Jenk Septi
Jenk Septi
TINJAUAN TEORITIS
Pengertian
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella thypii. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006 : 126)
Typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan yaitu pada usus halus dengan segala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit ini
adalah Salmonella Typhosa. (Ngastiyah, 2005 : 236)
Tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan
kesadaran. (Suriadi, 2006 : 254)
Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (FKUI, 2007 : 593)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam typhoid (tifus
abdominalis) adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna usus halus
disebabkan infeksi salmonella typhosa yang biasanya disertai gejala demam lebih dari
satu minggu, gangguan pada saluran cerna, dan adanya penurunan kesadaran.
2.
ditelan melalui belakang mulut masuk kedalam farinx, setelah makanan masuk palatum
naik untuk menutup. Nares, glottis menutup oleh kontraksi otot-ototnya dan kontraksi
farinx untuk mendorong makanan ke esofagus. Makanan berjalan dengan gerakan
peristaltik esofagus kedalam lambung. Lambung menerima makanan dari esofagus
melalui orifisium cardiale, bekerja sebagai penimbun makanan sementara, sedangkan otot
lambung berkontraksi untuk mencampur makanan dengan getah lambung. Makanan yang
telah di absorpsi didalam usus halus, disalurkan melaui dua saluran, yaitu pembuluh
kapiler darah, dan saluran limfe di vili disebelah dalam permukaan usus halus. Semua
makanan yang telah dicernakan masuk lambung kedalam pembuluh kapiler darah di vili,
dan oleh vena portal dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan, dari usus
halus yang dimulai dari katup iliosekal, yaitu tempat sisa makanan lewat. Refleks
gastrokolik terjadi ketika makanan masuk ke dalam lambung dan menimbulkan peristaltic
didalam usus besar. Refleks ini menyebabkan defekasi.
a.
Mulut
Merupakan rongga permulaan saluran pencernaan, yang terdiri dari dua bagian.
Bagian luar (vestibulum), yaitu ruang diantara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi,
sedangkan bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi disisi-sisinya oleh tulang
maxilaris dan semua gigi, dan sebelah belakang bersambung dengan awal farinx.
Mulut berfungsi untuk mengunyah dimana didalam mulut terdapat kelenjar saliva
yang mempunyai 3 fungsi yaitu memudahkan makanan untuk dikunyah, mengubah
zat tepung menjadi maltosa, mempertahankan bagian mulut tetap lembab.
b.
Farinx
Farinx atau tekak terletak dibelakang hidung, mulut dan larinx (tenggorokan). Farinx
berupa saluran yang berbentuk kerucut, yang merupakan membran otot yang terletak
dari dasar tengkorak sampai ketinggian vertebra servikal ke enam, tempat farinx
bersambung dengan esofagus.
c.
Esofagus
Merupakan tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm, diatas dimulai dari farinx
sampai pintu masuk kardiak lambung dibawah, terletak dibelakang trachea dan
didepan tulang punggung, melalui thorak menembus diaphragma, untuk masuk
kedalam abdomen menyambung dengan lambung.
d.
Lambung
Lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling
besar. Yang terletak didaerah epigatrik, dan sebagian disebelah kiri daerah
hipokondriak dan umbilical. Lambung terdiri dari bagian atas horizontal, yaitu antrum
pilorikum. Lambung berhubungan dengan esofagus melalui orifisium atau cardia, dan
dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak dibawah diaphragma,
didepan pankreas dan limfa menempel disebelah kiri fundus. Lambung berfungsi
untuk menampung makanan dalam kantung dan melepaskan makanan tersebut secara
bertahap kedalam usus.
e.
Usus halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira dua setengah meter panjangnya dalam
keadaan hidup. Angka yang biasa diberikan, enam meter adalah penemuan setelah
mati bila otot telah kehilangan tonusnya. Usus halus memanjang dari lambung sampai
katup ileo-kolika, tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak didaerah
umbilicus dan dikelilingi usus besar. Bagian-bagian dari usus halus : Duodenum
adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda dan
kepalanya mengelilingi kepala pankreas. Yeyunum menempati dua perlima sebelah
atas dari usus halus yang selebihnya. Ileum menempati tiga perlima akhir. Fungsi usus
halus adalah mencerna dan mengabsorbsi khime dari lambung. Isinya yang cair
(khime) dijalankan oleh serangkaian gerakan ada istirahat beberapa detik.
f.
Gambar 2.1
Anatomi Sistem Pencernaan
(Corwin : 2000 : 511)
3.
