Anda di halaman 1dari 50

A.

MAMALIA
1.

Banteng Jawa (Bos javanicus)


Klasifikasi
Regnum

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Artiodactyla

Famili

Bovidae
Genus
Spesies

: Bos
: Bos

javanicus
Deskripsi :
Hewan ini mempunyai bentuk dan ukuran mirip sapi, dengan
panjang tubuh 108-200 cm, tinggi pundak 130-170 cm. Berat tubuhnya
dapat mencapai 900 kg. Beberapa ciri yang membedakan dengan sapi
lokal yaitu antara lain warna kulit dan rambut banteng betina selalu
coklat kemerahan dan jantan berwarna hitam. Baik jantan maupun betina,
kulit dan rambut di bagian kaki bawah berwarna putih. Banteng jantan
mempunyai tanduk yang selalu menghadap ke arah atas atau sedikit
condong ke depan, sedangkan betina hampir semua tumbuh kearah
belakang.
Musim kawin banteng dari lokasi yang berbeda selalu berlainan.
Anak yang dilahirkan selalu 1 ekor. Anak banteng menjadi dewasa
setelah berumur 2-3 tahun. Selama musim penghujan satwa ini memakan
rebung, dedaunan dan pada musim kemarau menyukai merumput di
padang rumput atau hutan terbuka. Satwa ini Tersebar di Pulau Jawa.

Status: Belum Terncam.


2. Macan Tutul (Panthera pardus)
Klasifiksi
Kingdom : Animalia
Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Carnivora

Familia

: Felidae

Genus

: Panthera

Spesies

: Panthera pardus

Deskripsi :
Macan tutul adalah salah satu dari empat kucing besar. Hewan ini
dikenal juga dengan sebutan harimau dahan karena kemampuannya
memanjat. Pada mulanya, orang berpikiran bahwa macan tutul adalah
hibrida dari singa dan harimau, sehingga muncul nama "leopard" di
kalangan peneliti Eropa awal. Macan tutul jawa (P. p. melas) adalah
fauna identitas Jawa Barat dan termasuk hewan yang terancam punah di
Indonesia.
Macan tutul berukuran besar, dengan panjang tubuh antara satu
sampai dua meter. Spesies ini pada umumnya memiliki bulu berwarna
kuning kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna hitam. Bintik hitam
dikepalanya berukuran lebih kecil. Macan tutul betina serupa, dan
berukuran lebih kecil dari jantan.
Daerah sebaran macan tutul adalah di benua Asia dan Afrika.
Spesies ini sempat dianggap memiliki banyak anakjenis (lebih dari 30
subspesies) yang ditemukan di segala macam habitat, mulai dari hutan
tropis, gurun, savanah, pegunungan dan daerah pemukiman, namun
sekarang direduksi menjadi hanya sembilan setelah dilakukan pengujian
molekuler.

Macan Tutul adalah hewan penyendiri, yang saling menghindari


satu sama lain. Spesies ini lebih aktif di malam hari. Karena tingkat
kematian anak yang tinggi, betina biasanya mempunyai satu sampai dua
anak, yang tinggal bersama induknya sampai macan muda berumur
sekitar antara satu setengah sampai dua tahun.
Macan Tutul merupakan pemburu oportunitis, yang menggunakan
segala kesempatan untuk mendapatkan mangsanya. Mereka memakan
hampir segala mangsa dari berbagai ukuran. Mangsa utamanya terdiri
dari aneka hewan menyusui, binatang pengerat, ikan, burung, monyet dan
binatang-binatang lain yang terdapat disekitar habitatnya.
Pada umumnya, Macan Tutul menghindari manusia. Namun
macan yang kurang sehat, kelaparan atau terluka sehingga tidak dapat
berburu mangsa yang biasa, dapat memangsa manusia. Ada peristiwa
mengenai seekor Macan Tutul jantan di Rudraprayag memangsa lebih
dari 125 jiwa, dan seekor Macan Tutul betina yang disebut "Macan Tutul
Panar" memangsa lebih dari 400 jiwa pada awal abad ke-20 di India.
Beberapa subspesies dari Macan Tutul seperti Macan Kumbang dari
Indonesia terancam punah, namun secara umum Macan Tutul
dievaluasikan sebagai Beresiko Rendah di dalam IUCN Red List.
3. Harimau Sumtra (Panthera tigris)
Klasifikasi
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Carnivora

Famili

Spesies

Felidae
Genus

: Panthera

tigris
:

Panthera

Deskripsi
Harimau sumatera adalah subspesies harimau terkecil.
Harimau sumatera mempunyai warna paling gelap di antara
semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran
lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau sumatera
jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut
atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan
berat 300 pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari
jantan dewasa dapat mencapai 60 cm. Betinanya rata-rata
memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200
pound atau sekitar 91 kg. Belang harimau sumatera lebih tipis
daripada subspesies harimau lain. Warna kulit harimau sumatera
merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari
kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga
punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies
lain,

terutama

harimau

jantan.

Ukurannya

yang

kecil

memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela


jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat.
Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama

bila

binatang

buruan

tersebut

lambat

berenang.

Bulunya

berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.


Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera.
Kucing besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran
rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat
yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar
alam dan taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah
lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang
250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia.
Harimau sumatera mengalami ancaman kehilangan habitat
karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran
rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam
pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan
komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan
pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan
berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih
dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan
ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau
akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.
Makanan harimau sumatera tergantung tempat tinggalnya
dan seberapa berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama
dalam

rantai

makanan,

harimau

mepertahankan

populasi

mangsa liar yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga


keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan
dapat

terjaga.

Mereka

memiliki

indera

pendengaran

dan

penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi


pemburu yang sangat efisien. Harimau Sumatera merupakan
hewan soliter, dan mereka berburu pada malam hari, mengintai
mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang
atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat ditangkap,
umumnya babi hutan dan rusa, dan kadang-kadang unggas atau
ikan.

Orangutan

juga

dapat

jadi

mangsa,

mereka

jarang

menghabiskan waktu di permukaan tanah, dan karena itu jarang


ditangkap harimau. Harimau sumatera juga gemar makan durian.
Harimau sumatera juga mampu berenang dan memanjat
pohon ketika memburu mangsa. Luas kawasan perburuan
harimau

sumatera

diperkirakan

tidak

bahwa

diketahui

4-5

ekor

dengan

harimau

tepat,

sumatera

tetapi
dewasa

memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di kawasan


dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal
(tidak diburu oleh manusia).
Harimau

sumatera

dapat

berbiak

kapan

saja.

Masa

kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina


melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling
banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari
kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang
tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum
air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka
dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu
selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan
sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6
bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan
pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau
Sumatera dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20
tahun dalam kurungan.
Status: Harimau yang habitat aslinya di pulau Sumatera,
merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih
bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi
satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam
daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi
Dunia IUCN.

4. Beruang Madu (Helarctos malayanus)


Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Omnivora

Famili

Ursidae
Genus

Helarctos
Spesies
Klasifikasi

: Helarctos

malayanus

Deskripsi :
Beruang madu termasuk familia ursidae dan merupakan jenis
paling kecil dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia. Beruang ini
adalah fauna khas provinsi Bengkulu sekaligus dipakai sebagai simbol
dari provinsi tersebut. Beruang madu juga merupakan maskot dari kota
Balikpapan. Beruang madu di Balikpapan dikonservasi di sebuah hutan
lindung bernama Hutan Lindung Sungai Wain. Panjang tubuhnya 1,40 m,
tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50 65 kg. Bulu
beruang madu cenderung pendek, berkilau dan pada umumnya hitam,
matanya berwarna cokelat atau biru,selain itu hidungnya relatif lebar
tetapi tidak terlalu moncong. Jenis bulu beruang madu adalah yang paling
pendek dan halus dibandingkan beruang lainnya, berwarna hitam kelam
atau hitam kecoklatan, di bawah bulu lehernya terdapat tanda yang unik
berwarna oranye yang dipercaya menggambarkan matahari terbit.
Berbeda dengan beruang madu dewasa, bayi beruang madu yang baru
lahir memiliki bulu yang lebih lembut, tipis dan bersinar. Karena
hidupnya di pepohonan maka telapak kaki beruang ini tidak berbulu
sehingga ia dapat bergerak dengan kecepatan hingga 48 kilometer per
jam dan memiliki tenaga yang sangat kuat. Kepala beruang madu relatif

