Anda di halaman 1dari 7

PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI

A. PENGERTIAN
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari
menyuplai zat zat gizi dan oksigen janin.
Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus
dipotong dan diikat atau dijepit.

Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah
umbilicalis fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus

umbilicalis secara normal berinersi dibagian tengah plasenta.


Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah

plasenta sampai ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.


Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 50 cm dan diameternya
1 2 cm, hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim
ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester
pertama dan kedua relative banyak. Jika oligohidromnion dan janin kurang gerak ( pada
kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian tali pusat
terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar leher atau tubuh janin atau menjadi
ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat
persalinan.

B. STRUKTUR TALI PUSAT


1. Amnion : Menutupi funiculus umbilicalis dan merupakan lanjutan amnion yang
menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan
kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari
ectoderm.
2. Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus
menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang
menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling
berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil
pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali
pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah

terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah
tersebut yaitu :
Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran

darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale.
Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta
dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di

ekskresikan.
3. Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh
darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga
berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh
darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk
janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali pusat.
Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang
terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus
umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal
atau tipis.
C. FUNGSI TALI PUSAT
1. Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga
janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya
diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
2. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan
meresap keluar melalui arteri umbilicalis.
D. SIRKULASI TALI PUSAT
Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang
sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran
bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi,
fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab
untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus
dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.
Tali pusat secara normal berinersi di bagian sentral kedalam permukaan fetal
plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti:

Insersi tali pusat Battledore : pada kasus ini tali pusat terhubung kepaling pinggir
plasenta seperti bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya

rapuh.
Insersi tali pusat Velamentous : tali pusat berinsersi kedalam membran agak jauh dari
pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke
plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat
terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.

E. ETIOLOGI
1. Lama Waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 5 cm segera
setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan.
Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar
dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan
jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump),
akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun
ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegangmegang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu,
atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya
berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi
demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit
pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.
2. Lilitan Tali Pusat Pada Janin
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya
tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul
kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka
lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada
pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung
oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi
sesak atau hipoksia. Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :

3. Usia Kehamilan

Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena
puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah
dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan
tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut menyebabkan
kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen.
4. Polihidramnion Kemungkinan Bayi Terlilit Tali Pusat Semakin Meningkat
5. Panjangnya Tali Pusat
Panjang tali pusat dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi ratarata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda.
Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama
sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
6. Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:

Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin
(kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya

lilitan tali pusat.


Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan
usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula

adanya lilitan tali pusat.


Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3

dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.


Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya
dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal,

terutama pada saat kontraksi rahim.


7. Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )
Tetanus Neonatorum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir
(neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang
bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa
neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak
aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat
anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin
yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan
tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)

Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman


gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah,
saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang
tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.
F. PATOFISIOLOGI
Proses Pembentukan Tali Pusat Pada Janin
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian
akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali
pusat. Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang
berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional
pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional
loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar.Kandung
kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak
dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan
dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
G. PENATALAKSANAAN
1. Persiapan Alat yang Diperlukan
2. Teknik Memotong Tali Pusat
Arteri klem 2 buah
Gunting Steril 1 buah
Sarung Tangan Steril 1 pasang
Benang steril pengikat pusat 1 helai
Selimut Kering dan bersih 1 buah
Perlak pengalas 1 buah
3. Memotong dan Mengikat Tali Pusat
Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir. Lakukan terlebih

dahulu menyuntikkan oksitosin, sebelum tali pusat dipotong.


Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal
pusat) bayi. Dari titik jepit, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali
pusat ke aarah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali
pusat). Kemudian jepit (dengan klem kedua) tali pusat pada bagian yang isinya

sudah dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.


Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.

Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan

kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5

%.
Kemudian, letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk Inisiasi
Menyusu Dini dan melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu (minimal) dalam 1

jam pertama setelah lahir.


4. Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum

membersihkan tali pusat.


Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk
menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal
tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit
mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua

kali dalam sehari.


Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan
resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian
atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat

terkena udara dengan leluasa.


5. Nasehat untuk Merawat Tali Pusat
Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan / bahan apapun ke

puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu dan keluarganya.
Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak
dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah / lembab.
Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan
segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau fasilitas
kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah, bernanah dan / atau berbau.
Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau
mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang
dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.

H. PENCEGAHAN
Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian toxoid tetanus
kepada ibu hamil 3 x berturut turut pada trimester ke 3 dikatakan sangat bermanfaat
untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang
steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai