Nama
Pendahuluan
Kawat tanah merupakan sistem pengaman pada jaringan distribusi tegangan menengah
dengan memasang kawat tanah (grounding) di atas kawat fasa, sehingga saat terjadi sambaran
petir maka petir akan mengenai kawat tanah yang terletak tepat diatas kawat fasa dan
tegangan lebih (surja) yang terjadi akan langsung ditanahkan. Pemasangan kawat tanah pada
jaringan distribusi tegangan menengah lebih dikhususkan pada daerah yang memiliki
kerapatan sambaran petir tinggi seperti daerah pantai maupun daerah persawahan selain itu
pada jaringan distribusi tegangan menengah karena panjang gawang berkisar antara 40
sampai 80 meter maka kawat tanah ditanahkan sekitar 3 sampai 4 gawang tetapi idealnya
setiap gawang kawat tanah harus ditanahkan sehingga potensial sepanjang kawat tanah
adalah nol (Hutauruk,1991). Penyulang Serangan merupakan saluran udara tegangan
menengah 20 kV yang melayani area Serangan dan sekitarnya. Pemasangan kawat tanah pada
penyulang Serangan bertujuan untuk mengamankan penyulang terhadap sambaran petir,
kawat tanah pada penyulang Serangan dipasang sepanjang 12,45 km, dimana pentanahan
kawat tanah pada penyulang Serangan yaitu sekitar 4 sampai 5 gawang. Untuk meningkatkan
efektivitas dari kawat tanah maka seharusnya tiap gawang pada penyulang ditanahkan
sehingga potensial sepanjang kawat tanah adalah nol. Dengan tidak adanya standar untuk
jarak pentanahan kawat tanah pada sistem distribusi tegangan menengah maka pada tugas
akhir ini akan dilakukan penelitian tentang jarak penempatan titik pentanahan kawat tanah
pada penyulang Serangan berdasarkan efektifitas dari kawat tanah untuk menyalurkan
gangguan surja petir ke tanah dan berdasarkan jumlah kemungkinan gangguan akibat
sambaran petir langsung maupun sambaran petir tidak langsung yang terjadi pada penyulang
Serangan.
Tinjauan Pustaka
Kawat tanah atau kawat perisai (shielding wire adalah kawat kawat pada saluran
transmisi yang ditempatkan diatas kawat fasa. Efisiensi perlindungan bertambah bila kawat
tanah semakin dekat kawat fasa. Bila sambaran kilat mengenai menara transmisi, arus yang
besar mengalir ke tanah dan sepasang gelombang berjalan merambat pada kawat tanah.
Gambar 1 Gelombang Berjalan pada Kawat Tanah yang disebabkan oleh Kilat
(Sumber : Hutauruk, 1991)
Gelombang e1 merambat pada kawat tanah dan gelombang induksi ek merambat pada kawat
fasa. Misalkan :
Z
Z11
Zkk
Z1k
= impedansi surja bersaman antara kawat tanah ekivalen dengan kawat fasa k
e1
ek
= arus menara
Untuk menentukan besar gelombang surja yang menyambar kawat tanah maka digunakan
rumus :
e=i. Z .(2.1)
Sehingga besar gelombang surja yang melalui kawat tanah serta untuk menentukan besarnya
arus pada menara maka digunakan rumus 2.2 dan 2.3.
e 1=
2 R Z 11
e ..(2.2)
2 ZR+Z 11 (R +Z )
e'1' e 1 +e '1
I= =
.. .(2.3)
R
R
Jadi seluruh gelombang pantulan dan terusan hanya tergantung dari
e1
. Bila
gelombang mula mencapai menara yang lain, gelombang surja akan dipantulkan dan
diteruskan menurut persamaan 2.23 dan 2.24. Gelombang pantulan yang sampai ke menara
pertama dari titik pantulan, dipantulkan kembali dan proses ini akan terjadi berulang ulang
seperti gambar dibawah ini :
ea1
dan
Z 11
. . ( 2.4)
2 RZ+ Z 11
Koefisien terusan pada menara 1 adalah :
2 RZ
. .( 2.5)
2 RZ+ Z 11
Jadi gelombang yang merambat ke kanan (atau ke kiri) dari menara 1 merupakan superposisi
dari gelombang pantulan dan gelombang terusan pada menara 1 adalah :
Z 112 RZ
e (2.6)
Z 11 +2 RZ 1
Perhitungan Gangguan Kilat Akibat Sambaran Langsung Pada Saluran dengan Kawat
Tanah
Tegangan lebih akibat sambaran kilat selain tergantung pada parameter kilat (arus
puncak dan waktu muka) juga dipengaruhi oleh jenis saluran dan tiang penopang. Jenis
saluran adalah saluran tanpa kawat tanah dan saluran dengan kawat tanah, dan jenis tiang
penopang. Pengaruh penambahan tingkat ketahanan isolasi dari kayu atau beton dapat
ditambahkan pada tingkat ketahan impuls isolasi dari isolator. Tahanan kontak tiang pada
tiang tiang yang diketanahkan mempengaruhi juga tegangan yang timbul pada isolator
saluran. Besar tahanan kontak ini berkisar antara 5 ohm sampai 50 ohm. Dalam perhitungan
dianjurkan menggunakan 5 ohm (Hutauruk, 1991). Pada saluran udara tegangan menengah
tidak semua tiang diketanahkan, tetapi selang 3 sampai 4 gawang, jadi disini dianggap semua
sambaran mengenai tiang, baik tiang yang diketanahkan
diketanahkan. Jumlah sambaran pada tiang yang diketanahkan diambil sama dengan jumlah
sambaran pada tiang yang tidak diketanahkan. Jadi sambaran ke kawat tanah dibagi dalam
dua golongan, sambaran pada tiang diketanahkan (50%) dan sambaran pada tiang tidak
diketanahkan (50%). Untuk pada tiang, kilat seolah olah menemui impedansi surja kawat
dan impedansi surja tiang terhubung parallel. Sehingga untuk menentukan besar impedansi
surja tiang dan surja kawat tanah adalah :
Z 11 =60 ln
Z =60 ln
( 2rh ) .. ..(2.29)
t
ht
r
+ 90 t 60 .. . .(2.30)
rt
ht
() ()
Dimana :
Z 11
ht
rt
Setelah kilat menyambar tiang, gelombang merambat pada tiang kedasar tiang. Pada
dasar tiang terjadi pantulan, dan gelombang pantulan ini merambat ke puncak tiang dimana
mengalami pantulan kembali. Jadi pada tiang terjadi pantulan ulang. Sebagaimana disebut
pada pasal yang lalu, besar tahanan kontak tiang yang diketanahkan diambil 5 ohm dan
tahanan kontak tiang yang tidak diketanahkan sangat besar, beberapa ratus sampai ribuan
ohm. Sebagai harga rata rata disarankan menggunakan 100 ohm untuk tiang besi dan 500
ohm untuk tiang beton.
Jadi jumlah gangguan karena sambaran kilat langsung pada kawat tanah adalah :
N t =N FL
0.015 IKL ( b+ 4 h
Dimana
1,09
(
)e (
V 50
R+ ht ) 34
) (2.36)
probabilitas peralihan dari lompatan api menjadi bsur api yang menyebabkan
N t 1+ N t 2
.( 2.37)
2
Keterangan :
NL
Nt
Perhitungan Gangguan Kilat Akibat Sambaran Induksi pada Saluran dengan Kawat
Tanah
Bila petir menyambar daerah sekitar saluran makan akan terinduksikan tegangan akibat
sambaran petir tersebut ke saluran untuk menentukan jumlah gangguan akibat sambaran petir
tidak langsung adalah :
V
h )
(
e 510
N i=30,6 IKL FP h
50
V 50
0,09
.. .( 2.49)
Keterangan :
N FL
Ni
Vi
dan
30 I 0 h
...(2.45)
y
FP=1
Z 12=60 ln
Z 12 h2
..(2.46)
2 R +Z 22 h1
b12
. ..(2.47)
a12
( )
Dimana :
V i= tegangan induksi (kV)
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi dengan melakukan pencarian
data yang berhubungan dengan pembahasan tentang penempatan titik pentanahan kawat tanah
pada penyulang Serangan dan Penelaahan kepustakaan dengan membaca literatur- literatur
yang berkaitan dengan teori gelombang berjalan pada sistem tenaga listrik serta proteksi surja
pada jaringan distribusi 20 kV menggunakan kawat tanah. Untuk alur analisis data dari
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Perhitungan efektifitas kawat tanah untuk menyalurkan tegangan surja ke tanah
berdasarkan teori gelombang berjalan untuk masing masing skenario dimana
digunakan waktu total yang dibutuhkan oleh tegangan pada kawat tanah mecapai nilai 0
kV maka digunakan persamaan 2.21 adalah:
2 R Z 11
e 1=
e
2 ZR+Z 11 (R +Z )
Untuk menentukan Besar koefisien pantulan dan terusan untuk masing masing tiang
d 1=
Z 11 2 RZ
Z11 + 2 RZ
2 RZ
2 RZ + Z11
Untuk menentukan koefisien pantulan pada titik selanjutnya digunakan persamaan 2.25
adalah :
a2=a3=
Z 11
2 RZ + Z11
Untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh tegangan yang merambat pada kawat
tanah menuju ke titik selanjutnya yang ditanahkan maka digunakan persamaan 2.2
adalah :
t=
x
v
( V510 h )
50
0,09
V 50
1,09
(
)e (
V 50
R+ ht ) 34
3. Menentukan pembobotan dan skor untuk masing masing parameter pada penyulang
Serangan serta menentukan skor untuk masing masing skenario jarak penempatan
titik pentahanan kawat tanah menggunakan metode skoring dan pembobotan
4. Menentukan jarak titik pentanahan kawat tanah yang efektif pada penyulang Serangan
berdasarkan skor yang paling besar setelah dilakukan skoring pada masing masing
skenario dan penerapannya pada penyulang Serangan.
efektifnya kawat tanah ditanahkan maka akan dilakukan analisa untuk masing masing
skenario dengan menggunakan parameter efektifitas kawat tanah berdasarkan waktu yang
dibutuhkan oleh tegangan yang merambat pada kawat tanah mencapai nilai 0 kV serta jumlah
kemungkinan gangguan akibat sambaran petir langsung dan sambaran petir tidak langsung
yang terjadi pada penyulang tersebut.
Untuk mendapatkan jarak yang efektif maka digunakan 5 skenario dimana dapat dilihat
jarak masing masing skenario pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jarak untuk masing masing skenario penempatan
titik pentanahan kawat tanah pada penyulang Serangan
Skenario
1
2
3
4
5
Jarak (gawang)
6 7 gawang
5 6 gawang
4 5 gawang
3 4 gawang
2 3 gawang
Pada analisa jarak antar gawang pada penyulang Serangan diasumsikan sama yaitu 50
m karena panjang pemasangan kawat tanah adalah sepanjang 12,45 meter dengan jumlah
tiang sebanyak 248 tiang sehingga bila dirata ratakan panjang gawang adalah 50 m serta
besar arus kilat yang menyambar pada kawat tanah diasumsikan 60 kA dengan muka
gelombang kilat yaitu 2
det
sering terjadi dengan prosentase terjadi untuk arus kilat 60 kA adalah 90% dan muka
gelombang 2
det
penyulang Serangan adalah tiang beton dengan panjang 12 m dimana ditanam sedalam 2 m,
sehingga total tinggi tiang dari atas tanah 10 m dan ditambah dengan tinggi tiang penyangga
kawat tanah yaitu 1,60 m, sehingga total tinggi kawat tanah dari atas tanah adalah 11,60 m,
sementara untuk tahanan kontak tiang yang ditanahkan digunakan 5 karena dalam analisa
dianjurkan menggunakan 5 ohm (Hutauruk,1991).
Pada analisa diberikan contoh analisa untuk efektifitas kawat tanah dan jumlah
kemungkinan gangguan akibar sambaran petir langsung dan tidak langsung untuk masing
masing scenario yaitu pada scenario 1 dengan jarak 6 7 gawang sehingga dapat dijelaskan
hasil dari analisa efektifitas kawat tanah yaitu menggunakan diagram tangga efektifitas kawat
tanah untuk scenario 1 pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.5 Pemodelan tegangan terusan dan tegangan pantulan yang merambat pada kawat tanah
menggunakan diagram tangga untuk skenario 1 (6 7 gawang)
Pada pemodelan dengan diagram tangga, petir menyambar pada tiang 1 dan tegangan
yang merambat akan menuju ke tiang 8 dengan jarak tiang yang ditanahkan yaitu 350 meter
det
serta waktu yang dibutuhkan untuk tegangan sampai ke tiang 8 yaitu 1,16
sehingga
pada tiap tiap sesi, waktu untuk mencapai tiang selanjutnya yang ditanahkan adalah
kelipatan dari waktu untuk mencapai tiang selanjutnya yang ditanahkan, dimana pada saat
tegangan yang merambat dari tiang 1 dan tiang 15 mencapai tiang 8 maka tegangan tersebut
akan dipantulkan dan juga diteruskan ke tiang tersebut sementara bila tegangan yang
merambat dari tiang 8 mencapai tiang 1 dan tiang 15 maka tegangan tersebut hanya akan
dipantulkan ke tiang 8 sehingga proses ini akan terjadi terus menerus sampai tegangan yang
merambat pada kawat tanah mencapai tegangan 0 kV. Sehingga Pada gambar diagram tangga
dapat dilihat proses tegangan pantulan dan tegangan terusan yang terjadi, dimana setiap
tegangan yang merambat pada kawat tanah saat mencapai tiang yang ditanahkan maka
tegangan tersebut akan semakin kecil sehingga proses ini akan terus berlangsung sampai
tegangan yang merambat pada kawat tanah mencapai nilai tegangan 0 kV, karena pada
awalnya kawat tanah memang tidak bertegangan atau tegangan pada kawat tanah adalah 0 kV
maka berdasarkan perhitungan pada tabel 4.2 dan pemodelan tegangan yang merambat pada
kawat tanah menggunakan diagram tangga pada gambar 4.5 didapatkan waktu total yang
dibutuhkan oleh tegangan yang merambat pada kawat tanah akibat sambaran petir mencapai
tegangan 0 kV untuk skenario 1 dengan jarak 6 7 gawang adalah 28,89
det .
Selanjutnya untuk jumlah gangguan akibat sambaran petir langsung dan tidak langung
dapat dihitung menggunakan persamaan pada tinjauan pustaka dimana sekilas dapat dilihat
pada bagian berikut :
Banyaknya jumlah kemungkinan gangguan akibat sambaran petir tidak langsung dan
sambaran petir langsung pada penyulang Serangan tergantung dari jumlah hari guruh yang
terjadi di Denpasar per tahun, dimana hari guruh per tahun diukur menggunakan IKL
(Isokeraunik Lever). Berdasarkan data yang didapat dari Stasiun Geofisika Sanglah besar IKL
untuk wilayah Denpasar pada tahun 2014 yaitu 17,8 % sehingga perhitungan jumlah
kemungkinan gangguan akibat sambaran petir tidak langsung dan sambaran petir langsung
pada penyulang Serangan dapat dilihat pada bagian dibawah ini.
1) Jumlah kemungkinan gangguan akibat sambaran petir tidak langsung (
Ni
N FL
Ni
lompatan api menjadi busur api ( ) dimana untuk menentukan jumlah kemungkinan
lompatan api (
N FL
V
( 50 )
dan faktor perisai dari kawat tanah maka untuk menentukan jumlah kemungkinan gangguan
akibat sambaran petir tidak langsung dapat dilihat sebagai berikut :
Jumlah lompatan api yang terjadi yaitu :
( 510.V FP ). h
50
0,09
V 50
160kV
( 510.0,78
). 11,60m
30,6.17,8.0,78 .11,60 m
0,09
160 kV
N FL
menggunakan
Nt
Sambaran petir langsung pada SUTM diasumsikan akan menyambar pada tiang yang
ditanahkan maupun tiang yang tidak ditanahkan sehingga sambaran langsung pada tiang yang
ditanahkan diambil 50 % dan sambaran langsung pada tiang yang tidak ditanahkan 50 %
dengan diambil tahanan kontak tiang beton yang ditanahkan yaitu 5 dan tahanan kontak
tiang beton yang tidak ditanahkan yaitu 500 (Hutauruk, 1991), sehingga perhitungannya
menjadi :
a. Pada tiang yang ditanahkan (
Nt1
N FL
jumlah
Nt1
N FL
PFL
NL
) dan probabilitas
N FL
N FL =N L P FL
17 sambaran/ 100 km/ tahun. 0,58
10 lompatan api/ 100 km/ tahun
Sehingga untuk menentukan jumlah gangguan akibat sambaran petir langsung pada
N
( t 1)
Nt1
N t 1=N FL .
