Anda di halaman 1dari 26

SYARAT-SYARAT TEKNIS

I. SPESIFIKASI UMUM

PASAL 1
JENIS PEKERJAAN
1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
Pembangunan Leoning Saluran Jl. Arifin Achmad (Lanjutan) Kec. Mapoyan Damai
Sepanjang 264 M
2. Untuk kelancaran pelaksanaan, pemborong harus menyediakan :

a. Tenaga kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu seperti alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan
dalam pelaksanaan.
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang
akan dilaksanakan tepat pada waktunya.
3. Pemborong harus melaksanakan dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Kebersihan dan ketertiban lokasi pekerjaan.
b. Peralatan kerja yang cukup dalam melaksanakan pekerjaan serta mobilisasi
peralatan.
c. Pengadaan KM/WC yang memadai bagi pekerja dengan saluran-saluran air
bersih dan kotor.
4. Pemborong harus menjamin keamanan proyek, baik barang-barang untuk
Pemborong, Pengawas atau Pengelola Proyek.
5. Pemborong harus menyediakan biaya konsumsi untuk rapat-rapat/pertemuan
dengan pemberi pekerjaan atau wakilnya.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 1 of 26

PASAL 2
STANDAR-STANDAR PELAKSANAAN
Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan mengikat
ketentuan-ketentuan yang tersebut dibawah ini dan dianggap Rekanan telah
mengetahui dan memahaminya termasuk (apabila ada) segala perubahan dan
tambahannya sampai saat ini yaitu :
1. Perpres No. 70 Tahun 2012 berikut lampiran-lampirannya.
3. Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwaarden Voor de Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werkwn (AV) 1941.
4. Peraturan Keselamatan Kerja Konstruksi (SNI 0231-1967-E).
5. Peraturan Perencanaan Perhitungan Beton (SNI T-15-1991-03).
6. Peraturan Pembuatan Campuran Beton (SNI T-15-1991-03).
7. Peraturan Baja Tulangan Beton (SII 01236-84).
8. Peraturan Kawat Pengikat Beton (SNI 0040-87-A).
9. Peraturan Ukuran Kayu Bangunan (SKSNI S-05-1990-F).
10. Peraturan Pipa PVC Untuk Air Kotor (SNI 0162-1987-A).
11. Peraturan Sambungan Pipa PVC Untuk Air Kotor (SNI 0178-1987-A).
12. Peraturan Portland Cement (SII 0013-81).
13. Peraturan Bata Merah (SII 0021-78).
14. Peraturan Cat Emulsi (SNI 1253-1989-A).
15. Peraturan Plamur Tembok (SII 0548-81).
16. Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok (SKSNI T-10-1999-F).
17. Peraturan :

a. Batu Alam Untuk Bahan Bangunan


b. Kerikil
c. Pasir (SKSNI S-04-1989-F)

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 2 of 26

PASAL 3
PEMAKAIAN UKURAN
1. Pemborong tetap bertanggung jawab dalam menetapi semua ketentuan yang
tercantum dalam RKS dan gambar kerja berikut tambahan dan perubahannya.
2. Pemborong wajib memeriksa kebenaran dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun
bagiannya dan segera memberitahukan pengawas tentang setiap perbedaan yang
ditemukannya didalam RKS dan gambar kerja maupun dalam pelaksanaan.
Pemborong baru diizinkan membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakan
setelah ada persetujuan tertulis dari pengawas.
3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan didalam hal apapun
menjadi tanggung jawab Pemborong, oleh karena itu Pemborong

diwajibkan

mengadakan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap gambar-gambar dan


dokumen yang ada.

PASAL 4
INFORMASI SITE
1. Sebelum

memulai

pekerjaan,

Pemborong

harus

benar-benar

memahami

kondisi/keadaaan site atau hal-hal lain yang mungkin akan mempengaruhi


pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan segala akibatnya.
2. Pemborong harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi
tempat bekerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan operasional
selama pekerjaan sampai selesai.
3. Pemborong harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar, RKS, dan
agenda-agenda dalam Dokumen Lelang guna menyesuaikan dengan kondisi
lapangan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 3 of 26

PASAL 5
PERSYARATAN BAHAN-BAHAN BANGUNAN
1. Air (Bagian A SKSNI S 04-1989-F, 41).
a. Air yang dipergunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garamgaram, bahan organik atau lainnya yang dapat merusak beton.
b. Air yang dipergunakan untuk adukan beton konstruksi harus sesuai dengan
SNI1971-1990-F.
2. Tanah Timbun (Tanah Urug).
Tanah yang dipergunakan untuk pekerjaan timbunan ini harus bersih dari tanah
humus maupun akar-akar kayu serta rumput bebas sampah dan bebas dari bahanbahan organis.
3. Pasir / Agregat halus (Bagian A, SKSNI S-04-1989-F 6.1).
a. Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam hasil dari disintegrasi alami
batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis.
b. Agregat harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat
halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan
terhadap berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %,
maka agregat halus harus dicuci.
d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari Lembaga Pemeriksaan bahan-bahan
yang diakui.
4. Kerikil / Agregat kasar (Bagian A, SKSNI S-04-1989-F)
a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil yang disentegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang di peroleh dari
pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah
agregat besar butir lebih 5 mm.
SPESIFIKASI TEKNIS

Page 4 of 26

b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila
jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat
seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan
hujan.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (ditentukan
terhadap berat kering) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui dari 1
%, maka agregat kasar harus dicuci.
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.
e. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak
terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat
atau tigaperempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau
berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan apabila
menurut penilaian pengawas ahli cara-cara pengecoran beton adalah
sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang kerikil.
5. Bata
a. Bata yang digunakan harus bata yang mempunyai syarat mutu seperti yang
ditentukan dalam SII 0021-78.
b. Bata yang digunakan harus yang sempurna keringnya
c. Bata yang digunakan harus mempunyai ukuran yang memenuhi persyaratan
yang tercantum dalam PUBI-1980.
6. S e m e n (Bagian A SKSNI S-04-1989-F).
a. Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi, berat dan
volumenya tidak kurang dari ketentuan yang tercantum pada kantongnya. Pada
semennya tidak terjadi pembatuan atau bongkah-bongkah kecil.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 5 of 26

b. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang


memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam
SII.0013-81.
c. Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau berat. Ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %.
7. Baja Tulangan (SNI 2008).
a. Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas
dari kotoran-kotoran, lemak, kulit gilingan, karat lepas dan bahan-bahan lain
yang dapat mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan.
b. Diameter baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang
ditentukan dalam gambar-gambar rencana atau gambar detail.
c. Jika ternyata dalam pemeriksaan pengawas, diameter besi dimasukkan tidak
sesuai dengan diameter besi yang akan dipakai, maka pemakaiannya harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan konsultan pengawas.
d. Penyimpangan penggunaan baja tulangan dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku dinyatakan tidak dapat diterima.
8. K a y u (SKSNI S-05-1990-F).
a. Kayu yang digunakan harus kayu yang memenuhi persyaratan seperti yang
tercantum dalam Spesifikasi ukuran kayu untuk bangunan.
b. Kayu yang digunakan harus kayu yang berkualitas baik, tidak mempunyai cacatcacat seperti mata kayu, celah-celah susut pinggir dan cacat lainnya, tidak boleh
menggunakan hati kayu.
9.

Cat dan sejenisnya ( SNI 1253 1989 A )


a. Cat dan sejenisnya adalah yang berkualitas baik, yang memenuhi persyaratan.
b. Cat dan sejenisnya digunakan adalah hasil dari satu pabrik yang sama dan
produksi dalam negeri.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 6 of 26

10. Bahan-bahan lain.


a. Semua bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dan belum disebutkan disini
akan ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan atau pada waktu
pelaksanaan pekerjaan.
b. Semua bahan-bahan yang dimasukkan untuk dipakai harus ditunjukan terlebih
dahulu

kepada

pengawas

untuk

diperiksa

guna

mendapatkan

izin

pemakaiannya.
c. Semua bahan-bahan bangunan yang tidak ditunjukan pada pengawas atau
ditolak oleh pengawas tidak dibenarkan pemakaiannya dan harus dibawa keluar
lokasi segera mungkin.
d. Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus
dibongkar dan kerugian yang ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemborong.
e. Tidak tersedianya bahan-bahan bangunan yang akan dipakai dipasaran dengan
ini dinyatakan tidak dapat sebagai alasan terhentinya/tertundanya pelaksanaan
pekerjaan.

PASAL 6
PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN
1. S e m e n.
a. Semen harus ditempatkan/disimpan dalam gudang tertutup, ditempat yang
kering tidak menjadi lembab tidak mudah rusak dan tidak mudah tercampur
dengan bahan-bahan lain.
b. Semen yang sudah tersimpan lama digunakan mutunya, akan berkurang maka
sebelum dipakai harus diperiksakan dahulu ke pengawas.
2. Agregat.
Antara agregat halus dan agregat kasar penyimpanannya dilakukan terpisah. Jika
tempat dasar selalu basah pada musim hujan, maka sebaiknya penempatannya
harus didasari alas plastik/papan.
SPESIFIKASI TEKNIS

Page 7 of 26

3. Bata
a. Bata harus ditumpuk diatas tanah rata dengan tumpukan yang rapi sehingga
tidak mudah pecah.
b. Bata tidak boleh dibebani oleh barang-barang berat, sebaiknya diberi penutup
untuk melindungi dari hujan.
4. Baja Tulangan.
Baja tulangan tidak boleh disimpan/ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi diberi
alas/ ganjal berupa balok-balok. Penimbunan ditempat terbuka dalam waktu lama
harus dihindarkan.
5. Bahan-bahan lain.
Untuk penyimpanan bahan-bahan lain berupa bahan-bahan yang tidak tahan
cuaca sebaiknya ditempatkan di gudang penyimpanan.

PASAL 7
PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG
1. Bila dalam RKS disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu barang, maka hal ini
dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat mutu bahan dan barang yang digunakan.
2. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus
disetujui oleh Perencana/Pemberi Tugas dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta
gambar kerja maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh
pemborong yang harus mendapat persetujuan dari Pengawas atau Pemberi Tugas.
3. Contoh bahan dan barang yang dipergunakan dalam pekerjaan harus segera
disediakan atas biaya Pemborong, setelah disetujui Pengawas atau Direksi, harus
dianggap bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan.
4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Pengawas atau Direksi untuk
dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak
sesuai kwalitas maupun sifatnya.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 8 of 26

PASAL 8
PERBEDAAN DALAM DOKUMEN LAMPIRAN KONTRAK
1. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar kerja dan RKS ini, maka
Pemborong harus menanyakan secara tertulis kepada Perencana/Pengawas dan
Pemborong harus mentaati keputusan tersebut.
2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar yang terbesar dan terakhirlah yang
berlaku dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti daripada ukuran
dengan skala dari gambar-gambar, tetapi jika mungkin ukuran ini harus diambil
dari pekerjaan yang sudah selesai.
3. Apabila ada hal-hal yang disebutkan pada gambar kerja, RKS, atau dokumen yang
berlainan dan atau bertentangan, maka ini harus diartikan bukan berarti untuk
menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi untuk menegaskan masalahnya.
Jika terjadi hal ini maka yang diambil sebagai patokan adalah yang mempunyai
bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang tinggi.

PASAL 9
GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)
1. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dan gambar kerja, atau diperlukan
gambar tambahan/gambar detail,

atau

untuk

memungkinkan Pemborong

melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka


Pemborong harus membuat gambar tersebut dan dibuat rangkap 3 (tiga) gambar
tersebut atas biaya Pemborong dan dapat dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan dari Pengawas.
2. Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh Pemberi
Tugas, dengan mengikuti penjelasan-penjelasan dan pertimbangan dari Perencana.
3. Gambar tersebut harus diserahkan kepada pengawas untuk disetujui sebelum
dilaksanakan.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 9 of 26

PASAL 10
GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN TEKNIS
(AS BUILT DRAWING)
1. Semula yang belum terdapat dalam gambar kerja baik karena penyimpangan,
perubahan atas perintah Direksi, maka Pemborong harus membuat gambargambar

yang

sesuai

dengan

apa

yang

telah

dilaksanakan,

yang

jelas

memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.


2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut kalkirnya yang
biaya pembuatannya ditanggung oleh Pemborong.

PASAL 11
PERSIAPAN PEKERJAAN
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus mempersiapkan jalur jalan ke
lokasi proyek untuk mempermudah pemasukan bahan ke lokasi pekerjaan.
2. Sebelum dimulai pekerjaan fisik, terlebih dahulu areal lokasi seluas yang ditentukan
oleh pengawas harus dibersihkan dari semak-semak dan pohon-pohon yang akan
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3. Sebelum pelaksanaan pekerjaan maka pemborong harus terlebih dahulu
merundingkannya dengan pengawas mengenai pembagian halaman kerja untuk
tempat mendirikan kantor, gudang dan los kerja, tempat penimbunan bahanbahan dan lain sebagainya.
4. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan dilokasi, maka pemborong dengan biaya
sendiri harus menyediakan kantor dengan perlengkapannya gudang tempat
penyimpanan bahan-bahan dan alat-alat pekerjaan serta los kerja tempat
mengerjakan bahan-bahan.
5. Kantor, Gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai 100%
dan pembongkarannya mendapat persetujuan dari pengawas.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 10 of 26

PASAL 12
PEMASANGAN BOUWPLANK
1. Pengukuran.
a. Letak

pondasi

dan

kedudukan

disesuaikan

dengan

gambar

rencana,

pemasangan papan bouwplank harus benar-benar kuat, waterpass dan siku.


b. Pemborong harus membuat ukuran duga tetap diluar bangunan dari bahan
beton berukuran 10 x 10 cm (permanen).
c. Ukuran-ukuran ketinggian leoning dari titik 0,00 ditentukan dalam gambar.
d. Pengukuran dilakukan mempergunakan alat Theodolit apabila lokasi pekerjaan
telah bersih.
2. Bouwplank.
a. Bouwplank terbuat dari papan yang bagian atasnya diserut dan dipakukan pada
patok-patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat.
b. Bagian atas dari papan bouwplank harus waterpass (horizontal dan siku).
c. Pemasangan papan bouwplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari as (bagian
tengah) leoning.

PASAL 13
IZIN IZIN
1.

Pemborong harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk pembuatan izin


izin yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan antara
lain:
-

Izin

penebangan,

izin

pengambilan

material,

izin

pembuangan,

izin

pengurugan, izin trayek dan pemakaian jalan, izin penggunaan bangunan


serta izin-izin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah
setempat.
2.

Izin penggunaan tenaga kerja dari luar daerah/Provinsi.

3.

Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut dalam


ayat 1 diatas menjadi tanggung jawab pemborong.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 11 of 26

PASAL 14
DOKUMENTASI
1.

Pemborong harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta


pengirimannya ke Pemberi Tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan.

2.

Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi adalah : foto-foto proyek,


berwarna minimal ukuran postcard, pelaksaan pengambilan foto dimaksud yaitu
dimulai dari pekerjaan 0 % dan selanjutnya dilaksanakan berdasarkan tahap
pekerjaan, sistem pengambilan foto tersebut untuk satu sasaran diambil dari dua
sisi.

PASAL 15
SITUASI DAN PEMBACAAN GAMBAR
1. Sebelum melaksanakan pengukuran terhadap leoning terlebih dahulu Kontraktor
mengukur situasi lapangan dengan mempergunakan alat ukur (waterpass,
Theodolith) guna untuk mengecek kembali pengukuran yang dilaksanakan oleh
Konsultan Perencana.
2. Apabila

terdapat

perbedaan

pengukuran

terdahulu,

maka

Kontraktor

memberitahukan terlebih dahulu kepada Direksi Lapangan sebelum melaksanakan


pekerjaan konstruksi.
3. Sebelum pekerjaa dimulai Kontraktor harus sudah menguasai situasi lapangan baik
mengenai luas, tinggi rendah permukaan tanah, dan sebagainya.
4. Pelaksana Kontraktor diwajibkan mempelajari gambar rencana dan gambar detail
sehingga waktu meletakkan tapak pondasi tidak ada terdapat kesalahan antara
gambar rencana dengan situasi site.
5. Biaya pengukuran ulang ditanggung sepenuhnya oleh Kontraktor.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 12 of 26

PASAL 16
PEKERJAAN CAMPURAN
1. Pekerjaan campuran semen, pasir dan air yang disebut "Adukan" atau "Mortar"
merupakan jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran ditentukan dengan
ukuran isi, seperti sebagai berikut:
a. Adukan 1 : 2 untuk adukan kedap air.
-

Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 zak pasir.

b. Adukan 1 : 3 untuk afwerking beton.


-

Berarti menggunakan 1 zak semen : 3 zak pasir.

c. Adukan 1 : 4 untuk adukan biasa.


-

Berarti menggunakan 1 zak semen : 4 zak pasir.

2. Pekerjaan campuran semen, pasir, kerikil dan air yang disebut "Beton" jumlah
semen yang dipakai dalam setiap campuran untuk beton mutu B0, B1 dan K-125
ditentukan dengan ukuran isi. Sedangkan jumlah semen yang dipakai dalam setiap
campuran untuk beton mutu K-175 dan mutu yang lebih tinggi ditentukan dengan
ukuran berat atau direncanakan, sebagai berikut :
a. Untuk beton mutu B0 dengan beton 1 : 3 : 5.
-

Berarti menggunakan 1 zak semen : 3 zak pasir : 5 zak kerikil.

b. Untuk beton mutu K-175 dengan beton 1 : 2 : 3.


-

Berarti menggunakan 1 zak semen : 2 Zak pasir : 3 Zak kerikil.

d. Untuk beton mutu diatas K-175 dan mutu yang lebih tinggi dari beton 1 : 2 : 3
dipakai perbandingan ukuran berat (Petunjuk Labor).
3. Pengadukan mutu adukan dan beton mutu B0 sedapat mungkin diaduk dengan
menggunakan mesin pengaduk (molen), sedangkan untuk beton mutu K-175
hingga mutu yang lebih tinggi harus menggunakan mesin pengaduk.
4.

Penyimpangan terhadap ketentuan ini tidak dapat diterima dan pekerjaan


dinyatakan ditolak, sedangkan pekerjaan yang dihasilkannya harus dibongkar dan
kerugian yang diakibatkannya sepenuhnya menjadi resiko pemborong.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 13 of 26

PASAL 17
PEKERJAAN BETON
1.

Lingkup Pekerjaan
a. Pengadaan dan penyediaan semua bahan untuk pembuatan beton bertulang
dan beton tidak bertulang.
b. Pengadaan dan penyediaan semua alat-alat untuk pembuatan beton seperti
mesin pengaduk beton (molen) dan mesin penggetar (vibrator).
c. Melaksakan pekerjaan konstruksi beton bertulang dan beton tidak bertulang
harus berpedoman pada persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam Standarisasi SNI-T-15-1991-03.

2. Bahan-bahan pembuatan beton.


a. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang
memenuhi persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam Peraturan Beton bertulang Indonesia (PBI-1971).
b. Pasir beton untuk konstruksi beton bertulang harus terdiri dari butir-butir yang
keras dan tajam, kadar lumpur maksimum 5 % dan tidak boleh terlalu banyak
mengandung bahan-bahan organis dan mempunyai butir yang beraneka ragam
besarnya antara 1 mm sampai 4 mm.
c. Kerikil beton untuk konstruksi beton bertulang terdiri dari butir-butir yang keras
dan tidak berpori, kadar lumpur maksimum 1 % apabila kadar lumpur
melampaui kadar maksimum maka kerikil beton harus dicuci, berukuran antara
1 cm sampai 3 cm. Kerikil tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton seperti zat-zat reaktif alkali.
e. Batang tulangan yang digunakan harus bebas dari kotoran-kotoran lemak, kulit
giling, karat lepas serta bahan-bahan yang mengurangi daya lekat beton.
f. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan
kotoran-kotoran lainnya, penggunaan air sumur dan air kali harus mendapat
izin dari pengawas lapangan.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 14 of 26

3. Kelas dan mutu beton.


a. Beton Klas 1 mutu B0.
-

Beton untuk pekerjaan-pekerjaan non konstruksi.

Pelaksanaannya tidak memerlukan keahlian khusus.

Pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan.

Tanpa pengawasan terhadap kekuatan tekan.

b. Beton Klas 2 Mutu B1 :


-

Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil

Pelaksanannya memerlukan keahlian yang cukup.

Pengawasan sedang terhadap mutu bahan-bahan.

Tanpa pengawasan terhadap kekuatan tekan.

4. Campuran beton.
a. Untuk beton mutu B0 dipakai campuran yang biasa dipakai untuk pekerjaanpekerjaan non strukturil dengan perbandingan 1 : 3 : 5 dalam perbandingan isi.
b. Untuk beton mutu B1 dan K-175 dipakai campuran nominal semen, pasir dan
kerikil dalam perbandingan isi 1 : 2 : 3
c. Pengukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih kurang dari 2,5 %.
5. Kekentalan adukan beton.
a. Kekentalan (konsistensi) adukan harus disesuaikan dengan cara transport, cara
pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan tulangan.
Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum harus
memperhatikan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan SNI T-15-1990-03.
b. Untuk mencegah penggunaan adukan terlalu kental atau terlalu encer, maka
campuran beton harus memperhatikan nilai-nilai slump yang tercantum dalam
SNI 1972 1990 - F.
6. Cetakan dan acuan.
a. Cetakan dan acuan harus kokoh dan cukup rapat sehingga tidak terjadi
kebocoran-kebocoran yang dituangkan kedalam cetakan.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 15 of 26

b. Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya, sehingga dapat terjamin


kedudukan dan bentuk yang kuat serta tetap.
c. Cetakan harus dibuat dari bahan-bahan yang baik dan tidak mudah meresap air
dan dipasang sedemikian rupa, sehingga pada waktu pembongkaran cetakan
tidak terjadi kerusakan pada beton.
d. Pada pelaksanaan beton Klas 3, air beton tidak boleh benar-benar terserap oleh
cetakan, oleh sebab itu cetakan harus dilapisi dengan plastik atau bahan sejenis.
7. Pemasangan Tulangan.
a. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama
pengecoran tidak berubah tempatnya. Kawat ikat yang dipakai mutu SNI 004087- A.
b. Untuk ketepatan tebal penutup beton, tulangan harus dipasang dengan
penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu yang sama dengan mutu
yang akan dicor.
8. Pekerjaan papan mal/bekisting
a. Bekisting harus menggunakan papan plywood tebal 9 mm yang berkualitas
baik sesuai dengan petunjuk dalam gambar rencana kerja.
b. Pemasangan papan mal/bekisting harus benar-benar kuat dan rapi sewaktu
melakukan pekerjaan posisi serta skor-skor bekisting harus tetap dalam kondisi
kuat.
c. Sewaktu pemasangan papan mal/bekisting harus menggunakan benang/tali
sebagai pedoman agar pemasangan benar-benar lurus dan rapi.
9. Pengadukan beton.
a. Pengadukan beton pada semua mutu beton kecuali beton Klas 1 mutu B0 harus
dilakukan dengan mesin pengaduk.
b. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus selalu
diawasi.
c. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimal
seperti terlalu encer karena kesalahan pemberian jumlah air pencampur, sudah
SPESIFIKASI TEKNIS

Page 16 of 26

mengeras sebagian atau tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan


ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaannya.
10. Pengecoran dan pemadatan SNI T-15-1990-03.
a. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil, adukan
beton harus dipadatkan selama pengecoran. Pemadatan dapat dilakukan
dengan menumbuk-numbuk atau dengan memukul-mukul cetakan atau
dengan menggunakan alat pemadat mekanis/ penggetar.
b. Pemadatan dengan menggunakan alat pemadat mekanis/penggetar/vibrator
harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Beton
Bertulang Indonesia (PBI-1971).
11. Penutup Beton.
Tebal penutup beton minimum (tidak termasuk plesteran) sesuai dengan
penggunaannya adalah sebagai berikut :
a. Untuk kolom dan balok adalah 2,5 cm.
b. Untuk pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan
tanah adalah 3 cm.
12. Perawatan beton.
Untuk mencegah pengeringan beton terlalu cepat, paling sedikit beton selama
dua minggu beton harus disiram terus menerus.
13. Pembongkaran cetakan beton.
a. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan yang cukup
untuk memikul berat dan beban-beban pelaksanaan lain yang bekerja padanya.
b. Pada bagian-bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan akan
bekerja beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana dan akan terjadi
keadaan yang lebih berbahaya dari keadaan yang diperhitungkan, maka
cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.
14. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan beton.
Pekerjaan beton untuk pondasi menerus, counterfort, dinding dan balok
penutup.
SPESIFIKASI TEKNIS

Page 17 of 26

Ukuran harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar detail pondasi,
conterfort dan dinding.

Diameter besi dan bentuk penulangan harus sesuai dengan gambar detail
pondasi, counterfort dan dinding.

PASAL 18
PEKERJAAN PENGECATAN
1.

Pelaksanaan Pengecatan
a. Pengecatan Tembok
- Penggunaan Plamir :
Biarkan permukaan dinding tembok sampai kering sempurna, kurang lebih
dari satu bulan setelah plesteran. Bila terjadi pengkristalan sapulah
permukaan dengan kain kering, kemudian diulangi dengan kain basah dan
biarkan selama dua hari, jika pengkristalan masih terjadi diulangi lagi seperti
semula sampai tidak terjadi lagi pengkristalan. Bersihkan permukaan dinding
tembok dari debu, kotoran, dan bekas percikan plesteran. Bagian-bagian
didinding yang reka dan kurang rat diperbaiki dengan plamir dan biarkan
mengering.

Setelah

plamir

mengering,

kemudian

diratakan

dengan

menggunakan amplas.
- Persiapan Bahan
Cat dasar untuk tembok diaduk sampai rata, bila perlu ditambah pengencer
(terpentin) secukupnya. Cat minyak yang akan digunakan diaduk sampai rata,
bila perlu ditambah pengencer (terpentin) secukupnya.
- Pengecatan :
Permukaan tembok dicat dengan cat yang akan digunakan, untuk pertama
kali dipakai cat yang diencerkan. Setelah mengering dicat dengan lapisan
yang ketiga, sehingga diperoleh hasil akhir yang benar-benar rata.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 18 of 26

II. SPESIFIKASI KHUSUS

PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pekerjaan Pembersihan.
Pembersihan lokasi yang dilaksanakan sesuai dengan ukuran areal yang
ditetapkan di dalam gambar, semua berkas-berkas pembuangan/ sampahsampah dibebaskan dari lokasi yang telah ditetapkan. Sebelum pekerjaan
utama

dimulai

dilakukan

pembersihan

lokasi.

Lokasi

pekerjaan

harus

dibersihkan dari kotoran, gangguan gangguan yang dapat menghambat


kelancaran pekerjaan utama seperti akar pohon, sampah, puing-puing
bangunan dan sebagainya. Selanjutnya dibuang keluar dari areal pekerjaan
sehingga tidak mengganggu kelancaran pekerjaan. pembuangan tanah humus,
tunggul,dan akar sampai kedalaman yang disyaratkan. Lubang yang tertinggal
setelah penggalian, pencabutan tunggul, akar dan sebagainya, harus diurug
kembali dengan bahanbahan yang sesuai dan dipadatkan sesuai dengan
kebutuhan.

2. Pekerjaan Pengukuran Dan Pemasangan Bouwplank.


a. Pemasangan Bowplank (pematokan) dilaksanakan bersama-sama oleh pihak
owner, Perencana, Pengawas, Pelaksana dan dibuatkan berita acara
pematokan.
b. Pematokan sedapat mungkin menggunakan alat ukur Theodolth / Waterpass
untuk menentukan peil lantai Counterfort ( 0,00)
c. Peil 0,00 harus dibuatkan dari patok beton bertulang ukuran 10 x 10 cm
yang ditanam dan dicor sedalam 75 cm dari permukaan tanah asli.
d. Pemasangan Bowplank dilakukan pada jarak 1,5 M dari as rencana galian
pondasi.
SPESIFIKASI TEKNIS

Page 19 of 26

3. Pekerjaan Pasang Papan Nama Kegiatan


a.

Papan nama kegiatan dipasang ditempat yang ditentukan oleh pengawas


lapangan.

b.

Papan nama kegiatan dipasang pada dua buah tiang ukuran 5/7 cm yang
ditanam kuat ke dalam tanah. Papan nama kegiatan dibuat dari kayu
meranti, dicat rapi dan berisikan data-data kegiatan yaitu : Nama Pekerjaan,
Dinas pemilik pekerjaan, Nilai Kontrak, Jangka Waktu Pelaksanaan, Nama
Kontraktor pelaksana dan Nama Konsultan pengawas.

4. Pekerjaan Kistdam
a.

Pekerjaan Kistdam adalah membuat bendungan dengan membendung


timbunan tanah dengan lebar 50 cm agar pekerja dan tukang yang
mengerjakan saluran dapat bergerak secara leluasa serta pelaksanaan
pekerjaan dalam keadaan kering dapat tercapai dengan baik.

b.

Bendungan tanah tersebut dibuat dengan menggunakan penurapan kayu


dari papan dengan tebal 20 cm.

c.

Jarak antara Kistdam kedinding leoning minimal 50 cm.

d. Kistdam tersebut harus dibongkar kembali setelah konstruksi utama selesai


dikerjakan atau sudah cukup kuat.

5. Pekerjaan Bongkar Pasang Jembatan Kayu


a.

Jembatan kayu yang melintas diatas saluran yang akan dikerjakan harus
dibongkar dan dipasang kembali.

b. Pembongkaran dilakukan dengan cara manual


c.

Pemasangan jembatan kayu kembali dilakukan setelah pekerjaan balok


penutup selesai dikerjakan dan bentuk serta posisinya seperti semula.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 20 of 26

PASAL 2
GALIAN TANAH
Pekerjaan galian tanah dilakukan secara manual yang dilaksanakan setelah
bouwplank selesai terpasang lengkap dengan penandaan sumbu. Ketinggian serta
bentuk galian harus sesuai dengan gambar rencana dan telah diperiksa dan
disetujui oleh Direksi dan Pengawas.
Kelebihan tanah bekas galian harus dibuang ke tempat yang telah ditentukan oleh
Konsultan Pengawas. Tanah antara papan patok ukur (bouwplank) dan galian harus
bebas dari timbunan tanah.
Pemborong harus mencegah genangan air dalam galian yang disebabkan oleh
hujan atau rembesan air dengan jalan memompa atau menyalurkan ketempat lain
sesuai petunjuk Pengawas. Bila diperlukan untuk mencegah kelongsoran maka
dapat digunakan penyanggah pada galian.