Etiologi
Penyebab typhus abdominalis adalah salmonella typhosa, basil gram negative
yang bergerak bulu getar (motil) dan tidak berspora. Kuman ini dapat hidup baik sekali
pada suhu tubuh manusia maupun suhu tubuh yang lebih rendah sedikit dan mati pada
suhu 70 C maupun oleh antiseptik.
Kuman salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
a. Antigen O = Ohne hauch = somatik antigen (tidak menyebar), antigen pada bagian
soma; terdiri dari zat komplek lipopolisakarida.
b. Antigen H = Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.
c. Antigen VI = kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi O antigen terhadap fagositosis.
Ketiga antigen tersebut didalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan 3
macam antibodi yang lazim disebut aglutinin. (Rampengan, 2008 : 47)
4. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid
dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman
masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah
dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian
melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
absorbsi usus sehingga tekanan koloid ekstra sel meningkat, akibatnya cairan
berpindah dari intra sel ke ekstra sel. Peningkatan cairan dapat merangsang
peningkatan motilitas untuk mengeluarkan kelebihan cairan dan akhirnya timbulah
diare. Timbulnya diare akan mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Disamping menimbulkan gejala diare, salah satu gejala typhoid adalah
timbulnya obstipasi. Hal ini terjadi endoktosin bekerja menghambat saraf enterik
sehingga motilitas usus terhambat.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada bagan modifikasi patofisiologi typhus
abdominalis berikut ini.
Informasi Kurang
Persepsi Bagan
Salah
Kurang Pengetahuan
Diaporesis
Mual&Muntah Di
Medula Oblongata
Bakteri Melepaskan
Pembesaran pada
Endotoksin
Hati&Limfa
Sekresi Asam
Demam
Lambung Meningkat
Kuman Kembali Nyeri Pada
Peredaran Darah Perabaan
Mual
Kelenjar Limfoid Usus Halus
Anoreksia
Infeksi
Tukak (plek peyer)
Peningkatan Permeabilitas
Kapiler
Resti Penularan
Meningkatkan Absorbsi Usus
Peningkatan Tek. Koloid
Gang.
Ekstra Sel
Termogulasi
Intake Nutrisi
Tidak Adekuat
Peningkatan Cairan
diEkstra Sel
Merangsang Peningkatan
ADL dibantu
Resti Komplikasi
Perubahan
Nutrisi
Defisit Perawatan
Diri
Cemas
Resti Gang. Keseimbangan Cairan
5. Manifestasi Klinik
Menurut Suriadi, (2006 : 255-256) pada manifestasi klinis didapatkan :
1.
6.
Komplikasi
Pada usus halus umumnya jarang terjadi, tetapi bila terjadi sering fatal yaitu
sebagai berikut :
a.
b.
c. Peritonitis biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen
yang tegang (defense musculair) dan nyeri tekan.
d.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium, berupa pemeriksaan :
a. Darah tepi
Terdapat gambaran leukopenia, limposit relatip dan aneosinofilia pada
permulaan sakit, mungkin ditemukan anemia dan trombositopenia ringan, diduga efek
toksik supresi sumsum tulang atau perdarahan usus.
b. Pemeriksaan widal
Dasar pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi apabila serum pasien
typhus abdominalis dicampur dengan suspensi antigen
Salmonella typhosa.
Pemeriksaan dengan hasil positif ialah apabila terjadi aglutinasi, dengan jalan
mengencerkan serum maka kadar zat anti dapat ditentukan yaitu pengenceran tertinggi
yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi. Untuk membuat diagnosis yang diperlukan
ialah titer zat anti terhadap antigen O. Titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan
tetapi tidak bermakna untuk menegakan diagnosis karena titer dapat tetap tinggi setelah
dilakukan imunisasi atau apabila penderita telah lama sembuh dari penyakit yang sama.
c. Pemeriksaan sumsum tulang
Dapat digunakan untuk menyokong diagnosis. Pemeriksaan ini tidak termasuk
pemeriksaan rutin yang sederhana. Terdapat gambaran sumsum tulang berupa RES
Fluorokinolon efektif untuk demam typhoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang
optimal belum diketahui dengan pasti.
g. Antipiretika
Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap penderita demam typhoid,
karena tidak banyak berguna.
h. Kortikosteroid
Pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam dosis
yang menurun secara bertahap (tapering off) selama 5 hari. Biasanya hasilnya
sangat memuaskan, kesadaran klien menjadi jernih dan suhu tubuh cepat turun
sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi,
karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps.
