Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLELITIASIS

A. Konsep Medik
1. Definisi
Kolelitiasis adalah batu empedu yang terletak pada saluran
empedu yang disebabkan oleh faktor metabolik antara lain terdapat
garam-garam empedu, pigmen empedu dan kolestrol, serta timbulnya
peradangan pada kandung empedu.
2. Etiologi
a. Statis cairan empedu
b. Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium).
c. Iskemik dinding kandung empedu.
d. Kepekatan cairan empedu.
e. Kolesterol.
f. Lisolesitin.
g. Prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti reaksi
supurasi dan inflamasi.
3. Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu
digolongkan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:
a. Batu kolesterol
Berbentukl oval, multifocal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol.
b. Batu kalsium bilirubin (pigmen coklat)
Berwarna cokelat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung
kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama
c. Batu pigmen hitam
Berwarna hitam atau kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa
zat hitam yang tak terekskresi.
4. Manifestasi Klinis
a. Sebagian bersifat asimtomatik (tanpa gejala nyata dari suatu
penyakit)
b. Nyeri tekan kuadaran atas samar yang menjalar ke punggung
c. Mual dan muntah serta demam

d. Ikterus obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum


akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang
tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan
penyerapan empedu ini membuat kulit dan membran mukosa
berwarna kuning.
e. Perubahan Warna Urin & Feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal
akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi
diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya
pekat (clay-colored).
f. Regurgitasi gas : flatus dan sendawa
g. Defisiensi Vitamin. Obstruksi aliran empedu juga mengganggu
absorbsi vitamin A, D, E & K yang larut dalam lemak. Defisiensi
vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.
5. Patofisiologi
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu
dan jarang pada saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang penting adalah :
1) Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan
empedu
2) Statis empedu
3) Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang
paling penting pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang
berlebihan akan mengendap dalam kandung empedu. .
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan
unsur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat
menyebabkan stasis.Faktor hormonal khususnya selama kehamilan
dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung empedu
dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan
sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi

seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan


unsur seluler sebagai pusat presipitasi.Infeksi lebih sering sebagai
akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang
menyebabkan pembentukan batu.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : lekositosis, bilirubinemia ringan, peningkatan alkali posfatase.
b. Foto polos abdomen : Ditemukan adanya udara /gas di dalam batang saluran
empedu atau didalam lumen atau dinding vesika biliaris bersifat abnormal. Adanya
massa jaringan lunak yang mengiddentasi duodenum atau fleksura koli dextra
menggambarkan vesika biliaris yang terdistensi
c. USG: dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koledokus yang
mengalami dilatasi, USG mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.
d. Koleskintografi / Pencitraan Radionuklida: preparat radioaktif disuntikkan secara
intravena. Pemeriksaan ini lebih mahal dari USG, waktu lebih lama, membuat pasien
terpajar sinar radiasi, tidak dapat mendeteksi batu empedu.
e. Kolesistografi: alat ini digunakan jika USG tidak ada / hasil USG meragukan.
7. Penatalaksanaan
1) Non Pembedahan (farmakoterapi, diet)
a. Penatalaksanaan pendukung dan Diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT,
analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi, ketela,
kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh.
b. Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim, daging
babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol.
c. Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat (chenodiol,
chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran
kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek sampingnya dan dapat
diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek yang sama. Mekanisme
kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga
terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada dikurangi besarnya, yang
kecil akan larut dan batu yang baru dicegah pembentukannya. Diperlukan waktu
terapi 6 12 bulan untuk melarutkan batu.
d. Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan suatu
bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter ) kedalam kandung empedu.
Melalui selang / kateter yang dipasang perkuatan langsung kedalam kandung

empedu, melalui drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk melarutkan batu
yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui endoskopi ERCP, atau
kateter bilier transnasal.
e. Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan
gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam kandung
empedu atau duktus koledokus untuk memecah batu menjadi sejumlah fragmen.
Gelombang kejut tersebut dihasilkan oleh media cairan oleh percikan listrik yaitu
piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi disalurkan kedalam tubuh
lewat rendaman air atau kantong berisi cairan. Setelah batu pecah secara bertahap,
pecahannya akan bergerak perlahan secara spontan dari kandung empedu atau
duktus koledokus dan dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan dengan
pelarut atau asam empedu peroral.
2) Pembedahan
Intervensi bedah dan sistem drainase.
a. Kolesistektomi : dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut. Sebuah
drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat
luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan getah empedu
kedalam kassa absorben.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4
cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
c. Kolesistektomi laparaskopi (endoskopi): dilakukan lewat luka insisi yang
kecil atau

luka

tusukan

melalui

dinding

umbilikus.

