Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGROKLIMATOLOGI

HUBUNGAN PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH SEBAGAI


BIODIESEL DAN KAITANNYA DENGAN CUACA

Disusun Oleh :
Gihon Poltak Eduardo Hutasoit
Kelas : A

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016

I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dewasa ini kebutuhan minyak asal tumbuh-tumbuhan atau yang sering

kuta sebut dengan minyak goreng terus meningkat seiring dengan meningkatnya
produk-produk olahan makanan yang menggunakan minyak tersebut. Penggunaan
minyak goreng yang terus meningkat menyebabkan meningkatnya jumlah minyak
jelantah yang dihasilkan. Minyak jelantah (waste cooking oil) adalah minyak
limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak
jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, dan minyak ini merupakan
minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, yang tidak dapat
digunakan kembali. Dari berbagai macam tempat dagangan makanan maupun
dalam rumah tangga sangat banyak sekali menghasilkan minyak jelantah yang
apabila hal ini tidak ditangani atau tidak dicarikan upaya penanggulangannya,
maka minyak goreng bekas akan menjadi permasalahan yang serius. Pada
umumnya minyak jelantah ini dibuang begitu saja ke lingkungan, hal ini tentunya
akan mencemari lingkungan. Maka dari itu dengan teknologi ilmu pengetahuan
yang ada ditemukanlah solusi untuk mengurangi pencemaran lingkungan tersebut
dengan cara mengolah minyak nabati menjadi biodiesel. Dengan adanya upaya ini
maka akan membantu penurunan emisi CO 2 atau karbon dioksida dan
penanggulangan pemanasan bumi sehingga kondisi iklim dan cuaca dapat terjaga.
1.2.
Identifikasi Masalah
1. Apa yang disebut dengan biodiesel
2. Bagaimana dampak dari pembuatan biodiesel terhadap cuaca
1.3.
Maksud dan Tujuan
1. Mempelajari dan mengetahui mengenai biodiesel
2. Mempelajari dan mengetahui dampak biodiesel terhadap cuaca
II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl

ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur
atau lemak hewan. Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan, tidak mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai
bahan bakar kendaraan bermotor dapat menurunkan emisi bila dibandingkan
dengan minyak diesel. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk
mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam
lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung,
biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak
bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar
diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena
biodiesel merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel
petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan
menggunakaninfrastruktur zaman sekarang. Penggunaan dan produksi biodiesel
meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun
dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan
SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan
juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
2.2.

Cuaca
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu

yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari
gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja.

Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbeda-beda
untuk setiap tempat serta setiap jamnya.
Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar
24 jam melalui prakiraan cuaca hasil analisis Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG), Departemen Perhubungan. Untuk negara negara yang sudah maju
perubahan cuaca sudah diumumkan setiap jam dan sangat akurat (tepat). Iklim
adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya
dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang
luas. Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di
bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain,
misalnya distribusi darat dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara,
pegunungan, arus laut dan badai.
Unsur-unsur cuaca antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Radiasi matahari
Suhu udara
Kelembaban udara (Relative Humidity= RH)
Tekanan udara
Angin
Ketinggian tempat (elevasi)
Penyebaran daratan dan lautan
Gangguan-gangguan atmosfir
Fenomena-fenomena iklim global, dsb.
2.3.

Hubungan pencemaran akibat penggunaan bahan bakar fosil


terhadap cuaca
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya:

minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida
(CO2), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan
pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di
udara, setengah dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya
pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan
sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang

mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi asam
nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.Emisi SO2 (Sulfur
dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari
konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke
udara dapat membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan
asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan
dan membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan
asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam
(pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH hujan normal), yang dikenal
sebagai hujan asam. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan
sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan
menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam
secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk). Proses
terjadinya hujan asam.
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar
gas NOx, SO2, O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor,
dan kegiatan industri. Smog dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat
menghalangi jangkauan mata dalam memandang.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2)
ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer
meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global.
CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh
bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan
perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. Proses terjadinya efek rumah
kaca
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal,
antara lain, dari gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi

adalah gas metana. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang
menyebabkan pemasanan global.

III
PEMBAHASAN
Kehidupan manusia dewasa ini tidak akan terlepas dari penggunaan bahan
bakar fosil, mulai dari penggunaan kendaraan bermotor, penggunaan bahan bakar
untuk industri, dan lain-lainnya. Dari penjelasan mengenai penggunaan bahan
bakar fosil di atas maka kita ketahui bahwa hal tersebut akan mendatangkan
berbagai masalah lingkungan khususnya yang saat ini kita bahas yaitu mengenai
cuaca. Contoh dari masalah cuaca akibat penggunaan bahan bakar fosil
diantaranya adalah: terjadinya hujan asam, smog atau asap dan pemanasan global.
Apabila terjadi secara terus menerus maka akan berdampak secara langsung
terhadap kerusakan atmosfer yang berfungsi sebagai pelindung bumi akibat gas
emisi seperti CO2, NOx dan SO2 yang terus mencemari atmosfer. Akibatnya suhu

bumi pun semakin meningkat, perubahan iklim yang tentunya berdampak pada
keridakstablian cahaya dan mencairnya es di kutub sehingga permukaan laut
semakin tinggi.
Melihat hal tersebut maka dicarilah sebuah solusi alternatif bahan bakar
yang dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil yang juga semakin
menipis

ketersediaanya.

Dengan

teknologi

pengetahuan

yang

semakin

berkembang ditemukanlah alternatif bahan bakar fosil yaitu minyak hasil dari
pengolahan minyak jelantah. Hal ini disebabakan melihat begitu banyaknya
jumlah minyak jelantah yang dihasilkan dewasa ini. Minyak jelantah ini diolah
menjadi bahan bakar yaitu berupa biodiesel. Biodiesel merupakan kandidat yang
paling dekat untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi
transportasi utama dunia, karena ia merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat
menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual
dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini. Penggunaan bahan bakar
biodiesel ini tidak menghasilkan gas emisi yang artinya biodiesel ini merupakan
teknologi yang ramah lingkungan. Dengan adanya teknologi yang ramah
lingkungan ini diharapkan kedepannya dapat menekan laju kerusakan lingkungan
akibat emisi penggunaan bahan bakar fosil, sehingga keadaan lingkungan dapat
terjaga terutama dalam faktor iklim dan cuaca yang saat ini sudah banyak
mengalami perubahan.

KESIMPULAN
1. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester
dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak
sayur atau lemak hewan.
2. Biodiesel merupakan bahan bakar hasil pengolahan limbah minyak jelantah
dan tidak menghasilkan gas emisi, artinya biodiesel merupakan bahan bakar
ramah lingkungan yang tentunya akan menjaga keseimbangan lingkungan
termasuk di dalamnya iklim dan cuaca.

DAFTAR PUSTAKA
Bayong, Tjasyono. 1999. Klimatologi Umum. Bandung: FMIPA - ITB.
Tahar, A., 2003, Evaluasi Teknis Pembuatan Biodiesel dari Minyal Jelantah,
Institut Teknologi Bandung, Prosiding Seminar Rekayasa dan Proses
Kimia, UNDIP, Semarang.
http://www.kompasiana.com/takutpada-allah-/melirik-potensi-minyak-jelantahsebagai-energi-biodiesel-masa-depan_55299c5cf17e61aa0dd6241b
(diakses Kamis, 28 April 2016 pukul 19.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai