Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. TINJAUAN PUSTAKA
Kesuburan adalah potensi penyediaan hara (jumlah, bentuk, dan keselarasan) yang
dibutuhkan pertumbuhan tanaman secara maksimal. Tidak selalu dapat diasumsikan bahwa
tanah yang subur akan selalu menyebabkan produksi tanaman yang tinggi tanpa
mempertimbangkan faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut
(misalnya : air dan iklim). Hara tanaman berada dalam bentuk tertukarkan pada kompleks
pertukaran mineral dan organik, juga berada dalam bentuk larutan tanah. Hara yang berada
dalam struktur mineralatau organik tidak dalam bentuk tersediakan, dan disebut sebagai
hara potensil yang akan terlepas bila komponen tersebut terlapukan atau terdekomposisi
(Maas, 1996).
Kesuburan tanah dapat dibedakan menjadi kesuburan aktual yaitu kesuburan
alamiah (apa adanya) dan kesuburan potensial yaitu kesuburan maksimal yang dapat
dicapai tanah jika semua faktor yang berpengaruh tersedia secara optimal. Masukkan yang
diperlukan agar keadaan tanah optimal bagi pertumbuhan tanaman dapat berupa
pemupukan, pengapuran, dan pengolahan tanah (Yuwono, 2000).
Karakteristik kimia dan fisika tanah dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain.
Jika terdapat perbedaan / variasi faktor pembentuk tanah antartempat tersebut. Di dataran
tinggi, suhu relatif rendah, mengakibatkan pelapukan lebih lambat sedangkan di dataran
rendah suhu lebih tinggi dan mendukung pelapukan lebih cepat. Perbedaan karakteristik
kimia dan fisika tanah tersebut mengakibatkan berbedanya pengelolaan yang diperlukan
(Basyaruddin, 2001).
Pertumbuhan tanaman diekspresikan dalam berat kering yang bersifat konstan yaitu
hubungan antara waktu dengan ukuran pertumbuhan. Bentuk umum yang digunakan yaitu
diinisialkan dalam ukuran tanaman real, diikuti periode kenaikan yang tinggi dan periode
pertumbuhan yang melambat atau tidak tumbuh sama sekali. Adanya kurva pertumbuhan
membantu untuk mengerti bentuk umum pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi suplai mineral, cahaya, air, dan CO 2.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Tisdale et al.,
1990).
Tanah vertisol memiliki kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison,
mempunyai sifat mengembang dan mengerut. Kalau kering tanah mengerut sehingga tanah
pecah-pecah dan keras, tetapi saat basah cenderung mengembang dan lengket. Tanah
Ultisol adalah tanah dimana terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam,
kandungan Al tinggi, unsur hara rendah, sehingga perlu dilakukan pengapuran dan
pemupukan serta pengelolaan yang baik agar tanah menjadi produktif dan tidak rusak.
Tanah Mollisol memiliki kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih
dari 50%, berwarna hitam, dan agregasinya baik sehingga tanah tidak keras pada musim
kering. Tanah Inceptisol adalah tanah muda yang memiliki tingkat kesuburan yang cukup.
Tanah Andosol adalah tanah yang didominasi bahan amorf atau lebih dari 60% terdiri dari
bahan vulkanik, vitrik, dan cinder (Hardjowigeno, 1987).
Tanah sulfat masam potensial mengandung pirit yang bila terbuka ke udara akan
terjadi reaksi oksidasi membentuk asam sulfat dan oksida besi sehingga tanah tidak dapat
digunakan untuk pertanian. Tanah sulfat masam mempunyai pH rendah, kandungan yang
bersifat toksis H+, Al, Fe (III), dan Mn tinggi. Keadaan ini diikuti dengan P tersedia dan
kejenuhan basa yang rendah serta kekahatan hara-hara lainnya (Suriadikarta, 2005).
II. METODOLOGI
Praktikum acara Kesuburan Tanah Aktual ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
8 November 2006 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Cara kerjanya yaitu pertama-tama pot platik yang berlubang di bagian bawahnya
diisi dengan tanah lapis olah. Di rumah kaca telah disediakan beberapa koleksi jenis tanah.
Lalu
pot tersebut ditanami dengan jagung dan diberi air secukupnya setiap hari.
Selanjutnya diamati kenampakan visual (morfologi dan warna), kemudian diukur dan
dicatat tinggi tanaman saat kunjungan ke rumah kaca.
III. HASIL PENGAMATAN
No.
Tanah
1.
Tinggi
(cm)
141
2.
3.
130
123
4.
111
5.
127
6.
123
7.
8.
9.
10.
104
116
104
135
11.
144
12.
125
13.
133
14.
155
15.
98
16.