10 lompatan api/100km/tahun. 0,5
5 gangguan/ 100 km/ tahun
Nt2
N FL
Nt2
N FL
dimana jumlah
NL
) dan
N FL
N FL =N L P FL
17 sambaran/ 100 km/ tahun. 0,99
17 lompatan api/ 100 km/ tahun
Sehingga untuk menentukan jumlah gangguan akibat sambaran petir langsung pada
N
( t 2)
adalah :
N t 2=N FL .
17 lompatan api/100km/tahun. 0,5
9 gangguan/ 100 km/ tahun
Karena sambaran petir langsung pada SUTM diasumsikan akan menyambar pada tiang
yang ditanahkan maupun tiang yang tidak ditanahkan sehingga sambaran langsung pada tiang
yang ditanahkan diambil 50 % dan sambaran langsung pada tiang yang tidak ditanahkan 50
% sehingga jumlah gangguan total akibat sambaran petir langsung
menggunakan persamaan 2.37 adalah :
Nt=
N t 1+N t 2
2
5+ 9
2
Nt
dapat dihitung
Sehingga jumlah kemungkinan gangguan akibat sambaran petir langsung yang terjadi
pada penyulang Serangan untuk skenario 1 dengan jarak 6 7 gawang adalah
Skenari
o
Efektifitas
Jumlah Gangguan
Jumlah Gangguan
kawat
Akibat Sambaran
tanah
Tidak Langsung
Petir Langsung
tahun)
9
9
9
8
8
tahun)
7
7
7
6
6
( det )
1
2
3
4
5
28,89
25
20,75
16,5
12,5
Untuk langkah selanjutnya setelah didapatkan hasil perhitungan untuk semua skenario
maka akan dilakukan pemberian skor dan pembobotan untuk masing masing skenario
dengan metode skoring dan pembobotan sehingga didapatkan jarak penempatan titik
pentanahan kawat tanah yang efektif pada penyulang Serangan.
Penentuan besar bobot untuk tiap parameter akan dilakukan berdasarkan parameter
yang paling penting untuk penempatan titik pentanahan kawat tanah pada penyulang
Serangan dimana untuk parameter efektifitas akan diberi bobot 50 % karena efektifitas sangat
berperan dalam jumlah gangguan yang akan terjadi pada saluran dimana semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk merambatkan tegangan pada kawat tanah ke tanah maka akan dapat
mengakibatkan semakin banyak jumlah kemungkinan gangguan yang akan terjadi pada
saluran. Untuk parameter jumlah kemungkinan gangguan akibat sambaran petir langsung
akan diberi bobot 20 % dan jumlah kemungkinan gangguan akibat sambaran petir tidak
langsung akan diberi bobot 30 %.
No
1
2
Parameter
Efektifitas kawat tanah
Jumlah gangguan akibat sambaran petir tidak
Pembobotan (%)
50 %
30 %
langsung
3 Jumlah gangguan akibat sambaran petir langsung
20 %
Setelah dilakukan pembobotan untuk tiap parameter maka selanjutnya akan
ditentukan skor yang akan diberikan untuk tiap parameter penempatan titik pentanahan kawat
tanah pada penyulang Serangan dimana diambil range skor untuk tiap skenario yaitu 5 100
sehingga untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5, 4.6 dan 4.7.
