PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kematian mendadak yang tidak diharapkan dan tidak dapat dijelaskan
ditemukan pada sebagian besar kasus pada praktek kedokteran forensik. 1
Kematian mendadak yang tidak dijelaskan sering tercatat sebagai kematian karena
sebab yang alami. Para ahli percaya bahwa kebanyakan dari kematian ini
dikarenakan Sudden Death Syndrome (sindroma kematian mendadak) atau
Sudden Cardiac Death (kematian jantung mendadak). 1
Penyebab kematian mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh,
yaitu sistem Susunan Saraf Pusat, sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan,
sistem gastrointestinal,dan sistem urogenital. 4
Pada tahun-tahun terakhir ini, penyebab kematian tersering pada kasus
kematian mendadak adalah penyakit kardiovaskular. Penyebab penyakit jantung
itu sendiri bermacam-macam, mulai dari penyakit jantung koroner, kardiomiopati,
penyakit katup jantung hingga akibat kelainan genetik seperti pada sindrom
marfan.
Sebuah studi post mortem pada salah satu Rumah Sakit di Dublin,
dokter, misalnya di klinik, puskesmas, atau rumah sakit) biasanya tidak akan
menjadi masalah kedokteran forensik. Namun apabila kematian tersebut terjadi
tanpa riwayat penyakit dan tanpa saksi, maka dapat menimbulkan kecurigaan bagi
penyidik, apakah terkait unsur pidana di dalamnya. Disinilah peran pemeriksaan
forensik berupa autopsi dan pemeriksaan histologi akan sangat penting guna
menjawab permasalahan di atas. 4
Forensic patologi tidak hanya berkaitan dengan kematian karena tindak
kriminal, kecurigaan, kecelakaan dan bunuh diri, tapi juga dengan berbagai
kematian karena penyebab alami. Kebanyakan dari mereka terjadi tiba-tida
(sudden) dan tak terduga (unexpected), tidak dapat dijelaskan secara klinik atau
disisi lain tidak dikenal, meskipun terdapat elemen penyabab yang tidak alami.9
B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui cara kematian korban yang diduga
mati mendadak (sudden death).
C. MANFAAT
1. Membantu mengetahui cara kematian korban, yaitu apakah pembunuhan,
bunuh diri atau kecelakaan.
2. Mengetahui apakah kematian wajar mendadak (sudden natural death) atau
kemataian tak wajar mendadak (sudden unnatural death).
3. Membantu
mengungkapkan
proses
terjadinya
tindak
pidana
yang
menyebabkan kematiannya,.
4. Membantu mengungkapkan identitas jenazah.
5. Membantu mengungkapkan identitas jenazah.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
Kematian alamiah di sini berarti kematian hanya disebabkan oleh penyakit dan
trauma atau racun tidak memainkan dalam menyebabkan kematian. 11
Deskripsi sudden atau unexpected tidak selalu akurat, unexplained
biasanya menjadi alasan dilakukan investigasi medico-legal. Otopsi dapat
dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian, meskipun setelah otopsi
dilakukan, penyebab kematian tetap tidak diketahui. 9
Pada kematian mendadak, penyebab kematian hampir selalu ditemukan pada sistem
kardiovaskuler, meskipun lesi tidak terdapat di jantung atau pembuluh darah utama.
Cerebral hemmorraghe yang masif, perdarahan subarachnoid, rupture kehamilan
ektopik, hemoptisis, hematemesis dan emboli pulmonal, sebagai contoh, bersama
dengan penyakit jantung dan aneurisma aorta mempunyai kontribusi pada sebagian
besar penyebab kematian mendadak dan unexpected akibat system vascular. 9
Tanpa otopsi, para dokter salah dalam menentukan sebab kematian dari 2550% kasus. Di banyak negara dengan banyak proporsi otopsi medico-legal dan di
Inggris dan Wales terdapat sekitar 80% otopsi koroner, sisanya karena bunuh diri,
kecelakaan, dan pembunuhan. 9
PREVALENSI
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah
menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak. 11
Tahun 1997 -2003 di Jepang dilakukan penelitian pada 1446 kematian pada
kecelakaan lalu lintas dan dari autopsi pada korban kecelakaan lalu lintas di
Dokkyo University dikonfirmasikan bahwa 130 kasus dari 1446 kasus tadi
penyebab kematiannya digolongkan dalam kematian mendadak, bukan karena
trauma akibat kecelakaan lalu lintas. 1
B. PENGGOLONGAN KEMATIAN MENDADAK
Secara praktis kematian mendadak dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu
instantaneous death yaitu kematian yang terjadi dalam beberapa detik setelah
awitan gejala, sedangkan noninstantaneous death
1. Grup terbesar adalah lesi yang diakibatkan oleh proses penyakit yang berjalan
perlahan atau insidental berulang yang merusak organ vital tanpa
menimbulkan suatu gejala renjatan akut sampai terjadi suatu penghentian
fungsi organ vital yang tiba-tiba. Salah satu contoh yang paling baik untuk
golongan ini adalah kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner.