besar sehingga menyerupai anjing yakni memiliki telinga kecil dan


berbentuk bundar. Beruang jenis ini memiliki lidah yang sangat panjang
dan dapat dipanjangkan sesuai dengan kondisi alam untuk menyarikan
madu dari sarang lebah di pepohonan. Selain itu, lidah yang panjangnya
dapat melebihi 25 cm itu juga digunakan untuk menangkap serangga
kecil di batang pohon. Beruang madu memiliki penciuaman yang sangat
tajam dan memiliki kuku yang panjang di keempat lengannya yang
digunakan untuk mempermudah mencari makanan. Beruang madu lebih
sering berjalan dengan empat kaki, dan sangat jarang berjalan dengan dua
kaki seperti manusia. Lengan beruang jenis ini cukup lebar dan memiliki
kuku melengkung serta berlubang yang memudahkannya memanjat
pohon. Kuku tangan yang melengkung digunakan oleh beruang ini untuk
menggali rayap, semut dan sarang lebah dan beruang yang sedang
mencari madu akan segera menghancurkan kayu yang masih hidup dan
segar dan bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya keras.
Rahang beruang madu tidak proporsional karena terlalu besar sehingga
tidak dapat memecahkan buah-buah besar seperti kelapa. Gigi beruang
ini lebih datar dan merata dibandingkan dengan jenis beruang lain, gigi
taringnya cukup panjang sehingga menonjol keluar dari mulut. Ukuran
tulang tengkorak kepala beruang madu pada umunya memiliki panjang
tengkorak 264,5 mm, panjang condylobasal 241,3 mm, lebar zygomatic
214,6 mm, lebar mastoid 170,2 mm, lebar interorbital 70,5 mm, lebar
maxilla 76,2 mm.
Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan
sering juga di lahan-lahan pertanian, mereka biasanya berada di pohon
pada ketinggian 2-7 meter dari tanah, dan suka mematahkan cabangcabang pohon atau membuatnya melengkung untuk membuat sarang.
Habitat beruang madu terdapat di daerah hujan tropis Asia Tenggara.
Penyebarannya terdapat di pulau Borneo, Sumatera, Indocina, Cina
Selatan, Burma, serta Semenanjung malaya. Oleh karena itulah jenis ini
tidak memerlukan masa hibernasi seperti beruang lain yang tinggal di
wilayah empat musim. Beruang madu di masa lalu diketahui tersebar

hampir di seluruh benua Asia, namun sekarang menjadi semakin jarang


akibat kehilangan dan fragmentasi habitat. Beruang madu adalah
binatang omnivora yang memakan apa saja di hutan. Mereka memakan
aneka buah-buahan dan tanaman hutan hujan tropis, termasuk juga tunas
tanaman jenis palem. Mereka juga memakan serangga, madu, burung,
dan binatang kecil lainnya. Apabila beruang madu memakan buah, biji
ditelan utuh, sehingga tidak rusak, setelah buang air besar, biji yang ada
di dalam kotoran mulai tumbuh sehingga beruang madu mempunyai
peran yang sangat penting sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar
seperti cempedak, durian, lahung, kerantungan dan banyak jenis lain.
Pada wilayah yang telah diganggu oleh manusia, mereka akan merusak
lahan pertanian, menghancurkan pisang, pepaya atau tanaman kebun
lainnya.
Beruang madu tidak mempunyai musim kawin tetapi perkawinan
dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap
kawin. Lama mengandung beruang betina adalah 95-96 hari, anak yang
dilahirkan biasanya berjumlah dua ekor dan disusui selama 18 bulan.
Terkadang, beruang betina hanya terlihat dengan satu bayi dan sangat
jarang ditemukan membawa dua bayi setelah masa kehamilannya. Hal ini
sangat dimungkinkan karena beruang madu sengaja menunda perkawinan
untuk mengupayakan agar bayi terlahir saat induk memiliki berat badan
yang cukup, cuaca yang sesuai serta makanan tersedia dalam jumlah
yang memadai. Beruang melahirkan di sarang yang berbentuk gua atau
lubang pepohonan dimana bayi yang terlahir tanpa bulu dan masih sangat
lemah dapat bertahan hidup. Bayi akan tetap tinggal di sarang sampai ia
mampu berjalan bersama induknya mencari makanan. Bayi beruang
madu di duga hidup bersama induknya hingga berusia dua tahun dan
kemudian mulai hidup secara mandiri. Status: Indanger= Apendix I.

5. Kuda Nil (Hippopotamus amphibius)

Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Artiodactyla

Famili

Hippopotamidae
Genus

Hippopotamus
Spesies

Hippopotamus amphibius
Klasifikasi

Deskripsi :
Kuda nil memiliki tubuh yang besar dan berat, serta kulit kelabu
gelap. Mereka juga memiliki gading besar yang biasa mereka gunakan
untuk mempertahankan diri dari predator. Kuda nil memiriki ciri khas
tubuh yang besar, mulut dan gigi yang sangat besar, empat kaki yang
pendek dan gemuk, serta badan yang hampir tidak berambut. Kuda nil
dewasa memiliki berat 1.5 sampai 3 ton. Meskipun bertubuh besar dan
berkaki pendek, kuda nil mampu berlari dengan cepat. Untuk jarak
pendek, mereka mampu berlari secepat 30 km/jam, lebih cepat dari
kecepatan lari manusia pada umumnya. Kuda nil memiliki watak agresif
dan dianggap salah satu hewan paling berbahaya di Afrika. Kerabat kuda
nil yang paling dekat adalah kelompok Cetacea, seperti paus, lumbalumba dan pesut. Selain itu kuda nil juga berkerabat dengan babi dan
hewan-hewan berkuku genap lainnya.
Kuda nil adalah hewan herbivora. Pada siang hari, kuda nil berada
air atau di lumpur untuk tetap dingin. Di air, kuda nil hidup secara
berkelompok, dan menguasai wilayah tertentu. Kuda nil juga tidur,
bereproduksi dan melahirkan di air. Pada petang dan malam hari, kuda nil

keluar dari air dan memakan rumput. Di darat, kuda nil tidak
berkelompok dan tidak memiliki wilayah teritorial.
Status: Apendix I.

6. Anoa (Bubalus depressicornis)


Klasifikasi
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Artiodactyla

Famili

: Bovidae

Genus

: Bubalus

Spesies

: Bubalus

depressicornis
Deskripsi :
Anoa adalah hewan endemik Sulawesi, sekaligus maskot
provinsi Sulawesi Tenggara. Ekor lebih pendek dan lembut, serta
memiliki tanduk melingkar. Penampilan mereka mirip dengan
kerbau, dengan berat berat tubuh 150-300 kilogram dan tinggi
75 centimeter. Habitat anoa berada di hutan tropika dataran,
sabana (savanna), terkadang juga dijumpai di rawa-rawa. Mereka
merupakan penghuni hutan yang hidupnya berpindah-pindah
tempat.

Apabila

menjumpai

musuhnya,

anoa

akan

mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa dan jika


terpaksa melawan, mereka akan menggunakan tanduknya.
Anoa termasuk hewan herbivora. Di alam bebas, anoa
memakan makanan yang berair (aquatic feed), seperti pakis,
rumput, tunas pohon, buah-buahan yang jatuh, dan jenis umbiumbian. Anoa dataran rendah terkadang juga meminum air laut

yang diduga untuk memenuhi kebutuhan mineral mereka. Di


dataran tinggi, anoa juga menjilat garam alami untuk memenuhi
kebutuhan mineralnya. Setiap tahunnya, induk anoa rata-rata
hanya melahirkan satu bayi anoa. Anoa bisa bertahan hidup
sekitar 20 tahun hingga 25 tahun, dan sudah mampu kawin serta
berkembang biak pada umur 2 tahun sampai 3 tahun. Periode
kehamilan terjadi selama 276 hari sampai 315 hari. Bayi anoa
yang dilahirkan induknya hanya satu ekor, dan sangat jarang
sekali mereka sampai melahirkan hingga dua ekor bayi anoa.
Saat dilahirkan, bayi anoa memiliki bulu berwarna cokelat
keemasan atau kekuningan dan sangat tebal. Warnanya perlahan
akan

berubah

menjadi

lebih

gelap

seiring

dengan

pertumbuhannya.
Status: IUCN

7. Binturung (Arctictis binturong)


Klasifikasi
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Carnivora

Famili

: Viverridae

Genus

: Arctictis

Spesies

: Arctictis

binturong

Deskripsi :
Binturung

(Arctictis

binturong)

adalah

sejenis

musang

bertubuh besar, anggota suku Viverridae. Beberapa dialek


Melayu menyebutnya binturong, menturung atau menturun.

Dalam bahasa Inggris, hewan ini disebut Binturong, Malay Civet


Cat, Asian Bearcat, Palawan Bearcat, atau secara ringkas
Bearcat. Barangkali karena karnivora berbulu hitam lebat ini
bertampang mirip beruang yang berekor panjang, sementara
juga berkumis lebat dan panjang seperti kucing (bear: beruang;
cat: kucing). Musang yang berekor besar panjang dan bertubuh
besar. Panjang kepala dan tubuh antara 60-95 cm, ditambah
ekornya antara 50-90 cm. Beratnya sekitar 6-14 kg, bahkan
sampai 20 kg.
Berambut panjang dan kasar, berwarna hitam seluruhnya
atau kecoklatan, dengan taburan uban keputih-putihan atau
kemerahan. Pada masing-masing ujung telinga terdapat seberkas
rambut yang memanjang. Ekor berambut lebat dan panjang,
terutama di bagian mendekati pangkal, sehingga terkesan
gemuk. Ekor ini dapat digunakan untuk berpegangan pada dahan
(prehensile tail), sebagai kaki kelima. Binturung betina memiliki
pseudo-penis alias penis palsu, suatu organ khas yang langka
ditemui. Sebagaimana umumnya musang, binturung terutama
aktif di malam hari. Di atas pepohonan (arboreal) atau juga turun
ke tanah (terestrial). Kadang-kadang ada juga yang bangun dan
aktif di siang hari.
Meski termasuk bangsa Carnivora, yang artinya pemakan
daging atau pemangsa, makanan binturung terutama adalah
buah-buahan masak di hutan, misalnya jenis-jenis ara (Ficus
spp.). Hewan ini juga memakan pucuk dan daun-daun tumbuhan,
telur, dan hewan-hewan kecil semisal burung dan hewan
pengerat. Pandai memanjat dan melompat dari dahan ke dahan,
binturung biasanya bergerak tanpa tergesa-gesa di atas pohon.
Ekornya digunakan untuk keseimbangan, atau kadang-kadang
berpegangan manakala sedang meraih makanannya di ujung
rerantingan.

Cakarnya

berkuku

tajam

dan

melengkung,

memungkinkannya untuk mencengkeram pepagan dengan kuat.

Kaki belakangnya dapat diputar ke belakang untuk memegang


batang pohon, sehingga binturung dapat turun dengan cepat
dengan kepala lebih dulu.
Binturung mengeluarkan semacam bau, seperti umumnya
musang, dari kelenjar di bawah pangkal ekornya. Bau ini
digunakan untuk menandai wilayah kekuasaannya. Hewan betina
melahirkan 2-6 anak, setelah mengandung selama kurang lebih
91 hari. Binturung menyukai hutan-hutan primer dan sekunder,
hanya kadang-kadang saja ditemukan di kebun di tepi hutan.
Status: Tidak terancam.

8. Rusa Sambar (Cervus unicolor)


Klasifikasi
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Artiodactyla

Famili

: Cervidae

Genus

: Cervus

Spesies

: Cervus

unicolor
Deskripsi :
Rusa sambar atau sambar india (disebut juga rusa sambur,
sambhur, Tamil: Kadaththi man), adalah jenis rusa besar yang
umum berhabitat di Asia. Spesies yang umum memiliki ciri khas
tubuh yang besar dengan warna bulu kecoklatan. Sambar dapat
tumbuh setinggi 102 cm - 160 cm sampai bahu dengan berat
sekitar 546 kg. Sambar umumnya berhabitat di hutan dan
bergantung pada tanaman semak atau rerumputan. Mereka
umumnya hidup dalam kelompok dengan anggota 5 - 6 anggota.
Rusa sambar (Cervus unicolor syn. Cervus aristotelis) mendiami

sebagian besar Asia Selatan dengan batas sampai wilayah


Himalaya. Selain itu dapat pula ditemukan di hutan tropis Burma,
Thailand, Indocina, the Semenanjung Malaya), Tiongkok Selatan
(termasuk

Hainan),

Taiwan,

serta

di

pulau

Sumatra

dan

Kalimantan di Indonesia.

9. Unta (Camelus dromedarius)


Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Artiodactyla

Famili

: Camelidae

Genus

: Camelus

Spesies

: Camelus

dromedarius
Klasifikasi
Deskripsi :
Unta atau Onta adalah dua spesies hewan berkuku genap dari genus
Camelus (satu berpunuk tunggal-Camelus dromedarius, satu lagi
berpunuk ganda-Camelus bactrianus) yang hidup ditemukan di wilayah
kering dan gurun di Asia dan Afrika Utara. Rata-rata umur harapan hidup
unta adalah antara 30 sampai 50 tahun. Domestikasi unta oleh manusia
telah dimulai sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Pemanfaatan unta
antara lain untuk diambil susu (yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi
dari pada susu sapi) serta dagingnya, dan juga digunakan sebagai hewan
pekerja. Unta hidup di padang pasir yang memiliki range temperatur

udara yang mampu membunuh mayoritas makhluk hidup. Selain itu,


mereka mampu untuk tidak makan dan minum selama beberapa hari.
Ada banyak hal yang membuat mereka mampu beradaptasi. Salah
satunya adalah punuknya. Banyak orang mengira punuknya menyimpan
air, tapi sebenarnya tidak. Punuk unta menyimpan lemak khusus, yang
pada suatu saat bisa diubah menjadi air dengan bantuan oksigen hasil
respirasi. Satu gram lemak yang ada pada punuk unta bisa diubah
menjadi satu gram air. Kemampuan adaptasi lainnya yang luar biasa
adalah, sistem respirasinya meninggalkan sedikit sekali jejak uap air. uap
air yang keluar dari paru-paru diserap kembali oleh tubuhnya melalui sel
khusus yang terdapat di hidung bagian dalam, membentuk kristal dan
suatu saat dapat diambil.
Tubuh unta dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius.
Lebih dari itu, unta mulai berkeringat. Penguapan dari keringat yang
terjadi hanya pada kulitnya, bukan pada rambutnya. Dengan cara
pendinginan yang efisien itu, unta mampu menghemat air cukup banyak.
Ada banyak hal mengapa darah unta tidak mengental pada kondisi di
mana darah mayoritas makhluk hidup sudah mengental. Sel darah merah
unta berbentuk oval, bukan bulat seperti makhluk hidup lainnya. Unta
juga memiliki sistem imunitas yang cukup unik. Semua mamalia
memiliki antibodi berbentuk Y dengan dua rantai panjang sepanjang Y itu
dengan dua rantai pendek di setiap ujung dari Y tersebut, tapi unta hanya
memiliki dua rantai panjang yang menjadikannya berbentuk lebih kecil
sehingga mengurangi kemungkinan darah akan mengental. Ginjal dan
usus mereka sangat efisien dalam menyaring air.
B. PISCES
1. Arapaima (Arapaima gigas)

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Actinopterygii

Ordo

Osteoglossiformes
Famili

: Osteoglossidae

Genus

: Arapaima

Spesies

: Arapaima gigas

Deskripsi :
Arapaima, pirarucu, atau paiche (Arapaima gigas) adalah jenis ikan
air tawar terbesar di dunia yang berasal dari perairan daerah tropis
Amerika Selatan. Ikan Arapaima dapat tumbuh maksimal sepanjang 3
meter dan berat 200 kilogram. Saat ini sudah sangat jarang terdapat
arapaima yang berukuran lebih dari 2 meter karena ikan ini sering
ditangkapi untuk dikonsumsi penduduk atau diekspor ke negara lain.

2. Ikan Aligator (Alligator gar)


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Class

: Osteichthyes

Ordo

: Crocodylia

Family

Alligatoridae
Klasifikasi

Genus
Alligator

Species

: Alligator gar
Deskripsi :

Merupakan ikan yang satu ini mirip dengan bentuk buaya dan aligator
mirip dalam penampilan dapat kita lihat gambarnya di atas jenis ikan satu ini
mirip sekali dengan seekor buaya maupun dengan ciri-cirinya, tidak jauh berbeda
dengan bentuk buaya, tapi menunjukkan sejumlah perbedaan. Buaya yang
berwarna gelap dengan moncong lebar dan bulat dan biasanya ditemukan di air
tawar. Buaya adalah keabu-abuan-hijau dan lebih memilih habitat pantai, payau,
dan air garam. Mereka memiliki, sempit meruncing, moncong segitiga. Juga, gigi
keempat pada kedua sisi rahang bawah dari buaya cocok ke soket internal di
rahang atas sehingga gigi ini tersembunyi ketika mulut ditutup. Pada buaya, gigi
keempat selalu terbuka. Dan ukurannya Spesimen terbesar tercatat tersebut
diberikan untuk spesimen Louisiana diukur pada 576 cm (19 ft 2 in) meskipun
beberapa sumber menyebutkan pengukuran sebagai 6 m (19,8 kaki). Perlu dicatat,
bagaimanapun, bahwa angka ini tidak berdasar dan dengan demikian, yang
diselenggarakan di pertanyaan.
Alligator merupakan ikan, relatif pasif soliter yang hidup di badan air segar
dan payau di Amerika Serikat bagian tenggara Ini adalah karnivora dan makan
dengan mengintai di antara alang-alang dan vegetasi, menyergap mangsa lainnya.
Alligator gar sering dicurigai dalam serangan terhadap manusia tetapi tidak ada
serangan-serangan ini telah resmi dikonfirmasi sebagai karya spesies ini. Alligator
gar Meskipun lebih suka bergerak lambat perairan sungai, bayous, dan oxbows
sepanjang tahun ini, tampaknya perlu waktu musim semi bidang banjir tergenang
atau vegetasi lahan basah dalam rangka untuk bertelur. Sampai relatif baru semua
gars umumnya telah diklasifikasikan dalam genus Lepisosteus Lacepde , 1803.
Para Alligator gar telah diberi nama adamantinus Atractosteus oleh eksentrik
Samuel Konstantin Rafinesque-Schmaltz pada tahun 1818, dan untuk waktu yang
lama Atractosteus hanya dipandang sebagai sinonim junior Lepisosteus.

3. Ikan Arwana asia (Scleropages formosus)

Kelas

Actinopterygii
Ordo

Osteoglossiformes
Famili

Orteoglossidae
Klasfikasi
Filum

Genus
: Chordata

Scleropages
Species

: Scleropages

formosus
Deskripsi :
Arwana Asia adalah spesies asli sungai-sungai di Asia Tenggara
khususnya Indonesia. Ada empat varietas warna yang terdapat di lokasi:

Hijau, ditemukan di Indonesia, Vietnam, Birma, Thailand, dan Malaysia

Emas dengan ekor merah, ditemukan di Indonesia

Emas, ditemukan di Malaysia

Merah, ditemukan di Indonesia


Arwana Asia (Scleropages formosus), atau Siluk Merah adalah
salah satu spesies ikan air tawar dari Asia Tenggara. Ikan ini memiliki
badan yang panjang; sirip dubur terletak jauh di belakang badan. Arwana
Asia umumnya memiliki warna keperak-perakan. Arwana adalah ikan
bertulang air tawar dari keluarga Osteoglossidae, juga dikenal sebagai
bonytongues. Arwana sebenarnya termasuk jenis ikan purba yang hingga

kini belum punah. Banyak nama yang melekat padanya,di antara ikan
siluk, ikan kayangan, ikan kalikasi, dan ikan kelasa.

Ciri-ciri fisik dari Scleropages formosus:

Secara morfologis (ciri-ciri fisik), badan dan kepala arwana agak padat.
Tubuhnya pipih dan punggungnya datar, hampir lurus dari mulut hingga sirip
punggung. Garis lateral atau gurat sisi yang terletak di samping kiri dan kanan
tubuh arwana panjangnya antara 20-24 cm. Bentuk mulutnya mengarah keatas dan
mempunyai sepasang sungut pada bibir bawah. Ukuran mulutnya lebar dan
rahangnya cukup kokoh. Giginya berjumlah 15-17. Bagian insangnya di lengkapi
dengan penutup insang. Letak sirip punggungnya berdekatan dengan pangkal sirip
ekor (caudal). Sirip anusnya lebih panjang dari pada sirip punggung (dorsal),
hampir mencapai sirip perut (ventral). Panjang arwana dewasa sangat variatif,
antara 30-80 cm.
4. Ikan Macan (Pseudoplatystoma fasciatum)

Kalsifikasi:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Actinopterygii

Ordo

: Siluriformes

Family

: Pimelodidae

Genus

: Pseudoplatystoma

Spesies

Pseudoplatystoma

fasciatum

Deskripsi:
Ikan macan merupakan salah satu jenis ikan yang berukuran
sedang, ukuran panjang tubuhnya dapat mencapai 90 cm. Tubuhnya
berbentuk bulat memanjang, kepalanya besar dan panjang berbentuk
seperti paruh bebek, mempunyai misai 3 pasang berukuran panjang yang
melebihi separo panjang tubuhnya. Ikan ini mempunyai mata berbentuk
bulat dan berukuran besar, sirip-siripnya tampak kokoh dengan duri
keras, sirip punggung menyerupai layar perahu, sirip ekor bercagak yang
di bagian atas juga tampak seperti layar. Warna tubuhnya coklat
kehijauan dengan pola-pola garis dan totol-totol hitam pada tubuh di
bagian latero-dorsal dan seluruh sisik-sisiknya.
Ikan macam termasuk jenis ikan yang berperilaku nocturnal,
mencari pakan pada suasana gelap atau pada malam hari. Misainya
digunakan untuk membantu memperoleh mangsa dan mendeteksi arah
datangnya bahaya secara cepat dan akurat. Pada waktu siang hari ikan ini
biasanya tampak melayang di tengah air yang berdekatan dengan bendabenda di dalamnya, sehingga ikan ini tampak seperti kayu. Ikan macan
berkembang biak melalui pembuahan eksternal, telur yang dihasilkan
akan menempel pada substrat seperti potongan kayu, ranting atau media

tanaman yang ada di dalam air. Telur-telurnya akan menetas setelah


beberapa hari dari waktu pembuahan. Beberapa jenis mangsanya yaitu
antara lain, insekta, udang, dan ikan kecil. Menyukai habitat yang
berbatu dengan tanaman air, dan suasana gelap. Temperatur air 23-28 0C.
Tersebar di Amerika Selatan bagian utara.

5. Ikan Piranha (Pygopristis Serrasalmus)


Kelas

Actinopterygii
Ordo

Characiformes
Famili

Serrasalmidae
Klasfikasi
Filum

Genus
: Chordata

Pygopristis
Species

: Pygopristis

Serrasalmus
Deskripsi :
Morfologi Ikan piranha ini akan dapat berkembang biak dengan
baik pada iklim tropis Indonesia yang mirip dengan daerah asalnya
di Amazon, apalagi tanpa adanya predator alami. Kalaupun ada yang
menjualnya di toko ikan hias dengan harga berkisar antara 20-35 ribu
rupiah dengan ukuran 6-10 cm. hewan ini memiliki warna tubuh perak
kemerahan, terutama didaerah perut, sisi tubuh dan daerah bagian tubuh
di batasi oleh sirip. Saat mudah hewan ini memiliki warnah perak bintikbintik hitam atau warna gelap lain. Panjang hewan ini maksimum

mencapai 33 cm dengan berat mencapai 3,2 kg. Dan bentuk tubuhnya


pipih dan bewarna mencolok, serta memiliki kepalah tumpul dan
berukuran sedang.
Piranha adalah ikan air tawar omnivora yang hidup disungaisungai di Amerika

Selatan.

Di

sungai-sungai Venezuela,

mereka

disebut caribes. Mereka terkenal dengan gigi tajam dan pemakan daging.
Meskipun Hollywood sering memberikan citra negatif pada piranha,
mereka sebenarnya tidak seberbahaya itu.

C. AVES
1. Burung Kaswari (Casuarius casuarius)
Filum

: Chordata

Kelas

: Aves

Ordo

Casuariformes
FamilI

Casuariidae
Genus
Casuarius

Klasifikasi
Kerajaan

:
: Casuarius

Spesies
casuarius

: Animalia

Deskripsi :
Burung kasuari (emu). Tidak dapat terbang, tidak
berlunas,

sayap

kecil,

memiliki

sayap

yang

sangat

direduksi. Tinggi 1,7 m. kepala dan leher tidak berbulu,


tidak memiliki ekor dan bulu ekor, dan kaki memiliki 3 jari.
Kasuari diperlengkapi tanduk di atas kepalanya, yang

membantu burung ini sewaktu berjalan di habitatnya di


hutan yang lebat. Selain tanduk dikepalanya, kasuari
mempunyai kaki yang sangat kuat dan berkuku tajam.
Burung kasuari betina biasanya berukuran lebih besar dan
berwarna lebih terang dari pada jantan. Banyak terdapat
di Australia dan Irian.
2. Burung Pelikan (Pelecanus conspicillum)
Class

: Aves

Ordo

Pelecaniformes
Family

Pelecanidae
Genus

Pelecanus
Klasifikasi
Kingdom

Spesies
: Animalia

: Pelecanus

conspicillum
:

Fillum

Chordata
Deskripsi:
Paruh berwarna merah jambu, besar dan lurus, dilengkapi dengan
kait pada ujungnya yang berwarna kuning dan kantong besar. Paruh
bagian bawah berfungsi untuk menyimpan makanan. Kaki berselaput
penuh. Jari-jari berselaput renang penuh pada selaput jarinya. Bentuk
ekor rounded. Burung air yang sangat besar +(150 cm), mempunyai berat
badan berkisar antara 4,5-11 kg, dengan rentangan sayap 2,75 m.

Burung ini biasanya putih atau sebagian besar putih. Sayap dan
ekor sebagian berwarna hitam. Pada bagaian dada putih,punggung hitam,
tungging hitam, tunggir putih. Selama musim mengeram warna kulit
yang sulah, paruh, kantung, tenggorok, dan kaki menjadi lebih jelas. Ciri
lainnya iris cokelat pucat, kulit muka tidak berbulu dan paruh berwarna
merah jambu, kaki cokelat. Mempunyai kelenjar minyak. Perbedaan
morfologi antara jantan dan betina tidak jelas, sehingga agak sukar
membedakan pelikan jantan dengan pelikan betina. Seekor pelikan
mampu bertelur sebanyak 4 butir, telur berwarna putih dan berukuran
besar. Telur-telur itu akan menetas setelah dierami selam 30 hari.
Pengeraman dan pemeliharaan dilakukan oleh induk jantan dan betina
secara baik, yaitu secara bergantian. Pelikan suka hidup berkelompok dan
berenang di danau, rawa-rawa, sungai, muara, teluk, dan lautan.
Umumnya tidak bersuara, tetapi dapat mengeluarkan erangan dari
tenggorokan.
Di alam burung pelikan memakan ikan dan cara menangkapnya
dengan cara menyendokan paruhnya kedalam air yang terdapat ikan.
Seekor pelikan dalam satu hari mampu memakan ikan seberat 6 kg.
Burung pelikan merupakan burung yang hidup sosial, berkelompok
dalam jumlah 50 sampai 40.000 berpindah dari tempat yang satu ke
tempat yang lain di daratan. Burung ini suka berenang di air, pakan
utamanya adalah ikan, sambil berenang pelikan menangkap ikan dengan
mudah, karena paruhnya yang bekerja serupa jala penangkap ikan.
Paruhnya yang menyerupai kantung tidak seperti jala yang berlobang tapi
sangat lentur dan mudah melar. Pada saat makan, paruh bagian bawah
akan memelar. Berbiak di India barat daya, Sri Langka, Burma, dan Cina
tenggara. Juga diperkirakan di Asia tenggara dan Filipina. Bermigrasi ke
selatan. Rentan (Collar dkk 1994.) Pada musim dingin ke Sumatera utara.
Tercatat di Sumatera selatan, kemungkinan berbiak disana. Pada abad
yang lalu, Spenser St John pernah menemukan burung (yang
kemungkinan besar adalah jenis ini) di P. Blambangan, lepas pantai
Sabah. Hanya sedikit catatan dari Jawa.

Perilaku pelikan yang diamati diragunan dimulai dari pukul 08.28


sampai pukul 09.01. Kami mengamati pada pukul 08.28 burung bergerak
di air, meminum air, mencari makan, kemudian karena sepertinya tidak
mendapatkan makanan burung pelikan ingin menelan botol minuman
namun tidak bisa. Burung pelikan melakukan hal itu berkali-kali hingga
dia merasa botol itu bukanlah makanannya. Pukul 08.35 pelikan naik
kedarat dan membersihkan bulunya. Pukul 08.40 pelikan mengibaskan
sayap kemudian membersihkan bulu kembali, kemudian kembali ke air
untuk mencari makan. Pada saat makan, parh pelikan membesar,
terutama paruh bagian bawah. Pukul 08.48 pelikan naik kedarat untuk
berjemur dan menelisik bulu. Pukul 08.50 pelikan mengeluarkan kotoran
dari duburnya. Kemudian pada pukul 09.00 pelikan menelisik bulu dan
mengibaskan sayapnya sambil berlari.

3. Angsa Hitam (Cygnus atratus)

Klasifikasi
Kerajaan

: Animalia

Deskripsi:

Filum

: Chordata

Kelas

: Aves

Ordo

: Anseriformes

Famili

: Anatidae

Genus

: Cygnus

Spesies

: Cygnus atratus

Angsa hitam memiliki paruh lebar dan memiliki ujung yang membulat,
berwarna merah dengan garis putih diujungnya. Paruh ini digunakan untuk
menyaring tanaman, biji dan hewan-hewan kecil dari lumpur dan air. Kaki
berwarna abu-abu dan berselaput. Jari-jari depan saja yang bersambung dengan
selaput renang. Bentuk ekor pointed. Burung dewasa berukuran besar, dengan
panjang mencapai +130cm. Seluruh bulu-bulunya berwarna hitam dengan
perkecualian bulu sayap yang terdapat warna putih dan mempunyai pelumas bulu.
Iris mata berwarna hitam. Angsa Hitam mempunyai leher yang sangat panjang
dan membentuk huruf S . Burung betina serupa dan berukuran lebih kecil dari
burung jantan. Anak angsa mempunyai bulu berwarna abu-abu. Kakinya
berbentuk sebagai kaki perenang, dengan paruh berwarna merah. Mempunyai
lamella yang merupakan tambahan zat tanduk yang berguna untuk menyaring
lumpur pada kedua sisi paruhnya. Hampir semua Angsa Hitam adalah monogami
spesies. Kedua induk bersama-sama membesarkan anak angsa dan bersarang di
tengah-tengah danau yang dangkal. Rawa, payau, mangrove, tambak, kolam,
sungai. Dapat sampai jauh ke pedalaman. Angsa Hitam tidak bermigrasi dan
menetap di tempat dimana mereka menetas. Andaman, Sunda besar, Sumatera,
Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Perilaku angsa hitam yang
diamati di ragunan dimulai dari pukul 09.09 sampai pukul 09.20. Pada pukul
09.09 angsa bersuara di darat. Pukul 09.10 angsa makan di darat. Pukul 09.13
menggoyangkan ekor. Pukul 09.15 angsa kembali ke air dan berenang. Pukul
-9.18 Angsa makan di air dan menyelamkan kepala. Pukul 09.22 angsa makan di
darat dan minum di air. Makanan yang dimakan berasal dari pengelola kebun
binatang ragunan yaitu: toge, sawi, kangkung, pur dan jagung. Pada pukul 09.24
angsa menelisik bulu di air. Pada pukul 09.28 angsa berenang sambil
menggoyangkan ekornya.
4. Burung Bangau sarus (Grus antigone)

Kalsifikasi:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Aves

Ordo

: Gruiformes

Family

: Gruidae

Genus

: Grus

Spesies

: Grus antigone

Deskripsi:
Burung ini merupakan burung terbang berbadan tertinggi di
dunia. Pada abad ke-19 bukan pemandangan yang langka untuk melihat
ratusan ribu bangau saurs terbang beriringan di langit India bagian Utara.
Namun saat ini jumlahnya terus menurun dan hanya tersisa sekitar
10.000 yang tersisa di India. Habitat bangau sarus adalah daerah dengan
tanah basah, dan sawah. Mereka adalah binatang omnivora. Burung jenis
ini lebih sering terlihat berkeliaran mencari makanan di perairan dangkal
secara berpasangan.
Populasi bangau sarus di seluruh dunia diperkirakan hanya ada
sekitar 20.000 ekor, dimana kurang dari 10.000 ekor yang merupakan
bangau sarus dewasa. Hilangnya habitat sang bangau menjadi alasan
utama penurunan populasi mereka. Banyak sekali lahan basah yang
sudah berubah menjadi sawah. Padahal dulunya, bangau sarus sempat
dianggap sebagai burung suci di beberapa daerah, atau paling tidak
dianggap sebagai pertanda baik dan kesuburan. Namun karena populasi
manusia yang terus meningkat dan kebutuhan akan lahan pertanian yang
lebih luas, habitat burung yang sempat dianggap suci tersebut pun
dirampas. Saat ini populasi bangau sarus dikategorikan dalam status
"Rentan (VU)" dalam Red List IUCN.
5. Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)

Kalsifikasi:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Aves

Ordo

: Falconiformes

Family

: Accipitridae

Genus

: Nisaetus

Spesies

: Nisaetus

bartelsi
Deskripsi:
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan
panjang tubuh antara 60-70cm(dari ujung paruh hingga ujung ekor).
Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi
menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat
kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena sinar matahari).
Jambul hitam dengan ujung putih, mahkota dan kumis berwarna hitam,
sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongankeputihan
dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke
bawah,ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning
kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah
menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawo matang
sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-buluperut dan
kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari.
Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang
nampak jelas di sisibawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina
berwarna serupa, sedikit lebih besar. Iris mata kuning atau kecoklatan,
paruh kehitaman, sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari)
kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh
berwarna coklatkayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.

Kecoklatan, paruh kehitaman, sera (daging di pangkal paruh)


kekuningan, kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher
dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan
atau garis-garis.

D. REPTIL
1. Buaya (Crocodylusno vaeguineae)
Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Sauropsida

Ordo

: Crocodilia

Famili

: Crocodylidae

Genus

: Crocodylus

Spesies

: Crocodylusno

vaeguineae

Deskripsi :
Panjang tubuhnya sampai sekitar 3,35 m pada yang jantan,
sedangkan yang betina hingga sekitar 2,65 m. Buaya ini memiliki sisiksisik yang relatif lebih besar daripada buaya lainnya apabila
disandingkan. Di bagian belakang kepala terdapat 47 sisik lebar (postoccipital scutes) yang tersusun berderet melintang, terpisah agak jauh di
kanan-kiri garis tengah tengkuk. Sisik-sisik besar di punggungnya
(dorsal scutes) tersusun dalam 811 lajur dan 1118 deret dari depan ke
belakang tubuh. Sisik-sisik perutnya dalam 2328 deret (rata-rata 25
deret) dari depan ke belakang.

