang (lupa jalan pulang) dan
KESESUAIAN
KONSEN
TSH
VVV
TSH
VV
TSH
karena
badannya
kaku,
tangannya
Pemeriksaan Fisik
GCS 15, TD 170/100, nadi 82x/menit regular, RR
20x/ menit, temperature 37,2o C
Status neurologis
gerakan
dan
kekuatan
ekstremitas
menurun,
tremor
kasar
kedua
di
batas
normal
dengan
atropi
ringan
di
lobus
anterior
Pemeriksaan kognitif
: MMSE 17/30
akan
terjadi
neurotransmiter
ketidakseimbangan
antara
neurotransmitter
dopamine
sebagai
jalur
nigrostriatal,
sistem
jalur
motorik,
sedangkan
yang
berfungsi
jalur
mesolimbik
dan mesokortikal
penghargaan (reward),
penguatan
neurotransmiter
noradrenalin
akan
berpengaruh pada jaras noradrenergik yaitu pontine locus coeruleus dan lateral
tegmental nuclei. Kedua jaras ini secara bersama-sama mengatur fungsi kognisi,
motivasi, memori, emosi dan
dibuktikan
secara
pasti,
respon
endokrin.
beberapa peneliti
6
Walaupun
menduga
belum dapat
hilangnya
neuron
noradrenergik berakibat
timbulnya
penderita Parkinson.
c. Bagaimana mekanisme badannya kaku, tangannya mengalami tremor kasar dan
mudah jatuh?
Usia lanjut sinaps berkurang(sel2 dlm otak banyak yang mati) apoptosis
atau berkurang nya saraf yang memproduksi dopamine menurun nya akstivitas
kerja dopaminergik(penghantaran signal) dari substansi nigra ke streatum
tremor
Usia lanjut sinaps berkurang(sel2 dlm otak banyak yang mati apoptosis
atau berkurang nya saraf yang memproduksi dopamine menurun nya akstivitas
kerja dopaminergik di streatum meningkatkan kerja saraf alfa-neuron kaku
Mudah terjatuh
Adanya kerusakan pada nuclei basales.
Nuclei basales bukan hanya mempengaruhi gerakan tertentu seperti pada
ekstremitas, tetapi juga membantu mempersiapkan gerakan. Hal ini dapat terjadi
dengan mengendalikan gerakan aksial dan gelang bahu / panggul, serta
penempatan bagian-bagian proksimal ekstremitas. Aktivitas neuron-neuron
tertentu di globus pallidus meningkat sebelum gerakan aktif pada otot-otot
ekstremitas bagian distal. Fungsi persiapan ini memungkinkan badan dan
ekstremitas brada dalam posisi yang sesuai sebelum bagian motorik primer
cortex cerebri mengaktifkan gerakan dari ekstremitas. Sehingga dapat
mempertahankan keseimbangan tubuh.
3. Pemeriksaan Fisik:
GCS 15, TD 170/100, nadi 82x/menit regular, RR 20x/ menit, temperature 37,2o C
Status neurologist : gerakan dan kekuatan ekstremitas menurun, tremor kasar di kedua
lengan, lain lain dalam batas normal
Pemeriksaan laboratorium: GDS 140 mg/dl, kolestrol total 260 mg%, TG 120 mg%
Pemeriksaan penunjang: MRI kepala dalam batas normal dengan atropi ringan di lobus
anterior
Pemeriksaan kognitif
: MMSE 17/30
Interpretasi
Normal (Eye 4, Verbal 5, Motor 6)
Hipertensi stage II
Normal ( 60-100,regular)
Normal (16 s.d. 24 x/menit)
Normal
produksi
dopamine
pada
striatum.