2. Terjadinya ruptur pembuluh darah yang mendadak dan tak terduga, yang
diikuti dengan perdarahan yang berakibat fatal. Contoh golongan ini adalah
pecahnya aneurisma aorta dengan perdarahan ke dalam pericardial sac atau
pecahnya aneurisma pada sirkulus Willisi yang menyebabkan perdarahan
subdural.
3. Golongan ketiga mencakup infeksi latent atau infeksi hebat yang perjalanan
penyakitnya berkembang tanpa menunjukkan gejala yang nyata atau
bermakna sampai terjadi kematian. Contohnya adalah endokarditis bakterial
atau obstruksi mendadak usus karena volvulus.
Pengenalan sebab kematian pada kasus kematian mendadak secara
mendasar adalah proses interpretasi yang mencakup deteksi perubahan patologis
yang ditemukan secara anatomis, patologi anatomi, bakteriologis dan kimiawi
serta seleksi lesi yang ditemukan yang dianggap mematikan bagi korban. 10
PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyebab terbanyak kematian
mendadak di Amerika Serikat, menyebabkan antara 300.000 sampai 400.000
kematian dalam setahun. 8
Terdapat variasai sirkardia pada insiden kematian mendadak dengan insiden
puncak di pagi hari. Penjelasan yang mungkin adalah pada waktu tersebut
aktivitas nervus simpatik meningkat, yang mungkin merupakan faktor
predisposisi terjadinya Cardiac Aritmia. 8
Pembesaran Kardiomiopati
Infark laminar, lebih banyak ditemukan pada daerah subendokardial atau pada
ventrikel kiri, kadang infark luas sampai setengah atau lebih dari tebalnya
dinding.
Infark lokal atau regional, lebih sering pada penyakin arteri koroner murni,
dan disebabkan oklusi lokal atau sumbatan yang berat pada arteri koronaria.
Besar dan posisi infark tergantung dimana oklusi terjadi. Hampir semua infark
jenis ini ditemukan pada ventrikel kiri.
Gambaran makroskopis infark miokard awal digambarkan dengan berbeda
pada banyak buku patologi, sebagian karena berbagai macam umur infark yang
digambarkan oleh penulis. Beberapa gambaran yang khas dari tingkatan infark
miokard, adalah:
12-18 atau bahkan 24 jam pertama, tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Tanda pertama yang dapat ditemukan adalah oedem pada otot yang terlihat
pucat karena tekanan serabut otot pada pembuluh darah.
Sekitar akhir hari pertama sampai hari kedua dan ketiga, daerah tersebut
menjadi berwarna kuning disertai pecahnya miosit yang menyebabkan lapisan
tampak merah. Hal ini akan memberikan gambaran trigoid seperti belang
pada macan.
Setelah beberapa hari, infark menjadi lebih lembut dan rapuh, disebut
myomalacia cordis. Pada fase ini, 2 atau 3 hari kedepan akan terjadi ruptur
dan masuk ke kandung perikardial.
Tiga minggu dan setelahnya, bagian tengah infark menjadi seperti gelatin,
warnanya memudar menjadi adu-adu transparan.
Satu atau dua bulan selanjutnya, fibrosis akan mengganti otot yang mati dan
menjadi jaringan parut.
Gambaran infark miokard yang berbeda pada tiap fase dapat terlihat secara
periode 18-24 jam, terjadi degenerasi yang progresif pada serabut otot dan
jumlah eosinofilia bertambah. Oedema seluler mereda dan digantikan oleh
oedema interfibre, memisahkan serabut otot.
membayang.
Pada akhir minggu pertama, terjadi disitegrasi serabut otot, dan kapiler baru
dan fibroblas mulai terlihat.
Pada minggu keempat, terjadi fibrosis awal yang lambat dan tidak merata.
berwarna
merah
keunguan
dengan
vaskular
blush
pada
permukaannya.
4. Fibrosis miokard, pada orang tua dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel pada
hipertensi dan meyebabkan iskemik relatif.
5. Aneurisma jantung, terjadi dimana daerah fibrosis yang luas menggantikan
infark transmural sebelumnya.
