DISUSUN OLEH :
Nailah Nurjihan
260110140021
Dina Purwati
260110140022
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
Berikut adalah beberapa kelompok masyarakat adat etnik Sunda diantara lainnya :
A. Ubar kampung masyarakat adat Baduy
Masyarakat Baduy adalah salah satu kelompok masyarakat berbudaya
tradisional yang tinggal di Desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, Kabupaten
Lebak, Propinsi Banten. Komunitas ini oleh masyarakat luar sering disebut orang
Baduy, walaupun mereka sendiri menamakan kelompoknya sebagai Urang
Rawayan atau Urang Kanekes (Moelyono, 2014).
dan kepercayaan kepada satu kekuasaan yang disebut Sanghiyang Keresa (Yang
Maha Kuasa), atau sering disebut sebagai Batara Tunggal (Yang Maha Esa),
Batara Jagat (Penguasa alam), atau Batara Seda Niskala (Yang Maha Gaib)
yang bersemayam di Buana Nyungcung (Alam atas) Orientasi, konsep, dan
pengamalan
keagamaan
ditujukan
kepada
pikukuh
(ketentuan)
untuk
itu untuk pengobatan diare, masyarakat adat Baduy menggunakan daun jambu
kulutuk (Psidium guajava) yang dicampur dengan garam, ditumbuk, dan
diminum airnya.
2. Untuk pengobatan diare, masyarakat adat Baduy juga menggunakan daun
harendong (Melastoma malabathricum) yang langsung dikunyah atau
diseduh. Selain itu untuk diare dapat digunakan ramuan yang dibuat dengan
cara menggoreng tanpa minyak (disangray, Sd) dua gelas beras (Oryza sativa)
dan 7 iris koneng temen (Curcuma domestica) hingga hangus, kemudian
ditambahkan 3 gelas air dan 2 gengam daun jambu kulutuk (Psidium
guajava), direbus hingga matang, kemudian disaring. Hasil saringan diminum
pagi dan sore hingga sembuh.
Tanaman Harendong
3. Untuk mengatasi demam, atau penurun panas pada orang dewasa, masyarakat
adat Baduy menggunakan campuran daun rambutan (Nephelum lappaceum)
dan daun sirsak (Annona muricata) yang ditumbuk, diseduh, diminum atau
dikompreskan. Untuk mengatasi demam atau penurun panas pada anak-anak,
masyarakat adat Baduy menggunakan air buah jeruk nipis (Citrus
aurantifolia) yang dicampur madu dan diminum.
dan daun
senggugu
Kampung Naga
Dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat adat Kampung Naga selain
memanfaatkan pelayanan kesehatan formal di luar kampung, mereka tetap
menjaga ilmu yang diperoleh dari nenek moyang berupa obat dan pengobatan
yang bersumber pada alam. Hal menraik dari masyarakat adat Kampung Naga ini
adalah adanya pengobatan dengan menggunakan pisang sebagai obatnya,
misalnya mereka menggunakan daun pisang muda untuk mengobati sakit
pinggang dan mendinginkan luka bakar, getah pisang untuk mengobati diare,
disentri, dan kencing nanah. Selain itu getah pisang juga digunakan untuk
mencegah kerontokan rambut dan merangsang pertumbuhan rambut. Akar pisang
digunakan untuk melawan lesu, lelah, dan kurang darah. Buah yang belum masak
digunakan untuk makanan penderita kencing manis (Moelyono, 2014).
Berikut adalah pengobatan tradisional masyarakat adat Kampung Naga :
1. Untuk obat batuk, komunitas Kampung Naga menggunakan air batang muda
awi gombong (Gigantochloa apus) yang diambil airnya di pagi hari,
kemudian diminum, atau air batang tadi diseduh dengan jahe (Zingiber
officinale Roxb.) atau cikur (Kaempferia galanga), diminum tiap hari hingga
sembuh.
2. Untuk gangguan perut, masyarakat Kampung Naga menggunakan buah cau
sewu atau cau emas (Musa paradisiaca) yang dibenamkan ke dalam abu
panas (dibubuy, Sd), kemudian diperas, dan airnya diminum. Buah harendong
(Melastoma malabathricum) yang masih muda yang dimakan mentah juga
digunakan oleh masyarakat Kampung Naga untuk mengatasi gangguan sakit
perut. Jika gangguan perut tersebut merupakan gejala tukak lambung, mereka
mengunakan daun sembung (Blumea balsamifera) yang masih segar, atau
daun kering tumbuhan pacing (Costus speciosus).