Tabel 4.5 Skor parameter efektifitas kawat tanah pada penyulang Serangan
No
1
2
3
4
5
Waktu t ( det)
t < 12
12 t <17
17 t < 22
22 t < 27
27 t
Skor
100
75
50
25
5
Tabel 4.6 Skor parameter jumlah gangguan akibat sambaran petir langsung
pada penyulang Serangan
No
Jumlah gangguan ( N t )
Nt
<7
Skor
100
Nt
<9
75
Nt
< 11
50
11
Nt
< 13
25
13
Nt
Tabel 4.7 Skor parameter jumlah gangguan akibat sambaran petir tidak langsung
pada penyulang Serangan
No
Jumlah gangguan (N i)
Nt
<7
Skor
100
Nt
<9
75
Nt
< 11
50
11
Nt
< 13
25
13
Nt
Setelah dilakukan pembobotan dan skoring pada tiap parameter maka selanjutnya akan
dilakukan penilaian untuk hasil analisa masing masing skenario penempatan titik
pentanahan kawat tanah pada penyulang Serangan.
1. Skenario 1 (6 7 gawang )
Pada hasil analisa didapatkan efektifitas kawat tanah yaitu 28,89
det , jumlah
gangguan akibat sambaran petir langsung yaitu 7 Gangguan/ 100 km/ tahun dan jumlah
gangguan akibat sambaran petir tidak langsung yaitu 9 Gangguan/ 100 km/ tahun sehingga
penilaian untuk skenario 1 dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil penilaian untuk skenario 1 dengan jarak 6 7 gawang
No
1
Parameter
Efektifitas
kawat
tanah
Jumlah
gangguan
Hasil Perhitungan
28,89 det
Skor
5
Bobot
50 %
Hasil
2,5
9 Gangguan/ 100
50
30 %
15
75
20 %
15
km/ tahun
tidak langsung
Jumlah
gangguan
7 Gangguan/ 100
km/ tahun
langsung
Total Skor
32,5
Setelah dilakukan penilaian untuk skenario 1 berdasarkan skoring dan pembobotan yang
dilakukan pada tiap parameter sehingga didapatkan skor untuk skenario 1 adalah 32,5.
2. Skenario 2 (5 6 gawang )
Pada hasil analisa didapatkan efektifitas kawat tanah yaitu 25
det , jumlah
gangguan akibat sambaran petir langsung yaitu 7 Gangguan/ 100 km/ tahun dan jumlah
gangguan akibat sambaran petir tidak langsung yaitu 9 Gangguan/ 100 km/ tahun sehingga
penilaian untuk skenario 2 dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil penilaian untuk skenario 2 dengan jarak 5 6 gawang
No
1
Parameter
Efektifitas
kawat
tanah
Jumlah
gangguan
Hasil Perhitungan
25 det
Skor
25
Bobot
50 %
Hasil
12,5
9 Gangguan/ 100
50
30 %
15
km/ tahun
tidak langsung
Jumlah
gangguan
7 Gangguan/ 100
km/ tahun
75
20 %
15
langsung
Total Skor
42,5
Setelah dilakukan penilaian untuk skenario 2 berdasarkan skoring dan pembobotan yang
dilakukan pada tiap parameter sehingga didapatkan skor untuk skenario 2 adalah 42,5.
3. Skenario 3 (4 5 gawang )
Pada hasil analisa didapatkan efektifitas kawat tanah yaitu 20,75
det , jumlah
gangguan akibat sambaran petir langsung yaitu 7 Gangguan/ 100 km/ tahun dan jumlah
gangguan akibat sambaran petir tidak langsung yaitu 9 Gangguan/ 100 km/ tahun sehingga
penilaian untuk skenario 3 dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil penilaian untuk skenario 3 dengan jarak 4 5 gawang
No
1
Parameter
Efektifitas
kawat
tanah
Jumlah
gangguan
Hasil Perhitungan
20,75 det
Skor
50
Bobot
50 %
Hasil
25
9 Gangguan/ 100
50
30 %
15
75
20 %
15
km/ tahun
tidak langsung
Jumlah
gangguan
7 Gangguan/ 100
km/ tahun
langsung
Total Skor
55
Setelah dilakukan penilaian untuk skenario 3 berdasarkan skoring dan pembobotan yang
dilakukan pada tiap parameter sehingga didapatkan skor untuk skenario 3 adalah 55.