9. Dampak Terhadap Sistem Tubuh Lain
a.
Sistem Saraf
Terjadi karena lokasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yang mengenai
seluruh organ tubuh melalui pembuluh limfe didalam tubuh antara lain sistem saraf
pusat (otak), dapat menyebabkan kesadaran pasien menurun yaitu apatis sampai
somnolen apabila penyakitnya berat dan terlambatnya pengobatan biasanya sampai
terjadi sopor dan koma (Ngastiyah, 2005 : 237).
b.
Sistem Pernafasan
Pada klien typhoid klien mengeluh batuk dan ditemukan pnemonia dan
Sistem Kardiovaskuler
Makrophage pada penderita akan menghasilkan substansi aktif yang disebut
d.
Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan akan didapatkan pada mulut terdapat nafas berbau tak
sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor
(coated tongue), ujung tepinya kemerahan jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai
nyeri daerah perut, konstipasi, diare atau bisa juga normal disamping itu disertai mual,
muntah, dan anoreksia ( Ngastiyah, 2005 : 237).
e.
Sistem Integumen
Karena terjadi emboli basil dalam kapiler kulit terutama pada daerah
punggung dan anggota gerak maka dapat ditemukan adanya roseola yaitu berupa
bintik-bintik kemerahan yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam
(Ngastiyah, 2005 : 237).
f.
Sistem Muskuloskeletal
Pada demam tifoid kemungkinan akan terjadi keluhan yang berhubungan
dengan sistem muskuloskeletal yaitu nyeri otot, tubuh lemah dan kelemahan fisik
(Rampengan, 2008 : 48).
g.
Sistem Perkemihan
Didalam
perkemihan
dapat
terjadi
komplikasi
glumerulus,
nepritis,
pielonefritis dan ferinefritis sehingga klien mengeluh buang air kecil sedikit
(Mansyoer, 2001 : 424 ).
rumus
yang
dikutip
dari
Behrman,
1992
untuk
rumus
yang
dikutip
dari
Behrman,
1992
untuk
- 5-10 bulan
- 8-12 bulan
- 9-13 bulan
- 10-14 bulan
- 13-16 bulan
- 13-17 bulan
- > 2 tahun
mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan
ketergantungan pada orang tua.
Apabila anak stres selama dalam perawatan, orang tua menjadi stres pula, dan
stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin meningkat. Anak adalah bagian
dari kehidupan oarng tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang mengganggu
kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat stres. Dengan demikian, asuhan
keperawatan tidak bisa hanya berfokus pada anak, tetapi juga pada orang tuanya.
Intervensi yang paling penting dilakukan perawatan terhadap anak pada
prinsipnya untuk meminimalkan stresor, mencegah perasaan kehilangan, meminimalkan
rasa takut terhadap perlukaan dan nyeri, serta memaksimalkan manfaat perawatan di
rumah sakit. Hal yang harus diingat adalah bahwa bermain merupakan salah satu cara
yang efektif dalam mengatasi dampak hospitalisasi tersebut.
Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan
1)
Identitas klien
Biodata merupakan data mengenai identitas klien yang terdiri dari: nama,
umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
nomor rekam medik, diagnosa medis, tanggal pengkajian, penanggung jawab
klien meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan alamat dan hubungan dengan
klien.
2)
Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama menjelaskan keluhan yang terjadi saat dikaji. Biasanya
pada anak dengan demam typhoid orang tua klien mengeluh anaknya demam
lebih dari satu minggu.
b)
mengkaji apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien atau penyakit keturunan dan menular.
3)
Dapat dikaji mengenai riwayat kehamilan dan persalinan yaitu umur waktu
melahirkan, kondisi kesehatan ibu selama mengandung dan melahirkan, imunisasi
TT (Tetanus Toksoid) yang didapat, BB dan PB klien waktu lahir.
4)
5)
rumus
yang
dikutip
dari
Behrman,
1992
untuk
rumus
yang
dikutip
dari
Behrman,
1992
untuk
b. Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Pengkajian perkembangan yang digunakan anak usia 5 tahun dapat
dilakukan dengan menggunakan DDST (Denver Development Screning
Test).
6)
7)
Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum klien sewaktu dilakukan pengkajian, biasanya klien
tampak lemah.
b) Pemeriksaan Persistem
(1) Sistem Pernafasan
tubuh, selama minggu pertama suhu tubuh berangsur angsur naik setiap
hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi sore hari dan
malam hari.