Penyakit Jantung Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan kematian mendadak diawali dengan
hipertrofi ventrikel kiri. Pada hipertensi, otot jantung harus bekerja ektra untuk
melawan tekanan eksternal dan membesar untuk dapat menghasilkan dorongan
yang lebih kuat. 9
Ateroma sering diasosiasikan dengan hipertensi. Ketika ventrikel kiri harus
bekerja melawan tekanan arteri sistemik yang tinggi, serabut otot jantung menjadi
hipertrofi. Jika 360-380 gram adalah batas berat rata-rata jantung manusia, maka
pada penyakit jantung hipertensi adalah 500-700 gram. Pembuluh darah di bagian
tengah harus memberikan suplai pada otot dengan volume yang lebih dari lapisan
10
lain. Hal ini menjelaskan bahwa daerah tengah lebih rentan terhadap perubahan
hipoksia, yang didindikasikan dengan penurunan aktivitas enzim dan terjadinya
nekrosis laminar. Otot-otot ini menjadi tidak stabil dan dengan dengan mudah
membuat rangkaian aritmia dan fibrilasi. 5
Stenosis Aorta
Stenosis aorta menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri, bahkan lebih nyata
dibanding pada hipertensi. Jantung dapat mencapai berat 800 1000 gram.
Penyebabnya biasanya adalah kalsifikasi pada katup jantung menyebabkan katup
menjadi tebal dan kaku. Pada tingkat lanjut, seluruh katup mungkin hampir tidak
dapat dikenali, massa seperti kapur, dengan lumen hampir tidak cukuplebar untuk
memuat sebuah pensil. 5
Katup aorta yang sempit, menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri dan
menyebabkan hipertrofi otot dalam rangka memompa stroke volume yang sama
melewati lubang yang lebih sempit. Efek yang lain adalah penurunan tekanan
perfusi koroner, dan akan lebih buruk jika terjadi regurgitasi. Kematian mendadak
umumnya terjadi pada usia di atas 60 tahun, namun terjadi pula pada orang yang
lebih muda dengan kelainan kongenital berupa katup aorta yang bikuspid. 5
Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah suatu kelainan pada miocardium yang dihubungkan
dengan disfungsi jantung dimana belum diketahui penyebab yang pasti.
Di,9
11
miokardium yang fokal atau difus, infiltasi sel mononuklear, dan kadang infiltrasi
lemak. 8
PENYAKIT SISTEM RESPIRASI
Beberapa penyebab kematian mendadak yang disebabkan oleh sistem
respirasi adalah: 5
Asthma
Bronchopulmonary dysplasia
Cystic fibrosis
Tension pneumothorax
Emboli pulmonal
Asthma
Asma merupakan bentuk serangan sesak nafas karena rangsangan terkecil
material alergi tertentu pada saluran nafas. Diantaranya serbuk sari, debu, uap
kimia, kotoran hewan, aspirin dan agen infeksius berupa virus dan aspergillus sp.5
Mekanisme sudden death pada serangan asma akut kurang begitu
dimengerti. Diantaranya termasuk aritmia jantung, hipokalemia, dan asfiksia.
Sulit memperoleh data yang adequat karena cepatnya episode terminal dan
kejadian diluar RS. Proses serangan asma dari gejala sampe gagal nafas hanya
berselang 1-2jam sajasudden asphixic asma.Bronkodilator menjadi impliikasi
penyebab dari sudden death. Kemungkinan vasovagal karena hipotensi dengan
bradikardi atau aritmia jantung. Kemungkinan lain bronkodilator hanya
12
pd
13
masalah, tapi sebagian lagi emboli ini terlepas dan menutup pembuluh darah
pulmoner dengan ukurannya yang beranek ragam. 5
Sekitar 80% dari kematian akibat emboli pulmoner memiliki predisposisi
penyebab seperti patah tulang, trauma jaringan, operasi, imobilisasi, dan lain-lain.