Reptil yang umumnya nokturnal ini menghuni di perairan air tawar,


di sungai-sungai, rawa dan danau. Meskipun diketahui toleran terhadap
air asin, buaya ini jarang-jarang dijumpai di perairan payau, dan tak
pernah ditemui di tempat di mana terdapat buaya muara. Anak buaya
yang baru menetas berukuran antara 26-32 cm panjangnya. Buaya betina
menunggui sarang dan anak-anaknya hingga dapat mencari makanannya
sendiri.
2. Biawak (Veranus sp.)
Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Reptilia

Ordo

: Squamata

Famili

: Varanidae

Genus

: Varanus

Spesies

: Varanus sp.

Deskripsi:
Hewan ini memiliki kulit dengan sisik yang tebal dan berwarna
hitam pada bagian dorsal dilengkapi dengan corak bulatan atau garis
kuning. Sementara kulit bagian ventral juga dilengkapi sisik yang tebal
dengan warna kuning.
Kulit biawak berfungsi untuk penyerapan cahaya matahari di siang hari
dimana radiasi matahari diserap pada kulit daerah dorsal. Sekitar 85% digunakan
sebagai energi dan 15% sisanya dia pantulkan kembali pada kulit daerah os
sacrum sebagai emisi untuk mempertahankan suhu di kulitnya. Ini merupakan
kontrol fisiologis dari biawak air untuk mengatur suhu tubuhnya.
Biawak mempunyai mata dan kelopak mata serta bentuk kepala lonjong
dilengkapi dengan rahang yang kuat serta lidah yang panjang dan bercabang dua.

Hewan ini memiliki kaki yang kokoh serta kuku yang tajam yang biasanya
digunakan hewan ini untuk memanjat pohon , menggali sarang di bawah tanah
dan untuk mempertahankan diri. Biawak juga dilengkapi dengan ekor yang
panjang dan sangat kuat dan kokoh dimana biasanya digunakan untuk memecut
dalam rangka mempertahankan diri dari serangan juga untuk mendukung
pergerakan ketika berenang dalam air.

3. Ular Derik (Crotalus cerastes)

Klasifikasi:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Reptilia

Ordo

: Squamata

Family

: Viperidae

Genus

: Crotalus

Spesies

: Crotalus cerastes

Deskripsi:
Ciri umum ular derik yaitu ia mempunyai gemericik diujung
ekornya. Gunanya ialah untuk menakut-nakuti musuh. Selain itu pula,
terdapat gigi yang kuat antar kedua rahangnya. Ular derik bertelur dan
beranak (ovovivipar), Ular derik muda tidak bergantung dan sudah
mandiri sejak lahir. Ular derik yang baru lahir deriknya belum dapat
berfungsi, setelah ganti kulit yang pertama baru deriknya dapat berfungsi.
4. Ular Weling ( Bungarus candidus)

Klasifikasi:
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Reptilia

Ordo

: Squamata

Famili

: Elapidae

Genus

: Bungarus

Spesies

: Bungarus candidus

Deskripsi:
Ular weling memiliki bentuk kepala oval, dengan panjang tubuh
dewasa sekitar 80-160 cm, warna kulitnya loreng hitam putih cerah
dengan ukuran yang tidak seragam melingkar membentuk cincin, badan
berpenampang bulat, bagian bawah putih polos, kelihatan mencolok di
malam hari.
Ular weling memakan berupa mamalia kecil misalnya kadal, katak,
tikus. Hewan ini termasuk hewan Nocturnal (aktif pada malam hari),
tidak agresif di siang hari, cenderung menghindar jika diganggu atau
menyembunyikan kepalanya di bawah badannya dengan melingkar,
sensitif dengan cahaya dan akan berusaha mendekti.
5. Komodo (Varanus komodoensis)

Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Reptilia

Ordo

: Squamata

: Varanus

Famili

: Varanidaedae

Spesies

Genus

: Varanus

komodoensis

Deskripsi :
Komodo adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau
Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara.
Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama
setempat ora. Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki berat
sekitar 70 kilogram, namun komodo yang dipelihara di penangkaran
sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar
yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar
166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam
perutnya. Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar yang masih
hidup, namun bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak
Papua (Varanus salvadorii). Komodo memiliki ekor yang sama panjang
dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam
sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti. Air liur komodo sering kali
bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi
jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini
menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri
mematikan yang hidup di mulut mereka.
Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan
bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan
warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara
komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan
kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna,
dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam.
Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang
telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena
retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik
melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna

namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak.


Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium
stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan
organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada
saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan
kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat
mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4-9.5 kilometer. Lubang
hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena
mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki
indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di
bagian belakang tenggorokan.
Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang,
memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi
rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak
kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih. Komodo adalah hewan
karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai.
Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur
komodo diletakkan pada bulan September. Selama periode ini, komodo
jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya dengan
cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki
belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah.
Kedua komodo jantan itu dapat muntah atau buang air besar ketika
bersiap untuk bertempur. Pemenang pertarungan akan menjentikkan lidah
panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina.
Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar
mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus
sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka.
Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah jantan
menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas
punggung dan menjilat. Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah

satu hemipenisnya ke kloaka betina. Komodo dapat bersifat monogamus


dan membentuk "pasangan," suatu sifat yang langka untuk kadal.
E. AMPHIBI
1. Salamander (Plethodon cinereus)
Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

Plethodontiales
Famili

Plethodontidae
Genus
Klasifikasi
Kerajaan

Plethodon
: Animalia

Spesies

: Plethodon

cinereus

Deskripsi :
Ciri-cirinya, Hewan karnivora (pemakan daging), Makanannya
berupa invertebrata kecil (serangga, sifut, cacing, keong kecil) dan
Fertilisasi secara internal. Salamander jantan menghasilkan sel sperma
yang mengandung spermatofor. Setelah proses kopulasi (kawin)
spermatofor ditampung di dalam kloaka salamander betina, merupakan
muara dari saluran urine, genital, dan pemcernaan. Didalam kloaka sel
telur dibuahi oleh sel sperma. Salamander punggung merah (Plethodon
cinereus) adalah salamander hutan kecil. Hewan ini mendiami lereng
berhutan di Amerika Utara sisi timur; yaitu ke barat hingga Missouri;
selatan hingga Carolina Utara, dan utara dari Quebec bagian selatan dan
Provinsi Maritimes di Kanada hingga Minnesota. Hewan ini juga dikenal
sebagai Salamander punggung merah utara untuk membedakannya dari
Salamander punggung merah selatan (P. serratus). Salamander punggung

merah ditemukan banyak ditemukan dalam dua variasi warna: nominasi


variasi merah, punggung merah, begitu juga bentuk yang lebih gelap
yang dikenal sebagai punggung (hitam) lebam yang tidak terdapat pada
sebagian besar atau seluruh pigmentasi merah yang ditemukan pada
bentuk merah. Walau demikian, kadang juga ditemukan variasi dengan
berbagai warna lainnya (seperti belang kuning, jingga, atau putih).
2. Sesilia (Caecillian sp)
Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

Gymnophiona
FamilI

Caeciliidae
Genus
Caecillian

Klasifikasi
Kerajaan

Spesies

: Caecillian sp

: Animalia

Deskripsi :
Ciri-ciri Tidak berkaki , Sering kali buta, Ukuran sama dengan
cacing pada umumnya panjang 10 cm sampai 1 m, Habitat di dalam
tanah yang subur, dan Makanan berupa cacing dan invertebrate tanah
lainnya. Sesilia adalah amfibi tanpa tungkai serupa cacing dengan gigi
tajam dan kerangka bertulang. Ada yang hidup di bawah tanah dan
menggunakan moncong yng runcing serta tengkorak yang keras untuk
membuat liang di tanah. Ada pula yang hidup di air. Sesilia memiliki
sirip pada ekor untuk berrenang. Sekitar 170 spesies sesilia ditemukan di
wilayah tropis Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Penglihatan Sesilia
buruk karena matanya tertutupi oleh lapisan pelindung. Sebagai
pengimbangnya, amfibi ini memiliki organ pengindra di bawah setiap

rongga mata. Tentakel ini mengumpulkan partikel bau di udara yang


digunakan sesilia untuk menenttukan letk pasangan dan mangsa,
misalnya cacing tanah.
3. Katak Merah (Leptophryne cruentata)
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

