DISUSUN OLEH :
DYAN EKA RIYANTO PUTRA
150070300113005
LAPORAN PENDAHULUAN
MEKONIUM ASPIRASI SYNDROME
I.
Definisi
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan
gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya cairan amnion mekonial ke
dalam saluran pernafasan bayi. Sindroma aspirasi mekonium (SAM)
adalah salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan
kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun post-term.
Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi gastrointestinal,
hepar, dan pancreas janin, debris seluler, cairan amnion, serta lanugo.
Cairan amnion mekonial terdapat sekitar 10-15% dari semua jumlah
kelahiran cukup bulan (aterm), tetapi SAM terjadi pada 4-10% dari
bayi-bayi
ini,
dan
sepertiga
diantara
membutuhkan
bantuan
II. Etiologi
Etiologi terjadinya sindroma aspirasi mekonium adalah cairan
amnion yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi. Mekonium
dapat keluar (intrauterin) bila terjadi stres / kegawatan intrauterin.
Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial
ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan
pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu,
mekonium juga berakibat pada iritasi dan peradangan pada saluran
udara, menyebabkan suatu pneumonia kimiawi.
dan setelah
perinatal.
Selain itu,
itu
meningkatkan
resiko infeksi
bakteri
fetus,
obstruksi
jalan
nafas
(total
maupun
parsial),
disfungsi
Disfungsi surfaktan
Mekonium menonaktifkan surfaktan dan juga menghambat
sintesis surfaktan. Beberapa unsur mekonium, terutama asam lemak
bebas
(seperti
asam
palmitat,
asam
oleat),
memiliki
tekanan
Pneumonitis kimia
Mekonium mengandung enzim, garam empedu, dan lemak yang
dapat
mengiritasi
pelepasan
sitokin
jalan
nafas
(termasuk
dan
tumor
parenkim,
necrosis
mengakibatkan
factor
(TNF)-,
V. GAMBARAN KLINIS
Di dalam uterus, atau lebih sering, pada pernapasan pertama,
mekonium yang kental teraspirasi ke dalam paru, mengakibatkan
obstruksi jalan napas kecil yang dapat menimbulkan kegawatan
pernapasan dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran dengan
gejala takipnea, retraksi, stridor, dan sianosis pada bayi dengan kasus
berat.
Obstruksi
menimbulkan
parsial
pada
pneumothoraks
beberapa
atau
jalan
napas
pneumomediastinum,
dapat
atau
dalam
72
jam.
Akan
tetapi
bila
dalam
perjalanan
kedua
lapangan
paru
kasar,
diameter
anteroposterior
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgen
dada
untuk
menemukan
adanya
atelektasis,
tingkat PCO2
VII.
bayi
lahir,
alat
pemantau
janin
menunjukkan
2.
3.
4.
5.
Sepsis
6.
TTN
Cairan paru
RDS
Defisiensi surfaktan
SAM
Iritasi dan obstruksi
persisten
Paru belum
paru
berkembang
sempurna
Waktu
Kapan saja
Preterm
persalinan
Faktor resiko
Section cessarea,
term
Cairan amnion
makrosomia, jenis
mekonial, kelahiran
kelamin laki-laki,
ibu, kelahiran
post-term
preterm
Gambaran
Takipneu, hypoxia,
klinis
tanpa hipoksia
sianosis
Temuan
maupun sianosis
infiltrat pada
infiltrat homogenus,
Patchy atelectasis,
radiologis
parenkim, siluet
air bronchogram,
konsolidasi
toraks
basah di sekeliling
penurunan volume
jantung,
paru,
Takipneu, hipoxia
penumpukan cairan
Terapi
intralobar
Suportif, oksigen jika
Resusitasi, oksigen,
Resusitasi, oksigen,
Pencegahan
terjadi hipoksia
Kortikosteroid
ventilasi, surfaktan
Kortikosteroid
ventilasi, surfaktan
Jangan menunda
prenatal sebelum
suctioning setelah
resiko kelahiran
kelahiran,
preterm (usia
amnioinfusi tidak
39 minggu
kehamilan 24-34
bermanfaat
minggu)
Keterangan :
TTN = takipneu transien pada neonatus (transient tachypnea of the
newborn = TTN); SDR = sindroma distres respirasi (RDS =
respiratory distress syndrome); SAM = sindroma aspirasi
mekonium (MAS = meconium aspiration syndrome)
Tabel 2.2 Perbedaan TTN, SDR, dan SAM3
1. Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikan
oksigen.
2. Farmakoterapi
Obat
yang
diberikan,
antara
lain
antibiotika.
Antibiotika
ventilator
khusus
untuk
memasukkan
udara
dan
oksigen
yang
sampai
ke
paru
bayi.
X. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
PENGKAJIAN FISIK
Riwayat antenatal ibu
Pulmonarry
1. Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x
pernafasan per menit), grunting, retraksi, dan nasal flaring
2. Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari
jumlah mekonium dalam paru
3. Cyanosis
4. Barrel chest dengan peningkatan
dengan
peningkatan
DATA LABORATORIUM
Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik
atau respiratorik dengan penurunan PO2 dan peningkatan tingkat
PCO2
2.