Ini membuat hubungan antara kematian dan kejadian yang terkait dengan trauma
menjadi lebih sulit. Dalam penerapan hukum sukar untuk dibuktikan hingga
meyakinkan hakim bahwa trauma yang dibuat tersangka yang menyebabkan
kematian. 5
Penyebab kematian mendadak yang sering pula terjadi di Indonesia adalah
haemoptysis masif dari caverna tuberculosis atau dari yang lebih jarang terjadi
haemoptysis masif dari keganasan pada sistem respirasi. Kematian yang cepat
namun tidak mendadak dapat juga terjadi pada infeksi dada yang hebat, terutama
oleh strain virus influensa yang ganas. 5
Upper airway obstruction
Tumor Nasofaring
Pembesaran adeniod dan tonsil bisa menyebabkan penyumbatan saluran
nafas atas,distres pernafasan dan apneu. Tumor lain yang bisa nyumbat saluran
nafas adalah tumor kelenjar ludah. 5
Upper airway infections
Pemeriksaan epiglottis merupakan pemeriksaan wajib saat otopsi. Pada
kasus epiglotitis akut akut, epiglottis nampak merah dan mengkilap dan mungkin
menutup lubang laring. Pemeriksaan mikroskop Nampak infiltrasi neutrofil,
kadang dengan koloni bakteri. Tenggorokan dan kultur darah sering mengarah
pada hemopilus influenza type b. Infeksi lain yang juga dapat menyebabkan
kematian kerena penutupan jalan nafas yaitu, tonsillitis, peritonsillar abses, abses
retrofaringeal, tonsillitis lidah. 5
14
15
16
epilepsi
perdarahan intraserebral
hematom subdural
hematom ekstradural
meningitis bakteri
tumor otak
Epilepsi
Teori mekanisme terjadinya kematian mendadak yang tidak diharapkan pada
epilepsi difokuskan pada hipoventilasi dan adanya perubahan jantung yang terjadi
ketika atau segera setelah kejang.3
Patofisiologi yang mendasari terjadinya kematian mendadak pada penderita epilepsi
tidak diketahui namun mekanismenya juga bisa dikarenakan aritmia jantung yang
diperantarai autonom saja atau kombinasi dengan edema paru neurogenik dan gagal
jantung. Aritmia jantung tersebut dikarenakan adanya pelepasan katekolamin secara
berlebihan dari medula kelenjar adrenal.3
Selain itu, aritmia jantung baik ketika periode kejang atau di antara kejang
menyebabkan gagal jantung akut dan hal ini memberi peranan penting dalam
mekanisme kematian mendadak yang tidak diharapkan pada epilepsi. Pada
beberapa penelitian disebutkan mekanisme lain dikarenakan adanya aktivitas
listrik pada amigdala yang memiliki hubungan eferen melalui nuklei sentral ke
pusat pengaturan jantung di medula.3
Tidak ada pemeriksaan post mortem diagnostik untuk kasus kematian
mendadak pada epilepsi. Diagnosis membutuhkan eksklusi penyebab lain yang
potensial menyebabkan kematian yang berhubungan dengan kejadian kematian.
Sehingga pemeriksaan post mortem termasuk toksikologi dan histologi diperlukan
17
18
darah otak yang berpotensi untuk ruptur. Aneurisma sakular, atau aneurisma
berry, atau aneurisma kongenital merupakan 90% dari seluruh kasus serebral
aneurisma dan terletak pada cabang utama dari arteri besar.3
Aneurisma berry merupakan kombinasi antara hipertensi dan lemahnya
dinding pembuluh darah. Bagian yang lemah atau tipis pada pembuluh darah otak
sangat rapuh terhadap peningkatan tekanan hidrostatik yang disebabkan hipertensi
dan akan melebar. Beberapa bagian pembuluh darah otak yang lemah terutama
daerah sirkulus Willis, dimana pembuluh darah kecil menghubungkan pembuluh
darah otak yang utama. Daerah ini sangat suseptibel untuk terjadi aneurisma
berry. Aneurisma berry dapat terbentuk batik pada sirkulasi anterior maupun
sirkulasi posterior otak. 3
Pada otopsi, diagnosis perdarahan subarakhnoid terbukti sendiri (self evident).
Biasanya perdarahan berasal dari sirkulus Willis, perdarahan yang paling tebal akan
melewati dasar otak, terutama sisterna basalis. Darah biasanya akan menyebar secara
lateral dan dapat menutupi seluruh permukaan hemisfer serebral, otak bagian
belakang, dan ke bawah menuju canalis spinalis. Perdarahan akan berwarna merah
terang pada perdarahan segar; apabila bertahan beberapa minggu akan berwarna
kecoklatan karena hemoglobin mengalami perubahan. Hemosiderin dapat dideteksi
dengan pengecatan Perl setelah sekitar tiga hari. Penentuan sumber perdarahan
terkadang sulit. 8
Aneurisma tampak pada 85% kasus perdarahan sub arakhnoid spontan
namun sisanya tidak menunjukkan adanya aneurisma. Hal ini mungkin karena
destruksi aneurisma kecil ketika ruptur. Pencarian akan adanya aneurisma kecil
pada otopsi mungkin sulit karena adanya lapisan tebal dari bekuan darah yang
terjebak antara selaput otak dan pembuluh darah.8
Diseksi tumpul sebaiknya dilakukan, dengan menggunakan gagang scalpel
atau forsep. Darah sebaiknya dicuci menggunakan air yang mengalir.Di,9 Injeksi air
pada salah satu ujung arteri vertebralis yang sudah dipotong, setelah mengikat
atau menjepit secara hati-hati pembuluh darah lainnya dan ujung arteri karotis,
dapat dilakukan untuk melihat dari mana air tersebut bocor atau keluar.
Kebocoran tersebut mungkin multipel karena adanya robekan tambahan ketika
pengeluaran otak pada saat otopsi.