4. Skenario 4 (3 4 gawang )
Pada hasil analisa didapatkan efektifitas kawat tanah yaitu 16,5
det , jumlah
gangguan akibat sambaran petir langsung yaitu 6 Gangguan/ 100 km/ tahun dan jumlah
gangguan akibat sambaran petir tidak langsung yaitu 8 Gangguan/ 100 km/ tahun sehingga
penilaian untuk skenario 4 dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hasil penilaian untuk skenario 4 dengan jarak 3 4 gawang
No
Parameter
Hasil Perhitungan
Skor
Bobot
Hasil
Efektifitas
tanah
Jumlah
kawat
gangguan
16,5
det
8 Gangguan/ 100
km/ tahun
tidak langsung
Jumlah
gangguan
6 Gangguan/ 100
km/ tahun
75
50 %
37,5
75
30 %
22,5
100
20 %
20
langsung
Total Skor
80
Setelah dilakukan penilaian untuk skenario 4 berdasarkan skoring dan pembobotan yang
dilakukan pada tiap parameter sehingga didapatkan skor untuk skenario 4 adalah 80.
5. Skenario 5 (2 3 gawang )
Pada hasil analisa didapatkan efektifitas kawat tanah yaitu 12,5
det , jumlah
gangguan akibat sambaran petir langsung yaitu 6 Gangguan/ 100 km/ tahun dan jumlah
gangguan akibat sambaran petir tidak langsung yaitu 8 Gangguan/ 100 km/ tahun sehingga
penilaian untuk skenario 4 dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil penilaian untuk skenario 5 dengan jarak 2 3 gawang
No
1
Parameter
Efektifitas
kawat
tanah
Jumlah
gangguan
Hasil Perhitungan
12,5 det
Skor
75
Bobot
50 %
Hasil
37,5
8 Gangguan/ 100
75
30 %
22,5
100
20 %
20
km/ tahun
tidak langsung
Jumlah
gangguan
6 Gangguan/ 100
km/ tahun
langsung
Total Skor
80
Setelah dilakukan penilaian untuk skenario 5 berdasarkan skoring dan pembobotan yang
dilakukan pada tiap parameter sehingga didapatkan skor untuk skenario 5 adalah 80.
Untuk lebih jelasnya hasil analisa pada masing masing skenario maka didapatkan
hasil skor untuk masing masing skenario dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut :
Tabel 4.13 Perbandingan skor untuk masing masing skenario
50 %
Parameter Penilaian
30 %
20 %
Total
skor
Gangguan
Skenario
Efektifitas
skor
(det)
1
2
3
4
5
28,89
25
20,75
16,5
12,5
5
25
50
75
75
akibat
Gangguan
skor
akibat
sambaran
sambaran
petir
petir tidak
langsung
7
7
7
6
6
langsung
9
9
9
8
8
75
75
75
100
100
skor
50
50
50
75
75
32,5
42,5
55
80
80
Dapat dilihat pada tabel 4.13 total skor yang paling besar adalah 80 yaitu pada skenario
4 dengan jarak 3 4 gawang dan skenario 5 dengan jarak 2 3 gawang sehingga untuk jarak
efektif penempatan titik pentanahan kawat tanah pada penyulang Serangan dipilih pada
skenario 4 yaitu dengan jarak 3 4 gawang. Keputusan ini dipilih karena dilihat dari aspek
ekonomis, semakin panjang jarak kawat tanah ditanahkan maka biaya yang diperlukan untuk
penggunaan bahan maupun pemasangan kawat tanah akan lebih murah tetapi tidak
menurunkan efektifitas proteksi dari kawat tanah sebagai alat proteksi petir pada sistem
distribusi tegangan menengah. Pada skenario 4 didapatkan skor yang sama dengan skenario 5
selain itu pada parameter jumlah kemungkinan gangguan akibat sambaran petir langsung dan
sambaran petir tidak langsung didapatkan jumlah gangguan yang sama sehingga untuk lebih
efektif dari aspek ekonomis tetapi tidak mengurangi efektifitas pada kawat tanah maka dipilih
untuk jarak efektif penempatan titik pentanahan kawat tanah pada penyulang Serangan yaitu
pada skenario 4 dengan jarak 3 4 gawang.