Hal
ini
menyebabkan
Komponen Pemeriksaan
GDS 140 mg/dL
Kolestrol total 260 mg%
Trigliserid 120 mg%
Interpretasi
Normal (<200mg/dL)
Meningkat, normal <200mg%
Normal (<150 mg%)
Skor
<24
<21
Abnormal
Kemungkinan demesia lebih besar
Pendidikan
>25
21
<23
<24
Keparahan
Interpretasi
24-30
Tinggi
Tidak ada kelainan kognitif
18-23
0-17
REGISTRASI
Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 1 detik(misal apel,
uang, meja) responden diminta mengulanginya. Nilai 1 untuktiap nama benda yang
benar. Ulangi sampai responden dapat menyebutkandengan benar dan catat jumlah
pengulangan
Nilai maks: 3
9
misal:
anda,
Pejamkanlah
mata Anda .
Nilai maks: 1
Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan
Nilai maks 1
Responden diminta menyalin gambar
Nilai maks: 1
Skor total : 30
c. Apa dampak dari atropi di lobus anterior?
Karena kemampuan luas fungsional dan interkoneksi, jika rusak ada dapat
mengakibatkan gairah berlebihan atau berkurang kortikal dan perilaku, disintegrasi
kepribadian dan berfungsi emosional, perencanaan kesulitan atau memulai aktivitas,
perhatian abnormal dan kemampuan untuk berkonsentrasi, apatis berat atau euforia,
rasa malu dan mengurangi kemampuan untuk memantau dan mengendalikan
seseorang pikiran, ucapan, dan tindakan, termasuk kehilangan memori. Selain itu,
kelainan lobus frontal sering mengakibatkan gangguan kognitif, persepsi, dan
10
sensitifitas sosial. Dapat juga terjadi kecemasan yang berlebihan, depresi dan
hipersensitif.6
4. Gangguan visuospasial : gangguan ini juga sering timbul dini pada demensia.
Pasien banyak lupa waktu, tidak tahu kapan siang dan malam, lupa wajah teman
dan sering tidak tahu tempat sehingga sering tersesat (disorientasi waktu, tempat
dan orang). Secara obyektif gangguan visuospasial ini dapat ditentukan dengan
meminta pasien mengkopi gambar atau menyusun balok-balok sesuai bentuk
tertentu.
5. Gangguan kognisi: fungsi ini yang paling sering terganggu pada pasien demensia,
terutama gangguan daya abstraksinya. Ia selalu berpikir kongkrit, sehingga sukar
sekali memberi makna peribahasa.
e. Bagaimana hubungan Tekanan Darah 170/100 dengan keluhan pada Ny. L?
Hipertensi menyebabkan percepatan terjadinya arterosklerosis pada jaringan otak
yang berimplikasi pada gangguan kognitif. Kapiler dan arteriola jaringan otak akan
mengalami penebalan dinding oleh karena terjadi deposisi hyalin dan proliferasi
tunika intima yang akan menyebabkan penyempitan diameter lumen dan peningkatan
resistensi pembuluh darah. Hal tersebut memicu terjadinya gangguan perfusi
serebral, memungkinkan terjadinya iskemia berkelanjutan pada gangguan aliran
pembuluh darah yang kecil hingga timbul suatu infark lakuner. Hipertensi kronik
dapat menyebabkan gangguan fungsi sawar otak yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas sawar otak. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak khususnya
substansi alba menjadi lebih mudah mengalami kerusakan akibat adanya stimulus
dari luar. Peningkatan tekanan darah sistolik mepengaruhi fungsi kognitif terutama
pada usia lanjut, dimana terjadinya gangguan mikrosirkulasi dan disfungsi endotel
juga berperan pada gangguan fungsi kognitif pada hipertensi.
f. Bagaimana hubungan kolestrol dengan keluhan pada Ny.L?
Trigliserida dapat mempengaruhi fungsi memori melalui 2 cara. Pertama, adanya
peningkatan kadar trigliserida dalam darah dapat menyebabkan peningkatan dari
protein- protein karbonil (suatu indeks oksidasi protein) dan kadar 4-hydroxynonenal
(HNE) (suatu indeks oksidasi membran lipid), dimana keduanya merupakan zat
prooksidan yang dapat mencetuskan terjadinya oksidative stress di SSP. Peningkatan
Reactive Oxygen Species (ROS) dapat merubah influks kalsium pada reseptor
NMDA, sehingga merubah LTP pada sinaps di hipokampus dan akhirnya berdampak
12
pada perburukan proses belajar dan memori (Farr dkk,2008). Mekanisme kedua,
kadar trigliserida yang tinggi didalam darah menyebabkan terjadinya resistensi leptin
yang ditandai dengan memburuknya transpor leptin menuju BBB, sehingga
mengakibatkan rendahnya kadar leptin di CSF, dimana leptin telah diketahui
berperan dalam proses belajar dan memori (Banks dkk, 2004).
Frias dkk (2007): TG tinggi ggn memori semantik kol. total tinggi ggn
memori episodik
Demensia vaskuler
Demensia senilis
Alzheimer
Kasus
Demensia
Disorientasi
Gangguan memori
Riwayat hipertensi
+/-
Diabetes mellitus
+/-
Aphasia
Intelektual
+/-
Stroke
Halusinasi
Tiga dari 4 tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia (kelambanan gerak dan
bicara), dan ketidakstabilan postural.
2. Menurut Koller
13
Respons dari terapi levodopa yang diberikan sampai perbaikan sedang (minimal
1.000 mg/hari selama 1 bulan) dan lama perbaikan 1 tahun atau lebih.
3. Menurut Gelb
Six-Item
Screener
(SIS)
(mempunyai
pertanyaan)
sehingga
lebih
memungkinkan penggunaan tes ini secara rutin pada pasien usia lanjut di rumah
sakit yang sibuk atau di UGD
Clock Drawing Test (CDT) mempunyai keuntungan relatif terhindar dari bias
karena faktor tingkat intelektual, bahasa, dan budaya
15
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang sedikit lebih baik pada populasi
terbatas jika dibandingkan dengan MMSE yang lebih pendek (Tombaugh,1992).
Amerika Utara dan ras Eropa (0,98 % hingga 1,94%); menengah terdapat pada ras Asia
(0,018 %) dan prevalensi terendah terdapat pada ras kulit hitam di Afrika (0,01 %)
9. Bagaimana faktor resiko pada kasus?
1. Usia : Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari
10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial
yang mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra pada
penyakit parkinson.
2. Genetik : Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
penyakit parkinson. Yaitu mutasi pada gen a-sinuklein pada lengan panjang
kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada
pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada
gen parkin (PARK2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi
mitokondria. Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan
faktor resiko menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70
tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika
disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
Kasus-kasus genetika di USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada
100 penderita yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman
menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh klasik dari penyebab genetika
ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena kasus penyakit itu terjadi pada
usia 46 tahun.
3. Faktor Lingkungan
a) Xenobiotik : Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat
menimbulkan kerusakan mitokondria.
b) Pekerjaan : Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi
dan lama.
c) Infeksi : Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor
predesposisi
4. Ras : angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan kulit
berwarna.
5. Trauma kepala : Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar.
6. Stress dan depresi : Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului
gejala motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena
pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu
stress oksidatif.
10. Bagaimana patogenesis pada kasus?
Dijelaskan pada learning issue Parkinson Disease
11. Bagaimana tatalaksana pada kasus?
Dijelaskan pada learning issue Parkinson Disease
12. Bagaimana komplikasi pada kasus?
Komplikasi yang paling sering pada penyakit parkinson adalah sebagai beikut :
Demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.
13. Bagaimana pencegahan pada kasus?
Dengan rehabilitasi medik untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah
sebagai berikut : Abnormalitas gerakan, Kecenderungan postur tubuh yang salah, Gejala
otonom, Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living ADL), dan Perubahan
psikologik.
14. Bagaimana prognosis pada kasus?
Quo ad vitam: bonam
Quo ad fungsional: malam
PD tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal dengan sendirinya, tapi berkembang
dengan waktu. Harapan hidup rata-rata pasien PD pada umumnya lebih rendah daripada
orang yang tidak memiliki penyakit. Pada tahap akhir penyakit, PD dapat menyebabkan
komplikasi seperti tersedak, pneumonia, dan jatuh yang dapat menyebabkan kematian.
Perkembangan gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Pada beberapa
orang, namun, penyakit berlangsung lebih cepat. Tidak ada cara untuk memprediksi apa
18
saja penyakit akan mengambil untuk seorang individu. Dengan perawatan yang tepat,
kebanyakan orang dengan PD dapat hidup produktif selama bertahun-tahun setelah
diagnosis. Dalam setidaknya beberapa penelitian, telah diamati bahwa mortalitas
meningkat secara signifikan, dan umur panjang mengalami penurunan antara pasien
rumah jompo dibandingkan dengan hunian masyarakat patients
Sekali demensia didiagnosis, pasien harus menjalani pemeriksaan medis dan
neurologis lengkap, karena 10 hingga 15 persen pasien dengan demensia potensial
mengalami perbaikan (reversible) jika terapi yang diberikan telah dimulai sebelum
kerusakan otak yang permanen terjadi.
15. Bagaimana SKDI pada kasus?
Parkinson Disease dan Demensia: 3A
Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan
dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya
beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan
belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi.
Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit Alzheimer
stadium awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang
makin lama makin parah.
Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia
bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.
PENYEBAB
Yang paling sering menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab penyakit
Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini
tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa
kelainan gen tertentu.
Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi
kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam
otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang
semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi. Demensia sosok Lewy sangat
menyerupai penyakit Alzheimer, tetapi memiliki perbedaan dalam perubahan mikroskopik yang
terjadi di dalam otak.
Penyebab ke-2 tersering dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut. Stroke
tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan yang timbul
secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah
otak yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia
yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar
penderitanya memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan
kerusakan pembuluh darah di otak. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami
cedera otak atau cardiac arrest.
Penyebab lain dari demensia adalah:
- Penyakit Pick
- Penyakit Parkinson
- AIDS
- Penyakit Creutzfeldt-Jakob
20
Hidrosefalus bertekanan normal terjadi jika cairan yang secara normal mengelilingi otak dan
melindunginya dari cedera, gagal diserap sebagaimana mestinya. Hidrosefalus ini menyebabkan
demensia yang tidak biasa, dimana tidak hanya menyebabkan hilangnya fungsi mental tetapi
juga terjadi inkontinensia air kemih dan kelainan berjalan.
Orang yang menderita cedera kepala berulang (misalnya petinju) seringkali mengalami
demensia pugilistika (ensefalopati traumatik progresif kronik); beberapa diantaranya juga
menderita hidrosefalus.
Usia lanjut yang menderita depresi juga mengalami pseudodemensia.
Mereka jarang makan dan tidur serta sering mengeluh tentang ingatannya yang berkurang;
sedangkan pada demensia sejati, penderita sering memungkiri hilangnya ingatan mereka.
GEJALA
Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga keadaan ini
pada mulanya tidak disadari. Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat
waktu dan kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda. Penderita memiliki kesulitan
dalam menemukan dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran abstrak (misalnya
dalam pemakaian angka). Sering terjadi perubahan kepribadian. Demensia karena penyakit
Alzheimer biasanya dimulai secara samar. Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa
yang baru saja terjadi; tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,
penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringan dalam pola
berbicara; penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang
tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat. Ketidakmampuan mengartikan
tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya
penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya.
Demensia karena stroke kecil memiliki perjalanan penyakit dengan pola seperti menuruni
tangga. Gejalanya memburuk secara tiba-tiba, kemudian agak membaik dan selanjutnya akan
memburuk kembali ketika stroke yang berikutnya terjadi. Mengendalikan tekanan darah tinggi
dan kencing manis kadang dapat mencegah stroke berikutnya dan kadang terjadi penyembuhan
ringan.