(5) Sistem Persyarafan
Pada sistem persyarafan yang perlu dikaji kesadran klien, refleksrefleks. Pada klien demam typhoid kemungkinan ditemukan kesadaran
klien menurun yaitu apatis sampai somnolen apabila penyakitnya berat dan
terlambatnya pengobatan biasanya sampai terjadi stupor dan koma. Nilai
GCS kurang dari nilai normal yaitu 14.
Data Pengobatan
a)
b)
b. Analisa Data
Analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep
teori, prinsip asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi klien. Analisa data
dilakukan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang muncul. (Gaffar, 1999 : 60)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah
kesehatan aktual, potensial maupun resiko yang tujuannya mengidentifikasi : pertama;
adanya masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatan atau
penyakit, kedua; fakto-faktor yang berkontribusi atau penyebab adanya masalah, ketiga;
kemampuan klien mencegah atau menghilangkan masalah (Gaffar, 1999 : 61).
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien (anak usia pra
sekolah) dengan demam typhoid adalah :
a. Menurut Ngastiyah : 2005, Suriadi : 2006, A. Aziz Alimul Hidayat 2006
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada
nafsu makan, mual dan kembung
2) Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake
cairan, peningkatan suhu tubuh
b. Menurut Ngastiyah : 2005 dan A. Aziz Alimul Hidayat : 2006
1) Resiko tinggi komplikasi berhubungan dengan basil virulen.
c. Menurut Suriadi : 2006
1) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran
3. Perencanaan
Intervensi
Kaji
neurologis
status
1.
2.
Istirahatkan anak
hingga suhu tubuh dan
tanda-tanda vital stabil
3.
3.
Hindari aktivitas
yang berlebihan
1.
Observasi tandatanda
vital
paling
sedikit setiap 4 jam
1.
2.
Monitor
tandatanda
kekurangan
volume cairan : turgor
kulit
tidak
elastis,
produksi urin menurun,
membran
mukosa
kering, bibir pecahpacah
Observasi dan catat
intake dan output
Monitor pemberian
cairan melalui intravena
setiap jam
Berikan kompres
atau
dengan
tepid
sponge
2.
Berikan antibiotik
sesuai program
6.
3.
4.
5.
6.
3.
4.
5.
Rasional
Mengobsevasi
tingkat kesadaran dan
berguna jika telah
terjadi
komplikasi
pada susunan saraf
pusat
Membantu
dalam
proses
penyembuhan
dan
mencegah komplikasi
Meminimalkan
kelelahan
dan
penggunaan
energi
yang berlebihan
Perubahan tandatanda vital dapat
menunjukan adanya
proses peradangan
Deteksi
dini
terjadinya
kekurangan volume
cairan
sehingga
resiko tidak terjadi
Memonitor
intake output yang
adekuat
Berguna dalam
keefektipan
terafi
medik
Menurunkan
panas
melalui
evaforasi
dan
konduksi
Antibiotik dapat
menekan penyebaran
atau
perluasan
mikroorganisme
Resiko
tinggi
komplikasi
berhubungan
dengan
basil
virulen
Tujuan : Komplikasi tidak terjadi
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda
perdarahan
Tidak ada tanda-tanda
perporasi
Tidak ada tanda-tanda
pneumonia.
1.
Pantau tanda-tanda
vital, selidiki perubahan
tiba-tiba/penyimpangan
1.
2.
Lakukan istirahat
mutlak/tirah baring
2.
3.
Lakukan perubahan
sikap baringnya setiap 3
jam ; miring kanan
miring kiri
3.
4.
Berikan makanan
yang
cukup
mengandung cairan dan
kalori serta rendah serat
4.
1.
2.
1.
2.
6.
Pertahankan
kebersihan mulut
6.
1.
Kaji pengetahuan
keluarga
tentang
hipertermi
1.
3.
4.
5.
2.
Observasi
suhu,
Perubahan tibatiba/penyimpangan
tanda-tanda
vital
menunjukan adanya
komplikasi
Memudahkan
proses penyembuhan
dan
menghindari
komplikasi
Berbaring terus
menyebabkan
pneumonia
hipostatik, mengubah
sikap baring secara
teratur
mencegah
dekubitus
dan
melancarkan aliran
darah.
Mengurangi
kerja
usus
dan
memudahkan
absorpsi nutrisi serta
menghindari
perlukaan
Mengobservasi
penyimpangan dari
normal
dan
mempengaruhi
pilihan intervensi
Membantu
untuk
memenuhi kebutuhan
gizi yang dibutuhkan
untuk
proses
penyembuhan
3.
Untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
4.
Meminimalkan
anoreksia
dan
meningkatkan asupan
nutrisi
Membuat data dasar
dan membantu dalam
memantau
keefektifan
aturan
terapeutik
Mengurangi
rasa
tidak
enak
pada
mulut
5.
Sebagai
data
dasar
tentang
pengetahuan
yang
dimiliki
untuk
partisipasi
mendukung
proses
perawatan
normal
Suhu : 37,2 C
Nadi : 105 kali/menit
Respirasi
:
20-25
kali/menit
Tekanan Darah : 100/60
mmHg
nadi, tekanan
dan pernafasan
3.
4.
5.
Berikan
yang cukup
darah,
2.
minum
3.
Berikan kompres
air biasa dan lakukan
tepid sponge
Pakaikan baju yang
tipis dan menyerap
keringat
6.
Berikan
antipireksia
7.
Berikan
cairan
parenteral (IV) yang
adekuat
4.
5.
obat
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
Kurangnya
perawatan
diri
berhubungan dengan istirahat
total
Tujuan : Kebutuhan perawatan
diri terpenuhi
Kriteria hasil :
Anak dapat melakukan
aktivitas
sesuai
dengan
kondisi fisik dan tingkat
1.
2.
Tunjukan dorong
teknik mencuci tangan
dengan baik sebelum
dan sesudah kontak
dengan klien
Intruksikan dengan
anggota keluarga dan
pengunjung
untuk
mencuci tangan
Pembuangan feses
dan urine harus dibuang
kedalam WC
Batasi pengunjung
sesuai indikasi
Lakukan
isolasi/tempatkan klien
pada
ruangan
khusus/satukan dengan
penyakit yang serupa
Peningkatan
tanda-tanda
vital
merupakan
resiko
terjadinya
kurang
volume cairan yang
tidak terlihat
Untuk mengganti
cairan yang hilang
melalui
proses
hipertermi
Menurunkan
panas
melalui
evaporasi
dan
konduksi
Mencegah
penguapan
yang
berlebihan
karena
peningkatan
suhu
tubuh
Antipireksia
berguna
dalam
menurunkan panas
Mendukung
dalam
pemenuhan
cairan yang tidak
dapat masuk melalui
oral.
1.
Efektif
berarti
menurunkan
penyebaran
atau
penambahan infeksi
2.
Menurunkan
resiko
penyebaran
infeksi
3.
Penyebaran
infeksi
bersumber
dari feses/urine
Menurunkan
pemajanan terhadap
phatogen infeksi lain
Teknik isolasi di
perlukan
u/
mencegah
penyebaran/melindun
gi klien dari proses
infeksi lain
4.
5.
1.
Berguna dalam
memelihara rencana
tindakan
2.
Istirahat/tirah
baring selam sakit
dilakukan
untuk
mencegah komplikasi
dan
mendukung
perkembangan anak
Klien
bersih
nyaman.
dan
3.
4.
1.
2.
3.
angsur turun
Bantu
untuk
memenuhi kebutuhan
dasar anak
Libatkan
peran
keluarga
dalam
memenuhi kebutuhan
dasar anak
3.
4.
1.
Menurunkan rasa
cemas pada orang tua
2.
Mengurangi
kecemasan
3.
Adanya
orang
tua memberikan rasa
aman pada klien
Kekhawatiran
keluarga
mengenai
kondisi anak dan
pengobatan anak
Suatu
objek
mainan
dan
meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan yang
optimal
4.
4.
5.
Jelaskan
anak,
pengobatan
perawatan
kondisi
alasan
dan
Memberikan
rangsangan
sensorik
dan hiburan yang tepat
untuk
anak
sesuai
dengan
tahap
perkembangan
dan
kondisi
dalam
proses
penyembuhan
Untuk
meminimalkan
kelelahan
dan
memberi
rasa
nyaman pada klien
Meningkatkan
partisipasi
dan
kemandirian keluarga
dalam
perawatan
klien
5.
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan
klien yang meliputi tindakan-tindakan yang telah direncanakan oleh perawat maupun
hasil kolaborasi dengan tim lain. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan
asuhan keperawatan antara lain fasilitas peralatan yang dibutuhkan, kerjasama antar
perawat dan kerja sama dengan tim kesehatan lain yang terkait (Gaffar, 1999 : 67)
5. Evaluasi
Fase terakhir dari proses keparawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien sehingga dapat