19
Aneurisma paling baik dicari pada sediaan otak segar, karena adanya fiksasi
formalin dapat menyebabkan bekuan darah menjadi lebih keras sehingga dapat
menyebabkan robekan pada pembuluh darah atau aneurisma ketika mengeluarkan
bekuan darah tersebut. Aneurisma biasanya ditemukan pada bifurkasi arteri
serebral media dan arteri komunikans posterior, di arteri serebral media pada
fisura Sylvian, di arteri komunikans anterior, atau dimana arteri komunikans
posterior bergabung dengan pembuluh darah serebral posterior. Aneurisma
kadang terdapat pada bagian kortikal arteri dan mungkin merupakan bagian yang
terbenam dalam permukaan serebral, sehingga sulit untuk dicari. Apabila
pembengkakan (dimana dapat terjadi kolaps seluruhnya pada otopsi, terutama
ketika ruptur) tidak tampak pada pemeriksaan superfisial sirkulus Willis,
pembuluh darah sebaiknya diangkat perlahan menggunakan elevator tumpul
sehingga bagian dibawahnya dapat diinspeksi. Terkadang aneurisma yang
terbenam dapat ruptur terutama ke bagian korteks yang menyebabkan kesalahan
menginterpretasikan lesi tersebut dengan perdarahan intraserebral. Aneurisma
berry sering multipel dan bervariasi dalam ukurannya, mulai dari beberapa
milimeter hingga beberapa sentimeter, walaupun ukuran biasanya berkisar antara
3-8 milimeter.9
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral non traumatik umumnya disebabkan oleh
kerusakan pembuluh darah akibat hipertensi (hipertensi, eklamsia), juga
dikarenakan disfungsi autoregulasi dengan aliran darah otak yang berlebihan
(cedera reperfusi, transformasi hemoragik, paparan dingin), pecahnya aneurisma
atau malformasi arteri-vena, arteriopati, perubahan hemostasis (trombolisis,
antikoagulasi, diatesis hemoragik), nekrosis hemoragik (tumor, infeksi), atau
obstruksi aliran vena (trombosis vena serebral).3
Perdarahan intraserebral secara klinis ditandai dengan onset
yang
20
ditemui pada laki-laki dibanding perempuan dan tidak umum terjadi pada umur
muda. Perdarahan biasanya terjadi pada orang ketika aktif dibanding ketika
beristirahat. Hipertensi sebenarnya sering menyertai keadaan ini dan biasanya
hanya ada satu episode perdarahan yaitu ketika serangan. Perdarahan berulang
tidak umum ditemukan. Penderita biasanya menunjukkan gejala dalam dua
hingga beberap jam.8
Pada perdarahan intraserebral otak akan membengkak secara asimetris,
dengan
hemisfer
yang
membengkak
mengandung
darah.
Perdarahan
subarakhnoid dapat atau tidak muncul pada dasar otak. Pada irisan, jaringan otak
yang berdekatan dengan perdarahan akan membengkak dan edematous. Tidak ada
jaringan otak pada daerah hematom. Irisan mikroskopik menunjukkan sklerotik
yang terhialinisasi pada arteri dan arteriol. Terkadang dapat ditemukan aneurisma
arteriol dan arteri yang dilatasi. Kematian umumnya disebabkan kompresi dan
distorsi otak tengah atau perdarahan ke dalam sistem ventrikel.8,9
Walaupun kematian pada pecahnya aneurisma atau perdarahan intraserebral
dianggap wajar, namun pada beberapa keadaan tertentu dapat termasuk dalam
pembunuhan misalnya apabila orang tersebut mengalami ruptur aneurisma ketika
terjadi kekerasan secara fisik, namun yang menentukan apakah ada aksi kriminal
di dalamnya adalah pengadilan, bukan tenaga medis yang memeriksa.8
Infeksi Intrakranial
Walaupun infeksi intrakranial lebih sering terjadi pada anak-anak, ada
beberapa contoh yang terjadi pada orang dewasa terutama dimana terjadi
kematian mendadak yang tidak dapat dijelaskan baik yang disebabkan oleh
meningitis bakterial atau yang berhubungan dengan abses otak yang besar.3
Organisme yang umum ditemukan adalah Streptococcus pneumoniae (40-60%),
Neisseria meningitidis (15-25%), Listeria monocytogenes (10-15%) dan
Haemophillus
influinzae
(5-10%).