3. Gangguan diare diatasi dengan menggunakan pucuk daun jambu kulutuk
(Psidium guajava L.), sedangkan disentri diatasi dengan menggunakan pucuk
daun kadu (Durio zibethinus) yang masih segar, atau meminum air rebusan
daun
handeuleum
(Graptophyllum
pictum)
atau
areuy
duduitan
(Drymoglossum heterophyllum).
4. Penyakit panas oleh komunitas Kampung Naga diatasi dengan daun dadap
(Erythrina lithosperma), daun camcau areuy (Cyclea barbata) atau pucuk
daun kadu (Durio zibethinus).
5. untuk obat luka, diantaranya daun antanan (Hydrocotyles asiatica), kulit
batang ki rinyuh (Eupatorium inulifolium), getah cau emas (Musa
Buah Cecendet
8. Untuk menghilangkan noda hitam di wajah (kokoloteun, Sd), masyarakat adat
Kampung Naga menggunakan bedak yang dibuat dari palupuh (bagian yang
menempel pada batang) kawung (Arenga pinnata) yang dibakar hingga
menjadi abu. Abu yang berwarna putih dipakai sebagai bedak.
9. Untuk menghilangkan noda hitam di wajah (kokoloteun, Sd), masyarakat adat
Kampung Naga menggunakan bedak yang dibuat dari palupuh (bagian yang
Garam,
h.
Gula,
i. Terasi.
Semua bahan dikeringkan dengan cara dipanaskan pada wajan tanpa minyak
(disangray), kemudian setelah kering ditumbuk (dipeupeuh) dalam lumpang.
Hasilnya disaring dengan saringan, diperoleh serbuk ramuan yang disebut Peupeuh
tuhur. Untuk pemeliharaan kesehatan wanita setelah melahirkan ramuan peupeuh
tuhur ini diseduh dengan air panas dan diminum. Tanggung jawab dalam pengolahan
dan pemanfaatannya diberikan kepada indung beurang atau paraji (dukun beranak)
yang pengetahuannya juga diperoleh secara turun temurun. Ramuan ini digunakan
untuk wanita setelah melahirkan guna membantu mengerutkan rahin dan
mengembalikan stamina tubuh. Peupeuh tuhur (tuhur = kering) diminum setelah
tiga hari melahirkan, sedangkan untuk mengerutkan rahim yang membengkak, wanita
yang baru melahirkan diharuskan makan ramuan Peupeuh baseuh (baseuh = basah)
(Ayatrohaedi, 2005).
Bahan untuk ramuan peupeuh baseuh, sama dengan ramuan untuk membuat
peupeuh tuhur. Perbedaan hanya terdapat pada kondisi bahan, yaitu pada pembuatan
peupeuh baseuh, digunakan bahan segar yang tidak dikeringkan. Semua bahan
ditumbuk, hasil peupeuhan dimakan sebagai seperti sambal.
Beberapa pengobatan lainnya yang sering digunakan, diantaranya:
1. Untuk melancarkan ASI, masyarakat setempat menggunakan lalaban atau
rebusan pucuk daun labu siem (Sechium edule), atau parutan rimpang koneng
yang diseduh dengan air panas, dan diminum setiap pagi. Bila ASI terlalu
banyak, wanita setempat menggunakan daun surawung (Ocinum sanctum)
sebagai lalaban.
Suatu local wisdom yang mengajarkan bahwa untuk mengatasi sakit kuning
digunakan tumbuhan atau bagian tumbuhan yang juga berwarna kuning.
7. Untuk mengatasi sakit pinggang, digunakan daun tempuyung (Sonchus
arvensis) yang diseduh dengan air panas, kemudian diminum.
8. Sebagai penurun panas, masyarakat adat Sunda Kasepuhan menggunakan
remasan umbi bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum)
yang dicampur dengan minyak kelapa (Cocos nucifera) dan minyak kayu
putih (Eucalyptus alba), digosokkan ke seluruh badan, atau rimpang panglay
(Zingiber purpureum) dan umbi bawang putih (Allium sativum) dihaluskan
dan digosokkan ke seluruh badan.
9. Untuk menurunkan tekanan darah tinggi, digunakan daun paria (Moringa
oleifera) dan daun balagadung (sintrong, Erechites sp) dibuat lalaban. Selain
itu masyarakat Sunda Kasepuhan juga menggunakan seduhan buah cangkudu
(Morinda citrifolia) yang masak, atau daun cangkudu yang masih muda
dijadikan lalaban. Daun seledri (Apium graveolens) juga sering digunakan
sebagai lalaban untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Rebusan buah
mentimun (Cucumis sativus), atau buahnya langsung dimakan, seperti halnya
buah belimbing (Averrhoa carambola) digunakan sebagai bahan untuk
mengatasi tekanan darah tinggi. Selain buahnya, godogan daun belimbing
juga digunakan masyarakat setempat untuk mengatasi tekanan darah tinggi.