KONSEP KEPERAWATAN
KOLELITIASIS

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Agama
5) Alamat

abdomen

pada

6) Pekerjaan
7) Pendapatan
8) Pendidikan
b. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama
2) Jenis kelamin
3) Pekerjaan
4) Hubungan dengan klien
5) Agama
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan saat ini.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu : Riwayat kesehatan klien terdahulu
mungkin pernah mengalami penyakit lain.
c. Riwayat Kesehatan Sekaranag : Riwayat kesehatan klien saat ini.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga klien apakah ada yang
menderita penyakit yang sama.
3. Pengkajian Keperawatan
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan.
Tanda : geilsah.
2) Sirkulasi
Gejala/Tanda : takikardia, berkeringat.
3) Eliminasi
Gejala : perubahan warna urine & feses.
Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan
atas, urine gelap, pekat, feses warna tanah liat, steatorea.
4) Makanan/Cairan
Gejala : anoreksia, mual/muntah, tidak toleran terhadap lemak &
makanan pembentukan gas, regurgitasi berulang, nyeri
epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia.
Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan.
5) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung
atau bahu kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan
makan, nyeri mulai tiba-tiba & biasanya memuncak dalam 30

menit.
Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan
atas ditekan, tanda Murphy positif.
6) Pernapasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, penapasan tertekan
ditandai oleh napas pendek, dangkal.
7) Keamanan
Tanda : demam, menggigil, ikterik, dan kulit berkeringat & gatal
(pruritus), kecendrungan perdarahan (kekurangan vit. K).
8) Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu,
adanya kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi
usus, diskrasias darah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d agen injuri fisik
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
pemasukan nutrisi, faktor biologis
3. Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, terpasangnya alat invasif.
4. Kurang Pengetahuan tentang penyakit, diet dan perawatannya b/d mis interpretasi
informasi
C. Intervensi Keperawatan
N
o
1.

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
Definisi :
pengalaman
sensori dan
emosional yang
tidak
menyenangkan
yang muncul akibat
kerusakan jaringan
yang aktual atau
potensial atau
digambarkan
dalam hal
kerusakan

NOC

NIC

NOC :
NIC :
Pain level
Pain Management
Pain control
- Lakukan pengkajian
Comfort level
nyeri secara
Kriteria hasil :
komprehensif termasuk
Mampu mengontrol
lokasi, karakteristik,
nyeri (tahu penyebab
durasi, frekwensi,
nyeri, mampu
kualitas, dan faktor
menggunakan tehnik
presipitasi
- Observasi reaksi
nonfarmakologi untuk
nonverbal dari
mengurangi nyeri,
ketidaknyamanan
mencari bantuan)
Melapoorkan bahwa nyri - Gunakan tehnik
komunikasi terapeutik
berkurang dengan

sedemikian rupa
(International
Association for the
study of pain) :
awitan yang tibatiba atau lambat
dari intensitas
ringan hingga berat
dengan akhir yang
dapat di antisipasi
atau di prediksi dan
berlangsung <6
bulan.
Batasan
karakteristik :
Perubahan
selera makan
Perubahan
tekanan darah
Perubahan
frekwensi
janung
Perubahan
frekwensi
pernapasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku distraksi
(mis. berjalan
mondar mandir
mencari orang
lain dan atau
aktivitas lain,
aktivitas yang
berulang)
Mengekspresika
n perilaku (mis.
gelisah,
merengek,
menangis)
Masker wajah
(mis. mata
kurang
bercahaya,

menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekwensi, dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

untuk mngetahui
pengalaman nyeri
pasien
Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
Evaluasi pengalaman
nyeri
masa lampau
Evaluasi bersama
pasien dan im
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi faktor prepitasi
nyeri
Plih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi dan
interpersonal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan itervensi
Ajarkan tentang tehnik
nonfarmakologi
Berikan analgetk untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang

2.

tampak kacau,
gerakan mata
berpencar atau
tetap pada 1
fokus meringis)
Sikap
melindungi area
nyeri
Fokus
menyempit
(mis. gangguan
persepsi nyeri,
hambatan
proses berpikir,
penurunan
interaksi dengan
orang dan
lingkungan)
Indikasi nyeri
yang dapat
diamati
Perubahan
posisi untuk
menghindari
nyeri
Sikap tubuh
melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan
nyeri secara
verbal
Gangguan tidur
Faktor yang
berhubungan :
Agen cedera
(mis. biologis,
zat kimia, fisik,
psikologis)
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Definisi : Asupan
nutrisi tidak cukup

manajemen nyeri
Analgesic
Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekwensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari 1
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
- Pilih rute pemiberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.

NOC :
Nutritional status :
Nutritional status : food
and fluid
Intake
Nutritional status :

NIC :
Nutrition Management
- kaji adanya alergi
makanan
- kolaborasi dngan ahli
gizi untuk menentukan

untuk memenuhi
kebutuhan
metabolik.
Batasan
karakteristik :
Kram dan nyeri
abdomen
Menghindari
makanan
Diare
Bising usus
hiperaktif
Kurang makanan
Kurang
informasi
Kurang minat
pada makanan
Penurunan berat
badan dengan
asupan
makanan
adekuat
Kesalahan
konsepsi
Kesalahan
informasi
Membran
mukosa pucat
Ketidakmampua
n memakan
makanan
Tonus otot
menurun
Mengeluh
gangguan
sensasi rasa
Mengeluh
asupan
makanan kurang
dari RDA
(recommended
daily allowance)
Cepat kenyang
setelah makan

nutrient intake
Weight control
Kriteria hasil :
Adanya peningkatan
berat badan
Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti

jumlah kalori untuk


menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
- anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
- berikan substansi gula
- yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
- ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian
- monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
- berikan informasi
tentang tentang
kebutuhan nutrisi
- kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit

3.