Bufonidae
Genus

Leptophryne
Klasifikasi

Spesies

: Leptophryne

cruentata
Deskripsi :
Ciri-ciri katak, Jenis amfibi tidak berekor, Kepala bergantung
pada anggota badan belakang yang terspesialisasi untuk melompat,
Memiliki kulit yang halus, Habitat didekat perairan air tawar. Ciri-ciri
kodok, Jenis amfibi tak berekor, Kepala terhubung dengan anggota badan
sehingga dapat terspesialisasi untuk melompat, Bertubuh gemuk, Kulit
kasar berintil, dan Habitat ditempat lumpur. Struktur dan fungsi Alat
tubuh Amfibi.
a) Tidak digunakan untuk menangkap mangsa.
b) Kelopak mata digunakan untuk menjaga kelembaban mata.
c) Telinga digunakan untuk menangkap gelombang suara.

d) Alat pernapasan utama amfibi dewasa biasanya berupa paru-paru yang


dibantu oleh pori-pori kulit.
e) Sistem peredaran darahnya adalah system peredaran darah ganda.
f) Kulit amfibi tidak bersisik dan halus, kelembaban kulit selalu terpelihara
karena adanya kelenjar mokusa.
g) Kulit berperan, Dalam menjaga keseimbangan air dan respirasi, Membantu
mengatur suhu tubuh ketika berada didarat, dan Melindungi diri dari
hewan predator.
Kodok Merah (Leptophryne cruentata). Merupakan jenis kodok
endemik di Jawa Barat yang statusnya terancam punah (Critically
Endangered). Kodok Merah adalah Jenis Kodok Indonesia yang paling
terancam mengalami kepunahan.
4. Katak Batu (Limnonectes macrodon)
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

Ranidae
Genus

Limnonectes
Spesies
Klasifikasi

: Limnonectes

macrodon

Deskripsi :
Merupakan jenis katak sungai yang umum ditemukan di sungaisungai di Jawa. Katak ini juga dapat ditemukan di Sumatera Selatan dan

Lampung. Hingga hari ini status katak ini adalah rawan (Vulnerable). Hal
ini dikarenakan banyak dari masyarakat kita yang mengkonsumsi katak
ini. Perlu pembaca Gomumu ketahui bahwa Katak Batu adalah jenis
katak terbesar ke-2 di dunia. Kodok yang sering dijumpai di tepi saluran
air dan aliran sungai yang jernih. Jarang jauh dari aliran air. Kodok batu
biasanya kawin pada saat bulan mati, yang betina meletakkan telurnya
dalam sebuah gumpalan lengket di kolam atau genangan dekat sungai.
Jumlah telurnya dapat mencapai 1000 butir. Pada masa lalu kodok ini
dianggap menyebar luas mulai dari India hingga ke Asia Tenggara dan
Kepulauan Nusantara. Namun kini banyak populasinya yang telah
dideskripsi dengan lebih baik dan digolongkan ke dalam spesies yang
lain. Penyebaran L. macrodon sekarang kemungkinan hanya meliputi
Jawa dan Sumatra bagian selatan. Kodok yang bertubuh besar, gempal,
dengan kaki yang kuat dan paha yang berotot besar. Kodok dewasa
panjangnya sekitar 70 mm, namun yang terbesar bisa sampai dengan 150
mm SVL (snout to vent length, dari moncong ke anus). Punggung
berwarna coklat terang hingga kemerahan atau kehitaman, dengan
bercak-bercak gelap kehitaman. Coret atau bercak kehitaman terdapat di
antara kedua mata, di pipi di depan mata, di atas timpanum, di lengan,
paha dan betis. Bibir berbelang-belang hitam dan putih.Kulit punggung
halus, dengan beberapa bintil atau tonjolan membujur. Terdapat lipatan
supratimpanik. Pada hewan muda, kadang-kadang ada lekukan bentuk V
terbalik di tengah pundak.Sisi ventral berwarna krem pucat keputihan,
dengan bintik-bintik hitam di dagu. Sisi bawah selaput renang berwarna
hitam.
5. Katak Mulut sempit (Gastrophryne carolinensis)

Filum

: Chordata

Kelas

: Amphibia

Ordo

: Anura

Famili

Microhylidae
Genus

Gastrophryne
Spesies
Klasifikasi
Kerajaan

Gastrophryne carolinensis
: Animalia

Deskripsi :
Adalah jenis-jenis katak yang sangat kecil ukurannya. Merupakan
famili jenis katak terkecil didunia. Beberapa jenis memiliki ukuran hanya
beberapa milimeter saja. di Indonesia ditemukan sedikitnya 30-an jenis
katak bermulut sempit. Microhylidae merupakan jenis katak kecil.
Banyak spesies yang memiliki ukuran lebih kecil dari 1,5 sentimeter,
meski ada juga spesies yang lebih besar dari 9 sentimeter. Mereka bisa
tinggal di atas pohon, di tanah, bahkan beberapa ada yang tinggal di
dekat air. Spesies yang tinggal di tanah sering ditemukan di bawah
tumpukan daun kering di dalam hutan, dan keluar untuk berburu di
malam hari. Dilihat dari bentuk tubuh, ada dua tipe microhylids, yakni
jenis dengan tubuh lebar dan mulut sempit, dan jenis lain dengan bentuk
tubuh seperti katak pada umumnya. Microhylidae dengan mulut sempit
biasanya akan memakan rayap dan semut, sedangkan jenis yang lainnya
akan memakan seperti layaknya jenis katak yang lain. Spesies dari genus
Breviceps tinggal di dalam tanah dan ditemukan di daerah kering Afrika.
Bahkan beberapa spesies meletakkan telurnya di bawah tanah.
F. PRIMATA

1. Kukang (Nycticebus coucang)


Regnum

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Primates

Famili

Lorisidae
Genus

Nycticebus
Spesies

Klasifikasi

: Nycticebus

coucang
Deskripsi :
Kukang adalah jenis primata yang bergerak lambat.
Warna

rambutnya

kecoklatan, hingga

beragam,

dari

kelabu

keputihan,

kehitam-hitaman. Pada punggung

terdapat garis coklat melintang dari belakang hingga dahi,


lalu bercabang ke dasar telinga dan mata. Berat tubuh
0,375-0,9 kg, panjang tubuh dewasa 19-30 cm. Di
Indonesia, satwa ini dapat ditemukan di Sumatera, Jawa
dan Kalimantan. Kukang (Nycticebus coucang) adalah
jenis primata yang lucu dan menggemaskan sehingga
tidak heran banyak masyarakat umum yang menjadikan
primata ini menjadi incaran untuk dijadikan hewan
peliharaan. Keluarga kukang atau sering disebut-sebut
malu-malu, terdiri dari 8 marga (genus) dan terbagi lagi
dalam 14 jenis. Penyebarannya cukup luas, mulai dari
Afrika sebelah selatan Gurun Sahara, India, Srilanka, Asia
Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dari 8 Marga yang
ada,

di

Indonesia

Nycticebus.

hanya

ditemui

marga,

yaitu

Marga Nycticebus terdiri atas 5 jenis, yaitu:


1. Nycticebus coucang yang tersebar di Semenanjung Malaya,
Sumatera dan kepulauan sekitarnya.
2. Nycticebus pygmaeus tersebar di Indocina, Laos dan
Kamboja.
3. Nycticebus bengalensis, tersebar di India hingga Thailand.
4. Nycticebus javanicus, hanya tersebar di Jawa.
5. Nycticebus menagensis, hanya tersebar di Kalimantan
serta kepulauan sekitarnya.
Kukang merupakan primata yang hidup di hutan tropis
Indonesia, menyukai hutan primer dan sekunder, semak belukar
dan rumpun-rumpun bambu. Kukang tersebar di Asia Tenggara.
Di Indonesia kukang ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan
Jawa. Akan tetapi sampai saat ini belum ada data yang pasti dan
akurat tentang jumlah populasi kukang di alam. Akan tetapi jika
dilihat

dari

berkurangnya

habitat

kukang

serta

maraknya

perburuan dan perdagangan illegal bisa dijadikan indikator


bahwa keberadaan kukang di alam mengalami penurunan.
2. Owa Jawa (Hilobates moloch)

Klasifikasi
Kerajaan

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Primates

Famili

Hylobatidae
Genus

Hilobates
Spesies

: Hilobates

moloch

Deskripsi :
Owa jawa adalah hewan diurnal dan arboreal, sepenuhnya hidup
di atas tajuk pepohonan. Terutama memakan buah-buahan, daun dan
bunga-bungaan, kelompok kecil owa jawa menjelajahi kanopi hutan
dengan cara memanjat dan berayun dari satu pohon ke lain pohon dengan
mengandalkan kelincahan dan kekuatan lengannya. Berat tubuhnya ratarata mencapai 8 kg. Kelompok ini akan berupaya mempertahankan
teritorinya, biasanya luasnya mencapai 17 hektare, dari kehadiran
kelompok lain. Pagi-pagi sekali, dan juga di waktu-waktu tertentu di
siang dan sore hari, owa betina akan memperdengarkan suaranya untuk
mengumumkan wilayah teritorial keluarganya. Dari suara yang bersahutsahutan antar kelompok, dan terdengar hingga jarak yang jauh ini, para
peneliti dapat memperkirakan jumlah kelompok owa yang ada, dan
selanjutnya menduga jumlah individunya. Spesies ini hanya didapati di
bagian barat Pulau Jawa, yakni di hutan-hutan dataran rendah dan hutan
pegunungan bawah. Penyebaran paling timur adalah di wilayah Gunung
Slamet serta di jajaran Pegunungan Dieng sebelah barat di wilayah
Pekalongan.
3. Gorila (Gorilla gorilla)