Parutan umbi lobak (Raphanus sativus) yang diseduh air panas, kemudian
diperas, airnya diminum pagi dan sore.
10. Sakit gigi diatasi dengan bawang putih (Allium sativum) dan getah jarak
(Jatropha curcas) yang ditutulkan pada gigi yang sakit, atau batang antawali
(Tinospora crispa) digodog, dan air godogannya digunakan untuk kumurkumur.
11. Radang mata diobati dengan kulit kayu secang ( Caesalpinia sappan) yang
diseduh dengan air panas, disaring, didinginkan. Digunakan dengan cara
diteteskan pada mata yang radang.
12. Gangguan batuk diatasi dengan buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang
dipanaskan dalam abu panas (dibubuy, Sd), diperas, airnya dimimum setelah
ditambah sedikit garam.
13. Untuk
perawatan
kecantikan,
masyarakat
adat
Sunda
Kasepuhan
menggunakan daun sirih (Piper betle) yang dilayukan, dilulurkan pada muka
untuk menghaluskan kulit muka. Untuk menghilangkan bau badan,
masyarakat setempat menggunakan daun sembung (Sonchus arvensis) dan
daun lokatmala (Artemisia vulgaris) yang digodog dan airnya diminum.
14. Untuk mengobati luka, daun babadotan (Ageratum conyzoides) dilumatkan,
kemudian dipopokkan pada luka
(Padma, 2001).
sangat mereka kenal adalah ramuan yang disebut Sambel kesed (kesed, Sd = kelat)
atau Sambel Dahu. Ramuan ini disebut sambel kesed karena rasanya yang kelat, dan
disebut sambel dahu karena salah satu bahan yang digunakan adalah serpihan kulit
batang ki dahu. Sambel kesed atau sambel dahu ini merupakan ramuan unik dari
paraji (dukun beranak) yang menurutnya ramuan tersebut akan membuat para suami
betah tinggal di rumah. Bahan rmuan ini pada terdiri atas papagan (kulit batang) ki
dahu, malaka (Phyllanthus emblica), jambe (Arenga pinnata), daun harendong
(Melastoma
malabathricum),
daun
hareueus
(Rubus
moluccanus),
sereh
atau anak agar tidak tidak sering mengompol, merawat bayi atau anak yang
sakit panas, dan merawat anak yang baru disunat. Perawatan ibu dan anak
umumnya diserahkan dan menjadi tanggung jawab seorang wanita yang
disebut indung beurang, atau paraji, yang sekarang dikenal sebagai dukun
beranak.
2. Untuk menyuburkan rambut, masyarakat kampung Dukuh mengunakan
daun dan batang seledri (Apium graveolens) dan daun lidah buaya (Aloe
vera) yang dilumatkan dan dicampur dengan santan kelapa (Cocos
nucifera).
(Syamsul Hidayat, 2002).
Ramuan 2
Tumbuhan nanangkaan (Euphorbia hirta) seluruh bagian
Air bersih 4 gelas
Cara penggunaan
Seluruh bagian tumbuhan nanangkaan digodog dengan air hingga tersisa
sekira 2 gelas. Air godogan diminum sehari 2 kali sebanyak 1 gelas.
Ramuan 2
Buah kapolaga (Amomum cardamomum) 10-20 gram
Air hangat secukupnya
Cara penggunaan
Buah kapolaga ditumbuk, dicampur dengan sedikit air panas dan diaduk rata,
kemudian dibalurkan ke bagian badan yang merasa pegal, didiamkan seharian
Ramuan 2
Rimpang koneng gede (Curcuma xanthorrhia) 1-2 ruas
Air bersih 1-2 gelas
Cara penggunaan
Rimpang digodog dengan air hingga mendidih. Air godogan diminum sehari
2-3 kali, masing-masing 1 gelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ayatrohaedi. 2005. Cuplikan Sejarah Sunda berdasarkan Naskah-Naskah . Cirebon:
Pustaka Jaya.
Moelyono. 2014. Etnofarmasi Edisi I. Yogyakarta: Deepublish.
Padma, Adry, dkk.. 2001. Pemukiman Warisan Karuhun. Bandung: Architecture and
Communication.
Syamsul, Hidayat. 2002. Ramuan Tradisional ala 12 Etnis Indonesia. Jakarta:
Penerbar Swadaya.
Yoseph, Iskandar. 1997. Sejareah Jawa Barat: Yuganing Rajakawasa. Bandung:
Geger Sunten