PASAL 3
PEKERJAAN KAYU CEROCOK
Pekerjaan pasang cerocok kayu ubar dilakukan setelah pekerjaan galian tanah
untuk pondasi selesai/hampir selesai dikerjakan. Cerocok kayu yang digunakan
adalah kayu kuat berkualitas baik (mahang/ubar), tidak lapuk, dipancang sampai
kedalaman tanah keras. Cerocok kayu bulat berfungsi untuk penahan tanah dari
longsor akibat galian tanah. Cerocok kayu yang digunakan diameter 12-15 cm.

PASAL 4
PEKERJAAN PONDASI
1. Sebelum dimulai pekerjaan pondasi semua ketepatan ukuran pondasi harus
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.
2. Melakukan galian tanah untuk pondasi sesuai spesifikasi teknis yang telah
ditentukan.
3. Dasar galian pondasi diberi lapisan pasir setebal 5 cm padat, pemadatan pasir
tidak boleh disiram dengan air.
SPESIFIKASI TEKNIS

Page 21 of 26

4. Diatas lapisan pasir diberi lantai kerja beton cor adukan 1 PC : 3 Pasir : 5 Kerikil,
setebal 5 cm untuk pondasi plat menerus.
5. Konstruksi yang digunakan untuk pondasi plat menerus yaitu beton bertulang
dengan adukan 1 PC : 2 Psr : 3 Kr menggunakan besi tulangan pokok 12 mm
dengan jumlah 10 batang dan tulangan bagi 12 mm dengan jarak antar
tulangan 20 cm.
PASAL 5
PEKERJAAN STRUKTUR
Pekerjaan struktur yang dimaksud adalah pekerjaan beton bertulang, dilakukan
untuk seluruh bagian pekerjaan mulai counterfort, dinding, dan balok penutup
dengan bentuk dan ukuran yang disesuaikan dengan gambar rencana.
Adapun konstruksi pekerjaan struktur tersebut adalah :
a . Counterfort
Konstruksi yang digunakan untuk counterfort adalah beton bertulang dengan
adukan 1PC : 2 Psr : 3 Kr menggunakan besi tulangan pokok 12 mm dengan
jumlah 10 batang dan tulangan sengkang 10 mm jarak 20 cm.

Tebal

counterfort 20 cm.

b. Dinding
Konstruksi yang digunakan untuk dinding leoning adalah beton bertulang
dengan adukan 1PC : 2 Psr : 3 Kr. Tebal plat dinding 10 cm, dengan susunan
penulangan sesuai dengan gambar renana. Diameter tulangan yang digunakan
baik vertikal maupun horizontal adalah 10 mm dengan jarak antar tulangan
20 cm. Pada daerah genangan air dan saluran yang menuju ke arah leoning
yang dikerjakan, maka dibuat lobang dengan ukuran 40 x 60 cm pada dinding
leoning tersebut.

c. Balok Penutup
Dimensi balok penutup yang digunakan adalah 20/25 Cm dengan konstruksi
beton bertulang 1 PC : 2 Psr : 3 Kr menggunakan besi 10 mm dengan jumlah
SPESIFIKASI TEKNIS

Page 22 of 26

4 batang . Untuk tulangan sengkang memakai besi 8 mm dengan jarak 15


cm, susunan dari tulangan pokok dan sengkang harus sesuai dengan gambar
rencana kerja.

PASAL 6
PEKERJAAN PIPA REMBESAN
Pemasangan pipa rembes PVC diameter 2 dilakukan pada saat pengecoran
dinding dilaksanakan, pekerjaan ini berfungsi sebagai rembesan air dari belakang
dinding kedalam saluran dengan jumlah 5 bh setiap segmen dinding beton
bertulang.

PASAL 7
PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH
1.

Tanah untuk pekerjaan timbunan harus bersih dari semua kotoran, sampah,
dan bahan organis lainnya. Apabila pemborong akan mempergunakan tanah
bekas galian maka harus ada persetujuan Direksi sebelumnya.

2.

Garis permukaan timbunan yang ditujukan dalam gambar rencana adalah


garis permukaan timbunan dalam keadaan padat.

Pemadatan Timbunan Tanah


1.

Timbunan

tanah

yang

menuntut

derajat

kepadatan

tertentu

harus

dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi.


2.

Bahan timbunan harus dihamparkan merata lapis demi lapis setebal tidak
lebih dari 30 Cm. Kadar air harus tetap dijaga agar pemadatan berlangsung
optimal.

3.

Penghamparan lapisan baru boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan


Direksi dan Konsultan Pengawas.

4.

Direksi dan Konsultan Pengawas berhak untuk memeriksa dan menguji


derajat kepadatan timbunan tanah setiap timbunan lapisan.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 23 of 26

5.

Pemborong

harus

memperhatikan

dan

memperhitungkan

terhadap

penyusutan dan penurunan yang terjadi terhadap timbunan yang dikerjakan.


