PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda
dengan anak-anak normal. Anak dengan reardasi mental mempunyai
keterlambatan dan keterbatasan dalam semua area perkembangan sehingga
mereka mengalami kesulitan untuk memiliki kemampuan dalam merawat diri
sendiri dan cenderung memiliki ketergantungan dengan lingkungan terutama
pada orang tua dan saudara-saudaranya.
Untuk mengurangi ketergantungan dan keterbatasan akibat kelainan yang
diderita anak retardasi mental, menumbuhkan kemandirian hidup dalam
bermasyarakat dan kemandirian dalam merawat diri sendiri tanpa bantuan
orang lain dapat dilakukan dengan pendidikan khusus, latihan-latihan,
memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang kegiatan kehidupan seharihari (Activity Daily Living/ADL) (Effendi, 2008).
Keberhasilan anak berkelainan dalam meniti tugas perkembangannya
tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,
khususnya kedua orang tua. Dalam membimbing dan mendidik anaknya orang
tua dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pendidikan (Wong
dalam Supartini, 2004)). Pendidikan adalah salah satu yang mempengaruhi
pola pikir dan pandangan orang tua dalam mengasuh, membimbing dan
mendidik anaknya sehingga mempengaruhi kesiapan orang tua untuk
1
BAB II
BAB PEMBAHASAN
A. Definisi Retardasi Mental
Menurut International Stastistical Classification of Diseases and
Related Health Problem (ICD-10), retardasi mental adalah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
ditandai oleh adanya keterbatasan (impairment) keterampilan (kecakapan,
sosial/interpersonal,
penggunaan
sumber
komunitas,
Association
on
Mental
Retardation
(AAMR)
disabilitas
pendidikan,
sikap
(misalnya
dari
panca-indera),
caregiver
dan
tersedianya
stimulasi
yang
sarana
diberikan
(Kusumawardhani, 2013).
B. Kriteria Diagnostik Retardasi Mental
Kriteria Diagnostik untuk retardasi mental menurut DSM-IV-TR (2004)
adalah:
1. Fungsi intelektual secara signifikan: IQ lebih kurang 70 atau dibawah
pada seorang individu melakukan tes IQ.
2. Kekurangan yang terjadi bersamaan atau hendaya yang muncul pada
fungsi adapatif (keefektifan seseorang dalam memenuhi standar yang
diharapkan untuk usianya oleh kelompok masyarakat) dalam minimal dua
dari bidang berikut: komunikasi, perawatan diri, pemenuhan kebutuhan
hidup, kemampuan sosial/interpersonal, penggunaan sumber komunitas,
kemandirian, kemampuan fungsi akademik, pekerjaan, waktu luang,
kesehatan, keamanan.
3. Terjadi sebelum umur 18 tahun
5
kelainan
neurologik,
yang
mengakibatkan
retardasi
11
hiperaktif
yang
membuat
temannya
merasa
12
dengan
sindrom
Prader-Willi
yaitu
kromosom
15,
14
atau
menurunkan
kondisi
yang
menyebabkan
15
16
17
yang
berlebihan,
pengalihan
(displacement),
nakal
18
19
20
21
diri,
kerumahtanggaan,
ketrampilan
sosial, penggunaan
sarana-sarana
terdiri
atas
evaluasi
komprehensif
mengenai
23
tidak simetris)
2. Rambut
sempurna
Tangan
24
Kognitif
Tujuan :
Agar proses berfiki kognitif dapat teratasi.
Mempertahankan atau melakukan kembali orientasi mental dan
realisasi biasanya.
Intervensi :
1. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak
2. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi
25
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya
keterbatasan (impairment) keterampilan (kecakapan, skills) selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat inteligensia
yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Retardasi mental
dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik
lainnya. Prevalensi dari gangguan jiwa lainnya sekurang-kurangnya tiga
sampai empat lipat pada populasi ini dibanding dengan populasi umum.
Secara umum dapat disimpulkan kondisi emosi anak Retardasi
Mental tergantung pada seberapa berat retardasi mental yang diderita.
Anak dengan retardasi mental ringan kondisi emosinya hampir sama
dengan kondisi emosi anak normal, anak retardasi mental ringan kondisi
emosinya terbatas pada emosi yang sederhana. Sedangkan anak retardasi
berat emosinya sudah mulai sulit terkontrol hal ini disebabkan pula karena
hubungan sosial yang terganggu.
27
B. Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa/mahasiswi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Pangkal Pinang.
Untuk kedepannya
diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih baik lagi dalam
pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
28
29