Kebanyakan
kasus
meningitis
akan
21
22
Tumor Otak
Kematian mendadak dan tidak dapat dijelaskan pada beberapa keadaan
tertentu dikarenakan oleh tumor otak primer yang tidak terdiagnosis. Pada
penelitian dari 10.995 otopsi medikolegal berturut-turut di Dallas, Texas, Di Maio
dkk menemukan 19 dari kematian mendadak yang tidak diharapkan disebabkan
oleh neoplasma intrakranial primer dengan insiden 0,17%. Pada penelitian lain
dari 17.404 otopsi yang dilakukan di Brooklyn Office, ditemukan insiden
sebanyak 0,16% dari kematian mendadak yang tidak diharapkan dikarenakan
adanya neoplasma intrakranial primer.8
Dari 19 kematian dikarenakan neoplasma intrakranial yang dilaporkan oleh
Di Maio dkk, sembilan (47,4%) merupakan kategori astrositoma-glioblastoma.
Sisanya termasuk empat kasus dari oligodendroglioma dan masing-masing satu
kasus dari meduloblastoma, mikroglioma, teratoma, kista koloid, dan pituitary
chromophobadenoma. Enam kasus kematian terjadi sesudah adanya kehilangan
kesadaran atau individu tersebut ditemukan meninggal, dimana lima di antaranya
tidak menunjukkan gejala-gejala sebelumnya. 13 individu memiliki gejala
peningkatan tekanan intrakranial, epilepsi, dan manifestasi psikiatri. 8
Perbandingan durasi dan tipe gejala yang ditunjukkan penderita ini dengan populasi
penderita di rumah sakit yang kematiannya disebabkan oleh neoplasma intrakranial
primer yang sudah terdiagnosis sebelumnya membuktikan bahwa adanya gejala akut
dalam durasi yang lebih singkat pada kasus-kasus kematian mendadak yang tidak
diharapkan. Gejala-gejala juga cenderung tidak terlokalisasi dan tidak ada
perubahan atau perkembangan gejala pada penderita yang epilepsi merupakan
manifestasi primer dari penyakit dasarnya. Selain itu juga terdapat insiden yang
rendah akan defisit neurologis fokal sebagai gejala yang muncul.8
Menurut penelitian Black dan Graham yang dilakukan pada bagian forensik
dari tahun 1995-1998 tumor otak primer merupakan penyebab yang jarang
menyebabkan kematian mendadak pada lesi intrakranial. Menurut literatur, tumor
otak primer yang utama ditemukan adalah glioblastoma multiform dan jenis
23
tumor
lainnya
yang
pernah
dilaporkan
adalah
oligodendrogliona,
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berhadapan dengan kasus kematian mendadak, autopsi harus dilakukan
dengan amat teliti, pemeriksaan histopatologik merupakan suatu keharusan.
Sampel diambil dari semua organ yang dianggap terlibat dengan perjalanan
penyakit hingga menyebabkan kematian, juga kelainan pada organ yang tampak
secara makroskopik, walau mungkin kelainan tersebut tidak berhubungan
langsung dengan penyebab kematian. 10
Sebaiknya setiap jenis organ dimasukkan pada wadahnya sendiri,
menghindari bias pembacaan mikroskopik. Eksisi sampel organ haruslah
mencakup daerah yang normal dan daerah yang kita curigai secara mikroskopik
terjadi proses patologik. Informasi mengenai temuan-temuan pada autopsi perlu
disertakan dalam permintaan pemeriksaan histopatologi, sehingga dokter ahli
patologi dapat melakukan tugasnya dengan maksimal. 10
24
Darah
Tempat terbaik untuk memperoleh sampel darah adalah dari vena
femoral atau iliaca, atau dari vena axilaris. Untuk analisa secara umum,
sekitar 15 ml darah dimasukkan ke dalam tabung kosong agar pembekuan
darah dapat terjadi, bersama itu diambil pula 5-10 ml darah dimasukkan ke
dalam tabung berisi antikoagulan seperti EDTA atau potassium oxalat atau
heparin. Untuk pemeriksaan alkohol dari darah diperlukan 5 ml darah yang
dimasukkan dalam tabung berisi sodium fluorida untuk mengambat destruksi
alkohol oleh mikro organisme.
Urin
20-30 ml urine dimasukkan ke dalam kontainer kosong, kecuali bila ada
penundaan pemeriksaan, dapat dimasukkan sodium azide.
Faeces
25
26
BAB III
LAPORAN KASUS
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
PRO JUSTICIA
VISUM et REPERTUM
27
NOMOR : R/ /VI/2010/DOKPOL
Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Semarang Barat melalui suratnya
tanggal 22 Mei 2010, No. B/57/V/2010/Reskrim yang ditanda tangani oleh
Muliyawatysyam, Nrp 74080093 pangkat Ajun Komisaris Polisi dan diterima tanggal
23 Mei 2010 jam 01.30 maka dengan ini dr. Ratna Relawati, Sp.F, sebagai dokter
yang bekerja pada Rumah Sakit Bhayangkara menerangkan bahwa pada tanggal 23
Mei 2010 jam 00.30 WIB telah memeriksa jenazah, yang berdasarkan surat
permintaan tersebut di atas bernama TN. SUPRIYANTO BIN JIMAN umur lebih dari
empat puluh tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan sebelum meninggal tukang
parkir, alamat Jalan Kumudasmoro Utara VII RT03/RW07 Bongsari Semarang Barat,
ditemukan di rumah korban dan meninggal dunia diduga akibat dibunuh.
