Anda di halaman 1dari 3

Immobilisasi

Gangguan mobilitas fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing


Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalamni keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995)
Perubahan dalam tingkat mobilitas fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak
dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal (mis.
Gips atau traksi rangka), pembebasan gerak volunteer, atau kehilangan fungsi motorik.
Pengaruh fisiologis
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap system tubuh beresiko terjadi gangguan.
Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan
secara keseluruhan, serta tingkat immobilisasi yang dialami. Misalnya,perkembangan pengaruh
immobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan klien yang lebih muda (Perry
dan Potter,1994)
Imobilisasi

Peningkatan
Kelemahan

asupan nutrisi

Atrofi otot

Akibat anoreksia
Dan/atau pembatasan

Kehilangan massa lebih meningkat

keseimbangan nitrogen
negatif

Perubahan metabolic
System

endokrin,

merupakan

produksi

hormone-sekresi

kelenjar,

membantu

mempertahankan dan mengatur fungsi vital seperti


1)
2)
3)
4)
5)

respons terhadap stress dan cedera


pertumbuhan dan perkembangan
reproduksi
homeostasis ion
metabolisme energy.

Ketika cedera atau stress terjadi, system endokrin memicu serangkaian respons yang
bertujuan mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup. System endokrin penting
dalam mempertahankan homeostasis ion. Organisme mamalia hidup di dalam lingkungan
eksternal yang berubah secara konstan. System endokrin berperan dalam pengaturan lingkungan
ekstenal dengan mempertahankan keseimbangan natrium,kalium,air dan keseimbangan asambasa. Sehingga,system endokrin bekerja sebagai pengatur metabolism energy. Hormone tiroid
meningkatkan laju metabolic basal (basal metabolic rate, BMR), dan energy dibuat sehingga
dapat dipakai sel-sel melalui intergasi kerja antara hormone gastrointestinal dan pancreas (Price
dan Wilson, 1992).
Immobilisasi menganggu fungsi metabolic normal, antara lain laju metabolic;
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein;ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;
ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan. Keberadaan proses infeksius pada klien
imobilisasi mengalami peningkatan BMR diakibatkan karena karena demam atau penyembuhan
luka. Demam dan penyembuhan luka meningkatkan kebutuhan oksigen selular (McCance dan
Huether,1994)
Definisi kalori dan proteinmerupakan karakteristik klien yang mengalami penurunan
selera makan sekunder akibat immobilisasi. Protein sintesis dan diubah menjadi asam amino
dalam tubuh untuk dibentuk kembali menjadi protein lain secara konstan. Asam amino yang
tidak digunakan akan disekresikan. Tubuh dapat mensintesa asam amino esensial. Jika lebih
banyak nitrogen (produk akhir pemecahan asam amino) yang diekskresikan dari pada yang
dimakan dalam bentuk protein, maka tubuh dikatakan mengalami keseimbangan nitrogen

negative dan kehilangan berat badan, penurunan massa ototterutama pada hati,jantung,paruparu, saluran pencernaan, dan system kekebalan (Long et al,1993).
Ekresi kalsium dalam urine ditingkatkan melalui resporsi tulang . immobilisasi
menyebabkan pelepasan kalsium ke dalam sirkulasi. Dalam keadaan normal ginjal dapat
mengekskresikan kelebihan kalsium. Jika ginjal tidak mampu berespon dengan tepat maka
terjadi hiperkalsemia (Holm,1989).
Gangguan fungsi gastrointestinal bervariasi dan mengakibatkan penurunan motilitas
saluran gastrointestinal.

Anda mungkin juga menyukai