65
Morfologi,Bagan
Warna Daun
Hijau pucat, batang
sedang
Hijau tua
Hijau pucat, batang
besar
Hijau muda, batang
kurus
Hijau pucat, batang
kurus
Hijau muda, batang
kurus
Hijau pucat
Hijau tua, layu
Hijau muda pucat
Hijau tua, kering,
batang kurus
Hijau tua, batang
kurus
Hijau layu, batang
kurus, rebah hampir
mati
Hijau muda, ada
daun yang kering
Hijau segar, banyak
daun
Hijau segar, batang
kurus
Hijau tua, daun
sempit
17.
Kuarsa Sawahlunto
89
18.
105
19.
130
20.
112
21.
128
IV. PEMBAHASAN
Pada praktikum kesuburan tanah aktual dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan
tanaman pada berbagai jenis tanaman. Kesuburan tanah aktual adalah kemampuan tanah
menyediakan udara, air, dan unsur hara esensial untuk tanaman tertentu. Pada praktikum
kali ini digunakan berbagai jenis tanah antara lain tanah Andisol, Inceptisol, Alfisol,
Vertisol, Entisol, Mollisol, Ultisol, sulfat masam, kuarsa, dan pasir pantai dari berbagai
daerah.
Tanah Andisol adalah tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan
horison kambik, serta mempunyai bulk density (kerapatan limbak) kurang dari 0,85 g/cc
dan didominasi bahan amorf, atau lebih dari 60% terdiri dari bahan vulkanik vitrik, cinder,
atau pyroklastik vitrik yang lain. Tanah Inceptisol merupakan tanah muda tetapi lebih
berkembang daripada entison (inceptum permulaan). Umumnya merupakan horison
kambik. Karena tanah belum berkembang lanjut kebanyakan tanah ini cukup subur. Tanah
Alfisol merupakan tanah dimana terdapat penimbunan liat di horison bawah (=horison
argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180
cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di
atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air.
Tanah Vertisol mempunyai kandungan liat (lebih dari 30%) di seluruh horison dan
mempunyai sifat mengembang dan mengerut. Kalau kering tanah mengerut sehingga tanah
pecah-pecah dan keras, kalau basah mengembang dan lengket. Tanah Entisol merupakan
tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak
ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Tanah Mollisol
merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap),
kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah
baik sehingga tanah tidak keras bila kering (Mollis = lunak). Tanah Ultisol adalah tanah
dimana terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah sulfat masam potensial
mengandung pirit yang bila terbuka ke udara akan terjadi reaksi oksidasi membentuk asam
sulfat dan oksida besi sehingga tanah tidak dapat digunakan untuk pertanian. Tanah sulfat
masam mempunyai pH rendah, kandungan yang bersifat toksis H +, Al, Fe (III), dan Mn
tinggi. Keadaan ini diikuti dengan P tersedia dan kejenuhan basa yang rendah serta
kekahatan hara-hara lainnya.
Kemudian untuk tanah-tanah pasir biasanya termasuk tanah regosol. Tanah Regosol
merupakan tanah yang mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk bahan endapan baru,
tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan mengerut (sifat
vertik), tidak didominasi bahan amorf (sifat andik).
Setiap jenis tanah memiliki tingkat kesuburan yang berbeda-beda tergantung dari
faktor pembentuk tanah yang mendominasi daerah/wilayah tersebut antara lain faktor
bahan induk, iklim, relief, organisme, dan waktu. Tanah menyediakan unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman di atasnya namun terbatas jumlahnya dan tergantung dari jenis tanah
tersebut. Pengaruh dari kesuburan tanah maka dapat dilihat penampakan visual dari
pertumbuhan tanaman yang berada di atasnya misalnya morfologi dan warna daun serta
tinggi tanaman. Sehingga akan berpengaruh juga terhadap produksi yang diperoleh dari
tanaman.
Kandungan hara yang ada di dalam tanah dapat diketahui dengan melakukan suatu
pengujian kesuburan tanah. Salah satu cara uji kesuburan tanah yaitu dengan melaksanakan
pengamatan visual dari suatu tanaman. Pengamatan visual ini sangat penting dalam analisis
kesuburan tanah aktual karena berdasarkan pada esensial unsur hara sehingga pertumbuhan
yang tidak normal segera dapat diatasi. Misalnya gejala klorosis pada bagian bawah
tanaman itu disebabkan karena kekurangan unsur nitrogen. Dari pengamatan tersebut kita
dapat menambahkan unsur pada tanah tersebut sehingga tanaman tumbuh dengan baik.
Dari pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa pertumbuhan tanaman yang
paling baik pada tanah Mollisol Bunder, Gunungkidul dengan tinggi tanaman 155 cm dan
warna daun hijau segar. Tanah Molisol merupakan tanah dangkal, berwarna hitam,
bertekstur lempung, strukturnya gumpal, dan kandungan bahan organiknya lebih dari 1%i.