Setelah ditentukan jarak yang efektif untuk penempatan titik pentanahan kawat tanah
pada penyulang Serangan yaitu pada skenario 4 dengan jarak 3 4 gawang maka akan
ditentukan penerapannya pada penyulang Serangan. Pada analisa diasumsikan rata rata
panjang gawang yaitu 50 m sehingga untuk skenario 4 diambil jarak maksimal untuk jarak
penempatan titik pentanahan kawat tanah adalah 4 gawang dengan panjang 200 m sehingga
bila ditanahkan dengan jarak 4 gawang diperoleh panjangnya melebihi dari 200 m maka jarak
titik yang ditanahkan diambil 3 gawang tetapi bila ditanahkan 4 gawang panjangnya tidak
melebihi dari 200 m maka jarak titik yang ditanahkan diambil 4 gawang sehingga inti dari
jarak penempatan titik pentanahan kawat tanah untuk skenario 4 dengan jarak 3 4 gawang
ini tidak melebihi jarak maksimal yang sudah ditentukan pada analisa yaitu 4 gawang dengan
panjang 200 m.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab IV maka dapat disimpulkan yaitu
berdasarkan analisa yang dilakukan menggunakan metode skoring dan pembobotan diperoleh
skor yang paling besar yaitu pada skenario 4 dan skenario 5 dengan skor sama yaitu 80
sehingga untuk jarak efektif penempatan titik pentanahan kawat tanah pada penyulang
Serangan dipilih pada skenario 4 dengan jarak 3 - 4 gawang. Pemilihan skenario 4 sebagai
jarak efektif karena dilihat dari aspek ekonomis, semakin panjang jarak titik kawat tanah
ditanahkan maka biaya yang diperlukan untuk penggunaan bahan maupun pemasangan kawat
tanah akan lebih murah sehingga antara skenario 4 dengan jarak 3 4 gawang dan skenario 5
dengan jarak 2 3 gawang dipilih skenario 4 karena lebih efektif dari aspek ekonomis.
Penerapan skenario 4 pada penyulang Serangan yaitu dengan tidak melebihi jarak maksimal
untuk skenario 4 yang telah ditentukan pada analisa yaitu 4 gawang dengan panjang 200
meter.
DAFTAR PUSTAKA
Hutauruk, T.S. 1991. Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja. Jakarta : Erlangga.
PT PLN (Persero) Area Distribusi Bali. 2011. Konstruksi Pemasangan Kawat Tanah pada
Daerah Serangan. Denpasar : PT. PLN (Persero) Distribusi Bali.
PT PLN (Persero) Distribusi Bali Area Bali Selatan. 2011. Sistem Konstruksi Jaringan
Distribusi Tegangan Menengah. Denpasar : PT. PLN (Persero) Distribusi Bali.
PT PLN (Persero). 1981. SPLN 41-8. Hantaran Aluminium Campuran (ACCC). Jakarta :
Departemen Energi Perusahaan Umum Listrik Negara.
PT PLN (Persero). 1991. SPLN 93. Tiang Beton Pratekan untuk Jaringan Distribusi. Jakarta :
Departemen Energi Perusahaan Umum Listrik Negara.
Rusmana, I.W.A. 2013. Studi Pengaruh Pemasangan Kawat Tanah dan Arrester untuk
Melindungi Saluran Distribusi Tegangan Menengah Akibat Surja Petir (tugas akhir).
Denpasar : Universitas Udayana.
Stasiun Geofisika Sanglah. 2014. Data Isokeraunic Level Wilayah Denpasar dan Sambaran
Petir Wilayah Pulau Serangan Tahun 2014. Denpasar : Balai Besar Wilayah III
Denpasar.
Sukmawan, M.H. 2013. Analisis Pengaruh Pemasangan Kawat Tanah Akibat Gangguan
Surja Petir pada Penyulang 20 kV (tugas akhir). Denpasar : Universitas Udayana.
Suryawan, N.A. 2012. Studi Energi Terselamatkan Dari Pemanfaatan Under Medium
Voltage Lines Ground Wire pada PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Jaringan Bangil
Pasuruan (tesis). Denpasar : Universitas Udayana.
Suswanto, D. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Edisi Pertama. Padang : Universitas
Negeri Padang.