HASIL PEMERIKSAAN
Dari pemeriksaan luar dan dalam atas tubuh jenazah tersebut di atas di temukan
fakta fakta sebagai berikut :
A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH
1. Identitas umum jenazah
a. Jenis kelamin
: laki-laki-------------------------------------------------------
b. Umur
e. Ciri rambut
f.
Keadaan gizi
:
Kesan
cukup---------------------------------------------
gizi
28
: tidak ada------------------------------------------------------
b. Jaringan parut
: -----------------------------------------------------------------
Terdapat dua buah jaringan parut di kaki kanan bawah bagian depan-
Terdapat lima buah jaringan parut di lutut kaki kanan dengan ukuran
Terdapat lima buah jaringan parut di lutut kaki kanan dengan ukuran
: tidak ada------------------------------------------------------
d. Pakaian
e. Perhiasan
f.
: tidak ada------------------------------------------------------
Ciri ciri lain : terdapat kumis dan jenggot tipis berwarna hitam
bercampur putih-------------------------------------------------------------------
29
B. FAKTA
YANG
KEMATIAN
BERKAITAN
DENGAN
WAKTU
TERJADINYA
1. Lebam mayat
2. Kaku mayat
3. Pembusukan
KULIT TUBUH :
1. KEPALA
a. Daerah berambut
b. Wajah
2. LEHER
3. BAHU
a. Bahu kanan
b. Bahu kiri
:
: tidak ada tanda-tanda kekerasan ----------------:
tidak
ada
tanda-tanda
kekerasan
----------------4. DADA
5. PUNGGUNG
30
6. PERUT
7. BOKONG
a. Bokong kanan
b. Bokong kiri
8. DUBUR
a. Lingkaran dubur
b. Liang dubur
9. ANGGOTA GERAK
a. Anggota gerak atas
b. Bulu mata
c. Kelopak mata
: tidak
ada bintik
perdarahan, tidak
ada
g. Pupil mata
: tidak ada bintik perdarahan-----------------------: jernih ------------------------------------------------: diameter kanan dan kiri sama sebesar lima
31
Lain lain
2. HIDUNG
a. Bentuk hidung
tidak
ada
kelainan----------------------------------b. Permukaan kulit hidung : tidak ada tanda-tanda kekerasan ----------------c. Lubang hidung
3. TELINGA
a. Bentuk telinga
:
kelainan-----------------------------------
tidak
ada
b. Permukaan daun telinga: tidak ada tanda-tanda kekerasan ----------------c. Lubang telinga
4. MULUT
a. Bibir atas
: Kebiruan --------------------------------------------
b. Bibir bawah
d. Lidah
e. Gigi geligi
: --------------------------------------------------------
32
f.
Gigi rahang atas dan bawah : gigi geraham tiga sudah tumbuh --------
5. ALAT KELAMIN
Pelir
tidak
ada
kelainan-----------------------------------
Lain lain
TULANG TULANG
1. Tulang tengkorak
2. Tulang belakang
3. Tulang-tulang dada
4. Tulang-tulang punggung
5. Tulang-tulang panggul
33
Otak besar panjang tujuh belas koma lima sentimeter lebar sebelas
sentimeter dan tinggi enam sentimeter, berat seribu dua ratus gram.------
Otak kecil: panjang tujuh sentimeter, lebar empat belas sentimeter dan
tinggi dua koma lima sentimeter, berat dua ratus gram, batang otak tidak
ada kelainan------------------------------------------------------------------------
3. Rongga dada
Tidak ditemukan resapan darah pada kulit dada bagian dalam, tidak ada
perlengketan selaput paru dengan dinding dada, tidak ada resapan darah
pada dinding rongga dada, tidak ditemukan cairan pada rongga dada.----
Jantung :
34
Paru kiri terdiri dari dua bagian, warna abu-abu (pucat), ukuran: panjang
dua puluh lima sentimeter, lebar delapan belas sentimeter, tinggi empat
sentimeter, berat tiga ratus lima puluh gram, permukaan licin, perabaan
kenyal, ditemukan bercak-bercak kecil berwarna kehitaman, pada
pengirisan penampang tampak bercak berwarna putih, pada penekanan
tidak keluar buih halus. ----------------------------------------------------------
Paru kanan terdiri atas tiga bagian, warna abu-abu (pucat), ukuran:
panjang tiga puluh enam sentimeter, lebar sembilan belas sentimeter,
tinggi tiga koma lima sentimeter, berat empat ratus gram, permukaan
licin, perabaan kenyal, ditemukan bercak-bercak kecil berwarna
kehitaman, pada pengirisan penampang tampak bercak berwarna putih,
pada penekanan tidak keluar buih halus. --------------------------------------
4. Rongga perut :
35
Tebal lemak perut tiga koma lima sentimeter, tidak terdapat resapan
darah pada dinding perut, tidak ada perlengketan pada rongga perut,
tidak ada cairan pada rongga perut, tirai usus menutupi sebagian usus.---
3. Rongga panggul
36
patologi
anatomi.