Tanah ini merupakan tanah yang berasal dari batuan kapur dan bersifat alkalis. Tanah ini
dinamakan tanah karbonat humus karena selalu mengandung CaCO3 yang dapat larut
dalam HCl panas agak pekat dengan meninggalkan kuarsa. Dalam menyerap air partikel
lempung tanah ini mampu menyimpan air dengan baik (kadar lengas tanah tinggi) sehingga
keliatan dan kelekatannya tinggi. Sehingga kandungan bahan organik yang tinggi akan
mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Selain tanah Mollisol Bunder yang baik
pertumbuhannya yaitu pada tanah-tanah Andisol dari berbagai daerah, Vertisol Playen,
Inceptisol Moyudan, Alfisol Semanu, Vertisol Gading, Entisol Jatikontal, Sulfat Masam
Kalteng, Entisol Pakem, Alfisol Jepara, Alfisol Batang, Vertisol Wates, Pasir pantai
Kaburuhan, Pasir pantai Samas, dan Pasir pantai Baron.
Pada tanah Alfisol Dlingo, Ultisol Banyumas, Kuarsa Sawahlunto pertumbuhan
tanaman jagung kurang baik terbukti bahwa tinggi tanaman jagung lebih pendek dibanding
pada tanah-tanah lain. Hal ini disebabakan karena perbedaan tingkat kesuburan tanah
aktual dari masing-masing jenis tanah. Pada tanaman jagung yang berada pada tanah-tanah
tersebut menunjukkan adanya gejala kekahatan unsur P dengan gejala tanaman mengalami
kekerdilan. Tanaman akan memanfaatkan unsur hara yang ada di dalam tanah sehingga
hara tersebut akan tanaman akan mengalami kekahatan jika unsur hara tersebut habis.
Sumber hara dalam tanah antara lain berasal dari perombakan bahan organik tanah,
pelapukan mineral tanah, pemupukan, pembenah organik (rabuk, kompos), penambahan N
(legume), batuan, buangan industri, pengendapan udara (N, S) dan pengendapan air. Unsur
hara yang bersumber dari bahan organik dapat langsung diserap/digunakan oleh tanaman
setelah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme tanah. Namun hasil rombakan dari
bahan organik tersebut juga digunakan mikroorganisme tanah untuk penambah energi.
Unsur hara yang terjerap oleh partikel tanah dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah
mengalami reaksi tertentu. Unsur yang terjerap biasanya berada terikat dengan lempung
atau berada di permukaan koloid.
Pada tanah Vertisol yang berasal dari Gading, Playen, Wates merupakan tanah yang
memiliki kandungan hara yang cukup. Tanah vertisol merupakan suatu jenis tanah dengan
fraksi lempung lebih dari 30% yang dirajai oleh lempung montmorilonit, reaksi tanah
berkisar dari netral hingga alkalis (pH 6-8,5), mengandung Ca dan Mg tertukar tinggi dan
mengandung banyak kalsium karbonat (CaCO3). Sehingga tanah vertisol mempunyai
kapasitas jerapan P yang secara nisbi tinggi dan dapat menyebabkan ketersediaan P bagi
tanaman pada tanah ini rendah. Sehingga tanaman jagung tumbuh dengan kenampakan
visual yaitu batang kurus dan warna daun hijau muda.
Tanah sulfat masam mempunyai pH rendah, kandungan yang bersifat toksis H +, Al,
Fe (III), dan Mn tinggi. Keadaan ini diikuti dengan P tersedia dan kejenuhan basa yang
rendah serta kekahatan hara-hara lainnya. Seperti pertumbuhan tanaman jagung pada tanah
sulfat masam Kalimantan Tengah yang tidak tumbuh dan mengalami kelayuan akibat dari
kekurangan unsur hara. Pada tanah Alfisol terdapat penetrasi dangkal C organik, akumulasi
lempung yang nyata pada kedalaman sekitar 60 cm, dan tingkat kejenuhan basa yang tinggi
di seluruh profil tanah. Sehingga kandungan nutrisinya cukup bagi pertumbuhan tanaman
jagung.
Pasir pantai merupakan jenis tanah regosol bukit-pasir. Pasir pantai umumnya
bertekstur kasar, mudah diolah dengan gaya menahan air rendah dan permeabilitas makin
kurang. Tanah ini cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap
untuk diserap tanaman, tetapi kekurangan unsur N. Terbukti bahwa pada pasir pantai
pertumbuhan tanaman jagung kurang baik. Penampakan visual pada daun tua terlihat
berwarna hijau tua pucat mulai bagian ujung daun, diikuti daun tua mati dan gugur. Gejala
tersebut memperlihatkan bahwa tanaman tersebut kekurangan unsur hara N. Sehingga
untuk mengatasi pertumbuhan tanaman jagung pada pasir pantai dapat dilakukan dengan
penambahan unsur hara pada tanah tersebut misalnya pemberian pupuk kandang.