6.

Pemborong

wajib meratakan

semua

permukaan timbunan,

sehingga

menpunyai bentuk akhir sama seperti gambar rencana.

Timbunan Kembali
1.

Yang dimaksud dengan timbunan kembali adalah penimbunan tanah


ditempat-tempat bekas galian disekitar leoning yang baru selesai dibuat atau
menutup bekas galian.

2.

Pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sedemikian rupa agar kerusakan


terhadap leoning dapat dihindarkan.

PASAL 8
PEKERJAAN BATU ALAM DAN AFWEERKING
Pekerjaan pemasangan batu alam menggunakan batu teplek Purwakarta dengan
menggunakan adukan plesteran 1 : 4 dengan pola atau bentuk sesuai gambar
rencana dan pada bagian tertentu diberi profil afwerking campuran 1 : 3 sesuai
gambar rencana.

PASAL 9
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Pemborong wajib menyediakan gudang atau bangsal kerja meskipun tidak
ditawar dalam kuantitas dan harga.
2. Pemborong wajib membuat laporan pekerjaan yang dilaporkan baik kegiatan fisik
maupun keadaan cuaca. Laporan ini dibuat secara bertingkat, dari laporan harian,
mingguan dan bulanan, dimana laporan tersebut memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Laporan harian, dalam laporan harian ini melaporkan segala kejadian maupun
kegiatan fisik yang dilaksanakan diantaranya :
Keadaan cuaca hari ini
SPESIFIKASI TEKNIS

Page 24 of 26

Jumlah dan jenis pemasukan bahan


Jumlah dan jenis pemakaian bahan
Jumlah dan jenis peralatan yang digunakan
Jumlah dan jenis kegiatan yang dilaksanakan
Hasil pekerjaan yang diperoleh/yang telah dikerjakan
Jumlah personil dan tenaga kerja yang ada dilokasi pekerjaan
Dan kegiatan/kejadian lainnya yang terkait dengan pekerjaan.
Laporan ini ditanda tangani oleh pelaksana pekerjaan dan diketahui oleh
pengawas lapangan.
b. Laporan mingguan, laporan mingguan ini merupakan rangkuman/ rekapitulasi
dari hasil dari laporan harian, laporan mingguan ini ditanda tangani oleh
pelaksana pekerjaan dan diperiksa oleh pengawas lapangan, sedangkan
koordinator pengawas lapangan mengetahui laporan tersebut.
c. Laporan bulanan, laporan bulanan ini merupakan rangkuman/ rekapitulasi
dari laporan harian dan laporan mingguan dengan melampirkan laporan
harian dan laporan mingguan.
Laporan bulanan ini ditanda tangani oleh Direktur, diperiksa oleh Konsultan
Pengawas dan Pengawas Lapangan serta disetujui oleh Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK) dengan melampirkan laporan bulanan curah hujan
yang berlangsung selama bulan tersebut.
3. Pemborong wajib membersihkan lokasi yang telah selesai dikerjakan dari segala
macam bahan bekas pekerjaan dan kotoran lainnya.
4. Pemborong wajib memperbaiki segala kerusakan sebagai akibat dari pelaksanaan
pekerjaan tersebut.
5. Pemborong harus menyiapkan photo-photo dokumentasi pelaksanaan pekerjaan:
a. Sewaktu lokasi belum dilaksanakan pekerjaan (0%)
b. Sewaktu sedang dikerjakan
c. Sewaktu pekerjaan selesai dilaksanakan (100%)

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 25 of 26

6. Pemborong wajib membuat As Built Drawing dan Back Up Data yang sesuai
dengan pekerjaan yang telah dilaksankan.
7. Semua perubahan yang terjadi di lapangan sebagai akibat perubahan-perubahan
atau hal-hal lain akan diatur dalam suatu addendum kontrak sebagai akibat dari
pekerjaan tambah/kurang.

PASAL 10
SYARAT PENYERAHAN PERTAMA
1.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk serah terima pertama antara lain :
a. Seluruh bagian-bagian dari pekerjaan yang dilaksanakan sudah lengkap sesuai
dengan Daftar Kuantitas dan Harga, Spesifikasi, Gambar-gambar rencana dan
memenuhi syarat-syarat teknis.
b. Daftar Checklist kekurangan-kekurangan yang akan disempurnakan pada
penyerahan kedua.

2.

Apabila persyaratan diatas telah dipenuhi, penyerahan pertama pekerjaan telah


dapat dilakukan dengan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan.

PASAL 11
PENUTUP
Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, uraian pekerjaan dan
bahan-bahan tidak dinyatakan kata demi kata, yang dibuat dan dilaksanakan/
disediakan pemborong, dianggap sebagai dibuat dalam RKS ini dan bukan sebagai
pekerjaan tambahan.
Semua item pekerjaan yang tercantum dalam Bestek, Daftar Kuantitas dan Harga
(DKH) serta Berita Acara Aanwijzing Pekerjaan adalah merupakan satu kesatuan
pekerjaan yang ditawar dan wajib dilaksanakan dengan sempurna keseluruhannya
oleh kontraktor pelaksana.

SPESIFIKASI TEKNIS

Page 26 of 26

Anda mungkin juga menyukai