Dx Keperawatan
Bersihan
Jalan NOC :
NOC
NIC
NIC :
Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status :
Airway patency
Aspiration Control
Airway suction
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk
efektif
dan
suara
nafas
yang
bersih,
tidak
ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu
bernafas
dengan
mudah,
tidak
ada
pursed lips)
Menunjukkan
jalan
nafas
yang
paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam
rentang
normal, tidak ada
suara
nafas
abnormal)
Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang
dapat
menghambat
jalan
nafas
Pastikan
kebutuhan
oral
/
tracheal
suctioning
Auskultasi
suara
nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
Informasikan
pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
Minta
klien
nafas
dalam
sebelum
suction dilakukan.
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk
memfasilitasi
suksion nasotrakeal
Gunakan alat yang
steril
sitiap
melakukan tindakan
Anjurkan
pasien
untuk istirahat dan
napas dalam setelah
kateter
dikeluarkan
dari nasotrakeal
Monitor
status
oksigen pasien
Ajarkan
keluarga
bagaimana
cara
melakukan suksion
Hentikan suksion dan
berikan
oksigen
apabila
pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dll.
Airway Management
Buka
jalan
nafas,
guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi
pasien
perlunya pemasangan
alat
jalan
nafas
2.
buatan
Pasang
mayo
bila
perlu
Lakukan
fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan
sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi
suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan
pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Gangguan
NOC :
NIC :
pertukaran gas
Respiratory
Airway Management
Status
:
Gas Buka jalan nafas,
exchange
guanakan
teknik
Respiratory
chin lift atau jaw
Status : ventilation
thrust bila perlu
Vital Sign Status
Posisikan
pasien
Kriteria Hasil :
untuk
memaksimalkan
Mendemonstrasika
ventilasi
n
peningkatan Identifikasi pasien
ventilasi
dan
perlunya
oksigenasi
yang
pemasangan
alat
adekuat
jalan nafas buatan
Memelihara
Pasang mayo bila
kebersihan
paru
perlu
paru dan bebas Lakukan fisioterapi
dari tanda tanda
dada jika perlu
distress
Keluarkan
sekret
pernafasan
dengan batuk atau
Mendemonstrasik
suction
an batuk efektif
Auskultasi
suara
dan suara nafas
nafas, catat adanya
yang bersih, tidak
suara tambahan
Lakukan
suction
pada mayo
Berika
bronkodilator
bial
perlu
Barikan pelembab
udara
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor
respirasi
dan status O2
Respiratory
Monitoring
Monitor rata rata,
kedalaman,
irama
dan usaha respirasi
Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor
suara
nafas,
seperti
dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan
otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
Auskultasi
suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya
ventilasi
dan
suara
tambahan
3.
Risiko infeksi
NOC :
Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
auskultasi
suara
paru
setelah
tindakan
untuk
mengetahui
hasilnya
NIC :
Immune Status
Infection
Control
Knowledge
: (Kontrol infeksi)
Infection control
Bersihkan
Risk control
lingkungan setelah
Kriteria Hasil :
dipakai pasien lain
Klien bebas dari Pertahankan teknik
tanda dan gejala
isolasi
infeksi
Batasi pengunjung
Mendeskripsikan
bila perlu
proses penularan Instruksikan pada
penyakit,
factor
pengunjung untuk
yang
mencuci
tangan
mempengaruhi
saat
berkunjung
penularan
serta
dan
setelah
penatalaksanaann
berkunjung
ya,
meninggalkan
Menunjukkan
pasien
kemampuan untuk Gunakan
sabun
mencegah
antimikrobia untuk
timbulnya infeksi
cuci tangan
Jumlah
leukosit Cuci tangan setiap
dalam
batas
sebelum
dan
normal
sesudah
tindakan
Menunjukkan
kperawtan
perilaku
hidup Gunakan
baju,
sehat
sarung
tangan
sebagai
alat
pelindung
Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
Ganti
letak
IV
perifer
dan
line
central
dan
dressing
sesuai
dengan
petunjuk
umum
Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingktkan
intake
nutrisi
Berikan
terapi
antibiotik bila perlu
Infection
(proteksi
infeksi)
Protection
terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong
masukan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk
minum
antibiotik
sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan
cara
menghindari infeksi
Laporkan
kecurigaan infeksi
Laporkan
kultur
positif
Meconium
http://
portal
Aspiration
Syndrome.
neonatal.com.br/outras-
Newborn.
Am
Fam
http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html
6. Yeh TF, Harris V, Srinivasan G, Lilien L, Pyati S. Roentgenographic
findings in infants with meconium aspiration syndrome. JAMA.
2000. ;242:6063
7. Yeh, TF. 2010. Core Concepts: Meconium Aspiration Syndrome:
Pathogenesis and Current Management. American Association of
Pediatrics. http://neoreviews.aap publications.org.
8. Gomella. 2009. Neonatology : Management Procedures Call
Problems Sixth Edition. Lange Clinical Science : New York.
9. Rudolph, CD, et al. 2002. Rudolph's Pediatrics, 21th Edition.
McGraw-Hill Professional : New York.
10.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification
(NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
11.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
12.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions
Classification (NIC) second Edition, IOWA Intervention Project,
Mosby.
13.