Melawan Distorsi Gerakan Mahasiswa Menuju Gerakan Pencerahan
Distorsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, distorsi adalah
penyimpangan atau pemutarbalikan fakta, aturan, dan sebagainya. Dilihat dari arti katanya, bisa saya simpulkan bahwa distorsi gerakan mahasiswa adalah adanya penyimpangan atau pemutarbalikan beberapa fakta tentang tugas dan peran dari seorang mahasiswa. Mahasiswa mempunyai tugas lain selain menimba ilmu dari bangku perkuliahan yaitu sebagai kaum pemikir. Mahasiswa memiliki peran sebagai Agent of Change, Social Controling, dan Iron Force. Tapi banyak mahasiswa jaman sekarang, telah melupakan perannya sebagai mahasiswa. Masih banyak mahasiswa yang bersifat apatis terhadap lingkungan sekitar, menerima begitu saja keadaan di sekitarnya walaupun kadang bertentangan dengan hatinya, dan masih banyak mahasiswa yang mengurung pemikirannya sendiri terhadap isu isu di sekitarnya. Mereka lupa bahwa sekiranya kita sebagai mahasiswa harusnya aktif dalam menyuarakan kebenaran dan menyampaikan argumen argumen bermutu. Bukan hanya datang dari kampung, kuliah cepat, lulus dengan IPK bagus, kemudian keluar dari kampus tanpa menjalani perannya yang lain sebagai mahasiswa yang semestinya. Ada beberapa faktor yang membuat distorsi gerakan mahasiswa ini semakin masif di dunia kampus. Contohnya, jam berorganisasi yang seolah olah terus di tekan oleh pihak birokrasi, generalisasi terhadap mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi cuma tahu demo dan anarkis, organisasi hanya akan menghambat proses akademik, dan lain lain. Beberapa faktor yang telah saya sebutkan merupakan pengalaman saya ketika bercerita dengan teman teman saya. Hal ini betul betul miris ditambah dengan kurang aktifnya LK (baik tingkat jurusan dan fakultas) dalam menghimpun suara suara aspirasi mahasiswa dan banyak pengurus dari LK itu sendiri tidak memantaskan dirinya sebagai pengurus LK. Banyak yang masih merasa takut berdiri sendiri walaupun hal yang di belanya adalah kebenaran (hal ini kadang juga masih saya rasakan sendiri). Banyak mahasiswa yang masih menyimpan argumen atau ide ide pikirannya sendiri tanpa pernah di salurkan ke jalur yang benar. Jika kita masih takut berdiri sendiri di pihak kebenaran, seharusnya kita bisa menarik teman teman kita untuk berdiri menemani kita. Kesadaran akan pentingnya peran mahasiswa sangatlah penting ditanamankan ke dalam setiap individu mahasiswa. Diklat mahasiswa, latihan kepemimpinan, intermediate training, dan sebagainya adalah salah satu upaya untuk menumbuhkan kembali dan melawan distorsi yang terjadi dalam gerakan mahasiswa. Tapi itu belum cukup, kiranya kita dapat mengembalikan esensi sebagai seorang mahasiswa dengan mengajak diskusi teman teman sekitar. Menanamkan kembali peran mahasiswa kepada teman teman sejawat mungkin bisa melawan distorsi yang terjadi sehingga mahasiswa mahasiswa akan lebih banyak yang sadar akan perannya sebagai mahasiswa. Mungkin kita tidak bisa memaksakan 100% persen mahasiswa akan aktif dalam menyuarakan kebenaran, tapi walaupun tidak 100% kita harus total buktikan bahwa kita tetap berpegang teguh terhadap peran peran yang di pikul oleh mahasiswa. Kita harus tunjukkan kepada teman teman yang belum sadar akan pentingnya peran mahasiswa.
Melawan distorsi gerakan kemahasiswaan bukanlah perkara hal yang
mudah untuk dilakukan pada masa sekarang ini, tapi jika kita tetap optimis dan tetap memberi pengaruh pengaruh positif kepada teman teman yang lain, bukan tidak mungkin mahasiswa mahasiswa yang sadar akan perannya akan bertambah dan menjadi kaum mayoritas. Tapi sebelum memberi pengaruh itu, pertanyakanlah kepada diri kita sendiri... Apakah saya sudah menjadi mahasiswa, yang betul betul seorang mahasiswa yang sepenuhnya? Jangan pernah berpuas diri dalam menimba ilmu, terus tambah pengetahuan dan tetap menjadi pengaruh positif kepada teman teman sekitar kita. Maka sekiranya, gerakan mahasiswa yang betul betul sadar akan perannya sebagai mahasiswa, bukan sekedar isapan jempol belaka tapi betul betul dapat terealisasi..