Sariawan rongga
mulut
Steatorea
Kelemahan otot
pengunyah
Kelemahan otot
untuk menelan
Faktor-faktor
yang
berhubungan :
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampua
n untuk
mengabsorbsi
nutrien
Ketidakmampua
n untuk
mencerna
makanan
Ketidakmampua
n menelan
makanan
Faktor fisiologis
Risiko Infeksi
Definisi : Mengalami
peningkatan risiko
terserang organisme
patogenik
Faktor-faktor resiko:
Penyakit kronis
- Diabetes militus
- Obesitas
Pengatahuan yang
tidak cukup untuk
menghindari
pemanjangan
pathogen
Pertahanan tubuh
primer yang tidak
adekuat
- Gangguan
peristaltis
- Kerusakan
integritas

NOC
Immune status
Knowledge : infection control
Risk control
Kriteria hasil :
Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
Mendeskripsikan proses dan
penularan penyakit, faktor yang
mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya
Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosid dalam batas
normal

Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht.
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet.

NIC
Infection control (control
infeksi)
- Bersikan lingkungan setelah
dipakai
- Pertahankan teknik sosial
- Instruksikan pada pengunjung
untuk mecuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan
pasien
- Gunakan sabun anti mikroba
untuk mencuci tangan setiap
sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
- Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan

kulit(pemasangan
kateter intravena,
prosedur
invasive)
- Perubahan sekresi
pH
- Penurunan kerja
siliaris
- Pecah ketuban
dini
- Pecah ketuban
lama
- Merokok
- Statis cairan
tubuh
- Trauma jaringan
(misalnya trauma
destruksi
jaringan)
Ketidakadekuatan
pertahanan sekunder
- Penurun
hemoglobin
- Imuno sukresi
(misalnya
imunitas didapat
tidak adekuat,
agen
farmaseutikal
termasuk
imunosukresan,
steroid, antibody
monoclonal,
imunomudulator)
Vaksinasi tidak
adekuat
Pemajanan terhadap
patogen lingkungan
meningkat
- Wabah
Prosedur invasive
Malnutrisi

alat
Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
Gunakan kateter interniten
untuk menurunkan infeksi
kandung kemih
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotic bila
perlu
Infection protection (proteksi
terhadap infeksi)
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
Monitor hitung granulosit,
WBC
Monitor kerentangan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Sering pengunjung terhadap
penyakit menular
Pertahankan teknik asepsis
pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kulit pada
area epidema
Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemeraha,
panas, drainase
Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukkan cairan
Dorong istirahat
Instrusikan pasien untuk
minum antibiotic sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif

4.

Kurang
pengetahuan
keluarga berhubungan
dengan kurang paparan
dan
keterbatasan
kognitif keluarga

Setelah dilakukan askep jam


pengetahuan keluarga klien
meningkat dg KH:
- Keluarga
menjelaskan tentang penyaki
t, perlunya pengobata dan
memahami perawatan
- Keluarga kooperative dan mau
kerjasama saat dilakukan
tindakan

Mengajarkan proses penyakit


- Kaji pengetahuan keluarga
tentang proses penyakit
- Jelaskan tentang patofisiologi
penyakit dan tanda gejala
penyakit
- Beri gambaran tentaang tanda
gejala penyakit kalau
memungkinkan
- Identifikasi penyebab
penyakit
- Berikan informasi pada
keluarga tentang keadaan
pasien, komplikasi penyakit.
- Diskusikan tentang pilihan
therapy pada keluarga dan
rasional therapy yang
diberikan.
- Berikan dukungan pada
keluarga untuk memilih atau
mendapatkan pengobatan lain
yang lebih baik.
- Jelaskan pada keluarga
tentang persiapan / tindakan
yang akan dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda,dkk.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis& Nanda NIC NOC. Jogjakarta: Mediactoin Publishing

Wulandari, Ari, dkk. 2012. 45 Penyakit Yang Banyak Ditemukan di


Masyarakat. Jogjakarta: Andi Offset.
http://www.slideshare.net/HaryaniNuravindari/laporan-pendahuluankolelitiasis diakses tanggal 15 desember 2015 jam 19.30
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-94796-Kep%20EndokrinAskep%20Kolelitiasis.html diakses tanggal 15 desember 2015 jam 19.30
http://dokumen.tips/documents/laporan-pendahuluan-kolelitiasis.html
diakses tanggal 15 desember 2015 jam 19.30

Anda mungkin juga menyukai