Beberapa penderita bisa menyembunyikan kekurangan mereka dengan baik. Mereka
menghindari aktivitas yang rumit (misalnya membaca atau bekerja). Penderita yang tidak
berhasil merubah hidupnya bisa mengalami frustasi karena ketidakmampuannya melakukan
tugas sehari-hari. Penderita lupa untuk melakukan tugasnya yang penting atau salah dalam
melakukan tugasnya.
21
DIAGNOSA
Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan memperhatikan usia
penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta adanya penyakit lain (misalnya
tekanan darah tinggi atau kencing manis).
Dilakukan pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan
untuk menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke. Jika pada seorang lanjut usia terjadi
kemunduran ingatan yang terjadi secara bertahap, maka diduga penyebabnya adalah penyakit
Alzheimer.
Diagnosis penyakit Alzheimer terbukti hanya jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang
menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh
jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid (sejenis protein abnormal). Metode
diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan pungsi lumbal
dan PET (positron emission tomography), yang merupakan pemerisaan skening otak khusus.
PENGOBATAN
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan. Obat takrin membantu penderita
dengan penyakit Alzheimer, tetapi menyebabkan efek samping yang serius. Takrin telah
digantikan oleh donepezil, yang menyebabkan lebih sedikit efek samping dan memperlambat
perkembangan penyakit Alzheimer selama 1 tahun atau lebih. Ibuprofen juga bisa
memperlambat perjalanan penyakit ini. Obat ini paling baik jika diberikan pada stadium dini.
Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya
bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing
manis yang berhubungan dengan stroke. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi,
diberikan obat anti-depresi.
Jika didiagnosis secara dini, maka demensia karena hidrosefalus bertekanan normal kadang
dapat diatasi dengan membuang cairan yang berlebihan di dalam otak melalui selang drainase
(shunting).
Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikosa (misalnya tioridazin dan
haloperidol). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat
anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoia.
Membantu penderita demensia dan keluarganya:
22
juga aktivitas hidup sehari-hari. Bila dibandingkan dengan orang-orang yang usianya sebaya
serta orang-orang dengan pendidikan yang setara, maka terdapat gangguan yang jelas pada
proses belajar (learning) dan delayed recall. Bila diukur dengan Clinical Dementia Rating
(CDR), diperoleh hasil 0,5. Bilamana dalam praktek ditemukan seorang pasien yang mengalami
gangguan memori berupa gangguan memori tunda (delayed recall) atau mengalami kesulitan
mengingat kembali sebuah informasi walaupun telah diberikan bantuan isyarat padahal fungsi
kognitif secara umum masih normal, maka perlu dipikirkan diagnosis MCI.
Pada umumnya pasien MCI mengalami kemunduran dalam memori baru. Namun diagnosis
MCI tidak boleh diterapkan pada individu- individu yang mempunyai gangguan psikiatrik,
kesadaran yang berkabut atau minum obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf pusat.
3. Parkinson Disease
DEFINISI
Penyakit parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat dengan
usia. Secara patologis penyakit parkinson ditandai oleh degenerasi neuron-neuron berpigmen
neuromelamin, terutama di pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi sitoplasmik
eosinofilik (Lewy bodies), atau disebut juga parkinsonisme idiopatik atau primer.
Sedangkan Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamine dengan
berbagai macam sebab. Sindrom ini sering disebut sebagai Sindrom Parkinson.
KLASIFIKASI
Penyakit parkinson dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu :
1. Parkinson primer/idiopatik/paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum jelas. Kirakira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinson sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler. Toksin seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine (MPTP), Mn,
CO, sianida. Obat-obatan yang menghambat reseptor dopamin dan menurunkan cadangan
dopamin misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain, misalnya
perdarahan serebral pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark lakuner, tumor
serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
24
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan
adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
h) Diet : Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan
neuroprotektif.
5. Ras : angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih dibandingkan kulit berwarna.
6. Trauma kepala : Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar.
7. Stress dan depresi : Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik.
Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan depresi
terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.
PATOFISIOLOGI
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar
dopamine akibat kematian neuron di substansia nigra pars compacta (SNc) sebesar 40-50% yang
disertai dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor.
Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu region kecil di otak (brain
stem) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini menjadi pusat control/koordinasi dari
seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmitter yang disebut dopamine, yang
berfungsi untuk mengatur seluruh gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh sistem
saraf pusat. Dopamine diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di otak
terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta kelancaran
komunikasi (bicara). Pada penyakit Parkinson sel-sel neuron di SNc mengalami degenerasi,
sehingga produksi dopamine menurun dan akibatnya semua fungsi neuron di system saraf pusat
(SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia), kelambatan bicara dan berpikir
(bradifrenia), tremor dan kekauan (rigiditas).
Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron SNc adalah
stress oksidatif. Stress oksidatif menyebabkan terbentuknya formasi oksiradikal, seperti dopamine
quinon yang dapat bereaksi dengan alfa sinuklein (disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk,
26
tidak dapat di gradasi oleh ubiquitin-proteasomal pathway, sehingga menyebabkan kematian sel-sel
SNc. Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain :
Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal dengan nitric-oxide
(NO) yang menghasilkan peroxynitric-radical.
Kerusakan mitokondria sebagai akibat penurunan produksi adenosin trifosfat (ATP) dan
akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres oksidatif, akhirnya menghasilkan
peningkatan apoptosis dan kematian sel.
Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang memicu apoptosis
sel-sel SNc.
GEJALA KLINIS
Gejala Motorik
a. Tremor
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu
hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah
tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan
sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga
sewaktu tidur.
27
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadangkadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pill rolling). Pada
sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksiekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini
menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating
tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak
mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu
terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika
tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa
berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit,
tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b. Rigiditas/kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut
digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan,
terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi
terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi
di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance.
Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk.
Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi
pendek-pendek.
Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh
karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel
phenomenon).
c. Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan
sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit
mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik
sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa
ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan
berkurang, sehingga sering keluar air liur.
28
Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit
untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila
berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti
topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka
keluar dari mulut.
d. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang
berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah.
Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan
depresi. Hilangnya refleks postural disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif
dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang
akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah
jatuh.
e. Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini
merupakan gejala dini.
f. Langkah dan gaya jalan (sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas),
stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung bila berjalan.
g. Bicara monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga
bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara halus (suara
bisikan) yang lambat.
h. Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan defisit kognitif.
i. Gangguan behavioral
Lambat-laun menjadi dependen (tergantung kepada orang lain), mudah takut, sikap
kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia)
biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
29
j. Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya
(tanda Myerson positif)
Gejala non motorik
a. Disfungsi otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan
hipotensi ortostatik
Kulit berminyak dan infeksi kulit seboroik
Pengeluaran urin yang banyak
Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual,
perilaku, orgasme.
b. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
c. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
d. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)
e. Gangguan sensasi
kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna
penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan
darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia atau anosmia).
DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit Parkinson ditegakkan berdasarkan kriteria :
1. Secara klinis
Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia atau
3 dari 4 tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia dan ketidakstabilan postural.
2. Krieteria Koller
Didapati 2 dari 3 tanda cardinal gangguan motorik : tremor saat istirahat atau gangguan
refleks postural, rigiditas, bradikinesia yang berlangsung 1 tahun atau lebih.
Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan sampai perbaikan sedang (minimal
1.000 mg/hari selama 1 bulan) dan lama perbaikan 1 tahun atau lebih.
3. Kriteria Gelb & Gilman
30
PENATALAKSANAAN
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif yang berkembang progresif dan
penyebabnya tidak diketahui, oleh karena itu strategi penatalaksanaannya adalah 1) terapi
simtomatik, untuk mempertahankan independensi pasien, 2) neuroproteksi dan 3) neurorestorasi,
keduanya untuk menghambat progresivitas
akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa
dekarboksilase inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai
neuron dopaminergik.
Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan. Penderita penyakit
parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan
bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya.
Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan levodopa sampai memang
dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan tidak mengganggu, sebaiknya terapi dengan
levodopa jangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan
lama waktu pemakaiannya. Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan memasuki susunan
saraf pusat dan mengalami perubahan ensimatik menjadi dopamin. Dopamin menghambat
aktifitas neuron di ganglia basal.
Efek samping levodopa dapat berupa:
1) Neusea, muntah, distress abdominal
2) Hipotensi postural
3) Sesekali akan didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut.
Efek ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system konduksi
jantung. Ini bisa diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.
4) Diskinesia yang paling sering ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau
muka. Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi
levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu
karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku,
sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
5) Abnormalitas laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah
yang meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.
Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia yaitu gerakan
motorik tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh. Respon penderita yang
mengkonsumsi levodopa juga semakin lama semakin berkurang. Untuk menghilangkan efek
samping levodopa, jadwal pemberian diatur dan ditingkatkan dosisnya, juga dengan
memberikan tambahan obat-obat yang memiliki mekanisme kerja berbeda seperti dopamin
agonis, COMT inhibitor atau MAO-B inhibitor.
b. Agonis Dopamin
32
karena
neurotransmisi
dopamine
dapat
ditingkatkan
dengan
mencegah
berfungsi sebagai antidepresan ringan. Efek sampingnya adalah insomnia, penurunan tekanan
darah dan aritmia.
e. Amantadin
Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain otak. Obat ini dulu
ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya diketahui dapat menghilangkan gejala penyakit
Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit
Parkinson dan dapat menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off) dan diskinesia pada
penderita Parkinson lanjut. Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi dengan levodopa
atau agonis dopamine. Efek sampingnya dapat mengakibatkan mengantuk.
f. Penghambat Catechol 0-Methyl Transferase/COMT
Entacapone (Comtan), Tolcapone (Tasmar). Obat ini masih relatif baru, berfungsi
menghambat degradasi dopamine oleh enzim COMT dan memperbaiki transfer levodopa ke
otak. Mulai dipakai sebagai kombinasi levodopa saat efektivitas levodopa menurun. Diberikan
bersama setiap dosis levodopa. Obat ini memperbaiki fenomena on-off, memperbaiki
kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Efek samping obat ini berupa gangguan fungsi hati, sehingga perlu diperiksa tes fungsi hati
secara serial. Obat ini juga menyebabkan perubahan warna urin berwarna merah-oranye.
g. Neuroproteksi
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi progresifitas
penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah apoptotic drugs
(CEP 1347 and CTCT346), lazaroids, bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine
receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah monoamine oxidase inhibitors
(selegiline and rasagiline), dopamin agonis, dan complek I mitochondrial fortifier coenzyme
Q10.
34
2. Terapi pembedahan
Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula proses patologis yang
mendasari (neurorestorasi).
a. Terapi ablasi lesi di otak
Termasuk katergori ini adalah thalamotomy dan pallidotomy
Indikasi : - fluktuasi motorik berat yang terus menerus
- diskinesia yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan medik
Dilakukan penghancuran di pusat lesi di otak dengan menggunakan kauterisasi. Efek operasi
ini bersifat permanen seumur hidup dan sangat tidak aman untuk melakukan ablasi dikedua
tempat tersebut.
b. Deep Brain Stimulation (DBS)
Ditempatkan semacam elektroda pada beberapa pusat lesi di otak yang dihubungkan dengan
alat pemacunya yang dipasang di bawah kulit dada seperti alat pemacu jantung. Pada prosedur
ini tidak ada penghancuran lesi di otak, jadi relatif aman. Manfaatnya adalah memperbaiki
waktu off dari levodopa dan mengendalikan diskinesia.
c. Transplantasi
35
Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai 1982 oleh Lindvall dan
kawannya, jaringan medula adrenalis (autologous adrenal) yang menghasilkan dopamin.