Regnum

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Primates

Famili

Hominidae
Genus

Gorilla
Spesies

: Gorilla

gorilla
Klasifikasi
Deskripsi :
Gorila adalah jenis primata yang terbesar. Makanan gorila terdiri
dari sayur-sayuran, walaupun kadang juga makan serangga. Karena itu
gorila dapat digolongkan sebagai binatang omnivora. Gorila berasal dari
hutan tropis di Afrika. 97-98% DNA gorila identik dengan DNA
manusia. Gorila adalah spesies kedua setelah simpanse yang terdekat
dengan manusia. Ada dua spesies dalam genus gorila, yaitu gorila timur
(eastern gorila) dan gorilla barat (western gorila).
Dibandingkan bentuk tubuh manusia, gorilla mempunyai tangan
dan kaki yang panjang, dimana tangannya lebih panjang dari kaki. Dada
gorila besar dan sebagian besar tubuhnya berbulu, kecuali jari-jemari,
wajah, ketiak, telapak kaki dan telapak tangan. Kepala gorila besar,
matanya kecil dan berwarna kecoklatan. Gorila tidak mempunyai ekor.
Setiap ekor gorila mempunyai hidung yang unik, seperti manusia yang
mempunyai sidik jari yang unik. Gigi gorila dewasa berjumlah 32. Panca
indra gorila hampir serupa dengan manusia. Tubuh gorila jantan hampir
dua kali besarnya dibandingkan gorila betina. Gorila kebanyakan makan
tumbuh-tumbuhan. Setiap hari gorila butuh sekitar 25 kilogram makanan
yang teriri dari daun-daunan, bunga-bungan, biji-bijian, batang dan

tangkai pohon, dan kuncup bunga. Kadang-kadang, gorila juga makan


semut dan sejenis rayap. Karean mendapat cairan cukup dari
makanannya, gorila sangat jarang minum. Gorila adalah binatang yang
mempunyai

tingkat

kepandaian

tinggi.

Beberapa

penyelidikan

menunjukkan bahwa gorila bisa berkomunikasi dengan menggunakan


bahasa sandi. Contohnya adalah gorila Koko dan Michael. Gorila adalah
binatang yang pemalu dan sosial. Gorila bisa hidup sampai 50 tahun di
kebun binatang. Di alam liar, gorila biasanya mencapai usai 35 tahun.
Gorila bisa melakukan reproduksi saat berusia 10-12 tahun. Gorila betina
mengandung sekitar 8 sampai 9.5 bulan dan bisa melahirkan tiga gorila
selama hidupnya. Bayi gorila bisa merangkak di usia sekitar 2 bulan dan
bisa berjalan di usia 9 bulan (jauh lebih awal dari bayi manusia).

4. Bekantan (Nasalis larvatus)


Regnum

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Primatae

Famili

Cercopithecidae
Genus

Nasalis
Spesies

: Nasalis

larvatus
Klasifikasi
Deskripsi :
Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah
sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat
kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal

monyet Nasalis. Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet


lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di
spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak
jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Monyet betina
lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena
hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam
bahasa Brunei (kxd) disebut bangkatan.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya
dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Monyet betina
berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang
besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain
buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan,
yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan
efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit. Bekantan
tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau
Borneo (Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai).
Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan
hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32
monyet. Sistem sosial bekantan pada dasarnya adalah One-male group,
yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina
dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga terdapat kelompok all-male,
yang terdiri dari beberapa bekantan jantan. Jantan yang menginjak
remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan
kelompok all-male. Hal itu dimungkinkan sebagai strategi bekantan
untuk menghindari terjadinya inbreeding. Bekantan juga dapat berenang
dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau
lain. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki
bekantan terdapat selaputnya. Selain mahir berenang bekantan juga bisa
menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga
dilengkapi semacam katup.

Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.


Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang
terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya,
bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN Red
List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.

5. Simpanse (Pan troglodytes)


Klasifikasi
Regnum

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Primates

Famili

Hominidae
Genus
Spesies
troglodytes

: Pan
: Pan

Deskripsi :
Kebanyakan simpanse jantan memiliki tinggi 1.7 m saat berdiri, dan
memiliki berat 70 kg, yang betina lebih kecil. Panjang tangan simpanse umumnya,
bila dilebarkan, memiliki rentang satu setengah kali tinggi badan dan tangan
simpanse lebih panjang dari kakinya. Bonobo sedikit pendek dan kurus daripada
kebanyakan simapanse tetapi memiliki tungkai yang lebih panjang. Kedua spesies
menggunakan tangannya yang panjang dan kuat untuk memanjat pohon. Di tanah,
simpanse biasanya berjalan menggunakan keempatnya dengan bantuan baku tangan
dan kepalan tangan, sebuah bentuk tenaga penggerak yang disebut dengan knucklewalking.
Kaki simpanse lebih cocok untuk berjalan dibandingkan orangutan karena
telapak kaki simpanse lebih luas dan jempol yang pendek. Simpanse biasa dan
bonobo dapat berjalan tegak dengan dua kaki saat membawa barang dengan kedua
tangannya. Bonobo secara proporsional memiliki tungkai lebih panjang dan
cenderung sering berjalan tegak dibandingkan Simpanse Biasa. Kulitnya lebih gelap;
wajah, tangan, telapak tangan dan kaki tidak berbulu; dan simpanse tidak memiliki
ekor. Kedua spesies memiliki warna pada kulit luar wajah, tangan dan kaki yang
beragam dari merah jambu sampai berwarna gelap, tetapi memiliki warna lebih
terang pada saat muda, menjadi lebih gelap saat menua. Penelitian Universitas
Chicago Medical Center menemukan perbedaan genetis yang signifikan antara
populasi simpanse. Tonjolan bertulang diatas mata memberikan tampilan mundur
pada dahi, dan hidungnya datar. Walaupun dengan mulut menonjol, bibirnya hanya
mendorong kedepan saat simpanse mencibir. Otak simpanse setengah dari ukuran
otak manusia.
Testikel simpanse lebih besar untuk ukuran badannya, dengan kombinasi
berat sekitar 110 gram dibandingkan dengan gorilla 28 gram atau manusia 43 g. Hal
ini secara umum diatribusikan pada kompetisi sperma karena sifat poliandri alamiah
pada perilaku perkawinan simpanse. Simpanse mencapai masa puberti pada umur
antara 8 dan 10 tahun, dan jarang hidup melebihi umur 40 di alam liar, tetapi
diketahui hidup sampai 60 tahun selama penangkaran.

Perbedaan anatomi antara Simpanse biasa dan Bonobo hanya sedikit, tapi
dalam seksual dan perilaku sosial mereka memiliki perbedaan yang menyolok.
Simpanse biasa mengkonsumsi segala macam makanan, memiliki kultur berburu
secara berkelompok sesama pejantan muda yang dipimpin oleh jantan alfa, dan
hubungan sosial yang sangat kompleks. Bonobo, disisi lain, umumnya pemakan
buah dan egaliter, tidak melakukan kekerasan, matriarki, sifat mengerti secara
seksual. Bonobo diketahui sering melakukan seks, dengan norma biseksualitas untuk
jantan dan betina, dan juga menggunakan seks untuk membantu mencegah dan
menyelesaikan konflik. Grup simpanse yang berbeda juga memiliki kultur yang
berbeda dalam pemilihan tipe alat. Simpanse condong memperlihatkan tingkat agresi
yang lebih tinggi daripada Bonobo.
Simpanse membuat alat dan menggunakannya untuk mendapatkan makan
dan dipertontonkan; mereka memiliki strategi berburu yang canggih yang
membutuhkan kerjasama, influensi dan tingkatan; mereka memiliki status,
manipulatif dan mampu menipu; mereka mampu belajar menggunakan simbol dan
memahami aspek dari bahasa manusia termasuk beberapa sintaks relasi, konsep dari
angka dan urutan numeric, dan mereka mampu membuat perencaan spontan untuk
keadaan atau kejadian di masa depan.
Simpanse berkomunikasi hampir sama dengan manusia berkomunikasi
secara non-verbal, menggunakan vokalisasi, gestur tangan, dan ekspresi wajah.
Penelitian pada otak simpanse mengungkapkan bahwa komunikasi pada simpanse
mengaktifkan sebuah area pada otak simpanse yang berada pada posisi yang sama
pada area Broca, pusat bahasa pada otak manusia.

Anda mungkin juga menyukai