2. Darah
: diambil
untuk
dilakukan
pemeriksaan
untuk dilakukan
pemeriksaan
YANG
PELAKUNYA
DAPAT
: dilakukan
MEMBERI
IDENTITAS
1. Jejas gigitan
: tidak ada------------------------------------------------------
2. Mani
: tidak ada------------------------------------------------------
3. Darah
: tidak ada------------------------------------------------------
4. Jaringan / SEL
: tidak ada------------------------------------------------------
5. Lain lain
: tidak ada------------------------------------------------------
Selain fakta fakta di atas maka guna menambah fakta fakta yang barangkali
dapat bermanfaat bagi penyelesaian perkara, saya telah mengambil sampel dari tubuh
jenazah berupa :
1. Lambung dan isinya diambil untuk dilakukan pemeriksaan toksikologi. ---------2. Kandung empedu dan isinya diambil untuk pemeriksaan toksikologi.------------3. Cairan kandung kencing diambil untuk dilakukan pemeriksaan toksikologi. -----
37
4. Darah
untuk
dilakukan
toksikologi---------------------------------------
pemeriksaan
KESIMPULAN
Dari fakta fakta yang kami temukan dari pemeriksaan atas jenazah tersebut
maka disimpulkan bahwa telah di periksa jenazah laki-laki, umur kurang lebih empat
puluh tahun , panjang badan seratus enam puluh sentimeter, kulit berwarna sawo
matang. Dari pemeriksaan ditemukan luka akibat kekerasan benda tumpul berupa
luka memar di leher dan kepala yang tidak dapat menyebabkan kematian. Sebab
kematian belum dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan pemeriksaan toksikologi
dan pemeriksaan patologi anatomi. ------------------------------------------------------------
PENUTUP
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan
mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan sebagai dokter------------------------Semarang, Juni 2010
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan ditemukan :
A. Fakta yang berkaitan dengan waktu terjadinya kematian
Lebam mayat
Terdapat lebam mayat pada leher, punggung, pinggang kanan, kiri.
bokong kanan dan kiri , warna merah keungunan tidak hilang dengan
penekanan.
Lebam mayat jika sudah lebih dari 4 jam tidak hilang dengan penekanan.
Kapiler-kapiler akan mengalami kerusakan dan butir-butir darah merah juga
akan rusak. Pigmen-pigmen dari pecahan darah merah akan keluar dari kapiler
39
Kaku Mayat
Rahang, leher, dan anggota gerak
Leher
Terdapat luka memar berwarna coklat tua di leher sebelah kanan
berukuran dua sentimeter kali nol koma lima sentimeter.
Luka memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh
kerusakan jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit dimana
kapiler pecah dan meresap ke jaringan sekitarnya yang disebabkan oleh
kekerasan benda tumpul. 6
Lingkaran penuaan
40
Lubang hidung
Keluar cairan berwarna merah.
Adanya cairan yang keluar dari hidung yang berwarna merah terang yang
jika kepala jenazah dimiringkan cairan tetap keluar maka hal ini
mengindikasikan adanya trauma pada basis cranii.
Rongga kepala
-
41
Rongga dada
-
ditemukan bercak
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan:
42
1.
Waktu kematian korban antara 4-12 jam karena pada korban terdapat lebam
mayat yang tidak hilang dengan penekanan dan kaku mayat yang tidak
menyeluruh.
2.
Adanya lebam mayat berwarna merah keunguan, dan bibir berwarna kebiruan
menandakan korban mengalami sianosis dan meninggal karena mengalami
hipoksia. Pada kasus ini ditemukan adanya penyempitan pada arteri koronaria.
3.
Penyempitan arteri koronaria jika lebih dari 80% dari panjang arteri koronaria
atau terdapat obstruksi 75% dari diameter lumen akan mengakibatkan atau akan
mengakibatkan coronary artery insufficiency kemuadian akan terjadi infark
miokard dan akhirnya jantung secara tiba-tiba berhenti. 11
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
43
1. Anonim.
Sudden
Death.
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/08/04
44