Jaringan transplan (graft) lain yang pernah digunakan antara lain dari jaringan embrio ventral
mesensefalon yang menggunakan jaringan premordial steam atau progenitor cells, non neural
cells (biasanya fibroblast atau astrosytes), testis-derived sertoli cells dan carotid body
epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi penolakan jaringan diberikan obat
immunosupressant cyclosporin A yang menghambat proliferasi T cells sehingga masa idup
graft jadi lebih panjang. Transplantasi yang berhasil baik dapat mengurangi gejala penyakit
parkinson selama 4 tahun kemudian efeknya menurun 4 6 tahun sesudah transplantasi.
Teknik operasi ini sering terbentur bermacam hambatan seperti ketiadaan donor, kesulitan
prosedur baik teknis maupun perijinan.
3. Non Farmakologik
a. Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya pentingnya
meminum obat teratur dan menghindari jatuh. Menimbulkan rasa simpati dan empati dari
anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.
b. Terapi rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-masalah sebagai
berikut : Abnormalitas gerakan, Kecenderungan postur tubuh yang salah, Gejala otonom,
Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living ADL), dan Perubahan psikologik.
Latihan yang diperlukan penderita parkinson meliputi latihan fisioterapi, okupasi, dan
psikoterapi.
Latihan fisioterapi meliputi : latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan ekstensi trunkus,
latihan frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki pada tanda-tanda di lantai, latihan
isometrik untuk kuadrisep femoris dan otot ekstensor panggul agar memudahkan menaiki
tangga dan bangkit dari kursi.
Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian lingkungan tenpat
tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan dipakai bermacam strategi, yaitu :
Strategi kognitif : untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi, bicara jelas dan tidak
cepat, mampu menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan hanya melakukan
satu tugas kognitif maupun motorik.
Strategi gerak : seperti bila akan belok saat berjalan gunakan tikungan yang agak lebar,
jarak kedua kaki harus agak lebar bila ingin memungut sesuatu dilantai.
36
Strategi keseimbangan : melakukan ADL dengan duduk atau berdiri dengan kedua kaki
terbuka lebar dan dengan lengan berpegangan pada dinding. Hindari eskalator atau
pintu berputar. Saat bejalan di tempat ramai atau lantai tidak rata harus konsentrasi
penuh jangan bicara atau melihat sekitar.
Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi kognitif, kepribadian, status mental
pasien dan keluarganya. Hasilnya digunakan untuk melakukan terapi rehabilitasi kognitif dan
melakukan intervensi psikoterapi.
PROGNOSIS
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan
perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka
penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi
mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi
otak general, dan dapat menyebabkan kematian.
Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien
berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat
bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah. Penyakit Parkinson sendiri
tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata
harapan hidup pada pasien Parkinson pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak
menderita Parkinson. Pada tahap akhir, penyakit Parkinson dapat menyebabkan komplikasi seperti
tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian.
Progresifitas gejala pada Parkinson dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian
pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya
penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakan pasien
Parkinson dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.
37
Hipertensi
Antioxidant
mechanism
Kolestrol
Protein karbonil (suatu indeks oksidasi
protein) & 4-hydroxynonenal (suatu
indeks oksidasi lipid)
Merupakan zat
preoksidan
Mencetuskan oksidatif
stress di SSP
ROS
Formasi oksiradikal + NO
Kerusakan mitokondria
ATP & akumulasi elektron
DEMENSIA
Beberapa lintasan
umpan balik dengan
mudah berosilasi
Termor kasar (tremor
involunter)
Sukar berjalan
Kegagalan
integrasi impuls
dari propioseptif,
labirin, & mata
Terganggunya
refleks postural
(tidak seimbang)
Mudah jatuh
Gangguan visuospatial
(tersesat di lingkungan)
PARKINSON DISEASE
38
Flurodopa pada
nukleus
kaudatus &
frontal cortex
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Ny.L, 69 tahun, dengan keluhan utama lupa jalan pulang dan sering ketinggalan
belanjaan di pasar disertai tremor kasar dan kaku mengalami dementia pada penyakit
Parkinson.
39