Perbedaan asal atau tempat pengambilan tanah tersebut juga akan berpengaruh
terhadap ciri tanah tersebut. Dari pengamatan tanah Andisol berasal dari daerah Dieng,
Batur Banjarnegara, Ngablak Magelang, dan Hutan Banjarnegara. Dari perbedaan tempat
itulah pertumbuhan tanaman jagung juga berbeda karena faktor tanah yaitu perbedaan
bahan induk/bahan penyusun tanah. Misalnya pada tanah Andisol Dieng kenampakan
tanaman jagungnya yaitu daun hijau pucat, batang sedang sedangkan untuk Andisol Hutan
Banjarnegara kenampakan tanaman jagung yaitu daun hijau tua dan batang kurus. Pada
tanah Vertisol yang berasal dari Gading, Playen, Wates memiliki kamdungan hara yang
cukup. Namun perbedaan asal meskipun sama-sama tanah Vertisol juga akan berpengaruh
pada pertumbuhan tanaman jagung. Vertisol Playen dan Gading sama-sama daerah
Gunungkidul dimana daerahnya merupakan daerah gelombang atau gunung sehingga
untuk kebutuhan air kurang mencukupi kecuali pada musim penghujan sehingga dapat
berpengaruh pada tanah.
Pada pasir pantai perbedaan daerah yaitu Baron, Kaburuhan, dan Samas tidak
begitu terlihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Pada tanah Alfisol
berasal dari Semanu, Jepara, Batang, dan Dlingo berpengaruh pada pertumbuhan tanaman
jagung. Terbukti dari keseluruhan asal pengambilan tanah bahwa kenampakan tanaman
jagung hampir sama yaitu batangnya kurus hanya saja pada Alfisol Dlingo daunnya terlihat
segar dan yang lain daunnya muda atau bahkan pucat. Pada tanah Entisol Pakem dan
Jatikontal, kenampakan pertumbuhan tanaman jagung sama yaitu daunnya hijau tetapi
pucat. Hal ini dapat disebabkan karena unsur hara yang terkandung dalam tanah tersebut
kurang sehingga akan berpengaruh pada tanaman jagung. Gejala daun berwarna hijau
muda hingga pucat maka tanaman tersebut kekurangan unsur hara N. Sehingga perlu
penambahan unsur hara misalnya saja dengan pemupukan.
Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk
tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah. Gejala kekahatan pada
tanaman jagung dapat dilihat dari penampakan visualnya.
V. KESIMPULAN
1. Kesuburan tanah aktual adalah kesuburan tanah asli yang belum diberi hara tambahan
yang dapat meningkatkan kesuburan tanah.
2. Pertumbuhan tanaman jagung yang baik yaitu pada tanah Mollisol Bunder, pada tanahtanah Andisol dari berbagai daerah, Vertisol Playen,
Semanu, Vertisol Gading, Entisol Jatikontal, Sulfat Masam Kalteng, Entisol Pakem,
Alfisol Jepara, Alfisol Batang, Vertisol Wates, Pasir pantai Kaburuhan, Pasir pantai
Samas, dan Pasir pantai Baron.
3. Gejala kekahatan unsur hara akan terjadi jika tanaman tidak memperoleh lagi unsur
hara dari dalam tanah atau istilah lain unsur haranya belum tercukupi.
DAFTAR PUSTAKA
Basyarudin. 2001. Karakteristik kimiawi dan fisika-kimiawi Andisol yang berkembang
pada berbagai ketinggian di Sumatra Utara. Jurnal Penelitian Pertanian XX
(2):67-78
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Maas, A. 1996. Ilmu Tanah dan Pupuk. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Suriadikarta, D. A. 2005. Pengelolaan Lahan Sulfat Masam Untuk Usaha Pertanian.
http://www.pustaka-deptan.go.id/publication/p3241055.pdf. Diakses pada
tanggal 19 Desember 2006.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson, J. D. beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizers 4th edition.
Macmillan Publishing Company. New York.
Yuwono, N. W. 2000. Pupuk dan Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH
Disusun oleh :
Nama
: Sumarni
(10043)
(10129)
(10164)
Riska Rinjaya
(10266)
Gol/Kelompok : B2 siang/ 3
Co Asisten
: Faisal
2006
LAPORAN PRAKTIKUM
KESUBURAN TANAH
ACARA I
KOLEKSI PUPUK
Disusun oleh :
Nama
: Sumarni
(10043)
(10129)
(10164)
Riska Rinjaya
(10266)
Gol/Kelompok : B2 siang/ 3
Co Asisten
: Faisal
YOGYAKARTA
2006